Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

ANOREKSIA NERVOSA DAN BULIMIA NERVOSA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Sistem Pencernaan II”

Disusun Oleh :

1. Apriliani Yuva Kusuma Sari Dewi (1401036)


2. Cindy Indra Merry (1401038)
3. Dewi Widayanti (1401041)

Dosen:
Setianingsih, S.Kep, Ns., MPH

STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

Prodi SI Keperawatan

Tahun Ajaran 2016/2017


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyimpangan perilaku makan, seperti anoreksia nervosa dan bulimia
nervosa, pada umumnya dialami oleh wanita serta berhubungan dengan
beberapa masalah kesehatan, seperti amenore, anemia, erosi, ulkus, robekan
dan perdarahan esofagus, erosi gigi dan gusi serta karies gigi, gagal jantung,
gagal ginjal hingga kematian.
Menurut Arif Muttaqin tahun 2010, anoreksia nervosa merupakan sebuah
gangguan makanan yang ditandai dengan kelaparan secara sukarela dan stres
dari melakukan latihan yang melibatkan psikologikal, sosiologikal,
fisiologikal. Pada penderita anoreksia nervosa biasanya ditandai dengan
perlawanan mempertahankan berat badan, takut menjadi gemuk,
ketidakpuasan terhadap aspek tertentu pada penampilan fisik atau kehilangan
periode menstruasi pada usia remaja. Anoreksia nervosa terjadi 5% hingga
10% populasi, lebih dari 90% menimpa wanita. Anoreksia nervosa terjadi
terutama pada remaja dan dewasa muda, namun dapat juga menyerang wanita
yang lebih tua dan terkadang pria.
National Eating Disorders Association (NEDA) tahun 2012 mendifinisikan
bulimia nervosa merupakan penyakit gangguan makan yang ditandai oleh
siklus makan sebanyak-banyaknya dan kompensasi perilaku seperti self-
induced (muntah) dirancang untuk membatalkan atau mengkompensasi efek
dari makan yang banyak diluar porsi makan normal. Pada penderita bulimia
nervosa bisa ditandai dengan adanya perhatian yang ekstrim dengan berat
badan dan bentuk tubuh, asupan makanan dalam jumlah besar disertai dengan
rasa kehilangan kontrol saat makan, perilaku kompensasi yang tidak pantas
self-induced (muntah). Pada pasien bulimia nervosa, perbandingan angka
kejadian antara pria dan wanita adalah 1 : 9. Antara 1% dan 3% remaja dan
wanita muda memenuhi kriteria diagnostik; 5% hingga 15% mengalami
beberapa gejala penyakit. Bulimia telah ditemukan dikalagan remaja atau
masa dewasa awal.
Dengan adanya hal tersebut, maka makalah ini akan membahas tentang
asuhan keperawatan pada klien dengan anoreksia nervosa dan bulimia
nervosa.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep dasar dari anoreksia nervosa dan bulimia nervosa?
2. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien dengan anoreksia nervosa
dan bulimia nervosa?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar anoreksia nervosa dan
bulimia nervosa.
2. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada klien dengan
anoreksia nervosa dan bulima nervosa.
BAB II

KONSEP DASAR
A. Anoreksia Nervosa
1. Definisi
a. Anorekia Nervosa adalah penyakit psikologis berupa kelaparan yang
disengaja akibat gangguan citra tubuh, ketakutan yang berlebihan dan
irasional terhadap peningkatan berat badan. (Kimberly, 2011)
b. Anorekia Nervosa adalah sebuah gangguan makanan yang ditandai
dengan kelaparan secara sukarela dan stres dari melakukan latihan
yang melibatkan psikologikal, sosiologikal, fisiologikal. (Arif
Muttaqin, 2010)
c. Menurut National Eating Disorders Association (NEDA, 2012),
anoreksia nervosa adalah penyakit serius yang berpotensi mengancam
nyawa dimana terjadi gangguan makan yang ditandai dengan
kelaparan dan penurunan berat badan yang berlebihan.
2. Etiologi
Penyebab pasti anoreksia nervosa belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa faktor sebagai berikut;
a. Faktor Biologi
1) Kelaparan atau starvasi akan menyebabkan perubahan pada
aktivitas neuropeptida dan memberikan konstribusi terhadap
gangguan neuroendokrin pada pasien anoreksia nervosa.
2) Terdapat penelitian fungsi dari hypothalamic-pituitary-adrenal
(HPA) axis pada pasien anoreksia nervosa secara prinsip
ditemukan hiperkortisolisme di mana HPA berperan dalam
melepaskan hormon kortikotropin yang mempengaruhi pasien
menjadi anoreksia. (Licino, 1996 dalam Arif Muttaqin 2010)
3) Jalur pusat makan serotonin mengatur pola makan dan juga
berpartisipasi terhadap regulasi perilaku dan suasana hati.
Gangguan pengaturan regulasi dan suasana hati. Gangguan
pengaturan regulasi serotonin memberikan implikasi pada kondisi
depresi umum dengan jelas akan menyebabkan gangguan makan.
Pada penelitian regulasi serotonin yang terganggu memberikan
peningkatan risiko anoreksia nervosa. (Jimerson, 1990 dalam Arif
Muttaqin 2010)
4) Determinasi ghrelin, glucose-dependent insulinotropic polypeptide
(GIP) memberikan respon peningkatan respon anoreksia.
Penurunan GIP terjadi pada objek, meskipun intake sedikit kalori
mencegah respon cepat insulin terhadap pasien yang mengalami
anoreksia. (Stock, 2005 dalam Arif Muttaqin 2010)
5) Pada kondisi fungsi tiroid tertekan, kelainan ini hanya bisa
dikoreksi dengan kaliminasi. Kelaparan juga menyebabkan
amenore yang menunjukkan kadar hormon (Luitenizing Hormon
FSH, Gonadotropin, Realisine Hormone). Meskipun begitu,
beberapa pasien anoreksia nervosa menderita amenore sebelum
kehilangan berat badan yang signifikan.
b. Faktor Sosiokultural, pasien anoreksia nervosa mempunyai sejarah
keluarga yang depresi, ketergantungan alkohol atau gangguan makan.
c. Faktor Psikologis, takut gemuk, tekanan untuk berprestasi, perilaku
sosial yang menyetarakan kerampingan dengan kecantikan.
3. Patofisiologi
Pada kondisi kronis memberikan penurunan kandungan asam lemak
essensial (Holman,1995) yang memberikan manifestasi penurunan sintesis
prostagladin sebagai penyusun dan pelindung membran mukosa yang
menyebabkan pasien mempunyai resiko tinggi trauma membran mukosa.
Kurangnya intake lemak dan aktivitas yang selalu dilakukan dengan tujuan
menurunkan berat badan sehingga pasien cenderung lemah dan
memberikan manifestasi gangguan aktifitas sehari-hari, serta resiko infeksi
sekunder dari penurunan imunitas.
Kondisi anoreksia nervosa kronis juga memberikan dampak peningkatan
resiko osteoporosis akibat dari penyusutan masa tulang atau densitas
mineral tulang berkurang sehingga memberikan risiko terjadi fraktur
patologis. (Ringgoti, 1995)
Penurunan asupan kalori mengurangi cadangan lemak untuk disintesis dan
protein didalam tubuh, terjadi ganguan endokrin yang melibatkan aksis
hipotalamus-pituitari-gonad timbul, sehingga terjadi defisiensi estrogen
yang menyebabkan amenorrea. Sedangkan pada pria kadar testosteron
berfluktuasi yang menyebabkan penurunan fungsi ereksi dan jumlah
sperma. (Kimberly, 2011)
Selain itu, asupan kalori yang kurang akan berdampak pada penurunan
motilitas gastrointestial sehingga menyebabkan perlambatan pengosongan
lambung dan konstipasi. (Wals, 2008)
Risiko yang paling serius dari anoreksi adalah memburuknya kondisi fisik
yang tidak dapat ditoleransi sehingga meningkatkan risiko kematian pada
beberapa individu anoreksia nervosa.
4. Manifestasi Klinis
Menurut National Eating Disorders Association (NEDA, 2012), anorexia
nervosa memiliki empat gejala utama sebagai berikut;
a. Perlawanan mempertahankan berat badan pada atau di atas berat badan
minimal yang normal untuk usia dan tinggi.
b. Takut menjadi gemuk, meskipun berat badan dibawah normal.
c. Ketidakpuasan terhadap aspek tertentu pada penampilan fisik atau
penolakan diri yag serius terhadap berat badan rendah.
d. Kehilangan periode menstruasi pada anak perempuan dan wanita
pasca-pubertas.
Pasien anoreksia nervosa dapat diobati dengan baik secara rawat jalan
(outpatient). Akan tetapi, bila pasien menunjukkan setiap tanda berikut,
pasien wajib dirawat di rumah sakit;
a. Penurunan berat badan dengan cepat setara dengan 15% atau lebih dari
massa tubuh normal.
b. Bradikardia persisten (50 kali/meit atau kurang)
c. Hipotensi dengan sistolik kurang dari atau sama dengan 90 mmHg
d. Hipotermia (suhu tubuh inti kurang dari atau sama dengan 36,1ºC)
e. Ditemukan komplikasi medis, pikiran untuk bunuh diri
f. Sabotase persisten atau hambatan untuk terapi rawat jalan akibat
penolakan kondisi dan perlunya mendapat terapi
5. Insidens
Anoreksia nervosa terjadi 5% hingga 10% populasi, lebih dari 90%
menimpa wanita. Anoreksia nervosa terjadi terutama pada remaja dan
dewasa muda, namun dapat juga menyerang wanita yang lebih tua dan
terkadang pria.
6. Komplikasi
a. Amenore
b. Erosi gigi dan gusi serta karies gigi
c. Gagal jantung, denyut jantung abnormal dan tekanan darah yang
sangat rendah mengakibatkan otot jantung sehingga beresiko untuk
megalami gagal jantung.
d. Pengurangan kepadatan tulang (osteoporosis), komposisi tulang
menjadi kering, rapuh akibat densitas mineral tulang mengalami
penurunan.
e. Gagal ginjal, yang diakibatkan dehidrasi berat
f. Kematian
7. Penatalaksanaan
a. Terapi umum
1) Modifikasi perilaku
2) Aktivitas dikurangi bila aritmia jantung
3) Psikoterapi kelompok, keluarga, atau individu
4) Diet seimbang dengan pola makan normal
5) Nutrisi parenteral bila perlu
6) Peningkatan aktivitas fisik secara bertahap ketika terjadi
peningkatan dan stabilisasi berat badan.
b. Pengobatan
1) Suplemen vitamin dan mineral
2) Penggantian elektrolit
3) Serotonin reuptake inhibitors seperti sitalopram, fluoksetin, dan
sertalin setelah terjadi peningkatan berat badan.

B. Bulimia Nervosa
1. Definisi
a. Bulimia nervosa merupakan kelainan perilaku yang ditandai dengan
perilaku gemar makan diikuti oleh rasa bersalah, hina dan mencela diri
dimana muntah diinduksikan sendiri, penggunaan laksatif atau
diuretik, atau membatasi diet atau puasa untuk mengatasi efek gemar
makan berlebih. (Kimberly, 2011)
b. Bulimia nervosa adalah episode berulang makan berlebihan (binge
eating) dan kemudian dengan perlakuan kompensatori (muntah,
berpuasa, beriadah, atau kombinasinya). Makan berlebihan disertai
dengan perasaan subjektif kehilangan kawalan ketika makan. Muntah
yang dilakukan secara sengaja atau beriadah secara berlebihan, serta
penyalahgunaan pencahar, diuretik, amfetamin dan tiroksin juga bisa
terjadi. (Chavez dan Insel, 2007 dalam Arif Muttaqin 2010)
c. Menurut National Eating Disorders Association (NEDA), bulimia
nervosa adalah penyakit gangguan makan yang ditandai oleh siklus
makan sebanyak-banyaknya dan kompensasi perilaku seperti self-
induced (muntah) dirancang untuk membatalkan atau mengkompensasi
efek dari makan yang banyak diluar porsi makan normal.
2. Etiologi
Penyebab bulimia nervosa belum dapat diketahui secara pasti, namun
terdapat faktor sebagai berikut;
a. Faktor biologis, kelainan mental ini juga disebabkan oleh proses
kimiawi yang ada di dalam otak, yaitu adanya kelainan
neurotransmitter dalam otak, utamanya neurotransmitter serotonin
merupakan pemicu terjadinya penyakit bulimia nervosa.
b. Faktor psikologis, masalah penampilan, kurang percaya diri dengan
berat badan yang dimiliki, adanya konflik keluarga.
c. Faktor kebudayaan, penekanan berlebihan pada penampilan fisk
karena pengaruh budaya.
3. Patofisiologi
Penurunan asupan kalori akan menyusutkan lemak dan simpanan protein
dalam tubuh. Defisiensi estrogen terjadi pada wanita karena kurang
substrat lipit untuk sintesis, menyebabkan amenorrea. Sedangkan pada
pria, juga terjadi penurunan fungsi ereksi dan jumlah sperma sebagai
akibar kadar testosteron berfluktuasi. (Kimberly, 2011)
Disebabkan oleh perbuatan muntah yang berulang, seseorang menderita
bulimia nervosa akan mengalami ketidakseimbangan elektrolit dan nutrisi
tidak terpenuhi dengan baik (malnutrisi). Muntah juga menyebabkan erosi
pada email gigi terutama permukaan lidah, bagian belakang lidah (karena
sering terkena gesekan oleh jari untuk diinduksi muntah).
Tidak seperti anoreksia nervosa, bumilia nervosa tidak terjadi gangguan
densitas mineral tulang, hal ini dapat terjadi bergantung pada usia, berat
badan (semakin kurus semakin beresiko). Kebanyakan pasien dengan
bulimia nervosa mengalami depresi yang berujung pada percobaan bunuh
diri.
4. Manifestasi Klinis
Menurut National Eating Disorders Association (NEDA, 2012) bulimia
nervosa memiliki tiga gejala utama sebagai berikut;
a. Reguler asupan makanan dalam jumlah besar disertai dengan rasa
kehilangan kontrol saat makan.
b. Biasa menggunakan perilaku kompensasi yang tidak pantas self-
induced seperti muntah, pencahar atau penyalahgunaan diuretik, puasa,
atau olahraga.
c. Perhatian yang ekstrim dengan berat badan dan bentuk tubuh.
5. Insidens
Perbandingan angka kejadian antara pria dan wanita adalah 1 : 9. Antara
1% dan 3% remaja dan wanita muda memenuhi kriteria diagnostik; 5%
hingga 15% mengalami beberapa gejala penyakit. Bulimia telah
ditemukan dikalagan remaja atau masa dewasa awal.
6. Komplikasi
a. Gagal jantung, ketidakseimbangan elektrolit yang dapat menyebabkan
denyut jantung tidak teratur dan memungkinkan terjadi gagal jantung
b. Kematian, ketidakseimbangan elektrolit disebabkan oleh dehidrasi dan
hilangnya kalium dan natrium dari tubuh
c. Peradangan dan kemungkinan pecahnya esophagus dari sering muntah.
d. Kerusakan gigi dan pewarnaan dari asam lambung yang dilepaskan
selama sering muntah.
e. Buang air besar tidak teratur kronis dan sembelit sebagai akibat dari
penyalahgunaan pencahar.
f. Pecah lambung adalah efek samping yang jarang terjadi tetapi
mungkin dari makan yang terlalu banyak
7. Penatalaksanaan
a. Terapi umum
1) Psikoterapi psikoanalitik atau CBT (Cognitive Behavioral
Therapy)
2) Kelompok swabantu
3) Rehabilitasi sosial
4) Diet seimbang
5) Observasi pola makan
6) Observasi aktivitas
b. Pengobatan, antidepresan seperti fluoksetin.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnese
a. Data demografi
Identitas yang dikaji meliputi nama, usia, jenis kelamin, tempat tinggal
sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga, dan keterangan
lain mengenai identitas pasien.
b. Pengkajian psikologis dan gaya hidup biasanya didapatkan pada
remaja dan menganggap dirinya tidak menarik, tidak sehat dan juga
tidak diinginkan.
c. Pengkajian psikososiokultur dan kondisi lingkungan didalam keluarga.
Keluhan utama, keinginan menjadi kurus karena merasa kegemukan.
d. Riwayat kesehatan terdahulu, sering didapatkan penggunaan obat
penahan nafsu makan, diuretika, laksatif (pencahar) atau alkhohol.
e. Riwayat kesehatan keluarga, mengkaji keluarga ada atau tidak yang
pernah mengalami bulimia atau anoreksia nervosa.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menilai adanya perubahan atau
gangguan terhadap fungsi vital antropometri : pemeriksaan Berat badan
dan antropometri dilakukan untuk menilai status nutrisi. Adanya gangguan
endokrin yang meluas, melibatkan hypotalamus pituytary-gonadal aksis,
dengan manifestasi pada wanita sebagai amenorea dan pada pria yaitu
kehilangan minat dan potensi seksual.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Pemeriksaan darah, kadar hemoglobin, hitung trombosit dan hitung
leukosit menurun
2) Elektrolit serum menunjukkan peningkatan kadar bikarbonat,
penurunan kadar kalium, dan penurunan kadar natrium.
3) Tes glukosa, glukosa darah menurun
4) Kolesterol, kadar kolesterol menurun
5) Pada wanita, kadar luteinizing hormon (LH) serum dan follicle-
stimulating hormone (FSH) menurun.
6) Kadar triiodotironin menurun
b. Prosedur diagnostik
EKG dapat menujukkan interval ST nonspesifik, perubahan
gelombang T dan interval PR memanjang; atirmia ventrikel juga dapat
terjadi.
c. Pemeriksaan beck depression inventory dapat mengidentifikasi depresi
penyerta.

B. Masalah Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
2. Resiko ketidakseimbagan elektrolit
3. Intoleransi aktivitas
4. Gangguan citra tubuh

C. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pemenuhan
kebutuhan nutrisi pasien tercukupi.
Kriteria Hasil :
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai tujuan
b. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
c. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
NIC :
a. Kaji adanya alergi makanan
b. Monitor adanya penurunan berat badan
c. Berikan substansi gula
d. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
e. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
f. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien.
2. Resiko ketidakseimbangan elektrolit
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan terjadi
keseimbangan elektrolit
Kriteria Hasil :
a. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
b. Elastisitas turgor kulit baik
c. Tidak ada rasa haus yang berlebih
d. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB
NIC :
a. Kaji tanda-tanda vital
b. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik)
c. Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
d. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
e. Berikan cairan IV
f. Dorong masukan oral
g. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
h. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk
3. Intoleransi aktivitas
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kondisi klien
stabil saat melakukan aktivitas
Kriteria Hasil :
a. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri
b. Status sirkulasi baik
c. Tanda-tanda vital normal
NIC :
a. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
b. Monitor intake nutrisi yang adekuat sebagai sumber energi
c. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan sosial
d. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
e. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan
program terapi yang tepat
4. Gangguan citra tubuh
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil :
a. Body image positif
b. Mampu mengidentifikasi kekuatan personal
c. Mendiskipsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh
d. Mempertahankan interaksi sosial
NIC :
a. Kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap tubuhnya
b. Monitor frekuensi mengritik diri
c. Jelaskan tentang pengobatan, perawatan penyakit
d. Dorong klien mengungkapkan perasaannya
e. Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Anorekia nervosa adalah penyakit psikologis berupa kelaparan yang
disengaja akibat gangguan citra tubuh.
2. Bulimia nervosa adalah episode berulang makan berlebihan (binge eating)
dan kemudian dengan perlakuan kompensatori (muntah, berpuasa,
beriadah, atau kombinasinya).
3. Tanda utama anoreksia nervosa yaitu perlawanan mempertahankan berat
badan sesuai usia, takut menjadi gemuk, ketidakpuasan pada penampilan
fisik, amemorrea.
4. Tanda utama bulimia nervosa yaitu asupan makanan dalam jumlah besar
disertai dengan rasa kehilangan kontrol saat makan, perilaku kompensasi,
perhatian yang ekstrim dengan berat badan dan bentuk tubuh.
5. Komplikasi anoreksia nervosa yaitu amenore, erosi gigi dan gusi serta
karies gigi, gagal jantung, gagal ginjal, osteoporosis hingga kematian.
Komplikasi bulimia nervosa yaitu gagal jantung, peradangan dan
kemungkinan pecahnya esophagus, kerusakan gigi, pecah lambung, hingga
kematian.
6. Masalah keperawatan anoreksia nervosa dan bulimia nervosa yaitu
ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, resiko
ketidakseimbagan elektrolit, harga diri rendah situasional, disfungsi
seksual, hambatan mobilitas fisik.

B. Saran
Makalah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran sangat
membantu bagi kami.
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif & Kumala Sari. 2010. Gangguan Gastroitestinal: Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.

Kimberly A. J. Billota. 2011. Kapita Selekta Penyakit: dengan implikasi


keperawatan. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Rushing, Jona., et all. Bulimia Nervosa: A Primary Care Review. Primary Care
Companin J Clin Psychiactry: 2003;5;217-224.
TELAAH JURNAL

A. JUDUL
Perawatan komplikasi medis anoreksia nervosa dan bulimia nervosa

B. PENELITI
1. Philip S Mehler
2. Mori J Krantz
3. Katherine V Sachs

C. ANALISA
Pada jurnal ini bertujuan untuk mengetahui perawatan komplikasi medis pada
pasien dengan anoreksia nervosa dan bulimia nervosa.
1. Anorexia nervosa
a. Pengobatan amenorea sekunder dan infertilitas
Ada sebuah literatur bahwa berat badan mempunyai kolerasi yang
dengan terjadinya menstruasi.
Wanita dengan amenore, dimana hipotalamus telah terbukti memiliki
kadar leptin yang rendah, dua penelitian telah menunjukkan bahwa
pemberian leptin rekombinan dapat mengembalikan fungsi dari sumbu
hipotalamus-gonad, dengan kembalinya menstruasi.
Wanita dengan riwayat anoreksia nervosa yang hamil berada pada
risiko lebih besar untuk komplikasi kehamilan seperti hiperemesis
gravidum, dan aborsi spontan, serta hasil neonatal yang merugikan
seperti berat lahir rendah. Namun, pada masalah ini belum ada
tindakan pencegahan ataupun pengobatan.
b. Pengobatan penyakit tulang
Penurunan kepadatan mineral tulang umumnya ditemukan di anoreksia
nervosa. Anoreksia nervosa tiga kali lebih mungkin untuk mengalami
patah tulang.
Terapi farmakologi adjuvant yang dapat membantu dalam pemulihan
kepadatan tulang, mengingat usia sering awal onset dan jangka
panjang meningkatkan risiko patah tulang.
Selain terapi farmakologi, ada terapi pengganti estrogen biasanya
dalam bentuk kontrasepsi oral (dokter jarang meresepkan ini, karena
kurangnya pengetahuan tentang rekomendasi ini).
Osteoporosis parah pada laki-laki dengan kadar testosteron yang
rendah, maka dapat diberikan injeksi testosteron atau terapi Patch
sampai kembali normal.
Peningkatan substansial kepadatan tulang terjadi setelah enam bulan
terapi pada wanita dengan anoreksia nervosa, dengan pemberian
kalsium (1200 mg / hari) dan vitamin D (800 IU / hari) untuk
pertumbuhan tulang dan pengembangan.
c. Pengobatan komplikasi kardiovaskular
Komplikasi kardiovaskular utama gangguan makan meliputi
hemodinamik, sistem konduksi, dan perubahan struktur jantung, lebih
efektif dengan pemberian cairan intravena. Selain itu menyarankan
pasien untuk melakukan pengujian treadmill provokatif untuk menilai
cadangan listrik jantung.
d. Pengobatan komplikasi gastrointestinal
Modifikasi diet dapat berfungsi sebagai pengobatan yang efektif dan
cukup untuk beberapa pasien, yaitu dengan membagi kalori harian ke
makanan yang lebih kecil dimakan sepanjang hari, menggunakan
suplemen cair, makanan padat kalori, menghindari serat berlebihan
dapat membantu mengurangi beberapa gejala gastroparesis.
Metoclopramide, antagonis reseptor dopamin, sangat efektif bahkan
dalam dosis kecil (2,5 mg sebelum makan), untuk mempercepat
pengosongan lambung dan mengurangi gejala mengganggu kenyang
awal yang mengganggu rehabilitasi gizi.
Ada studi kasus yang mendukung penggunaan nutrisi parenteral total
(TPN) untuk jangka waktu yang singkat dalam kasus anak SMA.
2. Bulimia nervosa
a. Gastrointestinal
Untuk pasien dengan bulimia nervosa, pengobatan gejala refluks asam
mereka sesuai rencana pengobatan yang biasa umumnya digunakan
untuk pasien dengan gangguan ini, yaitu proton pump inhibitor, kepala
tempat tidur elevasi dan meminimalkan asupan oral dalam beberapa
jam sebelum tidur.
Pasien bulimia dirujuk untuk melakukan endoskopi atas, karena terjadi
peningkatan risiko karsinoma esofagus akibat tindakan self-induced
muntah.
Pengobatan konsekuensi gigi akibat dari self-induced, dapat
mengakibatkan kerusakan pada enamel gigi, dengan perawatan
kebersihan gigi, menyikat ringan dengan pasta gigi berbasis fluoride
segera setelah muntah.
Untuk penghentian muntah yang mendadak dapat diberikan sialagouge
seperti permen tart, yang diberikan pada sisi wajah beberapa kali per
hari. Selain itu dengan pemberian obat anti-inflamasi dosis rendah
seperti ibuprofen.
Pemberian pencahar osmotik, tiga sampai empat kali per hari untuk
pasien yang memiliki riwayat pengguna pencahar stimulan dalam
jangka panjang. Selain itu, pemberian eritromisin dosis 250 mg dua
sampai tiga kali per hari, untuk merangsang transit usus.
b. Gangguan cairan dan elektrolit
Penggunaan intravena saline digunakan untuk pasien mengalami
dehidrasi. Selain itu, pemberian spironolactone dosis 25 mg sekali
sehari, selama dua sampai tiga minggu untuk memblokir aldosteron
dan meniadakan kecenderungan terhadap pembentukan edema dan
berat badan yang berlebihan.
Diet rendah sodium telah dimasukkan ke dalam program pengobatan
untuk pasien bulimia nervosa dengan kecenderungan pembentukan
edema. Efek samping dari pembatasan diet garam dapat mengaktifkan
mineralokortikoid signaling reseptor dan dengan demikian
menggagalkan upaya untuk berhasil "detoks" pada pasien bulimia
nervosa.

Selain dengan pengobatan dan perawatan pada setiap komplikasi medis dari
anoreksia nervosa dan bulimia nervosa. Pasien seharusnya diberikan nasihat untuk
mendorong dalam peningkatan rehabilitasi gizi dan restorasi berat badan

Anda mungkin juga menyukai