Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEPERAWATAN JIWA
“ GANGGUAN MAKAN “

Oleh :

CUT ASRI DINA SANIA

1902005

PRODI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SAINS CUT NYAK DHIEN

2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan makan merupakan suatu gangguan yang ditandai dengan ekstrim


Gangguan makan, hadir ketika seseorang mengalami gangguan yang parah dalam
tingkah laku makan, seperti mengurangi kadar makan dengan ekstrem atau makan
terlalu banyak yang ekstrem, atau perasaan menderita atau keperihatinan tentang
berat atau bentuk tubuh yang ekstrem. Seseorang dengan gangguan makan dapat
berawal dari mengkonsumsi makanan yang lebih sedikit atau lebih banyak daripada
biasa, tetapi pada tahap tertentu, keinginan untuk makan lebih sedikit atau lebih
banyak terus menerus di luar keinginan.1

Gangguan makan atau “ Eating Disorder ” merupakan salah satu Psychiatric


Syndromes yang digolongkan dengan penyimpangan makan, bentuk tubuh dan berat
badan. Terdapat tiga kategori dari Gangguan Makan yang termasuk dalam DSM IV :
anorexia nervosa, bulimia nervosa dan binge eating disorder. Suatu definisi kerja
dari gangguan makan, merupakan suatu gangguan kebiasaan makan yang persisten
yang behubungan dengan konsumsi dan penyerapan nutrisi makanan yang dapat
mengganggu kesehatan jasmani atau physical health dan faktor psycho social.1

Estimasi prevalensi dari anoreksia nervosa ialah 0.5 - 1 % terdapat pada


wanita dan 10 -20 kali lebih sering terjadi pada wanita di bandingkan pada pria
(Garfinkle et al., 1996; Walters & kindler, 1995). Rata – rata kisaran umur penderita
antara 10 – 30 tahun pada umumnya. Dari beberapa study sejak tahun 1991 insidensi
terjadi pada wanita yang berumur 15 – 24 tahun.1

Pada penderita anoreksia nervosa dapat menurunkan berat badannya antara 25


– 50% dari berat badan sebenarnya. Dampak fisik yang umumnya terjadi penderita
adalah kehilangan selera makan, hingga tidak mau mengkonsumsi apapun, lemah

2
tidak bertenaga, sulit berkonsentrasi dan terjadi gangguan mentruasi. Namun dampak
psikis juga terpengaruhi, seperti mempunyai perasaan tidak berharga, sensitive,
mudah tersinggung atau marah, mudah merasa bersalah, kehilangan minat untuk
berinteraksi dengan orang lain, tidak percaya diri, cenderung berbohong untuk
menutupi perilaku makannya, minta perhatian orang lain, dan depresi. Dampak fisik
maupun psikis yang terjadi akibat gangguan makan tersebut  memerlukan
pertolongan segera dari psikolog, dokter, ahli gizi, dan tentu saja orang tua. 1,2,3

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Defenisi anoreksia nervosa menurut DSM-IV adalah : 1,3

1. Menolak mempertahankan berat badan pada atau diatas berat badan normal
minimal menurut usia dan tinggi badan (misalnya, menurunkan berat badan
untuk mempertahankan berat badan kurang dari 85% yang diharapkan; atau
kegagalan untuk menaikan berat badan yang diharapkan selama periode
pertumbuhan, menyebabkan berat badan kurang dari 85% dari yang
diharapkan).

2. Ketakutan yang kuat mengalami kenaikan berat badan atau menjadi gemuk,
walaupun sesungguhnya memiliki berat badan kurang.

3. Gangguan dalam cara memandang berat atau bentuk badannya sendiri; berat
badan atau bentuk badan yang tidak pantas atas dasar pemeriksaan sendiri,
atau menyangkal keseriusan berat badannya yang rendah.

4. Pada wanita pasca menarki, amenore yaitu tidak ada sekurangnya tiga siklus
menstruasi berturut-turut (seorang wanita dianggap mengalami amenore jika
periodenya timbul hanya setelah pemberian hormon, misalnya, estrogen).

 Bulimia nervosa merupakan satu gangguan fungsi makan yang ditandai oleh
episode nafsu makan yang lahap tanpa dapat dikendalikan, diikuti dengan
muntah yang disengaja atau upaya pencahar lain yang dimaksudkan untuk
mencegah meningkatnya berat badan (contoh, penggunaan laksansia).1,3

4
B. EPIDEMIOLOGI

Gangguan makan dalam berbagi bentuk telah dilaporkan pada sampai 4%


pelajar remaja dan dewasa muda. Sekitar 95% penderita adalah wanita, kelainan ini
biasanya terjadi pada masa remaja dan terkadang pada masa dewasa. Anoreksia
nervosa diperkirakan terjadi pada kira-kira 0,5 sampai 1% gadis remaja. Biasanya
menyerang orang-orang golongan sosial ekonomi menengah ke atas. Gangguan ini
terjadi 10 sampai 20 kali lebih sering pada wanita dibandingkan laki-laki. Lebih
sering pada Negara yang maju, dan mungkin ditemukan dengan frekuensi tertinggi
pada wanita muda yang profesinya memerlukan kekurusan , seperti model dan penari
balet.4,5

Bulimia nervosa lebih sering ditemukan pada wanita dibandingkan pada laki-
laki, tetapi onsetnya lebih sering pada masa remaja dibandingkan pada masa dewasa
awal. Diperkirakan bulimia nervosa terentang dari 1-3 persen wanita muda.
Banyak penderita bulimia nervosa memiliki berat badan yang normal dan
kelihatannya tidak ada masalah yang berarti dalam hidupnya. Biasanya mereka orang-
orang yang kelihatannya sehat, sukses di bidangnya dan cenderung perfeksionis.
Namun, dibalik itu, mereka memiliki rasa percaya diri yang rendah dan sering
mengalami depresi. Mereka juga menunjukkan tingkah laku kompulsif, misalnya,
mengutil di pasar swalayan, atau mengalami ketergantungan pada alkohol atau
lainnya. Bulimia nervosa lebih sering ditemukan pada wanita dibandingkan pada laki-
laki, tetapi onsetnya lebih sering pada masa remaja dibandingkan pada masa dewasa
awal. Diperkirakan bulimia nervosa terentang dari 1-3 persen wanita muda.4,5,6

Banyak penderita bulimia nervosa memiliki berat badan yang normal dan
kelihatannya tidak ada masalah yang berarti dalam hidupnya. Biasanya mereka orang-
orang yang kelihatannya sehat, sukses di bidangnya dan cenderung perfeksionis.

5
Namun, dibalik itu, mereka memiliki rasa percaya diri yang rendah dan sering
mengalami depresi. Mereka juga menunjukkan tingkah laku kompulsif, misalnya,
mengutil di pasar swalayan, atau mengalami ketergantungan pada alkohol atau
lainnya.4,5,6

Bulimia nervosa sering terjadi pada orang dengan angka gangguan mood dan
gangguan pengendalian impuls yang tinggi. Juga telah dilaporkan terjadi pada orang
yang memiliki resiko gangguan berhubungan dengan zat dan gangguan kepribadian,
memiliki angka gangguan kecemasan dan gangguan dissosiatif yang meningkat dan
riwayat penyiksaan seksual. Bulimia nervosa sering terjadi pada orang dengan angka
gangguan mood dan gangguan pengendalian impuls yang tinggi. Juga telah
dilaporkan terjadi pada orang yang memiliki resiko gangguan berhubungan dengan
zat dan gangguan kepribadian, memiliki angka gangguan kecemasan dan gangguan
dissosiatif yang meningkat dan riwayat penyiksaan seksual.4,5,6

C. ETIOLOGI

Faktor biologis, sosial, dan psikologis adalah terlibat dalam penyebab


Gangguan Makan :4,5,6,7,8

1. Faktor biologis

Kelaparan menyebabkan banyak perubahan biokimia, beberapa diantaranya


juga ditemukan pada depresi, seperti hiperkortisolemia dan nonsupresi oleh
deksametason. Terjadi penekanan fungsi tiroid, amenore, yang mencerminkan
penurunan kadar hormonal. Kelainan tersebut dapat dikoreksi dengan pemberian
makanan kembali.4,5,6,7,8

2. Faktor sosial

6
Penderita menemukan dukungan untuk tindakan mereka dalam masyarakat
yang menekankan kekurusan dan latihan. Tidak berkumpul dengan keluarga adalah
spesifik pada anoreksia nervosa.  Pasien dengan anoreksia nervosa kemungkinan
memiliki riwayat keluarga depresi, ketergantungan alkohol, atau suatu gangguan
makan.6,7,8

3. Faktor psikologis dan psikodinamis

Eating Disorder tampaknya merupakan suatu reaksi terhadap kebutuhan pada


remaja untuk menjadi lebih mandiri dan meningkatkan fungsi social dan seksual.
Biasanya mereka tidak mempunyai rasa otonomi dan kemandirian, biasanya tumbuh
di bawah kendali orang tua. Kelaparan yang diciptakan sendiri (self starvation)
mungkin merupakan usaha untuk meraih pengakuan sebgai orang yang unik dan
khusus. Hanya memalui tindakan disiplin diri yang tidak lazim pasien anoreksia dapat
mengembangkan rasa otonomi dan kemandirian.5,6,7,8

D. GAMBARAN KLINIS

1. Terdapat subtype dari anoreksia nervosa yang didasarkan atas metode-


metode yang digunakan untuk mengkontrol berat badan, yaitu : 6,7,8

 Mengkontrol pengurangan berat badan dengan mengkonsumsi


kalori yang sangat rendah dan olah raga.

 Terkadang terjadi bulimia diantara jarak makan, dan kelaparan dengan


mempunyai kebiasaan memuntahkan dan penggunaan laksan dan diuretik
daripada menggunakan obat penurun berat badan.

 Gejala klinis/symptom :

1. Gejala yang predominan adalah ketakutan yang sangat


akan kenaikan berat badan, sampai terjadi phobia terhadap makanan.

7
Ketakutan terhadap  makanan disertai dengan penyalahartian dari body
image; banyak pasien merasa diri mereka sangat gendut, walaupun
sebenarnya mereka sangat kurus.

2. Banyak penderita anoreksia nervosa mempunyai obsessive compulsive


behavior, misalnya mereka sering sekali mencuci tangan berulang-ulang, 
pasien cenderung kaku dan perfeksionis yang mengarahkan pada
diagnosis gangguan kepribadian, seperti narcissisme, atau riwayat
gangguan kepribadian.

3. Penyesuaian seksual yang buruk.

4. Penderita anoreksia nervosa biasanya menunjukan


perilaku yang aneh tentang makanan, seperti menyembunyikan makanan,
membawa makanan dalam kantong, saat makan mereka membuang
makanan, memotong makanan menjadi potongan kecil-kecil.

5. Gangguan tidur dan gangguan depresi pada umumnya.

6. Muntah yang dipaksakan.

7. Biasanya aktifitas dan program olah raga yang berlebihan.

2. Tanda Anoreksia nervosa 6,7,8

 Menyamarkan kekurusan mereka dengan baju dan make-up.


 Kulit kering dan kering, rambut halus, dan alopesia ringan.
 Subtype bulimia berat, seperti kehilangan enamel gigi karena asam lambung,
ketika penderita muntah. Bahkan terdapat scar pada dorsum akibat jari-jari
yang dimasukan ke mulut untuk memaksakan muntah.
 Hypokalemi dan kelainan EKG.

8
 Kelainan neurology (seperti seizure dan neuropaty) dan
anemia yang berhubungan dengan kekurangan gizi dan kelaparan.

3. Gejala gejala bulimia nervosa yaitu :6,7,8


- Makan dalam jumlah yang berlebihan.
- Terobsesi dengan makanan dan kalori.
- Melakukan perangsangan muntah dan cuci perut.
- Sering menghilang ke kamar mandi bila selesai makan, untuk mengeluarkan
makanan – mak anan yang telah ditelan.
- Bersikap penuh rahasia.
- Merasa kehilangan kontrol.

D. DIAGNOSIS

Pedoman diagnostik Anoreksia Nervosa menurut PPDGJ-III adalah :7,8

1. Mempunyai ciri khas gangguan adalah mengurangi berat badan dengan


sengaja, dipacu dan atau dipertahankan oleh penderita.
2. Untuk suatu diagnosis yang pasti dibutuhkan semua hal seperti di bawah ini,
yaitu:7,8

 Berat badan tetap dipertahankan 15% di bawah yang seharusnya ( baik yang
berkurang maupun yang tidak tercapai) atau Quetelet’s body mass index
adalah 17,5% atau kurang.

 Berkurangnya berat badan dilakukan sendiri dengan menghindari makanan


yang mengandung lemak dan salah satu hal di bawah ini :

o Merangsang muntah oleh dirinya sendiri

o Menggunakan pencahar

9
o Olah raga berlebihan

o Menggunakan obat penahan nafsu makan dan atau diuretika.

o Terdapat distorsi body image dalam psikopatologi yang spesifik


dimana ketakutan gemuk  terus menerus menyerang penderita,
penilaian yang berlebihan terhadap berat badan yang rendah.

o Adanya gangguan endokrin yang meluas, melibatkan hypothalamic-


piyuitary-gonadal aksis, dengan manifestasi pada wanita sebagai
amenore dan pada pria suatu kehilangan minat dan potensi seksual.
Juga dapat terjadi kenaikan hormon pertumbuhan, kortisol, perubahan
metabolisme peripheral dari hormone tiroid, dan sekresi insulin
abnormal.

o Jika onset terjadinya pada masa prubertas, perkembangan prubertas


tertunda atau dapat juga tertahan. Pada penyembuhan, prubertas
kembali normal, tetapi menarche terlambat.

Pemeriksaan patologi dan laboratorium, tidak ada tes laboratorium tunggal


yang mutlak mambantu menegakan diagnosa anoreksia nervosa. Urutan uji saring
laboratorium adalah diperlukan pada orang yang memenuhi criteria anoreksia
nervosa. Tes tersebut dapat berupa elektrolit serum dan tes fungsi ginjal, tes glukosa,
EKG, kadar kolesterol, test supresi deksametason, dan kadar karoten. Klinisi
mungkin menemukan penurunan hormon tiroid, penurunan glukosa serum,
nonsupresi kortisol setelah deksametason, hipokalemia, peningkatan nitrogen urea
darah, dan hiperkolesterolemia.5,6

Kriteria diagnostik dari bulimia nervosa berdasarkan DSM–IV, Diagnostic


and Kriteria Statistical Disorders, ec. 4.4,5,6

10
1. Episode rekuren pesta makan ( binge eating ). Episode pesta makan ditandai oleh
kedua hal berikut ini : Makan, dalam periode waktu tertentu (misalnya dalam 2
jam), jumlah makan jauh lebih besar daripada yang dimakan kebanyakan orang
pada waktu dan situasi yang serupa. Perasan hilang kendali terhadap makan
selama episode tersebut (misalnya merasa tidak dapat menghentikan makan atau
mengendalikan apa atau berapa banyak yang dimakannya).
2. Perilaku kompensasi yang relevan yang tidak layak untuk mencegah
kenaikan berat badan, seperti muntah diinduksikan sendiri, penyalahgunaan
laksatif, enema, atau medika lain, puasa, atau olahraga berat.
3. Pesta makan dan perilaku kompensasi yang tidak sesuai, keduanya terjadi dengan
rata-rata sekurangnya dua kali dalam seminggu selama 3 bulan.
4. Pemeriksaan diri sendiri terlalu dipengaruhi oleh bentuk dan berat
badan.
5. Gangguan tidak terjadi semata mata selama episode anoreksia nervosa.

E. KOMPLIKASI MEDIS DARI GANGGUAN MAKAN

Berhubungan dengan penurunan berat badan :2,4,6

1. Kaheksia : hilangnya lemak, massa otot, penurunan metabolisme tiroid


(sindrom T3 rendah), intoleransi dingin, dan sulit mempertahankan temperatur
inti tubuh.
2. Jantung : hilangnya otot jantung, jantung kecil, aritmia jantung, termasuk
kontraksi premature atrium dan ventrikel, perpanjangan transmisi berkas HIS
(perpanjangan interval QT, bradikardia, takikardia ventricular, kematian
mendadak.
3. Pencernaan-gastrointestinal: perlambatan pengosongan lambung, kembung,
konstipasi, nyeri abdomen.
4. Reproduktif : Amenore, kadar leutenizing hormone (LH) dan follicle
stimulating hormone (FSH) yang rendah.

11
5. Dermatologis: lanugo (rambut halus tumbuh di seluruh tubuh), edema.
6. Hematologys : leucopenia
7. Neuropsikiatri : sensasi kecap yng abnormal ( mungkin karena defesiensi dari
seng ), depresi apatetik, gangguan kognitif ringan.
8. Rangka : osteoporosis.
9. Berhubungan dengan mencahar ( muntah dan penyalahgunaan laksatif).
10. Metabolisme : kelainan elektrolit, terutama alkalosis hipokalemik,
hipokloremik, dan hipomagnesimia.
11. Pencernaan-gastrointestinal : peradangan dan pembesaran kelenjar liur dan
pancreas, dengan peningkatan amylase serum, erosi esophagus dan lambung,
usus disfungsional dengan dilatasi haustra.
12. Gigi: erosi enamel gigi, terutama bagian depan, dengan dengan kerusakan gigi
yang bersanngkutan.
13. Neuropsikiatrik : kejang (berhubungan dengan pergeseran cairan yang besar
dan gangguan elektrolit), neuropati ringan, kelelahan, dan kelemahan,
gangguan kognitif lainnya.

F. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding Gangguan makan adalah dipersulit oleh penyangkalan pasien


tentang gejalanya, kerahasiaan di sekitar ritual makan pasien yang aneh dan
penolakan pasien untuk mencari pengobatan. dibawah ini adalah diagnosis banding
untuk  gangguan makan.6

1. Gangguan organic, seperti tumor otak yang melibatkan jaras hypothalamus-


pituitary, penyakit Addison, Diabetes Mellitus, dan gangguan gastrointestinal.
2. Gangguan psikologi, pada umumnya pasien depresi mengalami suatu
penurunan nafsu makan, sedangkan pada anoreksia nervosa mengaku
memiliki nafsu makan yang normal dan merasa lapar. Pada agitasi depresif,

12
hiperaktifitas yang ditemukan pada anoreksia nervosa adalah direncanakan
dan merupakan ritual. Preokupasi dengan makanan yang mengandung kalori,
resep makanan dan persiapan   pesta pencicipan makanan adalah tipikal pada
pasien anoreksia nervosa dan tidak ditemukan pada penderita gangguan
depresif. Dan pada pasien dengan gangguan depresif tidak memiliki ketakutan
yang kuat akan kegemukan atau gangguan citra tubuh, seperti yang dimiliki
oleh pasien anoreksia nervosa.

3. Sindroma.Kluver-Bucy.
Ciri patologis yang dimanifestasikan oleh sindroma Kluver-Bucy adalah
agnosia visual, menjilat dan menggigit yang kompulsif, memeriksa objek
dengan mulut, ketidakmampuan mengenali tiap stimulus, plasiditas,
perubahan perilaku seksual (hiperseksualitas), dan perubahan kebiasaan
makan, khususnya hiperfagia.

4. Sindroma.Kleine-Levin
Sindroma Kleine-Levin terdiri dari hipersomnia periodik yang berlangsung
dua sampai tiga minggu atau hiperfagia.

G. PROGNOSIS

Pada umumnya prognosis adalah tidak baik untuk Anoreksia Nervosa. Pada
mereka yang telah mencapai berat badan ideal kembali, preokupasi dengan makanan
dan berat badan sering kali terus terjadi, hubung social sering kali buruk,  dan banyak
pasien mengalami depresi. Namun respon jangka pendek pien terhadap hamper
semua program pengobatan rumh sakit adalah baik. indikator suatu hasil yang baik
adalah pengakuan rasa lapar, sedikit penyangkalan, kurangn imaturitas, dan
peningkatan harga diri.4,5,6

Secara keseluruhan, bulimia nervosa tampaknya memiliki prognosis yang


lebih baik dibandingkan anoreksia nervosa. Dalam jangka pendek, pasien bulimia

13
nervosa yang mampu melibatkan diri dalam pengobatan telah dilaporkan lebih dari 50
% yang mengalami perbaikan.5,6

Prognosis bulimia nervosa tergantung kepada keparahan sequele mencahar,


yaitu apakah pasien mengalami gangguan elektrolit dan sampai derajat mana muntah
yang sering mengakibatkan esofagitis, amilasemia, pembesaran kelenjar liur dan
karies gigi. Pada beberapa kasus ini yang tidak diobati, remisi spontan terjadi dalam
satu sampai dua tahun.4,5,6

H. TERAPI
1. Mengingat implikasi psikologi dan medis anoreksia nervosa yang sulit, suatu
rencana pengobatan harus  menyeluruh, termasuk perawatan di rumah sakit jika
diperlukan dan terapi individual serta keluarga adalah dianjurkan. Pendekatan
perilaku, interpersonal, dan kognitif pada beberapa kasus medikasi harus
dipertimbangkan.4,5,6
A. Perawatan di rumah sakit. Clinical harus memutuskan pasien mana yang harus
diberi perawatan di rumah sakit, dan yang tidak harus. 4,5,6
1. Kehilangan energi yang  banyak, pada umumnya, pasien anoreksia
nervosa yang berada 20% di bawah berat badan yang diharapkan
untuk tinggi badannya adalah dianjurkan untuk program rawat inap,
dan pasien yang berada 30% di bawah berat badan yang diharapkan
memerlukan perawatan rumah sakit psikiatrik yang terentang dari dua
sampai 6 bulan..

2. Hypokalemi (<3 meg/L) atau EKG mengalami perubahan akibat


meningkatnya potassium.

3. Lingkaran muntah, dan pengurangan makanan yang tidak dapat


diputuskan.

14
4. Assessment yang berhati-hati dan penatalaksanaan masalah  kesehatan
dan gangguan kejiwaan lainnya.

5. Modifikasi perilaku lainnya untuk usaha peningkatan berat badan,


seperti :

 tirah baring dengan pengawasan konsumsi makanan sebagai langkah awal


untuk setiap pasien. Frekuensi pemberian makan 5-6 kali, dengan kalori
1500 – 2000 kalori yang ditingkatkan secara bertahap, biasanya diberikan
makanan   yang sama selama sehari sehingga pasien tidak mengkonsumsi
makanan dalam jumlah yang besar sekali makan.

 keinginan untuk menaikan berat badan harus disesuaikan dengan


pendidikan pasien

 setiap pagi pasien harus ditimbang setiap pagi, setelah mengosongkan


kandung kemihnya dan sebelum sarapan

 mengkuatkan kembali keinginan pasien untuk meningkatkan


berat badannya.

 jika pasien tidak lagi tirah baring, pasien harus diawasi selama
2 jam setelah makan. Hal ini dilakukan agar pasien tidak memuntahkan
makanannya.

 Pemberian makan secara paksa dilakukan jika pasien mengalami


penurunan berat badan yang drastic, dan membahayakan jiwa pasien.

 Cyproheptadine hydrochloride, merupakan antagonis antihistamine dan


serotonin, telah terbukti efektif sebagai stimulus untuk pasien anoreksia
nervosa yang mempunyai sedikit efek samping. Dosis harian adalah 8mg
peroral dan dinaikan 32mg/hari pada akhir minggu kedua.

15
 Amitrypline, dimulai dengan dosis 50mg/hari dan dinaikan perlahan-lahan
sampai 150mh/hari. Obat ini terbukti bermanfaat untuk pasien anoreksia
nervosa, biasanya pasien mengalami panaikan berat badan, biasanya
digunakan untuk pasien dengan gangguan depresi.

 Alprazolam, 0,25mg, setiap 1 jam sebelum makan,


diperuntukan untuk pasien yang mengalami anxietas yang berat.

 Farmakoterapi diberikan jika ada gangguan jiwa, seperti


depresi, atau kecemasan

 Keikutsertaan keluarga diberikan untuk pasien yang dengan


perawatan di rumah, digunakan untuk memeriksa interaksi di antara
anggota keluarga dan kemungkinan tujuan sekunder dari gangguan
tersebut bagi pasien.

B. Perawatan setelah rumah sakit 4,5,6

1. Gabungan psikoterapi individu dan keluarga.

2. Menggunakan pendekatan terapi kognitif yang difokuskan pada pasien


yang terobsesi menjadi kurus, kepercayaan diri yang rendah, dan
dichotomous thinking, seperti gendut lawan kurus, benar lawan salah,
otonomi lawan independent.

3. Farmakoterapi, banyak diberikan oleh phisikiatrik jika pasien telah


mengalami perbaikan setelah 6 bulan, setelah pasien di rawat.

2. Terapi bulimia nervosa terdiri dari berbagai intervensi, termasuk psikoterapi


individual dengan pandekatan kognitif perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga
dan farmakoterapi.4,5,6

16
A. Psikoterapi
Ada tiga langkah mengatasi Bulimia Nervosa, yaitu :
1. Memberi kepercayaan kepada pasien sehingga pasien mau bekerjasama dalam
pengobatan.
2. Menghentikan kebiasaan makan yang salah dan episode muntah serta diare.
3. Mempertahankan dan mendorong pasien kepada kondisi yang lebih baik, oleh
karena kambuh kembali sangat besar.

B. Memastikan kerjasama dari pasien.

Pasien bulimia nervosa biasanya terlihat begitu antusias untuk menjalankan


pengobatan. Namun kenyataannya dia cenderung menggunakan caranya sendiri dan
tetap berusaha mempertahankan kebiasaannya. Jadi sebelum pengobatan sang dokter
harus memberikan kepercayaan dan meyakinkan pasien tentang pengobatan yang
akan dijalaninya.

C. Mengontrol kebiasaan makan dan muntah yang dibuatnya sendiri.


Hal ini dapat dilakukan dengan membatasi jumlah dan jenis makanan pasien
bulimia nervosa. Namun sedikit sulit bila pasien tinggal dirumah tanpa pengawasan.
D. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan keadaan yang
sudah membaik :

Setelah pengobatan biasanya pasien akan mengulangi kebiasaannya untuk


makan lagi, maka kita jangan menentangnya, tapi kita anggap bahwa hal itu
merupakan respon yang fisiologis.Agar pasien mau makan, maka kita katakan
kepadanya bahwa rasa lapar yang timbul itu, karena tubuhnya memerlukan nutrisi.
Kalau pengobatan berhasil, maka pasien akan mengurangi ketergantungan terhadap
kebiasaan jeleknya dan gejala depresinya akan teratasi, ini dapat berlangsung untuk
beberapa bulan. Oleh karena kebiasaan makan yang jelek pada bulimia nervosa ini

17
mudah berulang kembali, maka pengobatan yang paling efektif adalah dengan
memberikan rasa percaya diri kepada pasien terhadap penampilan dan berat
badannya.

E. Farmakoterapi.
Antidepresan, termasuk tetrasiklik (Tofranil), serotonin spesipik re–
uptake inhibitor (SSRI) yaitu fluoksetin (prozac) dan penghambat monoamin
oksidase (MAOI) yaitu fenelzin (Nardil) bermanfaat untuk mengobati depresi pada
bulimia nervosa.Semua obat itu digunakan sebagai bagian dari suatu program terapi
yang menyeluruh dengan psikotherapi. Khusus bagi pasien dengan cemas dan agitasi
dapat diberikan lorazepam (Ativan) 1-2 mg per oral atau IM.

BAB III

KESIMPULAN

Gangguan Makan adalah suatu bentuk ketakutan yang kuat mengalami


kenaikan berat badan atau menolak untuk mempertahankan berat badan pada atau
diatas berat badan normal minimal menurut usia dan tinggi badan, dan mengalami

18
gangguan dalam cara memandang berat atau bentuk badannya sendiri serta terjadi
pada orang dengan angka gangguan mood dan gangguan pengendalian impuls yang
tinggi. Juga telah dilaporkan terjadi pada orang yang memiliki resiko gangguan
berhubungan dengan zat dan gangguan kepribadian, memiliki angka gangguan
kecemasan dan gangguan dissosiatif yang meningkat dan riwayat penyiksaan seksual.
Sehingga menimbulkan bermacam komplikasi yang serius bahkan dapat
menyebabkan kematian. Oleh karena itu penderita anoreksi nervosa membutuhkan
pengobatan medis dan psikis yang menyeluruh, yaitu perawatan di rumah sakit jika
diperlukan, terapi individual serta keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

LA Via M, Marcus M. Eating disorders. Dalam: Daley DC, Salloum IM, editor.
Clinician’s guide to mental illness. Ed. Internasional. Boston: McGraw-Hill;
2001. Hal.231-47.

19
Halgin RP, Whitbourne SK. Eating disorder an impulse – control disorder. Dalam:
Abnormal psychology, clinical perspective on psychological disorsders.
Boston: McGraw-hill;2003.hal.456-64.

Cameron AD. Eating disorders. Dalam: Psychiatry. Ed. Ke-2. Edinburgh: Mosby;
2006. Hal 121-3.

Becker AE. Eating disorder. Dalam: Stern TA, Herman JB, editor. Massachusets
general hospital psychiatry update and board preparation. Ed. Ke-2 New
York: McGraw-Hill;2004.hal. 165-71.

Stevens Vm, dkk Eating Disorder and obesity. Dalam: Behavioral science. St.Louis:
Mosby; 2004. Hal.139-44.

Puri BK, Laking PJ, Treasden IH. Eating disorders. Dalam: Textbook of
Psychiathry.Ed. Ke-2. Edinburgh: Churchil-Livingstone; 2002. Hal.363-76.

Maslim R. gangguan makan.Dalam: Buku saku diagnosis gangguan jiwa, rujukan


ringkas dari PPDGJ-II. Jakarta: Bag. Ilmu Kedikteran Jiwa FK-UNika
Atmajaya; 2001. Hal.90-1.

Levey R Williams-Wilson B. Anoreksia Nervosa [ on line ]. 2006 april 17 [ diakses


tanggal 14 september 2013]; Tersedia dari : www.emedicine.com

Farkas TA. Anoreksia nervosa [on line]. 2006 august.1 [diakses 14 september 2013];
Tersedia dari : www.emedicine.com

20

Anda mungkin juga menyukai