Anda di halaman 1dari 10

Kelompok 3 :

1. Irsalina Nabilah Ali 16-125


2. Febria Marfuatul F. 16-136
3. Liyah Elsa Nur C. 16-141
4. M. Nazeh Aminudin 16-155
Pengaruh Stress Terhadap
Respon Imunitas Tubuh
Stresor didefinisikan sebagai stimulus yang oleh
otak dianggap ancaman dan menimbulkan keadaan
disforik, serta fisiologis meningkatkan produksi
noradrenalin dan adrenalin untuk mekanisme
melawan atau lari.
Stresor mencakup rasa nyeri, persepsi ancaman,
dan “keterpaksaan” melakukan aktifitas yang tidak
mengikuti ritme fisiologik seperti ritme Sirkadian.
Semua stresor ini dipersepsi oleh otak sebagai kondisi
disforik yang menimbulkan kondisi stres dan
mempengaruhi semua fungsi homeostasis mulai dari
kardiovaskular sampai fungsi imun. Selanjutnya
ditemukan bahwa sitokin sebagai bagian sistem imun
ternyata juga mengendalikan neuron dan sel glia otak.
Berdasarkan peran otak tersebut,
psikoneuroimunologi mengemukakan bahwa otak
dan sistem imun merupakan satu kesatuan
homeostasis melalui fungsi psikobiologik.
Respon imun terhadap stress akut

Paradox cortisol
Efek stressor pada sistem imun, akan
memobilisasi peningkatan kortisol pada aksis HPA
(Hypothalamic Pituitary Adrenal) menekan fungsi imun
pada sebagian sistem imun sehingga sel imun spesifik
seperti leukosit dan sitokin mengalami reposisi.
Secara umum akan terjadi penekanan
fungsi imun yang disebut paradox cortisol
yang bersifat vital, karena semua proses
homeostasis seperti kardiovaskular, respirasi,
pencernaan, metabolisme, sistem imun, kulit
dan mukosa dimobilisasi untuk persiapan
reaksi melawan atau lari (fight or flight).
Respon Sakit Karena Sitokin

Sitokin memediasi dan mengendalikan respon


imun pada stress dan proses inflamatori yang
berfungsi langsung dalam otak dengan pembentukan
mikroglia dan astrosit (sel glia) untuk mencetuskan
respon sakit (sickness response). Sitokin juga
diproduksi lokal dalam otak, terutama pada
hipotalamus. Karena itu sitokin memberi kontribusi
pada efek perilaku akibat stress fisik dan mental.
Lanjutan.....

Penelitian terbaru memperlihatkan


bahwa peningkatan sitokin pro-inflamatori
terjadi pada depresi, mania, dan gangguan
bipolar, seperti juga pada hipersensitivitas,
penyakit auto-imun dan infeksi kronik.
Daftar Pustaka

Nurdin, E.A. 2010. Pendekatan


Psikoneuroimunologi. Denpasar. Majalah
Kedokteran Andalas No.2 Vol.34.

Anda mungkin juga menyukai