STIGMA
Kelompok J
Nama Anggota
• Melasari Ika Safitri NIM 162310101121
• Rosa Rizqi A NIM 162310101138
• Akhmad Naufal Su’ud NIM 162310101172
• Devi Nur Indah S NIM 162310101187
LATAR BELAKANG
HIV/AIDS merupakan pandemi di semua kawasan di indonesia.
Penyakit ini beberapa tahun terakhir menunjukkan peningkatan angka
kejadian yang mengkhawatirkan, yaitu jumlah kumulatif HIV yang
dilaporkan sampai dengan desember 2013 sebanyak 127.416,
sedangkan jumlah komulatif AIDS sebanyak 52.348 kasus, dengan
jumlah kematian karena HIV/AIDS sebanyak 9.585 kasus (kemenkes
RI,2013).
Stigma dan diskriminasi terkait HIV bertahan sebagai hambatan utama
untuk HIV yang efektif respon di semua bagian dunia , dengan survei
nasional menemukan bahwa diskriminasi pengobatan orang yang
hidup dengan HIV terus terjadi dibeberapa aspek kehidupan,
termasuk akses ke perawatan kesehatan (UNAIDS, 2013).
• Dalam studi lain yang meminta 210 pemuda Aborigin, berusia 15 sampai
dengan 30 tahun yang merupakan warga Kanada untuk menggambarkan
bagaimana pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan ketika mereka
melakukan tes HIV pada waktu terakhir kalinya memeriksakan diri.
Sebagian besar responden survei melaporkan bahwasannya mereka
diperlakukan dengan hati-hati oleh tenaga kesehatan sebanyak 80%,
diperlakukan dengan rasa hormat sebanyak 77% dan diperlakukan
dengan baik sebanyak 76%. Namun, beberapa peserta melaporkan
masih terdapat tenaga kesehatan yang memiliki stigma dan
memperlakukan mereka dengan buruk. Terdapat 19% tenaga
kesehatan yang masih diperlakukan mereka seakan mereka adalah
musuh, memperlakukan ODHA dengan sikap seakan-akan mereka
ketakutan sebanyak 12%, dan sebanyak 11% melakukan diskriminasi
atau melakukan penghindaran sebanyak 10% ( White E dan Jason G.
2015).
STIGMA ?
Stigma adalah proses sosial untuk mendevaluasi orang, dimulai
dengan menandai atau memberi label perbedaan,
menghubungkan konotasi atau nilai negatif dengan perbedaan
itu, yang mengarah pada menjauhkan dan memisahkan orang
tersebut dan memuncak dalam diskriminasi (Jain et al dalam
Doka et al, 2017).
STIGMA PADA ODHA OLEH NAKES
Berdasarkan sebuah penelitian oleh Zukoski et al dalam Stringer et
al (2016) ODHA menyatakan bahwa stigma terkait HIV sering
dirasakan oleh ODHA di Amerika Serikat.
3 Tema stigma yang didapatkan
• Sikap, Keyakinan dan Perilaku
Faktor yang terkait dengan perilaku stigma, sikap, atau keyakinan
bervariasi berdasarkan jenis kelamin, ras, agama, kategori penyedia
(misalnya, perawat, praktisi perawat, dan dokter perawatan
primer),Beberapa temuan menunjukkan bahwa pasien sering dipandang
sebagai warga miskin, memiliki banyak pasangan seksual dalam hidup
mereka, dan sering terlibat dalam perilaku seksual berisiko lainnya.
• Kualitas Perawatan Pasien
Tiga studi meneliti bagaimana penyedia stigma terhadap ODHA yang
beresiko untuk HIV dapat mempengaruhi perawatan pasien. Penyedia
takut tertular HIV melalui pajanan menyebabkan penurunan kualitas
pelayanan, penolakan perawatan, dan kecemasan saat memberikan
pelayanan kepada ODHA.
• Pendidikan dan Pelatihan
Dua artikel diperiksa dalam menentukan pendidikan dan
pelatihan tenaga kesehatan. Ditemukan hasil bahwa penyedia
layanan kesehatan yang mendapatkan pendidikan dan pelatihan
tentang HIV berperilaku stigma lebih rendah dibanding dengan
penyedia layanan kesehatan yang tidak mendapatkan
pendidikan dan pelatihan.
STIGMA TENAGA KESEHATAN TERHADAP
ODHA (SUMBER LAIN)
Berdasarkan penelitian Zukoski et al dalam Stringer et al (2016)
ODHA menyatakan bahwa stigmatisasi yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan seperti dalam pengaturan perawatan
kesehatan, penghindaran pasien oleh tenaga kesehatan, dan
tindakan pencegahan yang berbeda atau berlebihan
(penggunaan pakaian pelindung maupun sarung tangan ganda).
Penelitian oleh Doka et al (2017) tentang stigma dan
diskriminasi terkait HIV/AIDS oleh penyedia layanan kesehatan di
fasilitas kesehatan tersier di Rumah Sakit Spesialis Gombe
mendapatkan hasil sebagai berikut:
a. 155 responden tidak setuju apabila seharusnya ODHA malu
b. 31 responden setuju apabila ODHA menerima penolakan
c. 116 responden setuju apabila ODHA yang tertular dari
perilaku seks seharusnya malu
Pada kuesioner selanjutnya tentang perilaku dan sikap stigmatasi dan
deskriminasi ODHA
a. 59 responden setuju dengan pernyataan bahwa tenaga kesehatan
takut apabila merawat ODHA
b. 34 responden setuju dengan pernyataan bahwa tenaga kesehatan
apabila diberi pilihan, lebih memilih untuk tidak merawat ODHA
c. 90 responden setuju dengan pernyataan bahwa tenaga kesehatan
tersebut tidak memiliki cukup pelatihan untuk merawat ODHA
d. 40 responden setuju pada pernyataan bahwa merawat ODHA
merupakan pemborosan sumber daya medis
LANJUTAN ....
a. 69 responden tidak percaya bahwa ODHA pantas mendapatkan
perawatan khusus
b. 176 responden setuju dengan pernyataan sebagai penyedia
layanan kesehatan tidak boleh membahas status ODHA dengan
orang tidak terlibat dengan perawatan ODHA tersebut
c. 84 responden setuju dengan pernyataan sebagai tenaga
kesehatan perlu untuk menghilangkan rasa malu dan penolakan
terkait ODHA