Anda di halaman 1dari 6

Gangguan Makan (eating disorder)

a. Definisi Gangguan Makan


Gangguan makan ditandai dengan ekstrem. Gangguan makan hadir ketika seseorang
mengalami gangguan parah dalam tingkah laku makan, seperti mengurangi kadar makanan
dengan ekstrem atau makan terlalu banyak yang ekstrem, atau perasaan menderita atau
keprihatinan tentang berat atau bentuk tubuh yang ekstrem. Seseorang dengan gangguan
makan mungkin berawal dari mengkonsumsi makanan yang lebih sedikit atau lebih banyak
daripada biasa, tetapi pada tahap tertentu, keinginan untuk makan lebih sedikit atau lebih
banyak terus menerus di luar keinginan (American Psychiatric Association [APA], 2005).
Menurut DSM-5 (APA, 2013), gangguan makan ditandai oleh gangguan gigih dalam
perilaku makan. Dalam hal ini terfokus pada tiga gangguan makan orang dewasa yang
paling penting di DSM-5 yaitu Anoreksia Nervosa, Bulimia Nervosa dan Binge Eating
Disorder.
b. Jenis – jenis gangguan makan
a) Anoreksia Nervosa
Istilah Anoreksia berarti hilangnya selera makan, dan nervosa mengindikasikan
bahwa hilangnya selera makan tersebut memiliki sebab emosional. Anoreksia Nervosa
dapat mengancam jiwa seseorang. Kondisi ini khususnya banyak terjadi pada
perempuan muda yang berada dalam tekanan besar untuk menjaga berat badan mereka
tetap rendah. Anorexia nervosa dibagi menjadi dua tipe, yaitu restricting type dan
binge-eating/ purging type. Restricting type merupakan tipe anorexia nervosa yang
mengurangi berat badan dengan membatasi asupan makanan yang parah (severely),
sedangkan tipe binge-eating/ purging, mengurangi berat badan dengan mengeluarkan
kembali makanan dalam tubuh seperti meminum obat diet atau/dan latihan fisik yang
berlebihan.
Adapun kriterian Kriteria DSM-IV untuk Anorexia Nervosa
 Menolak untuk mempertahankan berat badan normal.
Hal ini biasanya berarti bahwa berat badan orang tersebut kurang dari
85% dari berat badan yang dianggap normal bagi usia dan tinggi badannya.
Penurunan berat badan biasanya dicapai melalui diet, meskipun pengurasan
(muntah dengan sengaja, penggunaan obat pencahar secara berlebihan atau
diuretik) dan olahraga yang berlebihan dapat merupakan bagian dari gambaran
tersebut.
 Meskipun berat badannya sangat kurang, namun mengalami ketakutan yang
amat sangat menjadi gemuk.
Orang-orang yang menderita Anoreksia sangat takut bila berat badannya
bertambah, dan rasa takut tersebut tidak berkurang dengan turunnya berat
badan. Mereka tidak pernah merasa sudah cukup kurus.
 Gangguan citra tubuh.
Orang-orang yang menderita Anoreksia memiliki pandangan yang
menyimpan tentang bentuk tubuh mereka. Bahkan dalam kondisi kurus kering
mereka tetap merasa bahwa mereka berlebihan berat badan atau bagian tubuh
tertentu, khususnya perut, paha, pantat terlalu gemuk. Untuk mengecek berat
badan mereka, mereka biasanya sering menimbang berat badan, mengukur
berbagai bagian tubuh, dan mengamati secara kritis tubuh mereka di cermin.
Harga diri mereka sangat terkait dengan menjaga tubuh mereka tetap kurus.
 Pada perempuan yang telah mengalami menstruasi, terjadi amenorea.
Pada perempuan, kondisi tubuh yang sangat kurus menyebabkan
amenorea, yaitu berhentinya periode menstruasi. Dari keempat kriteria
diagnostic, amenorea tampaknya kurang pentik; beberapa perbedaan ditemukan
antara para perempuan yang memenuhi keempat kriteria dan yang memenuhi
ketiga kriteria kecuali amenorea.
DSM-IV membedakan dua tipe anoreksia nervosa: tipe terbatas
(penurunan berat badan tercapai dengan sangat membatasi asupan makan dan
tipa makan berlebihan-pengurasan (orang yang bersangkutan secara rutin juga
makan secara berlebihan dan kemudian mengeluarkannya. Berbagai perbedaan
subtype makan berlebihan-pengurasan tampaknya lebih bersifat psikopatologis;
para pasien menunjukkan gangguan kepribadian, perilaku impulsive, mrncuri,
penyalahgunaan obat-obatan, menarik diri dari pergaulan sosial dan upya bunuh
diri lebih banyak dibandingkan tipe terbatas.
Anoreksia Nervosa umumnya timbul pada awal hingga pertengahan
masa remaja. Anoreksia lebih banyak dialami kaum perempuan dibandingkan
kaum laki-laki. Meskipun kurus, perempuan yang menderita anoreksia nervosa
merasa bahwa beberapa bagian tubuh mereka terlalu gemuk dan menghabiskan
banyak waktu mengamati secara kritis tubuh mereka di depan cermin.
Sedangkan pada laki-laki, terjadi simtomatologi dan berbagai karakteristik lain,
seperti penuturan tentang konflik keluarga, secara umum sama dengan yang
dituturkan kaum perempuan yang mengalami gangguan tersebut.
Para pasien anorexia nervosa seringkali didiagnosis dengan depresi,
gangguan obsesif-kompulsif, fobia, gangguan panic, alkoholisme, dan berbagai
gangguan kepribadian. Laki – laki yang menderita anorexia juga memiliki
kemungkinan didiagnosis menderita gangguan mood, skizofrenia, atau
ketergantungan zat.
Anorexia Nerfosa dan Depresi. Keterkaitan yang kuat antara anoreksia
nervosa dan depresi telah memancing beberapa peneliti mempertimbangkan
kemungkinan bahwa anorexia menyebabkan depresi antara lain melalui
perubahan biokimiwi yang disebabkan oleh kelaparan atau rasa bersalah dan
rasa malu yang menyertainya.
Prognosis. Sekitar 70% pasien anorexia nervosa akhirnya dapat sembuh.
Meskipun demikian, penyembuhan dapat berlangsug selama 6 atau 7 tahun, dan
kekambuhan umum terjadi sebelum tercapainya pola makan yang stabil dan
dipertahankannya berat badan. Anorexia nervosa merupakan penyakit yang
mengancam jiwa, angka kematian sepuluh kali lebih besar pada para pasien
yang menderita penyakit tersebut disbanding pada populasi umum dan dua kali
lebih besar disbanding pada para pasien yang menderita berbagai gangguan
psikologis lain. Kematian paling sering disebabkan oleh komplikasi fisik
penyakit tersebut contohnya, sesak napas karena gagal jantung dan bunuh diri.
b) Bulmia Nervosa
Bulmia berasal dari bahasa Yunani yang berarti “ lapar seperti sapi jantan.”
Gangguan ini mencakup episode konsumsi sejumlah besar makanan secara cepat,
diukuti dengan perilaku kompensatori, seperti muntah, puasa, atau olahraga berlebihan,
untuk mencegah bertambahnya berat badan. DSM mendefiniskan makan berlebihan
sebagai makan makanan dalam jumlah yang sangat banyak dalam waktu kurang dari 2
jam. Perbedaan mencolok antara anoreksia dan bulmia nervosa mengalami penurunan
berat badan secara drastic, sedangkan pasien yang menderita bulmia nervosa tidak
demikian.
Adapun kriterian Kriteria DSM-IV untuk Bulmia Nervosa
 Makan berlebihan secara berulang
Meskipun penelitian menunjukkan bahwa pasien yang menderita bulmia
nervosa kadang mengonsumsi sejumlah besar makanan selama episode makan
berlebihan, yang seringkali lebih banyak dari yang dimakan orang normal
dalam sehari, makan berlebihan tidak selalu sebanyak yang dicantumkan dalam
DSM, dan terdapat variasi besar dalam kandungan kalori yang dikonsumsi oleh
penderita bulmia nervosa selama episode makan berlebihan.
 Pengurasan berulag untuk mencegah bertambahnya berat badan
Setelah selesai makan berlebihan, rasa jijik, rasa tidak nyaman dan takut bila
berat badan bertambah memicu tahap kedua bulmia nervosa, pengurasan untuk
menghilangkan efek asupan kalori karena makan berlebihan.
 Simtom –simtom yang terjadi sekurang – kurangnya 2 kali seminggu selama
sekurang – kurangnya 3 bulan.
Meskipun banyak orang yang kadang makan berlebihan dan beberapa orang
juga bereksperimen dengan pengurasan, diagnosis DSM untuk bulmia nervosa
mensyaratkan bahwa episode makan berlebihan dan pengurasan terjadi
sekurangnya dua kali seminggu selama 3 bulan.
 Penilaian diri sangat tergantung pada bentuk tubuh dan berat badan
Seperti halnya para pasien yang menderita anorexia nervosa, para penderita
bulmia nervosa takut bila berat badannya bertambah, dan harga diri mereka
sangat tergantung pada dipertahankannya berat badan normal.
Dibandingkan dengan DSM-IV, kriteria diagnostik DSM-V untuk bulimia
nervosa telah rileks. Pesta makan dan pembersihan sekarang harus dilakukan rata-
rata sekali seminggu (bukan dua kali seminggu) selama periode 3 bulan. Perubahan
ini dilakukan setelah penelitian menunjukkan bahwa orang dengan bulimia nervosa
subthreshold yang sangat mirip dengan mereka yang memiliki sindrom penuh
(Eddy, Doyle, et al., 2008; Fairburn et al., 2007). Sepertihalnya pada anoreksia,
terdapat dua subtype bulmia nervosa : tipe pengurasan dan tipe non pengurasan
dimana perilaku kompensatori adalah berpuasa tau berolahraga berlebihan.
Bulmia nervosa dikaitkan dengan sejumlah diagnosis lain, terutama depresi,
gangguan kepribadian, gangguan anxietas, penyalahgunaan zat, dan gangguan
tingkah laku. Laki – laki yang menderita bulmia juga memiliki kemungkinan
didiagnosis mengalami gangguan mood atau ketergantungan zat. Sepertihalnya
anoreksia, bulia terkait dengan beberapa efek samping pada fisik. Meskipun
lebihjarang disbanding pada anoreksia, menstruasi yang tidak teratur, termasuk
amenoera, dapat terjadi meskipun para pasien bulmia biasanya memiliki indeks
massa tubuh atau IMT yang normal. Prognosis, pemantauan jangka panjang pada
para pasien bulmia nervosa mengungkap bahwa 70% memperoleh kesembuhan,
meskipun 10% tetap sepenuhnya simtomatik.
c) Gangguan makan berlebihan (binge eating disorder)
Penambahan baru untuk DSM-5 adalah diagnosis gangguan binge-eating
(BED). Sebelumnya, di DSM-IV, pesta makan diberi status sementara. Ini
mendorong para peneliti untuk mempelajarinya. Penelitian kini mendukung
gagasan bahwa BED adalah sindrom klinis yang berbeda (Wonderlich et al., 2009).
Oleh karena itu telah memasukkan DSM sebagai diagnosis formal baru Meskipun
BED memiliki beberapa fitur klinis yang sama dengan bulimia nervosa, ada
perbedaan yang penting.
Adapun kriteria DSM-V untuk Being- eating disorder :
 Episode berulang dari pesta makan. Sebuah episode pesta makan dicirikan
oleh kedua hal berikut:
1. Makan, dalam jangka waktu tertentu (misalnya, dalam periode 2 jam),
sejumlah makanan yang pasti lebih besar dari apa yang kebanyakan orang akan
makan. dalam periode waktu yang sama dalam keadaan serupa.
2. Rasa kurang kontrol atas makan selama episode (misalnya, perasaan bahwa
seseorang tidak dapat berhenti makan atau mengontrol apa atau berapa banyak
orang yang makan).
 Episode binge-eating dikaitkan dengan tiga (atau lebih) dari yang berikut:
1. Makan jauh lebih cepat daripada biasanya.
2. Makan sampai perasaan tidak nyaman penuh.
3. Makan makanan dalam jumlah besar saat tidak merasa lapar secara fisik.
4. Makan sendirian karena merasa malu dengan berapa banyak orang yang
makan.
5. Merasa jijik dengan diri sendiri, depresi, atau sangat bersalah sesudahnya.
 Ditandai penderitaan tentang pesta makan sedang hadir
 Makan pesta terjadi, rata-rata, setidaknya sekali seminggu selama 3 bulan.
 Makan berlebihan tidak terkait dengan penggunaan berulang perilaku
kompensasi yang tidak tepat seperti pada bulimia nervosa dan tidak terjadi
secara eksklusif selama bulimia nervosa atau anorexia nervosa.
Setelah binge, orang dengan BED tidak terlibat dalam bentuk perilaku
“kompensasi” yang tidak tepat seperti membersihkan, menggunakan obat
pencahar, atau bahkan berolahraga untuk membatasi penambahan berat badan.
Ada juga pengekangan diet yang jauh lebih sedikit pada BED daripada tipikal
bulimia nervosa atau anorexia nervosa. Tidak mengherankan, gangguan
makan binge dikaitkan dengan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas.
Salah satu faktor risiko yang ditetapkan untuk gangguan makan pada pria
adalah homoseksualitas. Pria gay dan biseksual memiliki tingkat gangguan
makan yang lebih tinggi daripada pria heteroseksual. Laki-laki gay (seperti
laki-laki heteroseksual) menghargai daya tarik dan remaja dalam pasangan
romantis mereka. Karena laki-laki gay (seperti perempuan) mencari laki-laki
yang menarik secara seksual, ketidakpuasan tubuh mungkin lebih menjadi
masalah bagi laki-laki gay daripada laki-laki heteroseksual.
c. Pravelensi Gangguan Makan

Anda mungkin juga menyukai