Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN


ANOREKSIA NERVOSA DAN
BULIMIA NERVOSA
Kelompok 4

Annisa Suryani Nim 18215249


Iing Kurniawan Nim 18215257
Imas Masitoh Nim 18215259
Ira Susilawati Nim 18215260
Anoreksia Nervosa
DEFINISI
 Anorekia Nervosa adalah penyakit psikologis berupa kelaparan yang
disengaja akibat gangguan citra tubuh, ketakutan yang berlebihan dan
irasional terhadap peningkatan berat badan. (Kimberly, 2011)

 Anorekia Nervosa adalah sebuah gangguan makanan yang ditandai


dengan kelaparan secara sukarela dan stres dari melakukan latihan
yang melibatkan psikologikal, sosiologikal, fisiologikal. (Arif Muttaqin,
2010)
 Menurut National Eating Disorders Association (NEDA, 2012),
anoreksia nervosa adalah penyakit serius yang berpotensi mengancam
nyawa dimana terjadi gangguan makan yang ditandai dengan
kelaparan dan penurunan berat badan yang berlebihan.
ETIOLOGI
Penyebab pasti anoreksia nervosa belum diketahui secara pasti,
namun ada beberapa faktor sebagai berikut;
01
a.Faktor Biologi
 Kelaparan atau starvasi akan menyebabkan perubahan pada
aktivitas neuropeptida dan memberikan konstribusi terhadap
gangguan neuroendokrin pada pasien anoreksia nervosa.

 Terdapat penelitian fungsi dari hypothalamic-pituitary-adrenal


(HPA) axis pada pasien anoreksia nervosa secara prinsip
ditemukan hiperkortisolisme di mana HPA berperan dalam
melepaskan hormon kortikotropin yang mempengaruhi pasien
menjadi anoreksia. (Licino, 1996 dalam Arif Muttaqin 2010)
 Jalur pusat makan serotonin mengatur
pola makan dan juga berpartisipasi
terhadap regulasi perilaku dan suasana
hati. Gangguan pengaturan regulasi dan
suasana hati.
Determinasi ghrelin, glucose-dependent
insulinotropic polypeptide (GIP) memberikan
respon peningkatan respon anoreksia.
Penurunan GIP terjadi pada objek, meskipun
intake sedikit kalori mencegah respon cepat
insulin terhadap pasien yang mengalami
anoreksia
 Pada kondisi fungsi tiroid tertekan, kelainan ini hanya
bisa dikoreksi dengan kaliminasi.
b. Faktor Sosiokultural
 pasien anoreksia nervosa mempunyai sejarah keluarga
yang depresi, ketergantungan alkohol atau gangguan
makan.
c. Faktor Psikologis
 takut gemuk, tekanan untuk berprestasi, perilaku sosial
yang menyetarakan kerampingan dengan kecantikan
PATOFISIOLOGI
Pada kondisi kronis memberikan penurunan kandungan asam lemak
essensial (Holman,1995) yang memberikan manifestasi penurunan
sintesis prostagladin sebagai penyusun dan pelindung membran
mukosa yang menyebabkan pasien mempunyai resiko tinggi trauma
membran mukosa. Kurangnya intake lemak dan aktivitas yang selalu
dilakukan dengan tujuan menurunkan berat badan sehingga pasien
cenderung lemah dan memberikan manifestasi gangguan aktifitas
sehari-hari, serta resiko infeksi sekunder dari penurunan imunitas.
Kondisi anoreksia nervosa kronis juga memberikan dampak
peningkatan resiko osteoporosis akibat dari penyusutan masa tulang
atau densitas mineral tulang berkurang sehingga memberikan risiko
terjadi fraktur patologis. (Ringgoti, 1995)
MANIFESTASI KLINIS

a. Perlawanan mempertahankan berat badan pada atau


di atas berat badan minimal yang normal untuk usia
dan tinggi.
b. Takut menjadi gemuk, meskipun berat badan
dibawah normal.
c. Ketidakpuasan terhadap aspek tertentu pada
penampilan fisik atau penolakan diri yag serius
terhadap berat badan rendah.
d. Kehilangan periode menstruasi pada anak
perempuan dan wanita pasca-pubertas
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektrokardiogram (EKG): bradikardia umum terjadi
2. Tekanan darah berdiri dan berbaring : untuk mengkaji adanya hipotensi
3. Kadar urea, elektrolit, kreatinin serum (pada kasus berat, dipantau setiap 3 bulan) :dapat
menunjukkan kadar nitrogen urea darah (NUD) yang rendah akibat dehidrasi dan jumlah asupan
protein yang tidak adekuat; alkalosis metabolik dan hipokalemia karena muntah
Urinalisis, klirens kreatinin urine (pada kasus berat, dipantau setiap tahun) à pH mungkin naik;
mungkin ditemukan keton
3. Hitung darah lengkap (HDL), hitung trombosit (pada kasus berat, dipantau setiap 3
bulan) biasanya normal; mungkin terdapat anemia normokromik normositik.
4. Kadar Glukosa serum (pada kasus berat, dipantau setiap 3 bulan)
5. Uji fungsi hepar (pada kasus berat, dipantau setiap 3 bulan)
6. Kadar TSH (thyroid stimulating hormone), kortisol (pada kasus berat dipantau enam bulan sekali)
7.Densitas tulang (pada kasus berat dipantau setiap tahun) : menunjukkan osteopenia
Komposisi tubuh (pada kasus berat dipantau setiap tahun menggunakan kaliper, atau water
immersion)
8. Adanya hiperkarotenemia menyebabkan kulit berwarna kuning, juga dikenal sebagai s) : karena
diet vegetarian atau penurunan metabolisme
KOMPLIKASI
Amenore
Erosi gigi dan gusi serta karies gigi
Gagal jantung,.
Pengurangan kepadatan tulang
(osteoporosis
Gagal ginjal,
Kematian
PENATALAKSANAAN
1. Terapiumum
 Modifikasi perilaku
 Aktivitas dikurangi bila aritmia jantung
 Psikoterapi kelompok, keluarga, atau individu
 Diet seimbang dengan pola makan normal
 Nutrisi parenteral bila perlu
 Peningkatan aktivitas fisik secara bertahap ketika terjadi
peningkatan dan stabilisasi berat badan.
2. Pengobatan
Suplemen vitamin dan mineral
Penggantian elektrolit
Serotonin reuptake inhibitors seperti sitalopram,
fluoksetin, dan sertalin setelah terjadi peningkatan berat
badan.
BULIMIA NERVOSA

DEFINISI
 Bulimia nervosa merupakan kelainan perilaku yang ditandai
dengan perilaku gemar makan diikuti oleh rasa bersalah, hina
dan mencela diri dimana muntah diinduksikan sendiri,
penggunaan laksatif atau diuretik, atau membatasi diet atau
puasa untuk mengatasi efek gemar makan berlebih.
(Kimberly, 2011)
 Bulimia nervosa adalah episode berulang makan berlebihan
(binge eating) dan kemudian dengan perlakuan kompensatori
(muntah, berpuasa, beriadah, atau kombinasinya). Makan
berlebihan disertai dengan perasaan subjektif kehilangan
kawalan ketika makan. Muntah yang dilakukan secara sengaja
atau beriadah secara berlebihan, serta penyalahgunaan
pencahar, diuretik, amfetamin dan tiroksin juga bisa terjadi.
(Chavez dan Insel, 2007 dalam Arif Muttaqin 2010 )
ETIOLOGI
 Penyebab bulimia nervosa belum dapat diketahui secara
pasti, namun terdapat faktor sebagai berikut;
 Faktor biologis, proses kimiawi yang ada di dalam otak, yaitu adanya
kelainan neurotransmitter dalam otak, utamanya neurotransmitter
serotonin merupakan pemicu terjadinya penyakit bulimia nervosa.
 Faktor psikologis, masalah penampilan, kurang percaya diri dengan
berat badan yang dimiliki, adanya konflik keluarga.
 Faktor kebudayaan, penekanan berlebihan pada penampilan fisk
karena pengaruh budaya.
PATOFISIOLOGI
Penurunan asupan kalori akan menyusutkan lemak dan simpanan protein dalam
tubuh. Defisiensi estrogen terjadi pada wanita karena kurang substrat lipit untuk
sintesis, menyebabkan amenorrea. Sedangkan pada pria, juga terjadi penurunan
fungsi ereksi dan jumlah sperma sebagai akibar kadar testosteron berfluktuasi.
(Kimberly, 2011)
Disebabkan oleh perbuatan muntah yang berulang, seseorang menderita bulimia
nervosa akan mengalami ketidakseimbangan elektrolit dan nutrisi tidak terpenuhi
dengan baik (malnutrisi). Muntah juga menyebabkan erosi pada email gigi terutama
permukaan lidah, bagian belakang lidah (karena sering terkena gesekan oleh jari
untuk diinduksi muntah).
Tidak seperti anoreksia nervosa, bumilia nervosa tidak terjadi gangguan densitas
mineral tulang, hal ini dapat terjadi bergantung pada usia, berat badan (semakin kurus
semakin beresiko). Kebanyakan pasien dengan bulimia nervosa mengalami depresi
yang berujung pada percobaan bunuh diri.
MANIFESTASI KLINIK
Menurut National Eating Disorders Association (NEDA, 2012)
bulimia nervosa memiliki tiga gejala utama sebagai berikut;
 Reguler asupan makanan dalam jumlah besar disertai dengan
rasa kehilangan kontrol saat makan.
 Biasa menggunakan perilaku kompensasi yang tidak pantas
self-induced seperti muntah, pencahar atau penyalahgunaan
diuretik, puasa, atau olahraga.
 Perhatian yang ekstrim dengan berat badan dan bentuk tubuh.
KOMPLIKASI
 Gagal jantung,
 Kematian,
 Peradangan dan kemungkinan pecahnya esophagus

 Kerusakan gigi
 Buang air besar tidak teratur kronis dan sembelit

 Pecah lambung
PENATALAKSANAAN

1.Terapi umum
 Psikoterapi psikoanalitik atau CBT (Cognitive
Behavioral Therapy)
 Kelompok swabantu
 Rehabilitasi sosial
 Diet seimbang
 Observasi pola makan
 Observasi aktivitas
2. Pengobatan, antidepresan seperti fluoksetin.
ASUHAN KEPERAWATAN ANOREXIA DAN
A. Pengkajian BULIMIA NERVOSA
 Pengkajian psikologis dan gaya hidup biasanya didapatkan pada
remaja dan menganggap dirinya tidak menarik, tidak sehat dan juga
tidak diinginkan.
 Pengkajian psikososiokultur dan kondisi lingkungan didalam
keluarga.Keluhan utama, keinginan menjadi kurus karena
merasa kegemukan
 Riwayat kesehatan terdahulu, sering didapatkan penggunaan
obat penahan nafsu makan, diuretika, laksatif (pencahar) atau
alkhohol.
 Riwayat kesehatan keluarga, mengkaji keluarga ada atau tidak
yang pernah mengalami bulimia atau anoreksia nervosa
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan


tubuh
2. Resiko ketidakseimbagan elektrolit
3. Intoleransi aktivitas
4. Gangguan citra tubuh
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang
dari kebutuhan tubuh
 Kaji adanya alergi makanan
 Monitor adanya penurunan berat badan
 Berikan substansi gula
 Anjurkan pasien untuk meningkatkan
protein dan vitamin C
 Berikan informasi tentang kebutuhan
INTERVENSI KEPERAWATAN

2. Resiko ketidakseimbangan elektrolit


 Kaji tanda-tanda vital
 Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi
adekuat, tekanan darah ortostatik)
 Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
 Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
 Berikan cairan IV
 Dorong masukan oral
 Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
 Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk
INTERVENSI KEPERAWATAN

3. Intoleransi aktivitas
 Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
 Monitor intake nutrisi yang adekuat sebagai sumber energi
 Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan sosial
 Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan
 Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam
merencanakan program terapi yang tepat
INTERVENSI KEPERAWATAN

3. Gangguan citra tubuh


 Kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap
tubuhnya
 Monitor frekuensi mengritik diri
 Jelaskan tentang pengobatan, perawatan penyakit
 Dorong klien mengungkapkan perasaannya
 Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok
kecil
EVALUASI KEPERAWATAN
1. Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi kebutuhan cairan dan
elektrolit dan pasien dapat mempertahankan status keseimbangan
volume dan cairab yang adekuat.
2. Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya dan
pasien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat.
3. Pasien teradaptasi untuk melakukan aktivitas sehari-hari meski sering
mengalami keletihan.
4. Gambaran diri meningkat dan merasa bentuk tu buh ideal.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai