Anda di halaman 1dari 23

A.

Definisi Bulimia
Bulimia nervosa adalah penyakit kurang serius dan sangat berbeda dari
penyakit lainnya. Klien dengan bulimia nervosa cenderung untuk menjaga
berat badan yang relatif normal, tetapi melakukannya dengan cara makan
berlebihan (bingeing) dan memuntahkan (purging) isi lambung untuk
mencegah kenaikan berat badan. Telah dinyatakan bahwa bulimia nervosa
adalah bentuk dari penyakit depresi (Black Joyce, 2014).
Bulimia yaitu Gangguan makan merupakan kondisi psikiatrik dengan
akibat psikologis dan medis yang serius. Gangguan makan, seperti
anorexia nervosa (AN) dan bulimia nervosa (BN), merupakan penyakit kronis
yang didefinisikan sebagai gangguan perilaku makan atau perilaku dalam
mengkontrol berat badan. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders, 4th Edition (DSM-IV) mengklasifikasikan ada tiga jenis gangguan
makan yaitu anorexia nervosa (AN), bulimia nervosa (BN), dan binge-eating
disorder (BED). AN ditandai dengan keengganan untuk menetapkan berat
badan normal, penyimpangan pandangan terhadap tubuh, ketakutan ekstrim
menjadi gemuk, dan perilaku makan yang sangat terganggu. BN ditandai
dengan perilaku makan dalam jumlah yang besar yang sering dan berulang-
ulang, kemudian cuba memuntahkan kembali, penggunaan obat pencahar,
berpuasa atau berolahraga secara berlebihan (National Institute of Mental
Health (NIMH), 2007).
B. Tipe gangguan makan
Terdapat dua tipe utama bagi gangguan makan adalah anoreksia
nervosa dan bulimia nervosa. Kategori ketiga adalah “gangguan makan lain
yang tidak ditetapkan” (EDNOS – eating disorders not otherwise specified)
yang memasukkan beberapa variasi gangguan makan. Kebanyakannya adalah
mirip dengan anoreksia atau bulimia tetapi dengan karakter yang berbeda
sedikit.Bingeeating disorder, yang menerima peningkatan dalam jumlah
penelitian dan perhatian media dalam beberapa tahun kebelakangan ini adalah
salah satu tipe EDNOS (APA, 2005).

a. Anoreksia Nervosa
Menurut DSM-IV, anoreksia nervosa (AN) dimaksudkan dengan
“keengganan untuk menetapkan berat badan kira-kira 85% dari yang
diprediksi, ketakutan yang berlebihan untuk menaikkan berat badan, dan
tidak mengalami menstruasi selama 3 siklus berturut-turut.” AN terbagi
kepada dua jenis. Dalam jenis restricting-tye anorexia, individu tersebut
menurunkan berat badan dengan berdiet sahaja tanpa makan Universitas
Sumatera Utara berlebihan (binge eating) atau muntah kembali
(purging).Mereka terlalu mengehadkan konsumsi karbohidrat dan makan
mengandung lemak. Manakala pada tipe binge-eating/purging, individu
tersebut makan secara berlebihan kemudian memuntahkannya kembali
secara segaja (APA, 2005)
a) Gambaran klinik
Kebanyakan orang dengan AN melihat diri mereka sebagai orang
dengan kelebihan berat badan, walaupun sebenarnya mereka menderita
kelaparan atau malnutrisi. Makan, makanan dan kontrol berat badan
menjadi suatu obsesi. Seseorang dengan AN akan sentiasa mengukur
berat badannya berulang kali, menjaga porsi makanan dengan berhati-
hati, dan makan dengan kuantiti yang sangat kecil dan terhadap pada
sebagian makanan (Wonderlich et al, 2005).
Kebanyakan pasien dengan AN juga akan mempunyai masalah
psikiatri dan macam-macam penyakit fisik, termasuk depresi, ansietas,
perilaku terasuk (obsessive), penyalahgunaan zat, komplikasi
kardiovaskular dan neurologis, dan perkembangan fisik yang terhambat
(Becker et al, 1999)
Ada 2 macam subtype dari anoreksia nervosa yang didasarkan
atas metode- metode yang digunakan untuk mengkontrol berat badan,
yaitu :
1. Mengkontrol pengurangan berat badan dengan mengkonsumsi kalori
yang sangat rendah dan olah raga.
2. Terkadang terjadi bulimia diantara jarak makan, dan kelaparan
dengan mempunyai kebiasaan memuntahkan dan penggunaan laksan
dan diuretic daripada menggunakan obat penurun berat badan.
3. Gejala klinis/symptom
1. Gejala yang predominan adalah ketakutan yang sangat akan
kenaikan berat badan, sampai terjadi phobia terhadap makanan.
Ketakutan terhadap makanan disertai dengan penyalahartian dari
body image; banyak pasien merasa diri mereka sangat gendut,
walaupun sebenarnya mereka sangat kurus.
2. Banyak penderita anoreksia nervosa mempunyai obsessive
compulsive behavior, misalnya mereka sering sekali mencuci
tangan berulang-ulang, pasien cenderung kaku dan perfeksionis
yang mengarahkan pada diagnosis gangguan kepribadian, seperti
narcissisme, atau riwayat gangguan kepribadian.
3. Penyesuaian seksual yang buruk
4. Penderita anoreksia nervosa biasanya menunjukan perilaku yang
aneh tentang makanan, seperti menyembunyikan makanan,
membawa makanan dalam kantong, saat makan mereka
membuang makanan, memotong makanan menjadi potongan
kecil-kecil.
5. Gangguan tidur dan gangguan depresi pada umumnya.
6. Muntah yang dipaksakan
7. Biasanya aktifitas dan program olah raga yang berlebihan
Tanda Anoreksia nervosa
1. Menyamarkan kekurusan mereka dengan baju dan make-up
2. Kulit kering dan kering, rambut halus, dan alopesia ringan.
3. Subtype bulimia berat, seperti kehilangan enamel gigi karena
asam lambung, ketika penderita muntah. Bahkan terdapat scar
pada dorsum akibat jari-jari yang dimasukan ke mulut untuk
memaksakan muntah.
4. Hypokalemi dan kelainan EKG
5.Kelainan neurology (seperti seizure dan neuropaty) dan
anemia yang berhubungan dengan kekurangan gizi dan kelaparan.
b). Epidemiologi
Gangguan makan dalam berbagi bentuk telah dilaporkan pada
sampai 4% pelajar remaja dan dewasa muda. Sekitar 95% penderita
adalah wanita, kelainan ini biasanya terjadi pada masa remaja dan
terkadang pada masa dewasa. Biasanya menyerang orang-orang
golongan social ekonomi menengah ke atas. Lebih sering pada Negara
yang maju, dan mungkin ditemukan dengan frekuensi tertinggi pada
wanita muda yang profesinya memerlukan kekurusan , seperti model
dan penari balet.
c). Etilogi
Faktor biologis, social, dan psikologis adalah terlibat dalam
penyebab anoreksia nervosa. 4
1. Faktor biologis
Kelaparan menyebabkan banyak perubahan biokimia,
beberapa diantaranya juga ditemukan pada depresi, seperti
hiperkortisolemia dan nonsupresi oleh deksametason. Terjadi
penekanan fungsi tiroid, amenore, yang mencerminkan penurunan
kadar hormonal. Kelainan tersebut dapat dikoreksi dengan
pemberian makanan kembali.
2. Faktor sosial
Penderita menemukan dukungan untuk tindakan mereka
dalam masyarakat yang menekankan kekurusan dan latihan. Tidak
berkumpul dengan keluarga adalah spesifik pada anoreksia nervosa.
Pasien dengan anoreksia nervosa kemungkinan memiliki riwayat
keluarga depresi, ketergantungan alcohol, atau suatu gangguan
makan.
3. Faktor psikologis dan psikodinamis
Anoreksia nervosa tampaknya merupakan suatu reaksi
terhadap kebutuhan pada remaja untuk menjadi lebih mandiri dan
meningkatkan fungsi social dan seksual. Biasanya mereka tidak
mempunyai rasa otonomi dan kemandirian, biasanya tumbuh di
bawah kendali orang tua. Kelaparan yang diciptakan sendiri (self
starvation) mungkin merupakan usaha untuk meraih pengakuan
sebgai orang yang unik dan khusus. Hanya memalui tindakan
disiplin diri yang tidak lazim pasien anoreksia dapat
mengembangkan rasa otonomi dan kemandirian.
d). Diagnosis
Pedoman diagnostic Anoreksia Nervosa menurut PPDGJ-III
adalah :
- Mempunyai ciri khas gangguan adalah mengurangi berat badan
dengan sengaja, dipacu dan atau dipertahankan oleh penderita.
- Untuk suatu diagnosis yang pasti dibutuhkan semua hal seperti di
bawah ini, yaitu:
 Berat badan tetap dipertahankan 15% di bawah yang seharusnya (
baik yang berkurang maupun yang tidak tercapai) atau Quetelet’s
body mass index adalah 17,5% atau kurang.
 Berkurangnya berat badan dilakukan sendiri dengan menghindari
makanan yang mengandung lemak dan salah satu hal di bawah ini
:
 Merangsang muntah oleh dirinya sendiri
 Menggunakan pencahar
 Olah raga berlebihan
 Menggunakan obat penahan nafsu makan dan atau
diuretika.
 Terdapat distorsi body image dalam psikopatologi yang
spesifik dimana ketakutan gemuk terus menerus
menyerang penderita, penilaian yang berlebihan terhadap
berat badan yang rendah.
 Adanya gangguan endokrin yang meluas, melibatkan
hypothalamic-piyuitary- gonadal aksis, dengan
manifestasi pada wanita sebagai amenore dan pada pria
suatu kehilangan minat dan potensi seksual. Juga dapat
terjadi kenaikan hormon pertumbuhan, kortisol, perubahan
metabolisme peripheral dari hormone tiroid, dan sekresi
insulin abnormal.
 Jika onset terjadinya pada masa prubertas, perkembangan
prubertas tertunda atau dapat juga tertahan. Pada
penyembuhan, prubertas kembali normal, tetapi menarche
terlambat.
- Pemeriksaan patologi dan laboratorium, tidak ada tes laboratorium
tunggal yang mutlak mambantu menegakan diagnosa anoreksia
nervosa. Urutan uji saring laboratorium adalah diperlukan pada orang
yang memenuhi criteria anoreksia nervosa. Tes tersebut dapat berupa
elektrolit serum dan tes fungsi ginjal, tes glukosa, EKG, kadar
kolesterol, test supresi deksametason, dan kadar karoten. Klinisi
mungkin menemukan penurunan hormon tiroid, penurunan glukosa
serum, nonsupresi kortisol setelah deksametason, hipokalemia,
peningkatan nitrogen urea darah, dan hiperkolesterolemia.
e). Komplikasi Medis dari Anoreksia Nervosa
Berhubungan dengan penurunan berat badan :
a. Kaheksia : hilangnya lemak, massa otot, penurunan metabolisme
tiroid (sindrom T3 rendah), intoleransi dingin, dan sulit
mempertahankan temperatur inti tubuh.
b. Jantung : hilangnya otot jantung, jantung kecil, aritmia jantung,
termasuk kontraksi premature atrium dan ventrikel, perpanjangan
transmisi berkas HIS (perpanjangan interval QT, bradikardia,
takikardia ventricular, kematian mendadak.
c. Pencernaan-gastrointestinal: perlambatan pengosongan lambung,
kembunng, konstiopasi, nyeri abdomen.
d. Reproduktif : Amenore, kadar leutenizing hormone (LH) dan follicle
stimulating hormone (FSH) yang rendah.
e. Dermatologis: lanugo (rambut halus tumbuh di seluruh tubuh),
edema.
f. Hematologys : leucopenia
g. Neuropsikiatri : sensasi kecap yng abnormal ( mungkin karena
defesiensi dari seng ), depresi apatetik, gangguan kognitif ringan.
h. Metabolisme : kelainan elektrolit, terutama alkalosis hipokalemik,
hipokloremik, dan hipomagnesimia.
i. Gigi: erosi enamel gigi, terutama bagian depan, dengan dengan
kerusakan gigi yang bersangkutan.
j. Neuropsikiatrik : kejang (berhubungan dengan pergeseran cairan
yang besar dan gangguan elektrolit), neuropati ringan, kelelahan, dan
kelemahan, gangguan kognitif lainnya.
f). Diagnosa Banding
Diagnosis banding anoreksia nervosa adalah dipersulit oleh
penyangkalan pasien tentang gejalanya, kerahasiaan di sekitar ritual
makan pasien yang aneh dan penolakan pasien untuk mencari
pengobatan. dibawah ini adalah diagnosis banding untuk anoreksia
nervosa.
1. Anoreksia nervosa harus dibedakan dengan dengan kekurusan pada
umumnya, terlalu kurus, tetapi penurunan berat badannya kurang
dari 15% berat badan normal. Pemikiran sekarang diperkirakan,
bahwa anoreksia nervosa adalah gangguan yang khusus, dan tidak
mencerminkan penurunan berat badan yang berlanjut.
2. Gangguan organic, seperti tumor otak yang melibatkan jaras
hypothalamus-pituitary, penyakit Addison, Diabetes Mellitus, dan
gangguan gastrointestinal.
3. Gangguan psikologi, pada umumnya pasien depresi mengalami suatu
penurunan nafsu makan, sedangkan pada anoreksia nervosa
mengaku memiliki nafsu makan yang
normal dan merasa lapar. Pada agitasi depresif, hiperaktifitas
yang ditemukan pada anoreksia nervosa adalah direncanakan dan
merupakan ritual. Preokupasi dengan makanan yang mengandung
kalori, resep makanan dan persiapan pesta pencicipan makanan adalah
tipikal pada pasien anoreksia nervosa dan tidak ditemukan pada
penderita gangguan depresif. Dan pada pasien dengan gangguan
depresif tidak memiliki ketakutan yang kuat akan kegemukan atau
gangguan citra tubuh, seperti yang dimiliki oleh pasien anoreksia
nervosa. 4. Sekitar 50% penderita anoreksia nervosa ditemui ktiteria
untuk diagnosis tersangka bulimia, dinamakan bullimarexia atau
bulimia nervosa sebagai variasi dari penyakit.
g). Terapi
Mengingat implikasi psikologi dan medis anoreksia nervosa
yang sulit, suatu rencana pengobatan harus menyeluruh, termasuk
perawatan di rumah sakit jika diperlukan dan terapi individual serta
keluarga adalah dianjurkan. Pendekatan perilaku, interpersonal, dan
kognitif pada beberapa kasus medikasi harus dipertimbangkan.
1. Perawatan di rumah sakit. Clinical harus memutuskan pasien mana
yang harus diberi perawatan di rumah sakit, dan yang tidak harus.
a. Kehilangan energi yang banyak, pada umumnya, pasien
anoreksia nervosa yang berada 20% di bawah berat badan yang
diharapkan untuk tinggi badannya adalah dianjurkan untuk
program rawat inap, dan pasien yang berada 30% di bawah berat
badan yang diharapkan memerlukan perawatan rumah sakit
psikiatrik yang terentang dari dua sampai 6 bulan.
b. Hypokalemi (<3 meg/L) atau EKG mengalami perubahan akibat
meningkatnya potassium.
c. Lingkaran muntah, dan pengurangan makanan yang tidak dapat
diputuskan.
d. Assessment yang berhati-hati dan penatalaksanaan masalah
kesehatan dan gangguan kejiwaan lainnya.
e. Modifikasi perilaku lainnya untuk usaha peningkatan berat
badan, seperti :
1. Tirah baring dengan pengawasan konsumsi makanan sebagai
langkah awal untuk setiap pasien. Frekuensi pemberian
makan 5-6 kali, dengan kalori 1500 – 2000 kalori yang
ditingkatkan secara bertahap, biasanya diberikan makanan
yang sama selama sehari sehingga pasien tidak
mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang besar sekali
makan.
2. Keinginan untuk menaikan berat badan harus disesuaikan
dengan pendidikan pasien.
3. Setiap pagi pasien harus ditimbang setiap pagi, setelah
mengosongkan kandung kemihnya dan sebelum sarapan.
4. Mengkuatkan kembali keinginan pasien untuk meningkatkan
berat badannya.
5. Jika pasien tidak lagi tirah baring, pasien harus diawasi
selama 2 jam setelah makan. Hal ini dilakukan agar pasien
tidak memuntahkan makanannya.
6. Pemberian makan secara paksa dilakukan jika pasien
mengalami penurunan berat badan yang drastic, dan
membahayakan jiwa pasien.
7. Cyproheptadine hydrochloride, merupakan antagonis
antihistamine dan serotonin, telah terbukti efektif sebagai
stimulus untuk pasien anoreksia nervosa yang mempunyai
sedikit efek samping. Dosis harian adalah 8mg peroral dan
dinaikan 32mg/hari pada akhir minggu kedua.
8. Amitrypline, dimulai dengan dosis 50mg/hari dan dinaikan
perlahan- lahan sampai 150mh/hari. Obat ini terbukti
bermanfaat untuk pasien anoreksia nervosa, biasanya pasien
mengalami panaikan berat badan, biasanya digunakan untuk
pasien dengan gangguan depresi.
9. Alprazolam, 0,25mg, setiap 1 jam sebelum makan,
diperuntukan untuk pasien yang mengalami anxietas yang
berat.
b. Bulimia Nervosa
Bulimia nervosa (BN) digambarkan dengan episode berulang makan
berlebihan (binge eating) dan kemudian dengan perlakuan kompensatori
(muntah, berpuasa, beriadah, atau kombinasinya).Makan berlebihan
disertai dengan perasaan subjektif kehilangan kawalan ketika
makan.Muntah yang dilakukan secara sengaja atau beriadah secara
berlebihan, serta penyalahgunaan pencahar, diuretik, amfetamin dan
tiroksin juga boleh terjadi (Chavez dan Insel, 2007).
a) Gambaran klinik
BN digolongkan pada orang yang mengalami episode konsumsi
makanan dengan jumlah yang sangat banyak (misalnya, binge-eating)
secara rekuren dan sering, dan merasakan kurangnya penguasaan
terhadap makan.Perilaku bingeeating diikuti dengan perilaku yang
mengkompensasi binge dengan menyingkirkan makanan yang dimakan
(misalnya, muntah, penggunaan obat cuci perut atau diuretik yang
berlebihan), berpuasa dan/atau senaman yang berlebihan (APA,
2005).Tidak seperti AN, orang yang menderita BN dapat jatuh kepada
golongan dengan berat badan yang normal sesuai dengan umur
mereka.Akan tetapi, seperti AN, mereka juga mempunyai ketakutan
untuk pertambahan berat badan, dan sangat nekad untuk mengurangi
berat badan, merasa ketidakbahagiaan hebat atas ukuran dan bentuk
tubuh.Kebiasaannya, perilaku bulimik adalah rahasia, karena selalu
disertai dengan perasaan jijik dan malu. Siklus perilaku binging dan
penyingkiran ini selalunya berulang selama beberapa kali dalam
seminggu (APA, 2005)
Komplikasi fisik BN termasuk kelelahan sebagai akibat
dehidrasi, gangguan pencernaan yang disebabkan oleh muntah dan
penyalahgunaan pencahar, menstruasi yang tidak teratur dan masalah
gangguan kesuburan, dan masalah jantung yang diakibatkan oleh
penyalahgunan ipecac . Perlu diberi perhatian jika terdapat
pembengkakan kelenjar liur yang disebakan oleh muntah-muntah dan
erosi enamel yang diakibatkan oleh regurgitasi asam lambung.
Disebabkan oleh perbuatan muntah yang berulang, individu
tersebut mengalami ketidakseimbangan elektrolit seperti, hipokalemia,
hipokloremia, dan hiponatremia, dan juga boleh menyebabkan
alkalosis. Penggunaan pencahar yang berulang boleh menyebabkan
asidosis metabolik yang ringan.
Gangguan mood adalah sering pada pasien dengan BN.
Kecemasan (anxiety) dan tegang (tension) sering dialami. Kebanyakan
pasien dengan BN mengalami depresi ringan dana sesetengah
mengalami gangguan mood dan perilaku yang serius seperti cobaan
membunuh diri dan penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang.
Biasanya, pasien dengan BN merasa malu dengan perbuatannya sendiri
dan cenderung untuk merahasiakannya daripada keluarga dan teman-
teman.

b). Epidemiologi
Studi epidemiologi tentang gangguan makan berdasarkan
populasi, mengungkapkan bahwa prevalensi bulimia nervosa pada
remaja telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Diperkirakan
bahwa bulimia memiliki tingkat prevalensi sekitar 1,1% pada anak
perempuan dan 0,2% pada anak laki. Pada pengamatan klinis bahwa
kebanyakan pasien dengan bulimia sering terjadi pada wanita remaja
atau usia sekolah. Di Amerika Serikat, bulimia diduga mempengaruhi
3-5% dari seluruh penduduk, dengan prevalensi pada wanita umur
sekolah dilaporkan setinggi 19%. Sekali lagi, karena sifat rahasia dari
gangguan dan keengganan perempuan muda untuk mencari pengobatan,
angka pastinya sulit untuk diukur.
c). Etiologi dan Faktor Resiko
Faktor risiko untuk terjadinya BN antara lain ialah faktor
familial seperti obesitas pada orang tua, gangguan afek, dan kritikan
dari keluarga tentang berat badan atau kebiasaan makan. Terdapat juga
kerentanan genetik pada anak kembar untuk mengalami BN tetapi
bagaimana hal ini terjadi tidak begitu jelas.
d). Diagnosis
Diagnosis BN menggunakan kriteria diagnostik yang
dikemukakan oleh DSM-IV. Kriteria diagnostik BN ialah;
a.Episode makan berlebihan yang berulang yang dikarakteristikkan
dengan konsumsi sejumlah besar makanan dalam waktu yang
singkat (selalunya kurang daripada 2 jam) dan perasaan untuk makan
tidak terkontrol.
b.Perilaku kompensasi makan berlebihan yang berulang, seperti
memuntahkan kembali, penggunaan pencahar, berdiet keras atau
berpuasa secara berlebihan sebagai melawan perbuatan makan
berlebihan.
c.Perbuatan a dan b telah berlangsung sebanyak sekurang-kurangnya 2
kali/minggu selama sekurang-kurangnya 3 bulan.
d. Perhatian yang berlebihan terhadap bentuk dan berat badan.
e). Terapi
Untuk mengurangi dan mengeliminasi perilaku makan/muntah,
individu tersebut perlu menjalani kaunseling gizi dan psikoterapi,
terutama terapi perilaku kognitif (cognitive behavioral therapy (CBT))
atau diberi pengobatan seperti antidepresan seperti fluoksetin, yang
merupakan satu-satunya obat yang dibenarkan oleh Food and Drug
Administration untuk mengobati BN (11). CBT merupakan
pengobatan psikologis jangka pendek (4-6 bulan) yang berfokus pada
perhatian berlebihan pada bentuk dan berat badan, diet yang persisten
dan perilaku makan/muntah yang menggambarkan gangguan ini (10).
IV.6 Prognosis
Prognosis BN lebih baik daripada prognosis AN. Mortalitas
yang rendah, dan penyembuhan sempurna bisa terjadi pada 50% dalam
masa 10 tahun. Kira-kira 25% pasien mengalami simptom BN yang
persisten dan ada yang beralih dari BN menjadi AN.
f). Binge Eating Disorder
Gangguan makan berlebihan (BED) adalah gangguan makan
yang ditandai dengan episode berulang dari makan sejumlah besar
makanan (sering sangat cepat dan ke titik ketidak nyamanan); perasaan
kehilangan kontrol selama makan tersebut; mengalami rasa malu,
tertekan atau bersalah setelah itu; dan tidak teratur menggunakan
langkah-langkah kompensasi yang tidak sehat. Menurut DSM-IV,
kriteria binge-eating disorder (BED) memerlukan komponen episode
makan berlebihan, sama seperti BN, tetapi yang membedakan BED
dengan BN ialah BED tidak melibatkan perbuatan untuk melawan
perilaku makan berlebihan, seperti memuntahkan kembali makanan,
penggunaan pencahar dan beriadah berlebihan.12,13 Pada DSM-V,
yang dirilis Mei 2013, binge-eating disorder (BED) telah dimasukkan
sebagai suatu diagnose gangguan makan.
Pada DSM-IV binge-eating disorder (BED) tersebut dimasukkan
dalam subkategori Gangguan Makan Tidak Dinyatakan Tertentu
(EDNOS).
BED adalah gangguan makan yang paling umum di Amerika
Serikat, yang mempengaruhi 3,5% wanita, 2% dari laki-laki, 1 dan
sampai 1,6% dari adolescents.14
C. Etiologi Gangguan Makan
Penyebab Bulimia nevosa dapat dijelaskan dengan pendekatan beberapa
jenis model (Sherli, 2010) yaitu:
1. Model adikasi
Bulimia Nervosa diyakini sebagai adiksi terhadap makanan dan tingkah
laku.Hal ini berhubungan dengan pengobatan Bulimia Nervosa yang
menekankan pada penghentian, dukungan sosial dan mencegah
kekambuhan, dimana metode ini mirip dengan pengobatan adiksi terhadap
alkohol maupun obat-obatan.
2. Model keluarga
Gangguan makan pada remaja berhubungan dengan sistem interaksi antara
keluarga.Oleh karena itu fokus pengobatan penderita bulimia nervosa
adalah disfungsi interaksi dalam keluarga.Penderita bulimia nervosa pada
umumnya memiliki riwayat kekerasan fisik maupun seksual semasa kanak-
kanak.
3. Model sosial budaya
Publikasi media tentang hubungan antara tubuh yang langsing dengan karier
yang sukses telah merangsang para remaja untuk melakukan diet supaya
tubuhnya menjadi langsing.Banyak remaja yang gagal mencapai keaadaan
ini dan akhirnya menjadi penderita bulimia nervosa.
4. Model kognitif dan tingkah laku
Bulimia nervosa merupakan implementasi tingkah laku yang irasional
tentang bentuk tubuh, berat badan, diet dan kepercayaan diri. Fokus
pengobatan adalah mengidentifikasi disfungsi ini dan membantu
menumbuhkan keyakinan yang rasional.Penderita diberikan jadwal makan
yang jelas dan teratur.
5. Model psikodinamik
Bulimia nervosa merupakan usaha untuk mengendalikan atau menghindari
dampak perasaan yang tertekan, implusif dan kecemasan. Pengobatan
psikodinamik adalah mencari proses yang mendasari penderita bulimia
nervosa terutama gambaran psikososialnya.
Walaupun etiologi gangguan makan adalah kompleks, beberapa
penelitian nasional telah menjelaskan bahawa riwayat penderaan fisik dan
seksual sebagai faktor risiko predisposisi bagi perkembangan gangguan makan
(Rorty, 1994; Wonderlich, 1997). Terdapat bukti yang kukuh bahawa
predisposisi genetik, kelahiran premature, trauma ketika lahir (Cnattingius et
al, 1999) dan biokimiaindividual memainkan peranan yang signifikan yang
akhirnya berkembang menjadi suatu gangguan makan.
Disregulasi hormon serotonin telah menunjukkan faktor yang penting dalam
gangguan makan. Penelitian klinis telah mencadangkan bahawa perubahan
pada sistem serotonin akan mempengaruhi perilaku makan. Khususnya
serotonin, yang meningkatkan respon kepuasan (satiety), lemah dalam pasien
BN (Brewerton, 1995). Resistensi insulin, yang mungkin terdapat pada pasien
AN danBN, melemahkan kemampuan tubuh menghasilkan serotonin dari L-
tryptophan (Goodwin et al, 1990). Olahraga yang mendorong (bersifat
kompulsif) mungkin berhubungan dengan perubahan metabolisme serotonin
yang diinduksi oleh restriksi makanan.Sebagai contoh, penelitian telah
menunjukkan pengurangan gejala dalam orang-orang yang melakukan
senaman yang kompulsif setelah diberikan selective serotonin reuptake
inhibitor (SSRI) fluoxetine (Altemus et al, 1993).

D. Faktor Risiko Gangguan Makan


Gejala gangguan makan sama ada sepenuhnya atau sebagiannya telah
mempengaruhi 10% remaja perempuan dan telah menyebabkan ancaman yang
bisa dipertanggungjawabkan pada kesehatan dan kegembiraan mereka (Agras,
2001). Adalah sangat membantu apabila dapat terdeteksi risiko yang paling
banyak dalam terjadinya gangguan makan, sama ada untuk mencegah penyakit
daripada berkembang atau agar dapat memulakan penatalaksanaan dengan
awal.
Ini adalah karena pengalaman klinis dan bukti penelitian telah
menandai bahwa gangguan makan ini umumnya berawal dengan perilaku
mirip diet yang normal (Jacobi et al, 2004), wanita muda yang berdiet
merupakan kelompok penting dengan risiko yang tinggi, walaupun hanya
minoritas yang berkembang menjadi gangguan makan (Patton et al, 1999).
Suatu penelitian menjumpai faktor risiko lain yang juga dikatakan terlibat
adalah wanita, ras yang kebanyakannya dari kelompok Hispanik, keinginan
untukmendapatkan tubuh yang kurus dan tekanan sosial serta pengaruh
psikologis umum yang berlaku pada waktu yang sama. Selain itu, perubahan
perilaku akibat peristiwa hidup yang negatif pada seseorang merupakan faktor
risiko independen karena tidak berkaitan langsung dengan variabel lain seperti
jenis kelamin, ras dan sebagainya (Taylor et al, 2002).
Faktor risiko lain yang terkait dengan gangguan makan adalah ejekan
yang berhubungan dengan berat badan yang sangat lazim di kalangan anak
remaja. Remaja yang kelebihan berat badan melaporkan derajat frekuensi
ejekan yang lebih tinggi berbanding kawan sebaya dengan berat badan sedang
(NeumarkSztainer et al, 2002).Sembilan belas persen remaja perempuan
dengan berat badan sedang dan 13% remaja lelaki dengan berat badan yang
sedang dilaporkan telah diejek mengenai berat badan mereka sekurang-
kurangnya beberapa kali dalam masa setahun, manakala >45% daripada remaja
perempuan dan lelaki dengan kelebihan berat badan melaporkan frekuensi
ejekan mengenai berat badan mereka.Permasalahannya yang muncul sekarang
adalah akibat kemungkinan besar penganiayaan yang berhubungan dengan
berat badan ini dapat mempengaruhi perilaku remaja terhadap berat badan.
Penyakit gangguan makan adalah lebih umum mengenai kelompok usia
remaja.
Dari Sistem Pengawasan Risiko Perilaku Remaja 2003, suatu penelitian
tingkat nasional telah dijalankan yang menyertakan 15240 orang pelajar dari
kelas 9 hingga kelas 12, yang menjumpai hampir 60% pelajar perempuan dan
29% pelajar lelaki sedang berusaha untuk menurunkan berat badan (Grunbaum
et al, 2004). Lebih dari 13% pelajar dilaporkan berpuasadalam masa 24 jam
atau lebih dalam beberapa bulan untuk mengurangi berat badan, dan >11%
perempuan dan 7% lelaki dilaporkan mengambil pil diet, bubuk, atau cairan
dalam beberapa bulan (Grunbaum et al, 2004). Delapan persen perempuan dan
hampir 4% lelaki dilaporkan memuntahkan atau mengambil obat pencuci perut
(laxative) dalam beberapa bulan untuk menurunkan berat badan (Grunbaum et
al, 2004).
E. Patofisiologi
Berdasarkan biologis yang ditunjukan berulang kali, dengan dasar pada
beberapa fakta: rasa lapar, rasa kenyang dan pilihan makanan diatur oleh
neurotransmiter dan neuropeptida, dan gangguan kebiasaan makan
dihubungkan dengan perubahan dari sekresi proses kimia ini; sistem
neurotransmiter tersebut tidak berfungsi pada klien dengan bulimia nervosa.
Kondisi perubahan pada fungsi biokimia otak telah ditunjukkan dengan data
sumber bahwa kadar noradrenalin (norepinefrin) dan serotonin (5-
hidroksitriptamin; 5-HT) lebih rendah pada seseorang dengan bulimia nervosa
daripada orang yang sehat. Kadar dopamin hampir sama, atau bisa kurang dari
orang sehat. Setelah gangguan kekambuhan terjadi, fungsi noradrenergik
kembali seperti awal dan dapat dikontrol. Dari semua neuropeptida, perubahan
kadar neuropeptida Y, peptida YY, β-endorfin, corticotrophin-releasing
hormon, somatostatin, kolesistokinin dan vasopresin telah ditemukan pada fase
simpatomimetik bulimia nervosa (Brambilla, 2001).
Bertahun-tahun ukuran dan berat badan wanita akan meningkat sesuai
dengan peningkatan status nutrisi. Tetapi hal tersebut juga memicu persuasi
media yang mengajak wanita untuk menjadi kurus.Proyek media ini menyalahi
ideal kesehatan dan menyebabkan wanita dan remaja berusaha untuk
mempunyai tubuh yang kurus.Ketika memasuki masa remaja, khususnya masa
pubertas, remaja menjadi sangat sensitif atas pertambahan berat badan
mereka.Terjadi perubahan fisiologis tubuh yang terkadang
mengganggu.Wanita dengan bulimia nervosa memiliki respon yang lebih
lemah dari normal di wilayah otak yang merupakan bagian dari hubungan
dopamin dengan sirkuit balasan, sedangkan sirkuit balasan pada wanita
anoreksia nervosa terlalu sensitif terhadap rangsangan makanan (CNS
Spektrum, 2015).
Bulimia nervosa lebih sering dialami oleh remaja putri daripada remaja
pria. Bagi remaja putri, mereka mengalami pertambahan jumlah jaringan lemak
sehingga mereka akan mudah untuk gemuk apabila mengkonsumsi makanan
yang berkalori tinggi. Pada kenyataannya kebanyakan wanita ingin terlihat
langsing dan kurus karena mereka beranggapan bahwa menjadi kurus akan
membuat mereka bahagia, sukses dan populer. Sementara apabila tubuh
gendut, memakai baju apapun rasanya seperti sedang memakai karung
terigu.Akhirnya, lingkungan sekitar juga ikut mempengaruhi. Maka tidak
mengherankan apabila ketidakpuasan seseorang dengan tubuhnya akan
mengembangkan masalah pada gangguan makan (WangMuba, 2009).
Remaja dengan gangguan makan seperti di atas memiliki masalah dengan
body imagenya. Artinya mereka sudah memiliki suatu mind set (pemikiran
yang sudah terpatri di otak) bahwa tubuh mereka tidak ideal. Mereka
mempersepsikan tubuhnya gemuk, banyak lemak yang intinya tidak sedap
untuk dipandang dan tidak menarik seperti tubuh orang lain. Akibat pemikiran
yang sudah terpatri ini, seorang remaja akan selalu melihat tubuh mereka
gemuk padahal kenyataannya justru berat badan mereka semakin turun hingga
akhirnya mereka menjadi sangat kurus. Mereka akan dihantui perasaan
bersalah ketika mereka makan banyak karena hal itu akan menyebabkan berat
badannya naik. Masalah ini akhirnya menyebabkan remaja menjadi tidak
percaya diri dan sulit untuk menerima kondisi dirinya. Mereka beranggapan
bahwa kepercayaan diri akan tumbuh kalau mereka juga memiliki tubuh yang
sempurna. Pengidap kemudian merasa bersalah, menyesal, dan membenci diri
sendiri sehingga akan memaksa tubuh untuk mengeluarkan semua asupan
kalori yang telah masuk. Cara ini umumnya dilakukan dengan memaksa diri
untuk muntah atau menggunakan obat pencahar untuk memicu proses buang
air besar. Pengidap bulimia setidaknya mengalami siklus ini lebih dari dua kali
dalam seminggu selama minimal tiga bulan (WangMuba, 2009).
F. Manifestasi Klinis
Indikasi utama bahwa seseorang mengidap bulimia adalah mengonsumsi
makanan secara berlebihan, meski pengidap tidak merasa lapar. Proses ini dapat
terpicu oleh masalah emosional, seperti stres atau depresi. Beberapa gejala yang
ditimbulkan dari bulimia nervosa.
a. Sangat terpaku pada berat badan serta bentuk tubuh, terkadang hingga terasa
tidak masuk akal
b. Selalu beranggapan negatif terhadap bentuk tubuhnya sendiri
c. Takut gemuk atau merasa kegemukan (berolahraga berlebihan)
d. Sering lepas kendali saat makan, misalnya terus makan sampai sakit perut
atau makan dengan porsi berlebihan
e. Menghindari makan di tempat-tempat umum atau di depan orang lain
f. Sering bergegas ke kamar mandi setelah makan
g. Memaksakan diri untuk muntah, terutama dengan memasukkan jari ke
kerongkongan
h. Memiliki gigi dan gusi yang rusak
i. Menggunakan obat pencahar, diuretik, atau enema setelah makan.
j. Menggunakan suplemen atau produk herba untuk menurunkan berat badan.

Tanda dan gejala umum yaitu pusing, pening (light headedness), palpitasi
(karena dehidrasi, hipotensi, mungkin hipokalemia), bradycardia atau
tachycardia, hipotermia, dan hipotensi (sering dikaitkan dengan
dehidrasi).Gejala gastrointestinal seperti iritasi faring, nyeri perut (lebih umum
pada orang-orang yang menginduksi dirinya untuk muntah), darah dalam
muntahan (dari iritasi esofagus, dan dari air mata yang sebenarnya mungkin
berakibat fatal), kesulitan menelan, perut kembung, sembelit, dan obstipasi.
Gejala lain yang terkait termasuklah inflamasi kronis dan sakit
tenggorokan, pembengkakan kelenjar di leher dan di bawah rahang, robekan
enamel gigi dan meningkatnya kepekaan dan kerusakan gigi akibat daripada
pemaparan terhadap asam perut, penyakit refluks gastroesofagus, intestinal
distress dan iritasi akibat penyalahgunaan obat cuci perut, masalah pada ginjal
akibat penyalahgunaan obat diuretik, dan dehidrasi berat karena kekurangan
cairan dari tubuh.
Bulimia Nervosa beberapa ciri khas yaitu binge eating, purging, dan body
image disertai dengan gangguan psikologis berupa depresi.Ciri penting dari
bulimia nervosa adalah suatu episode, dimana terjadi perilaku meraih makanan
yang tidak terkontrol dengan jumlah yang besar dalam periode waktu yang
singkat.Pasien sadar dengan gangguan kebiasaan makannya.Mereka biasanya
tidak menyadari rasa lapar selama pesta makan dan tidak berhenti makan
walaupun merasa kenyang.Mereka merasa takut dengan ketidakmampuan
berhenti makan secara sadar dan melaporkan bahwa pesta makan hanya berhenti
ketika terjadi nausea atau nyeri abdomen yang berat, atau ketika diinterupsi
dengan tertidur, atau ketika mereka menginduksi vomiting (Soetjiningsih, 2007).
1) Binge Eating
Gambaran Klinis BN digolongkan pada orang yang mengalami episode
konsumsi makanan dengan jumlah yang sangat banyak (misalnya, binge-eating)
secara rekuren dan sering, dan merasakan kurangnya penguasaan terhadap
makan. Binge eating artinya mengkonsumsi makanan yang banyak dalam
periode waktu yang singkat. Pada saat episode binge terjadi kehilangan kendali
terhadap makanan.Penderita bulimia nervosa dapat mengkonsumsi makanan
sekitar 3000-7000 kkal per episode binge. Epidode binge sering timbul pada
waktu yang sama setiap hari atau timbul sebagai akibat rangsangan emosional
seperti depresi, jemu atau marah dan kemudian diikuti oleh periode puasa
berkepanjangan.Mengkonsumsi makanan biasanya didahului muntah dengan
kira-kira satu tahun. Episode makan berlebihan yang berulang. Episode ini
ditandai dengan kedua hal berikut ini:
1) Makan, dalam periode waktu tertentu (misalnya dalam 2 jam), jumlah
makan jauh lebih besar daripada yang dimakan kebanyakan orang pada
periode waktu yang sama dan dalam keadaan atau situasi yang sama.
Selama mengkonsumsi makanan pasien memakan makanan yang manis,
tinggi kalori, dan biasanya lembut atau lunak, seperti cake dan kue kering.
Beberpa pasien lebih menyukai makanan yang besar tanpa memandang
rasanya.
2) Perasaan hilang kendali terhadap makan selama episode tersebut (misalnya
merasa tidak dapat menghentikan makan atau mengendalikan apa atau
berapa banyak yang dimakannya). Makanan dimakan secara sembunyi-
sembunyi dan secara cepat, dan kadang-kadang tidak dikunyah.
Episode makan berlebihan seperti ini :
1) Makan lebih cepat dari normal.
2) Makan sampai merasa sangat kenyang hingga terasa tidak nyaman.
3) Makan makanan dengan jumlah besar meskipun secara fisik tidak lapar.
4) Makan sendirian karena malu akan banyaknya makanan yang dimakannya.
5) Merasa jijik dengan dirinya sendiri, depresi, atau sangat bersalah setelah
makan berlebihan.
Pesta makan seringkali diikuti dengan perasaan depresi dimana pasien
merasa sedih, kesepian, hampa, dan terisolasi, atau rasa cemas dengan
ketegangan yang luar biasa.Perasaan ini biasanya membaik selama pesta makan,
namun setelah itu pasien dilaporkan mengalami perasaan depresi dengan
mengkritik dan meremehkan diri serta timbul perasaan bersalah. Pesta makan
biasanya dilakukan secara rahasia yang dilakukan selama beberapa menit sampai
beberapa jam (seringkali kurang dari 2 jam). Kebanyakan pesta makan terjadi
secara spontan, namun beberapa telah direncanakan.Frekuensi pesta makan
berkisar dari kadang-kadang (sekali atau dua kali sebulan) sampai berkali-kali
dalam sehari.Kuantitas jumlah makanan bervariasi namun selalu besar.
2) Purging
Penderita Bulimia Nervosa menempuh beberapa cara menolak dampak
dari makanan yang berlebihan.Bisanya setelah perilaku binge eating yang diikuti
dengan perilaku mengkompensasi binge dengan menyingkirkan makanan yang
dimakan (misalnya, muntah, penggunaan obat cuci perut atau diuretik yang
berlebihan). Paling sering adalah dengan cara memuntahkan makanan dengan
jalan merangsang faring atau secara spontan atau dengan menggunakan sirup
ipecac. Muntah yang sering terjadi dan biasanya diinduksi dengan memasukkan
jari ke dalam tenggorokan, walaupun beberapa pasien mampu untuk muntah atas
kehendaknya sendiri. Muntah menurunkan nyeri abdomen dan perasaan penuh
dan memungkinkan pasien terus makan tanpa takut akan mengalami kenaikan
berat badan. Disamping itu, cara lainnya adalah menggunakan laksan, diuretic
dan enema serta dengan jalan melakukan latihan fisik yang berlebihan.
Self-induced vomiting sangat sering namun bukanlah ciri untuk diagnosis.
Beberapa pasien setelah pesta makan melakukan puasa dalam periode waktu
yang lama, dan olahraga yang berat. Muntah dilakukan dengan menggunakan
emetik seperti sirup ipecac untuk menginduksi muntah dengan mengaktifkan
gag refleks. Luka pada punggung tangan juga dapat muncul akibat menstimulasi
gag refleks. Muntah juga dilakukan berulang sampai pasien berpikir bahwa
mereka telah mengeluarkan makanan sebanyak mungkin.Penyalahgunaan
laksatif umum dikaitkan dengan bulimia nervosa, penggunaan diuretik bukanlah
hal yang tidak biasa.Jika muntah terlalu banyak, dehidrasi dan
ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi kasus yang darurat. Kematian akibat
dilatasi dan rupture gaster pernah dilaporkan.
3) Body Image
Penderita Bulimia Nervosa memiliki persepsi yang keliru tentang berat
badan dan bentuk tubuhnya.Mereka merasa kelebihan berat badan atau gemuk,
meskipun pada kenyataannya berat badannya dalam batas normal.Sebagian
besar pasien bulimia nervosa dalam rentang berat badan yang normal, tetapi
beberapa pasien khawatir terhadap citra tubuh dan penampilannya, khawatir
terhadap tanggapan orang lain terhadap dirinya, dan khawatir terhadap daya
tarik seksualnya. Sebagian besar pasien bulimia nervosa aktif secara seksual,
dibandingkan dengan pasien anoreksia nervosa yang tidak tertarik terhadap
seks.Pika dan perebutan selama makan kadang-kadang ditemukan dalam riwayat
pasien bulimia nervosa.
Pasien dengan bulimia nervosa sadar akan perilakunya dan seringkali
melakukan hal yang besar untuk merahasiakannya. Mereka sangatlah khawatir
mengenai penampilan fisik, dengan harga diri yang bergantung pada ukuran dan
bentuk tubuh.Penyesuaian seksual yang terganggu, mulai dari pergaulan bebas
sampai ke aktivitas seksual yang terbatas. Beberapa gejala lain berkaitan dengan
buruknya kontrol impuls yang sering pada penderita bulimia nervosa, seperti
penggunaan alkohol, penyalahgunaan obat, mencuri, memutilasi diri sendiri, dan
percobaan bunuh diri. Kebanyakan pasien mengalami fluktuasi berat badan.
Beberapa gejala yang berkaitan dengan bulimia nervosa mencakup edema pada
ekstremitas, sakit kepala, nyeri tenggorokan, pembengkakan glandula parotis
dan glandula salivatorius lainnya, erosi pada enamel gigi dan karies berat,
merasa kembung, nyeri abdomen, lethargi dan fatigue. Dizziness, syncope, dan
seizure dapat muncul jika muntah yang berat.Menstruasi yang irregular umum
terjadi, namun amenorea tidak terus menerus.
Orang yang menderita BN dapat jatuh kepada golongan dengan berat
badan yang normal sesuai dengan umur mereka.Persepsi yang keliru ini
menyebabkan penderita Bulimia Nervosa berusaha menurunkan berat badannya.
Sebaliknya pada saat tertentu terjadi kehilangan kontrol terhadap pembatasan
makan, sehingga timbuk episode binge eating. Seperti AN, mereka juga
mempunyai ketakutan untuk pertambahan berat badan, dan sangat nekad untuk
mengurangi berat badan, merasa ketidakbahagiaan hebat atas ukuran dan bentuk
tubuh.Kebiasaannya, perilaku bulimik adalah rahasia, karena selalu disertai
dengan perasaan jijik dan malu.Siklus perilaku binging dan penyingkiran ini
selalunya berulang selama beberapa kali dalam seminggu.Kebanyakan
perubahan kondisi fisik adalah akibat dari aspek penyingkiran penyakit,
termasuklah ketidakseimbangan elektrolit, masalah gastrointestinal, dan masalah
berkaitan dengan rongga mulut dan gigi.
4) Depresi
Gejala psikologis penderita Bulimia Nervosa adalah depresi.Mirip dengan
AN, orang yang menderita BN juga mempunyai penyakit psikologis seperti
depresi, ansietas dan/atau permasalahan penyalahgunaan zat.Depresi sering kali
mengikuti episode dan disebut penderitaan setelah pesta makan (postbinge
anguish).Biasanya, pasien dengan BN merasa malu dengan perbuatannya sendiri
dan cenderung untuk merahsiakannya daripada keluarga dan teman-
teman.Pengalaman episode binge eating dan purging menimbulkan rasa
bersalah, penyesalan yang dalam, dan perasaa malu.Sebaliknya keadaan depresi
juga menyebabkan timbulnya gangguan makan dan episode binge.
Bulmina nervosa terdapat pada pasien dengan gangguan mood dan
gangguan kendali impuls.Bulimia nervosa juga terjadi pada orang dengan resiko
tinggi untuk gangguan terkait zat serta berbagai gangguan kepribadian.Pasien
bulimia nervosa juga mengalami gangguan ansietas, gangguan bipolar I, dan
gangguan disosiatif, serta riwayat penganiayaan seksual.Gangguan mood sering
terjadi pada pasien dengan BN dan simptom cemas dan tegang (tension) sering
dialami.Kebanyakan pasien dengan bulimia nervosa mengalami depresi ringan
dan sesetengah mengalami gangguan mood dan perilaku yang serius seperti
cobaan membunuh diri dan penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan
terlarang.Biasanya, pasien dengan bulimia nervosa merasa malu dengan
perbuatannya sendiri dan cenderung untuk merahasiakannya dari keluarga dan
teman-teman (Chavez dan Insel, 2007).
Pada pemeriksaan status mental dapat ditemukan:
a) Penampilan: pasien biasanya rapi, berpakaian yang baik, dan menunjukkan
atensi pada hal yang rinci. Dandanan seringkali teliti dan selanjutnya
memperlihatkan bahwa pasien fokus pada penampilan personal.
b) Tingkah laku: pasien biasanya tidak memiliki pergerakan yang abnormal,
namun perasaan cemas terlihat dari pergolakan psikomotor. Perpindahan
biasanya spontan, dan pasien umumnya kooperatif dan dapat melaksanakan
tugas yang diperintahkan.
c) Sikap terhadap pemeriksa: pasien umumnya mencegah kontak mata karena
malu
d) Mood dan afek: pasien seringkali memperlihatkan perasaan depresi dan
dapat juga berupa kecemasan
e) Pembicaraan: isi dan artikulasi biasanya normal
f) Proses pikir: pasien mungkin memiliki proses pikiran linear dan sampai
pada tujuan yang diarahkan
g) Isi pikir: pikiran cenderung berputar disekitar makanan dan kekhawatiran
tentang bentuk tubuh dan berat badan.
h) Kelainan persepsi: delusi dan halusinasi biasanya tidak ada
i) Ide bunuh diri: ide untuk bunuh diri biasa ditemukan terutama pada pasien
dengan mood depresi.
j) Ide pembunuhan: ide pembunuhan tidak berhubungan untuk diagnosis
bulimia nervosa
k) Kognisi: pasien pada umumnya sadar, dan berorientasi pada sekitar mereka.
l) Daya nilai: pasien umumnya menunjukkan daya nilai yang buruk mengenai
perawatan diri dan pengobatannya. Strategi penurunan berat badan seperti
muntah yang diinduksi sendiri, penyalahgunaan laksatif, dan diuretic
seringkali dianggap sebagai metode yang sah dan sesuai untuk mengatur
berat badan.
m) Tilikan: tilikan pada pasien bulimia nervosa bervariasi.
G. Terapi
Pada beberapa kasus, ketika makan berlebih tidak terkendali, tetapi pasien
rawat jalan tidak berhasil, atau pasien menunjukkan gejala psikiatrik tambahan
seperti bunuh diri dan penyalahgunaan zat, rawat inap di rumah sakit mungkin
perlu dilakukan.Di samping itu, pada kasus mengeluarkan makanan kembali
yang berat, gangguan metabolik dan elektrolit yang ditimbulkan mungkin sangat
memerlukan rawat inap di rumah sakit. Penatalaksanaan bulimia nervosa
menurut (Sadock, 2010):
1. Psikoterapi
Umumnya dokter melakukan terapi kognitif, yang bertujuan merubah
persepsi dan cara berpikir pasien mengenai tubuhnya. Dokter mendorong
pasien untuk berpikir secara benar terhadap dirinya sehingga menjadi lebih
obyektif melihat suatu masalah, dan menghilangkan sikap serta reaksi yang
salah terhadap makanan.
a) Memberi kepercayaan kepada pasien sehingga pasien mau bekerjasama
dalam pengobatan.
b) Menghentikan kebiasaan makan yang salah dan episode muntah serta diare:
Hal ini dapat dilakukan dengan membatasi jumlah dan jenis makanan
pasien bulimia nervosa. Namun sedikit sulit bila pasien tinggal dirumah
tanpa pengawasan.
c) Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan keadaan yang
sudah membaik:
a. Setelah pengobatan biasanya pasien akan mengulangi kebiasaannya
untuk makan lagi, maka kita jangan menentangnya, tapi kita anggap
bahwa hal itu merupakan respon yang fisiologis.
b. Agar pasien mau makan, maka kita katakankepadanya bahwa rasa lapar
yang timbul itu, karena tubuhnya memerlukan nutrisi.
c. Kalau pengobatan berhasil, maka pasien akan mengurangi
ketergantungan terhadap kebiasaan jeleknya dan gejala depresinya akan
teratasi, ini dapat berlangsung untuk beberapa bulan.
d. Oleh karena kebiasaan makan yang jelek pada bulimua nervosa ini
mudah berulang kembali, maka pengobatan yang paling efektif adalah
dengan memberikan rasa paercaya diri kepada pasien terhadap
penampilan dan berat badannya.
2. Farmakoterapi
Untuk penderita bulimia umumnya diberikan obat-obatan jenis
antidepresan bersama dengan pengobatan psikoterapi.Obat yang diberikan
umumnya dari jenis trisiklik seperti imipramine (dengan merek dagang
Tofranil) dan desipramine hydrochloride (Norpramin); atau jenis selective
serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) seperti fluoxetine (Antiprestin, Courage,
Kalxetin, Nopres, dan Prozac), sertraline (Zoloft), dan paroxetine (Seroxat).
3. Terapi psikis
Terapi bulimia biasanya meliputi konseling dan terapi tingkah
laku.Sebagian besar gangguan makan permasalahannya bukanlah pada
makanan itu sendiri, tetapi pada kepercayaan diri dan persepsi diri. Terapi akan
efektif jika ditujukan pada penyebabnya, bukan pada gangguan makannya.
Terapi individu, dikombinasikan dengan terapi kelompok dan terapi keluarga
seringkali sangat membantu. Terapi kelompok adalah terapi dimana penderita
penyakit yang sama saling membagi pengalaman mereka.
4. Terapi nutrisi
Ahli gizi dapat mengatur jadwal makan, memberikan penjelasan
mengenai tujuan terapi nutrisi, pentingnya diet sehat dan akibat buruk dari pola
makan yang salah terhadap kesehatan.Pengaturan diet untuk penderita bulimia
nervosa dilakukan secara bertahap tergantung tingkat keparahan serta ada
tidaknya komplikasi dengan penyakit penyerta.Selain dengan pengaturan
makan yang sehat dan berimbang diperlukan juga olahraga secara tepat dan
teratur.
5. Terapi Oral
a) Untuk mencegah erosi dan karies pada gigi, pasien dianjurkan tidak
menyikat gigi lagi setelah muntah, namun berkumur dengan sodium
fluorida 0,05%, alkaline mineral water, sodium bikarbonat, atau
magnesium hidroksida untuk menetralkan asam pada rongga mulut.
b) Mengurangi konsumsi makanan yang mengandung gula atau karbohidrat,
sebab akan meningkatkan resiko terjadinya karies.
c) Mengunyah permen karet rendah gula untuk meningkatkan produksi saliva
sintetik seperti glosodane
d) Gunakan pasta gigi, obat kumur, atau gel yang mengandung flourida untuk
mengurangi rasa sensitif pada gigi dan sebagai pertahanan terhadap karies.
e) Menyikat gigi tiga kali sehari setelah melakukan flossing untuk
mengurangi plak pada gigi.
DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association. 2013. Diagnostic and Statistical Manual of Mental


Disorders, Fifth Edition (DSM-5®). Arlington, VA, American Psychiatric
Association
Black Joyce M, Hawks Jane Hokanson. 2014. Keperawatan Medikal Bedah
Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan Edisi 8. Singapore: Elsevier
Brambilla, Francesca. 2001. Aetiophatogenesis and Pathophysiology of Bulimia
Nervosa (Biological Bases and Implications for Treatment). Milan: Instituto
Scientifico Ospedale
Bulechek, Gloria M.,et al.. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC), Sixth
Edition. United States of America: Mosby Elsevier
Frank, G. K. W. (2015). Advances from neuroimaging studies in eating
disorders. CNS Spectrums, 20, 391–400. doi:10.1017/S1092852915000012
FKM-UI, 2007.Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). 2014. NANDA International Nursing
Diagnoses: Definitions & Classification, 2015-2017, Tenth Edition. Oxford:
Wiley Blackwell
LeMone Priscilla, Burke Karen. 2008. Medical Surgical Nursing Critical Thinking in
Client Care. United States of America: Pearson
Lewis, Dirksen. 2011. Medical Surgical Nursing Assessment and Management of
Clinical Problems Eight Edition. United States of America: Elsevier Mosby
Menita, Sherli. 2010. Bulimia Nervosa. Diakses online pada http://www.bulimia-
nervosa.com, 17 April 2016
Moorhead, Sue., [et al.]. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC): measurement
of health outcomes, Fifth Edition. United States of America: Mosby Elsevier
Reel, Justine J. 2013.Eating Disorders: An Encyclopedia of Causes, Treatment, and
Prevention. Greenwood-ABC-CLIO: California
Sadock, Benjamin J. 2010. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi
2.Jakarta : EGC
Soetjiningsih.2007. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya.Jakarta : CV.
Sagung Seto
Wildes JE, Marcus MD, et all. 2010. The Treatment of Eating Disorders A clinical
Handbook. New York: The Guilford Press
TUGAS FARMAKOTERAPI III

PENATALAKSANAAN BULIMIA

OLEH KELOMPOK IV:

Ratih purwanti
Desi gres natali
Fira wati
Dewi astuti
Asnur saputra
Herman maman

B5NR

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIKES MANDALA WALUYA

KENDARI

2019

Anda mungkin juga menyukai