Anda di halaman 1dari 28

MACAM-MACAM TEORI PERKEMBANGAN DAN

PERTUMBUHAN ANAK
By : Kelas D 2016
Teori Perkembangan Sigmeun Freud
a. Fase oral (0 – 1 tahun)
Pusat aktivitas yang menyenagka di dalam mulutnya, anak mendapat kepuasaan saat mendapat ASI, kepuasan
bertambah dengan aktifitas mengisap jari dan tangannya atau benda – benda sekitarnya
b. Fase anal (2 – 3 tahun)
Meliputi retensi dan pengeluaran feces. Pusat kenikmatanya pada anus saat BAB, waktu yang tepat untuk mengajarkan
disiplin dan bertanggung jawab.
c. Fase Urogenital atau faliks (usia 3 – 4 tahun)
Tertarik pada perbedaan antomis laki dan perempuan, ibu menjadi tokoh sentral bila menghadapi persoalan. Kedekatan
ank laki – laki pada ibunya menimbulkan gairah sexual dan perasaan cinta yang disebut oedipus compleks.
d. Fase latent (4 – 5 tahun sampai masa pubertas )
Masa tenang tetapi anak mengalami perkembangan pesat aspek motorik dan kognitifnya. Disebut juga fase homosexual
alamiah karena anak – nak mencari teman sesuai jenis kelaminnya, serta mencari figur (role model) sesuai jenis
kelaminnya dari orang dewasa.
e. Fase Genitalia
Alat reproduksi sudah muali matang, heteroseksual dan mulai menjalin hubungan rasa cinta dengan berbeda jenis
kelamin.
Teori Perkembangan Piaget
a. Tahap sensori – motor (0 – 2 tahun)
Prilaku anak banyak melibatkan motorik, belum terjadi kegiatan mental yang bersifat simbolis (berfikir). Sekitar usia
18 – 24 bulan anak mulai bisa melakukan operations, awal kemampuan berfikir
b. Tahap pra operasional (2 – 7 tahun)
Tahap pra konseptual (2 – 4 tahun) anak melihat dunia hanya dalam hubungan dengan dirinya, pola pikir
egosentris. Pola berfikir ada dua yaitu : transduktif ; anak mendasarkan kesimpulannya pada suatu peristiwa
tertentu (ayam bertelur jadi semua binatang bertelur) atau karena ciri – ciri objek tertentu (truk dan mobil sama
karena punya roda empat). Pola penalaran sinkretik terjadi bila anak mulai selalu mengubah – ubah kriteria
klasifikasinya. Misal mula – mula ia mengelompokan truk, sedan dan bus sendiri – sendiri, tapi kemudia
mengelompokan mereka berdasarkan warnanya, lalu berdasarkan besar – kecilnya dst. Tahap intuitif ( 4 – 7 tahun)
Pola fikir berdasar intuitif, penalaran masih kaku, terpusat pada bagian bagian terentu dari objek dan semata –mata
didasarkan atas penampakan objek.
c. Tahap operasional konkrit (7 – 12 tahun)
Konversi menunjukan anak mampu menawar satu objek yang diubah bagaimanapun bentuknya, bila tidak ditambah
atau dikurangi maka volumenya tetap. Seriasi menunjukan anak mampu mengklasifikasikan objek menurut berbagai
macam cirinya seperti : tinggi, besar, kecil, warna, bentuk dst.
d. Tahap operasional – formal (mulai usia 12 tahun)
Anak dapat melakukan representasi simbolis tanpa menghadapi objek – objek yang ia fikirkan. Pola fikir menjadi
lebih fleksibel melihat persoalan dari berbagai sudut yang berbeda.
Teori Perkembangan Erickson
a. Trust vs. missstrust ( 0 – 1 tahun)
Kebutuhan rasa aman dan ketidakberdayaannya menyebabkan konflik basic trust dan mistrust, bila anak
mendapatkan rasa amannya maka anak akan mengembangkan kepercayaan diri terhadap lingkungannya, ibu
sangat berperan penting.
b. Autonomy vs shame and doubt ( 2 – 3 tahun)
Organ tubuh lebih matang dan terkoordinasi dengan baik sehingga terjadi peningkatan keterampilan motorik, anak
perlu dukungan, pujian, pengakuan, perhatian serta dorongan sehingga menimbulkan kepercayaan terhadap
dirinya, sebaliknya celaan hanya akan membuat anak bertindak dan berfikir ragu – ragu. Kedua orang tua objek
sosial terdekat dengan anak.
c. Initiatif vs Guilty (3 – 6 tahun)
Bila tahap sebelumnya anak mengembangkan rasa percaya diri dan mandiri, anak akan mengembnagkan
kemampuan berinisiatif yaitu perasaan bebas untuk melalukan sesuatu atas kehendak sendiri. Bila tahap
sebelumnya yang dikembangkan adalah sikap ragu-ragu, maka ia kan selalu merasa bersalah dan tidak berani
mengambil tindakan atas kehendak sendiri.
d. Industry vs inferiority (6 – 11 tahun)
Logika anak sudah mulai tumbuh dan anak sudah mulai sekolah, tuntutan peran dirinya dan bagi orang lain
semakin luas sehingga konflik anak masa ini adalah rasa mampu dan rendah diri. Bila lingkungan ekstern lebih
banyak menghargainya maka akan muncul rasa percaya diri tetapi bila sebaliknya, anak akan rendah diri
e. Identity vs Role confusion ( mulai 12 tahun)
Anak mulai dihadapkan pada harapan – harapan kelompoknya dan dorongan yang makin kuat untuk mengenal
dirinya sendiri. Ia mulai berfikir bagaimana masa depannya, anak mulai mencari identitas dirinya serta perannya, jiak
ia berhasil melewati tahap ini maka ia tidak akan bingung menghadapi perannya
f. Intimacy vs Isolation (dewasa awal)
Individu sudah mulai mencari pasangan hidup. Kesiapan membina hubungan dengan orang lain, perasaan kasih
sayang dan keintiman, sedang yang tidak mampu melakukannya akan mempunyai perasaan terkucil atau tersaing.
g. Generativy vs self absorbtion (dewasa tengah)
Adanya tuntutan untuk membantu orang lain di luar keluarganya, pengabdian masyarakat dan manusia pada
umumnya. Pengalaman di masa lalu menyebabkan individu mampu berbuat banyak untuk kemanusiaan, khususnya
generasi mendatang tetapi bila tahap – tahap silam, ia memperoleh banyak pengalaman negatif maka mungkin ia
terkurung dalam kebutuhan dan persoalannya sendiri.
h. Ego integrity vs Despair (dewasa lanjut)
Memasuki masa ini, individu akan menengok masa lalu. Kepuasan akan prestasi, dan tindakan-tindakan dimasa lalu
akan menimbbulkan perasaan puas. Bila ia merasa semuanya belum siap atau gagal akan timbul kekecewaan yang
mendalam.
Teori Perkembangan Kohlberg
a. Pra-konvensional
Mulanya ditandai dengan besarnya pengaruh wawasan kepatuhan dan hukuman terhadap
prilaku anak. Penilaian terhadap prilaku didasarkan atas akibat sikap yang ditimbulkan oleh
prilaku. Dalam tahap selanjutnya anak mulai menyesuaikan diri dengan harapan – harapan
lingkungan untuk memperoleh hadiah, yaitu senyum, pujian atau benda.
b. Konvensional
Anak terpaksa menyesuaikan diri dengan harapan lingkungan atau ketertiban sosial agar disebut
anak baik atau anak manis
c. Purna konvensional
Anak mulai mengambil keputusan baik dan buruk secara mandiri. Prinsip pribadi mempunyai
peranan penting. Penyesuaian diri terhadap segala aturan di sekitarnya lebih didasarkan atas
penghargaannya serta rasa hormatnya terhadap orang lain
Teori Perkembangan Hurolck
Menurut Hurlock, masa bayi mempunyai emosi yang berupa kegairahan umum,
sebelum bayi bicara ia sudah mengembangkan emosi heran, malu, gembira,
marah dan takut. Perkembangan emosi sangat dipengaruhi oleh faktor
kematangan dan belajar. Pengalaman emosional sangat tergantung dari
seberapa jauh individu dapat mengerti rangsangan yang diterimanya. Otak
yang matang dan pengalaman belajar memberikan sumbangan yang besar
terhadap perkembangan emosi, selanjutnya perkembngan emosi dipengaruhi
oleh harapan orang tua dan lingkungan
KONDISI DAN MASALAH PADA
TIAP TAHAP PERKEMBANGAN
Tahap Perkembangan Psikososial
Erikson
1. MASALAH PERKEMBANGAN
PSIKOSOSIAL BAYI (0-18 bulan)
 Menangis menjerit-jerit saat berpisah
Berkembangnya dengan ibu
rasa  Tidak mau berpisah sama sekali
Tidak dengan ibunya
percaya  Tidak mudah berhubungan dengan
orang lain
1. Karakteristik perilaku sesuai tugas perkembangan
• Tidak langsung menangis saat bertemu orang asing
• Menolak saat akan digendong orang yang tidak dikenalnya
• Menangis saat digendong orang yang tidak dikenalnya
• Menangis saat merasa tidak nyaman (basah, lapar, haus, sakit, • Berkembangnya
panas) rasa percaya
• Bereaksi senang ketika ibunya datang menghampiri
• Menangis ketika ditinggalkan oleh ibunya
• Memperhatikan/memandang wajah ibu/orang yang mengajak
bicara
• Mencari suara ibu/orang lain yang memanggil namanya
2. MASALAH PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
KANAK-KANAK (18 BULAN – 3 TH)

• Tidak berani untuk melakukan


sesuatu/kegiatan
• Merasa takut melakukan sesuatu
Risiko mengembangkan
ragu-ragu dan malu • Merasa terpaksa dalam melakukan
tindakan
• Melakukan tindakan dengan ragu - ragu
2. Karakteristik Perilaku Kanak-kanak Sesuai Tugas
Perkembangan
• Mengenal dan mengakui namanya
• Sering menggunakan kata “jangan/tidak/nggak”
• Banyak bertanya tentang hal/benda yang asing baginya (api, air,
ketinggian, warna dan bentuk benda) • Potensial
• Mulai melakukan kegiatan sendiri dan tidak mau diperintah
misalnya minum sendiri, makan sendiri, berpakaian sendiri mengembangkan
• Bertindak semaunya sendiri dan tidak mau diperintah kemandirian
• Mulai bergaul dengan orang lain tanpa diperintah
• Mulai bermain dan berkomunikasi dengan anak lain diluar
keluarganya
• Hanya sebentar mau berpisah dengan orangtua
• Menunjukkan rasa suka dan tidak suka
• Mengikuti kegiatan keagamaan yang dilakukan keluarga
3. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK
PRASEKOLAH (3-6 TH)

• Tidak percaya diri , malu untuk tampil


didepan umum
• Pesimistis , tidak memilik cita – cita
RASA BERSALAH
• Takut salah melakukan sesuatu
• Malas melakukan kegiatan dan tidak
mempunyai inisiatif
3. Karakteristik Perilaku Pra Sekolah Sesuai Tugas Perkembangan

 Berinisiatif menggunakan situasi dirumah untuk bermain, misalnya


menyusun kursi menjadi kereta api menggumpulkan kulit permen / batu
dll
 Melakukan pekerjaan sederhana misalnya membuang sampah , melipat
kain , meletakkan sepatu pada tempatnya
 Mengenal minimal empat warna • INISIATIF
 Berbicara dalam bentuk kalimat
 Senang bermain dengan teman sebaya
 Cerita yang berkhayal
 Mudah berpisah dengan orang tuanya
 Mengenal jenis kelamin
4. MASALAH PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK USIA
SEKOLAH

• Tidak mau mengerjakan tugas sekolah


• Membangkang pada orang tua untuk
mengerjakan tugas
• Tidak ada kemauan untuk bersaing dan terkesan
Inferiority malas
• Tidak mau terlibat dalam kegiatan kelompok
• Memisahkan diri dari teman sepermainan dan
teman sekolah
4. Karakteristik perilaku anak usia sekolah (6-12 th) Sesuai tugas
perkembangan

• Menyelesaikan tugas sekolah atau rumah yang diberikan


• Mepunyai rasa bersaing (kompetisi)
• Senang berkelompok dengan teman sebaya dan mempunyai
• industry
sahabat karib
• Berperan dalam kegitan kelompok
5. MASALAH PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL REMAJA (12-18 TH)

• Tidak menemukan ciri khas (kekuatan dan kelemahan) dirinya


• Merasa bingung, bimbang
• Tidak mempunyai rencana untuk masa depan

Role • Tidak mampu berinteraksi dengan lingkungannya


• Memiliki perilaku antisosial

confusion • Tidak menyukai dirinya


• Sulit mengambil keputusan
• Tidak mempunyai minat
• Tidak mandiri
5. Karakteristik perilaku Sesuai Tugas Perkembangan

• Menilai diri secara objektif


• Merencanakan masa depannya
• Dapat mengambil keputusan
• Menyukai dirinya
• Berinteraksi dengan lingkungannya
• Bertanggung jawab
• Mulai melihatkan kemandirian dalam keluarga
• Menyelesaikan masalah dengan meminta bantuan orang lain yang menurutnya
mampu

Identity
KEBIJAKAN DAN PROGRAM
PEMERINTAH
UNTUK MENINGKATKAN DERAJAT
KESEHATAN ANAK
KEBIJAKAN

Dalam undang-undang pokok kesehatan no IX tahun 1960 pasal 3 ayat 1 disebutkan


bahwa, pertumbuhan anak yang sempurna dalam lingkungan hidup yang sehat adalah penting
untuk mencapai generasi yang sehat dan bangsa yang kuat.
Undang-undang Perlindungan Anak Nomer 23
tahun 2002 pasal 44-47

Pasal 44
1. Pemerintah wajib menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang komperehensif bagi
anak, agar setiap anak memperoleh derajat kesehatan yang optimal sejak dalam kandungan.
2. Penyediaan fasilitas dan penyelenggaraan upaya kesehatan yang komperehensif sebagaimana yang dimaksud
dalam ayat 1 didukung oleh peran serta masyarakat.
3. Upaya kesehatan yang komperehensif sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif baik untuk pelayanan kesehatan dasar maupun rujukan.
4. Upaya kesehatan yang komperehensif sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 diselenggarakan secara
Cuma-Cuma bagi keluarga yang tidak mampu.
5. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, 2, 3, dan ayat 4 disesuaikan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
Pasal 45
1. Orang tua dan keluarga bertanggung jawab menjaga kesehatan anak dan merawat anak sejak dalam
kandungan.
2. Dalam hal orangtua dan keluarga yang tidak mampu melaksanakan tanggungjawab sebagaimana yang
dimaksud dalam ayat 1 maka pemerintah wajib memenuhinya.
3. Kewajiban sebagaimana dimaksud ayat 2 pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
Pasal 46
Negara, pemerintah, keluarga, dan orangtua wajib mengusahakan agar anak yang lahir terhindar dari penyakit yang
mengancam kelangsungan hidup dan atau menimbulkan kecacatan.
Dalam undang-undang kesehatan nomer 23 tahun 1992 pasal 21 disebutkan bahwa
1. Pengamanan makanan dan minuman diselenggarakan untuk melindungi masyarakat dan makanan dan minuman yang
tidak memenuhi ketentuan mengenai standar dan atau persyaratan kesehatan.
2. Setiap makanan dan minuman yang dikemas wajib diberi tanda atau label yang berisi:
a. Bahan yang dipakai
b. Komposisi yang dipaai
c. Tanggal, bulan dan tahun kadaluarsa
d. Ketentuan lainnya
3. Makanan dan minuman yang tidak memenuhi standar ketentuan dan atau persyaratan kesehatan dan atau
membahayakan kesehatan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 dilarang untuk diedarkan, ditarik dari peredaran, da
disita untuk dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
4. Ketentuan mengenai pengamanan makanan dan minuman sebagaimana dimaksud dalam ayat 1,2 dan 3 ditetapkan
dengan peraturan pemerintah
PROGRAM
Upaya Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB)
Dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), kegiatan
intervensi dilakukan mengikuti siklus hidup manusia sebagai berikut:
a) Ibu Hamil dan Bersalin:
(1) Mengupayakan jaminan mutu Ante Natal Care (ANC) terpadu.
(2) Meningkatkan jumlah Rumah Tunggu Kelahiran (RTK).
(3) Meningkatkan persalinan di fasilitas kesehatan.
(4) Menyelenggarakan konseling Inisiasi Menyusui Dini dan KB pasca persalinan.
(5) Meningkatkan penyediaan dan pemanfaatan buku KIA.
b) Bayi dan Ibu Menyusui:
(1) Mengupayakan jaminan mutu kunjungan neonatal lengkap.
(2) Menyelenggarakan konseling Air Susu Ibu (ASI) eksklusif.
(3) Menyelenggarakan pelayanan KB pasca persalinan.
(4) Menyelenggarakan kegiatan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI).
c) Balita:
(1) Melakukan revitalisasi Posyandu.
(2) Menguatkan kelembagaan Pokjanal Posyandu.
(3) Meningkatkan transformasi KMS ke dalam Buku KIA.
(4) Menguatkan kader Posyandu.
(5) Menyelenggarakan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Balita.
d) Anak Usia Sekolah:
(1) Melakukan revitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
(2) Menguatkan kelembagaan Tim Pembina UKS.
(3) Menyelenggarakan Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS).
(4) Mengembangkan penggunaan rapor kesehatan.
(5) Menguatkan SDM Puskesmas.
DAPUS
• BKKBN. 2016. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

• Permenkes nomor 39 tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga. Dapat diakses pada :
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.depkes.go.id/resources/download/lain/PMK_N
o.39_ttg_PIS_PK.pdf&ved=2ahUKEwi1gLr33cPdAhVOXn0KHb_SAaAQFjACegQIBxAB&usg=AOvVaw12cBN1PR
CpeCzE4t3Y8fvK

Anda mungkin juga menyukai