Anda di halaman 1dari 45

Definisi Anoreksia dan Bulimia Nervosa

Anoreksia dan bulimia adalah kelainan pola makan (eating disorder) yang sering terjadi pada wanita.
Kelainan tersebut biasanya merupakan suatu bentuk penyiksaan terhadap diri sendiri. Anoreksia dan
bulimia merupakan penyakit mental pada seseorang dalam perilaku mengkonsumsi makanan.
Gangguan makan yang menyiksa, dimana kedua keadaan itu sama bahayanya bagi tubuh. Gangguan
tersebut dihasilkan oleh ketakutan bahwa tubuh akan menjadi gemuk setelah makan, dan ketakutan
mental itu akan terpancar melalui penyiksaan fisik. 3

Gambar 2.1 Ilustrasi Eating Disorder

2.1.1 Pengertian Anoreksia Nervosa
Suatu kelainan emosional yang menyebabkan tidak adanya nafsu makan yang dikenal dengan
Anoreksia Nervosa. Penyakit ini merupakan suatu kelainan serius, dan bila tidak diobati penderita
benar-benar kelaparan sampai mati.
Anoreksia Nervosa merupakan aktivitas untuk menguruskan badan dengan melakukan pembatasan
makan secara sengaja dan melalui kontrol yang ketat. 1









Gambar 2.2 Penderita Anorexia

Penderita anoreksia sadar bahwa mereka merasa lapar namun takut untuk memenuhi kebutuhan
makan mereka karena bisa berakibat naiknya berat badan. Persepsi mereka terhadap rasa kenyang
terganggu sehingga pada saat mereka mengkonsumsi sejumlah makanan dalam porsi kecil sekalipun,
mereka akan segera merasa penuh atau bahkan mual. Mereka terus menerus melakukan diet mati-
matian untuk mencapai tubuh yang kurus. Pada akhirnya kondisi ini bisa menimbulkan efek yang
berbahaya yaitu kematian si penderita. 1

2.1.2 Pengertian Bulimia Nervosa
Bulimia Nervosa merupakan jenis penyimpangan perilaku makan yang dicirikan oleh periode makan
terus menerus (binge) yang frekuen dan pemuntahan (purging) berkaitan dengan makan berlebih
(overeating) karena hilang kendali dan overconcern terhadap BB. 4
Kelainan pola makan ini biasanya ditandai dengan makan banyak makanan, lalu mengeluarkan
kembali dengan jari yang dimasukkan ke dalam kerongkongan hingga makanan yang baru saja ia
konsumsi atau dengan menggunakan obat pencahar karena merasa bersalah telah makan makanan
tersebut. 4










Gambar 2.3 Penderita Bulimia

2.1.3 Persamaan dan Perbedaan Anoreksia dan Bulimia Nervosa
Pada dasarnya Anoreksia dan Bulimia Nervosa mempunyai beberapa persamaan diantaranya
keduanya sama-sama memiliki ketakutan yang sangat luar biasa terhadap kelebihan berat badan.
Umumnya peningkatkan resiko anoreksia dan bulimia sama-sama didorong tuntutan profesional
seperti altlet renang, penari, pesenam, pelari, public figure, dan lain-lain. 4
Perbedaanya yaitu kebanyakan bulimia tidak anoreksik, tapi banyak anoreksik juga mengalami
bulimia. Penderita Bulimia tidak membiarkan dirinya kelaparan kecuali berat badannya di atas
normal. 4

2.2 Gambaran Kasus
Gejala umum anoreksia dan bulimia yaitu depresi, kepercayaan diri yang rendah, penampilan yang
tidak proporsional, hubungan keluarga yang terganggu, nafsu makan berkurang, sulit mengontrol
emosi, mudah terjangkit penyakit, berat badan ringan, dan kekurangan nutrisi.3
Anorexia dan Bulimia nervosa terkait dengan gangguan hampir semua sistem organ, meskipun hal ini
bukan kelainan primer akan tetapi lebih merupakan hasil malnutrisi berat. 2

2.2.1 Anoreksia
Ciri khas penderita anoreksia antara lain sebagai berikut:
1. Biasanya penderita adalah wanita, baik remaja, dewasa atau yang baru memasuki masa puber. 3
2. Tumbuh dalam lingkungan keluarga yang menekankan pentingnya prestasi sebagai nilai
kebanggaan keluarga. 3
3. Mempunyai perhatian yang berlebihan tentang kesempurnaan penampilan. 3
4. Persepsi yang salah tentang ukuran tubuhnya 4





Gambar 2.4 Ilustrasi Ciri Anoreksia yang memiliki
persepsi salah tentang ukuran tubuhnya
5. Sangat ingin menjadi kurus, selalu merasa gemuk meskipun berat badannya di bawah ukuran
normal berdasarkan umur dan tinggi badan, sehingga penderita anoreksia merasa segan terhadap
makanan, hilangnya nafsu makan, hampir tidak makan sama sekali, pura-pura makan tetapi
sebenarnya makanan disembunyikan / dibuang sebelum makan. 2






Gambar 2.5 Ilustrasi Ciri Anoreksia yang ingin kurus
dan segan terhadap makanan

6. Mempunyai orang tua yang sangat sibuk dengan dunia mereka sendiri. Penderita anoreksia
biasanya merasa harus menjadi sempurna agar mendapat perhatian dari orang tua mereka. 3
7. Ditandai dengan perubahan fisik seperti rambut rontok, terhentinya ovulasi dan menstruasi, detak
jantung melambat, kelelahan, lemah, tekanan darah rendah, dan tidak mampu menahan rasa dingin.
2,3
8. Biasanya memiliki tingkat depresi yang lebih parah dibandingkan penderita bulimia, sehingga pada
penderita Anoreksia dapat mengalami gangguan tidur berupa periode RAM (rapid eye movement)
yang singkat. 2,3
9. Rentan terkena osteoporosis karena asupan kalsium yang rendah. 3
10. Dapat menyebabkan kerusakan hati dan organ-organ vital lainnya jika berat badannya turun
dibawah batas normal. 3
11. Menggunakan obat pencahar atau untuk memuntahkan. 4
12. Olahraga berlebihan 4
13. Dapat menyebabkan kematian: biasanya karena kelaparan atau bunuh diri. 4

2.2.2 Bulimia
Ciri khas penderita bulimia adalah sebagai berikut:
1. Penderita lebih sulit dideteksi karena berat tubuh mereka bisa saja melebihi batas normal, di
bawah batas normal, atau bahkan mempunyai berat tubuh yang normal.3
2. Biasanya penderita adalah wanita, baik remaja maupun dewasa muda. 3
3. Ciri utamanya dapat dilihat dari pola makan seperti makan dalam jumlah yang banyak dan
kemudian dimuntahkan kembali atau mengonsumsi obat pencahar dan obat diuretik untuk
memuntahkan kembali makanan yang telah disantap. 3
4. Sakit tenggorokan yang kronik (akibat muntah yang berlebihan). Kebiasaan buang air besar tidak
teratur (akibat penggunaan obat pencahar yang berlebihan). Biasanya dengan berat badan normal,
kecuali yang ada kaitannya dengan anorexia dapat terjadi penurunan berat badan yang berat. 2
5. Mempunyai beberapa masalah kesehatan yang muncul akibat kebiasaan memuntahkan kembali
makanan setelah disantap, seperti terjadinya luka pada dinding perut, radang pada usus buntu,
denyut jantung tidak teratur, kerusakan pada ginjal karena rendahnya asupan potasium, rusaknya
email gigi karena terciptanya produksi asam yang berlebihan ketika muntah, dan terhentinya
menstruasi. 3
6. Kemarahan tertahan karena ketidakmampuan untuk mengekspresikan emosi dengan cara yang
lazim. Biasanya penderita bulimia takut mengecewakan orang-orang yang mereka cintai dalam
lingkungan mereka. 3

2.3 Tipe Anoreksia dan Bulimia
Terdapat dua tipe anorexia, yaitu :
1. Anorexia Nervosa-Restricting Type
Penderita menolak makan untuk mempertahankan berat badan. Penderita tidak makan sama sekali
atau makan sangat sedikit agar tetap hidup atau karena paksaan orang lain.
Contoh : hidup hanya dengan 1 cup yogurt & 1 fat free muffin perhari selama berbulan-bulan.
Lebih bermasalah dalam relasi dengan orang lain, tidak percaya pada orang lain dan kecenderungan
untuk menyangkali bahwa dirinya bermasalah. 5
2. Anorexia Nervosa-Binge/Purge Type
Penderita secara periodik makan dalam porsi besar (binge eating) atau memunculkan purging
behaviors (muntah atau pakai pencahar).
Perbedaannya dengan bulimia adalah berat badan di bawah normal & mengalami amenorrhea.
Berkaitan dengan unstable mood & impulse control, penyalahgunaan zat, & self mutilation. 5




Tipe Bulimia:
1. Bulimia Nervosa-Purging Type
Penderita mengeluarkan makanan dengan memuntahkan atau menggunakan purging medications.5
2. Bulimia Nervosa-Non Purging Type
Penderita berolahraga berlebihan atau berpuasa untuk mengontrol berat badan, namun tidak
muncul purging behaviors. 5

2.4 Penyebab
Etiologi gangguan makan belum diketahui, akan tetapi sejumlah faktor dianggap berperan terhadap
kelainan ini, faktor-faktor tersebut adalah :
1. Faktor psikososial berupa perkembangan individu, dinamika keluarga, tekanan sosial. 2
2. Untuk berpenampilan kurus serta perjuangan untuk mendapatkan identitas diri. 2
3. Faktor genetik: adanya bukti bahwa AN banyak didapat pada penderita dengan riwayat keluarga
gangguan depresi dan kecemasan, serta lebih banyak pada kembar monozigot dibandingkan dizigot.
2
4. Faktor biologik: penurunan sintesis, uptake dan turnover serotonin serta penurunan sensitivitas
reseptor serotonin post sinaptik. 2

A. Penyebab Anorexia
1. Malfungsi hypothalamus. 5
2. Merupakan refleksi dari konflik antara keinginan untuk mencapai kemandirian & ketakutan
terhadap tantangan kehidupan dewasa. 5
3. Kekosongan perasaan karena kurangnya kasih sayang orang tua.
4. Tekanan lingkungan sosial yang menampilkan image kecantikan wanita diukur dari tubuh yang
ramping. 5
5. Penderita lebih peka terhadap pendapat orang lain, lebih konform, & lebih rigid dalam evaluasi
terhadap diri dan orang lain. 5
6. Tipikal good girl, perfeksionis, berasal dari keluarga yang menetapkan standart tinggi, overcontrol
& membatasi ekspresi emosi-emosi negatif. 5

B. Penyebab Bulimia
1. Psikodinamika : child abuse. (maksudnya adalah ketika kecil mungkin dia diejek secara fisik,
makanya dimasukan ke dalam kategori abuse) 5
2. sosiocultural : tekanan lingkungan sosial yang menampilkan image kecantikan wanita diukur dari
tubuh yang ramping. 5
3. Maladaptive cognition : makanan (binge eating) menjadi cara coping terhadap emosi-emosi yang
menyakitkan. 5
4. Penderita lebih peka terhadap pendapat orang lain, lebih konform, & lebih rigid dalam evaluasi
terhadap diri dan orang lain. 5

2.5 Dampak Anoreksia dan Bulimia
Beberapa penderita anoreksia dan bulimia dapat menurunkan berat badannya antara 25 50 % dari
berat badan mereka. Jika gangguan ini, baik anoreksia maupun bulimia tidak segera tertangani,
maka dapat membawa dampak masalah baik secara fisik maupun psikis yang serius, bahkan kasus
yang terparah bisa sampai menyebabkan kematian. 1
Dampak fisik yang umumnya terjadi pada mereka :
a. Kehilangan selera makan, hingga tidak mau mengkonsumsi makanan apapun. 1
b. Komplikasi medis yang berhubungan dengan penurunan berat badan seperti Hilangnya lemak,
jantung kecil, kembung, konstipasi, nyeri abdomen, amenorea, gangguan kesuburan, lanugo, sensasi
pengecap abnormal, osteoporosis. 1
c. Luka pada tenggorokan dan infeksi saluran pencernaan akibat terlalu sering memuntahkan
makanan. 1
d. Lemah, tidak bertenaga. 1
e. Sulit berkonsentrasi. 1
f. Gangguan menstruasi. 1
g. Kematian. 1

Dampak fisik secara tidak langsung juga akan mempengaruhi kondisi psikis seseorang, sehingga
masalah psikologis yang muncul pada mereka adalah :
a. Perasaan tidak berharga. 1
b. Sensitif, mudah tersinggung, mudah marah. 1
c. Mudah merasa bersalah. 1
d. Kehilangan minat untuk berinteraksi dengan orang lain. 1
e. Tidak percaya diri, canggung berhadapan dengan orang banyak. 1
f. Cenderung berbohong untuk menutupi perilaku makannya. 1
g. Minta perhatian orang lain. 1
h. Depresi (sedih terus menerus). 1
Dampak fisik maupun psikis yang dialami oleh penderita gangguan makan tersebut tentu saja tidak
dapat diabaikan begitu saja. Mereka memerlukan pertolongan segera dari psikolog, dokter, ahli gizi,
dan tentu saja orangtua untuk memulihkan masalahnya agar tidak membawa dampak yang lebih
serius lagi, yaitu kematian. 1

2.6 Diagnosis
Dalam menegakkan diagnosis anorexia nervosa dapat digunakan kriteria diagnosis menurut WHO
1992 atau DSM IV. Kriteria AN menurut WHO 1992 sebagai berikut2 :
1. Penurunan berat badan paling sedikit 15 % dari yang seharusnya atau body mass index (BMI)
dibawah 17,5. Penurunan berat badan terjadi akibat perlakuan diri sendiri dengan cara menghindari
makanan berlemak, olah raga, muntah atau purgasi. 2
2. Gangguan pada citra badan (body image), merasa masih gemuk meskipun sudah sangat kurus. 2
3. Gangguan endokrin pada wanita berupa amenore dan pada pria berupa impotensi dan hilangnya
ketertarikan seksual. 2
4. Jika terjadi pada masa prapubertas, perkembangan. 2
5. Pubertas tertunda atau dapat juga tertahan. 2
Diagnosis BN dapat ditegakkan berdasarkan kriteria WHO 1992 sebagai berikut : 2
1. Terdapat preokupasi yang menetap untuk makan disertai ketagihan (craving) terhadap makanan
yang tidak dapat dilawan. 2
2. Muntah, purgasi atau penggunaan obat-obat seperti amfetamin, obat diit, diuretik dalam upaya
untuk mencegah efek akibat makan berlebihan. 2
3. Gejala psikopatologinya berupa ketakutan yang luar biasa akan kegemukan dan penderita
mengatur sendiri batasan yang ketat dari ambang berat badannya, sangat di bawah berat badan
sebelum sakit yang dianggap berat badan sehat atau optimal. 2

Sedangkan menurut DSM IV kriteria Bulimia nervosa sebagai berikut : 6
1. Episode makan berlebihan yang berulang.6
2. Selama makan berlebihan ada perasaan takut untuk tidak dapat berhenti makan. 6
3. Menginduksi diri sendiri secara teratur melalui muntah, pemakaian laksansia, diit ketat atau
puasa. 6
4. Rata-rata minimal 2 kali per minggu episode makan berlebihan dalam minimal 3 bulan. 6
5. Episode makan berlebihan terjadi pada anak muda dengan berat badan normal atau sedikit
gemuk. 6
Anoreksia nervosa dan bulimia nervosa harus dibedakan dengan : 2
1. Chronic fatique syndrome
Di sini gejala klinik yang timbul mirip anoreksia nervosa berupa kelelahan, iritabilitas dan
memisahkan diri dari hubungan sosial, akan tetapi di sini penderita tidak menyangkal bila diberitahu
bahwa status gizinya tidak memadai dan memerlukan diit yang lebih baik agar lebih sehat. 2
2. Alergi makanan
Alergi makanan seharusnya dipertimbangkan bila telah dilakukan uji eliminasi makanan atau
penderita telah didiagnosa oleh dokter ahli alergi. 2
3. Depresi
Depresi pada remaja jarang menyebabkan pembatasan diit yang selektif atau penurunan berat
badan yang hebat kecuali bila didahului oleh anoreksia nervosa sebelumnya. 2
4. Kelainan fisik tertentu seperti tumor intrakranial, tirotoksikosis dan defisiensi hormon
pertumbuhan. 2

2.6.1 Pemeriksaan Fisik Dan Penunjang
Pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk penderita gangguan makan meliputi pemeriksaan tanda
vital, mengukur tinggi dan berat badan penderita dan pemeriksaan status pubertas. Kelainan yang
didapat pada pemeriksaan fisik berupa kehilangan berat badan yang nyata, bradikardi, hipotensi
postural, hipotermi, penipisan email akibat tumpahan asam lambung, luka pada anus akibat
penggunaan pencahar yang berlebihan, kulit dan bibir kering akibat dehidrasi.Pemeriksaan
penunjang yang diperlukan antara lain darah rutin, kadar elektrolit, kadar kalsium dan fosfat serum,
pemeriksaan fungsi hati dan tiroid. Pemeriksaan elektrokardiografi dilakukan bila ada gangguan
fungsi jantung atau mendapat pengobatan antidepresan. 2

2.7 Pencegahan dan Penanggulangan
2.7.1 Pencegahan
Pencegahan anorexia dan bulimia terdiri atas dua bagian:
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer ditujukan pada populasi berisiko tinggi seperti murid wanita SMP untuk
mencegah timbulnya gangguan makan pada mereka yang asimtomatik. Sejumlah program
pendidikan telah dicoba berdasarkan asumsi bahwa pengetahuan dapat mengubah sikap dan
prilaku, program tersebut ditekankan pada pemahaman tentang citra diri.2 Makan secara normal
dengan menu diet seimbang dan bila menginginkan penurunan berat badan, mulailah dengan
bimbingan ahli gizi, serta adakan diskusi keluarga tentang penyakit ini sebelum anak-anak menjadi
dewasa juga merupakan pencegahan.8
2. Program pencegahan sekunder
Program pencegahan sekunder bertujuan untuk deteksi dan intervensi dini, dengan memberikan
pendidikan pada petugas kesehatan di pusat pelayanan kesehatan primer. Dengan intervensi dini
morbiditas dapat diturunkan.2

2.7.2 Penanggulangan
1. Psikologis
Penerimaan dari lingkungan merupakan langkah awal penyembuhan kelainan anoreksia dan bulimia.
Kebanyakan penderita tetap tinggal dalam penyangkalan dan menolak untuk ditolong. Langkah
penyembuhan lain adalah dengan melakukan psikoterapi pada penderita, keluarga maupun
lingkungan tempat penderita berasal.3
2. Diet Makan atau terapi nutrisi
Terapi nutrisi diperhatikan dalam 3 aspek, yaitu asupan kalori, zat gizi makro, dan zat gizi mikro.
Pada asupan kalori, dibagi lagi menjadi 3 fase: fase inisial, dimana makanan akan ditambah sekitar
30-40 kkal/kg/hari hingga mencapai antara 1000 sampai 1600 kkal/hari. Setelah itu, akan dilanjutkan
ke fase peningkatan berat badan terkontrol. Pada fase ini, target yang dituju adalah peningkatan
berat badan pasien sekitar 2-3lb/minggu. Dan setelah berat yang dituju tercapai, fase terakhir adalah
fase maintenance atau pemeliharaan berat badan, agar berat badan yang sudah tercapai tidak akan
turun lagi. Asupan kalori pada fase terakhir adalah 40-60 kkal/kg/hari.6
Pada aspek zat gizi makro, sumber kalori diperhatikan dalam bentuk protein, karbohidrat dan lemak.
Protein meliputi 15%-20% total asupan kalori per hari, karbohidrat antara 50%-55%, dan lemak pada
25%-30% total asupan harian. Terkadang perlu disertakan serat dalam konsumsi untuk mengatasi
gangguan konstipasi. Sedangkan pada zat gizi mikro, dianjurkan untuk mengkonsumsi pil suplemen
multivitamin dan mineral untuk memenuhi kebutuhan harian zat gizi. 6
3 aspek tersebut di atas harus selalu diperhatikan untuk pemberian terapi yang efektif. 6
Dalam pemberian terapi, tetap diperlukan juga dukungan psikologis pasien yang baik. Terapi tidak
akan berjalan dengan baik tanpa dukungan dan komitmen pasien. Walaupun terapi sudah sukses
terjalankan, potensi untuk pasien kembali seperti keadaan semula terbukti cukup tinggi. Untuk itu,
selain terapi pengembalian tingkat konsumsi, diperlukan konseling untuk menuntun arah psikologis
penderita. 6
3. Terapi
a. Terapi Anoreksia Nervosa
Rawat inap di rumah sakit dianjurkan pada pasien-pasien dengan gangguan fisik berat atau pada
mereka yang gagal dengan pengobatan rawat jalan. Namun dengan rawat inap pasien sering
kehilangan berat badan kembali setelah keluar dari rumah sakit. Pemutusan sosial yang normal
dapat memperberat kondisi penderita sehingga keputusan untuk rawat inap harus berdasarkan
beberapa pertimbangan sebagai berikut:2
Keinginan pasien dan keluarganya.
Anjuran ahli.
Derajat beratnya penyakit.2
Program sehari (one-day program) menggabungkan beberapa keuntungan seperti terapi yang
intensif, terapi suportif serta terapi prilaku, tanpa mengalami kerugian-kerugian rawat inap. 2


Pendekatan terapi berupa:
Parental counseling: Pendekatan ini untuk mengajarkan hal-hal praktis seperti perencanaan
makanan, pendidikan dan mengembalikan aktivitas sehari-hari penderita pada orangtua. Terapi
keluarga akan sangat bermanfaat bila komunikasi dalam keluarga jelek, pemisahan keluarga
(separated family therapy) mungkin lebih efektif dari pada tetap tinggal dalam keluarga (cojoint
therapy) terutama pada keluarga- keluarga dengan tingkat emosi tinggi. 2
Farmakoterapi: Pemberian obat-obatan pada terapi anoreksia nervosa masih mengecewakan.
Fluoxetine mungkin dapat mencegah kekambuhan pada pasien-pasien yang telah mencapai berat
badan yang diinginkan. 2

b. Terapi Bulimia Nervosa
Sebagian besar terapi BN didasarkan pengalaman pada orang dewasa. Banyak penelitian telah
mengkonfirmasi efikasi dari psikoterapi dan farmakoterapi yang terutama diberikan secara rawat
jalan. 2
Cognitive Behavioural Therapy (CBT) dan Terapi Interpersonal dapat menurunkan kebiasaan
makan berlebihan, muntah, serta sikap dan tingkah laku yang menyimpang pada wanita penderita
BN. 2
Antidepresan seperti fluoxetine dan desipramine tampak efektif bila dikombinasi dengan CBT,
serta kurang efektif bila diberikan tersendiri. 2
Terapi keluarga bermanfaat terutama bila terdapat gangguan hubungan keluarga. 2
Gejala Penyakit Anoreksia Nervosa,
Penyebab dan Pencegahan
Anorexia Nervosa adalah gangguan psikis dimana penderitanya merasa bahwa dirinya terlalu
gemuk dan membiarkan diri mereka kelaparan. Penderita anoreksia mencoba
mempertahankan berat badan jauh di bawah normal sehingga terlihat sangat kurus. Mereka
cenderung menolak makanan meskipun terasa lapar.

Anorexia nervosa tidak benar-benar mengenai makanan. Ini merupakan cara tidak sehat
untuk mengatasi masalah emosional. Ketika anda memiliki anorexia nervosa, anda sering
menyamakan kekurusan adalah bernilai.

Anorexia nervosa dapat sulit diperbaiki. Tetapi dengan pengobatan, anda dapat meningkatkan
pemikiran yang lebih baik mengenai siapa diri anda, mengembalikan kebiasaan makan yang
sehat dan menyembuhkan beberapa komplikasi serius anorexia.
Gejala Anoreksia Nervosa


Beberapa dari mereka dengan anorexia nervosa hilang berat badan umumnya karena
membatasi jumlah makanan yang mereka makan. Mereka juga mungkin mencoba
menghilangkan berat badan dengan berolahraga secara berlebihan. Orang lain dengan
anorexia menggunakan minuman keras dan obat pencahar, sama seperti bulimia. Mereka
mengontrol kalori yang di dapat dengan memuntahkan setelah mereka makan atau dengan
penyalahgunaan obat laxative, diuretic atau enema.

Tidak peduli bagaimana pengurangan berat badan dicapai, anorexia memiliki sejumlah tanda
dan gejala fisik, emosional dan kebiasaan.

Gejala fisik anoreksia:
Hilang berat badan secara ekstrim
Terlihat kurus
Kadar darah yang tidak normal
Kelelahan
Tidak bisa tidur
Pusing atau pingsan
Perubahan warna kebiruan di jari
Kuku rapuh
Rambut yang tipis, patah atau rontok
Terlambat menstruasi
Konstipasi
Kulit kering
Tidak tahan terhadap dingin
Ritme jantung yang tidak beraturan
Tekanan darah rendah
Dehidrasi
Osteoporosis
Bengkak pada lengan atau kaki

Gejala emosi dan kebiasaan anorexia:
Menolak untuk makan
Menyangkal rasa lapar
Berolahraga secara berlebihan
Suasana hati yang datar, atau lemah emosi
Menarik diri dari lingkungan sosial
Mudah marah
Berkurangnya ketertarikan terhadap aktifitas seksual
Depresi
Kemungkinan penggunaan produk herbal atau obat diet

Penyebab Anorexia Nervosa

Tidak diketahui secara khusus apa yang menyebabkan beberapa orang terkena anorexia.
Seperti banyak penyakit lain, ini merupakan kombinasi faktor biologis, psikologis dan
sosiokultural.

Biologis
Beberapa orang secara genetik mudah terkena anorexia. Wanita muda dengan saudara
kandung perempuan atau ibu dengan gangguan makan memiliki risiko yang lebih tinggi.

Psikologis
Mereka dengan anorexia memiliki karakteristik yang berkontribusi terhadap anorexia.
Sebagai contoh mereka memiliki kepercayaan diri yang rendah. Mereka mungkin memiliki
kepribadian obsesif-kompulsif bawaan yang membuatnya lebih mudah untuk tetap
melakukan diet ketat dan tidak makan ketika lapar. Mereka mungkin juga memiliki sifat
perfeksionis yang tinggi, dengan maksud mereka tidak akan berpikir bahwa mereka telah
cukup kurus.

Sosiokultural
Kultur negara barat sering menanamkan dan mempertebal keinginan untuk kurus. Media
banyak menayangkan gambar model atau aktor bertubuh kurus. Kesuksesan dan keberhasilan
selalu dikaitkan dengan tubuh kurus. Faktor pertemanan sebaya dapat menjadi alas an untuk
menjadi kurus, khususnya pada gadis muda. Bagaimanapun, anorexia dan gangguan makan
lain telah ada sejak berabad lalu, menunjukkan bahwa sosiokultural bukanlah semata-mata
menjadi penyebab.
Faktor risiko

Anorexia lebih banyak terjadi pada wanita meskipun baik laki-laki maupun wanita
dapat juga mengalami anorexia.
Anorexia lebih umum terjadi pada mereka yang berusia remaja.
Genetik. Para ahli menemukan area pada kromosom 1 menunjukkan hubungan
peningkatan risiko anorexia nervosa. Sebagai tambahan, anorexia nervosa menurun
pada keluarga.
Mereka yang mengalami kenaikan berat badan akan merasa rendah diri. Perubahan
berat badan ini akan memicu seseorang untuk memulai diet yang ekstrim.
Masa transisi. Ketika baru pindah sekolah, rumah atau pekerjaan, putusnya hubungan,
atau kematian atau sakit yang diderita oleh mereka yang dicintai, perubahan tersebut
dapat membawa tekanan emosional dan meningkatkan risiko anorexia nervosa.
Olahraga, pekerjaan dan aktivitas seni. Beberapa bidang pekerjaan, olahraga dan seni
yang menuntut tubuh kurus dapat meningkatkan risiko anorexia bagi mereka yang
berkecimpung di dalamnya.
Media yang secara rutin menunjukkan gambar model dan aktor yang kurus dapat
membuat penggemarnya ingin memiliki tubuh seperti mereka dan menempatkan
risiko anorexia terhadap mereka yang ingin seperti model dan aktor tersebut.

Pencegahan Anoreksia

Tidak ada jaminan cara untuk mencegah anorexia atau gangguan makan lain. Jika anda
memiliki anggota keluarga atau teman dengan kepercayaan diri yang rendah, diet parah atau
tidak puas terhadap penampilan, pertimbangkan untu berbicara padanya mengenai hal ini.
Meskipun anda tidak memiliki kemampuan untuk mencegah gangguan makan terjadi, anda
dapat berbicara mengenai gaya hidup yang lebih sehat.
1. Pengertian

Orang dengan anoreksia nervosa berusaha melaparkan diri, hidup dengan sedikit atau tanpa
makanan untuk waktu yang sangat lama, namun mereka tetap yakin bahwa mereka masih
perlu untuk menurunkan berat badan lebih banyak lagi.
Anoreksianervosalebih dari sekedarmasalahdengan makanan. Ini adalahcara
menggunakanmakanan untukmerasa mengendalikanperasaan-perasaan lainyang
mungkintampak luar biasa. Kelaparanadalah carauntuk orang dengananoreksiamerasalebih
mengendalikankehidupan merekadan untukmeredakan ketegangan, kemarahan, dan
kecemasan. Meskipuntidak ada penyebabtunggaltahuanoreksianervosa, beberapa hal yang
mungkinberkontribusi padaperkembangan gangguan ini:
1. 1. Keluarga. Orang denganibu atausaudara perempuan dengananoreksialebihmungkin
untuk mengembangkanpenyakit ini. Orangtua yangterlalu banyakmenempatkan
nilaipada penampilan, diet sendiri, dan mengkritiktubuhanak-anak merekalebih
mungkinuntuk memiliki anakdengananoreksia.
2. 2. Budaya. ASmemilikicita-citasosial
danbudayaketipisanekstrim.Wanitasebagianmendefinisikan diri mereka sendiritentang
bagaimanamenarik secara fisikmereka.
3. 3. karakteristikpribadi. Seseorang dengananoreksiamungkin merasaburuk
tentangdirinya sendiri, merasa tidak berdaya, dan membencicara diaterlihat. Dia
memilikiharapan yang tidak realististerhadap dirinya sendiri danberusahauntuk
kesempurnaan. Dia merasatidak berharga, meskipun prestasi
danmerasakantekanansosial untukmenjadi kurus.
4. 4. Gangguan lainemosional. Lainmasalahkesehatan mental, seperti depresiatau
kecemasan, terjadi bersama dengananoreksia.
5. 5. Stresperistiwaatau perubahanhidup.Hal-hal sepertimemulaisekolahbaru
ataupekerjaan ataudigodaperistiwa traumatikseperti pemerkosaandapat
menyebabkananoreksiaonset.
6. 6. Biologi. Beberapafaktor biologistermasuk genetika, regulasineurotransmitter(zat
kimia saraf di otak), dan hormon-hormonterkait lainnyamungkin penting
untuktimbulnyagangguan ini
7. Tanda dan Gejala Anorexia Nervosa
Seseorang dengan anoreksia akan memiliki banyak tanda-tanda ini:
kehilangan banyak berat badan
berbicara tentang berat badan dan makanan sepanjang waktu
bergerak makanan di sekitar piring; tidak memakannya
berat dan jumlah kalori makanan
mengikuti diet ketat
kekhawatiran kenaikan berat badan
tidak akan makan di depan orang lain
mengabaikan / menyangkal kelaparan
menggunakan langkah-langkah ekstrem untuk menurunkan berat badan (self-induced
muntah, penyalahgunaan laksatif, penyalahgunaan diuretik, pil diet, puasa, olahraga
yang berlebihan)
berpikir dia gemuk ketika dia terlalu kurus
banyak mendapat sakit yang
beratnya beberapa kali sehari diri
tindakan moody
merasa tertekan
merasa tersinggung
tidak bersosialisasi
memakai pakaian longgar untuk menyembunyikan tampilan

1. Memperlakukan Anorexia Nervosa
2. 1. Orang dengan penyakit ini bisa menjadi lebih baik. Pengobatan tergantung pada
apa yang orang kebutuhan. Orang tersebut harus kembali ke berat badan yang sehat.
Kadang-kadang, ini berarti akan ke rumah sakit dan tinggal di sana untuk pengobatan.
Berbagai jenis penyedia layanan kesehatan, seperti dokter, ahli gizi, dan terapis, akan
membantu pasien menjadi lebih baik. HCPs ini akan membantu pasien mendapatkan
kembali berat badan, meningkatkan kesehatan fisik dan gizi, belajar pola makan sehat,
dan mengatasi pikiran dan perasaan yang terkait dengan gangguan tersebut. Setelah
meninggalkan rumah sakit, pasien terus mendapatkan bantuan dari HCPs nya.
3. 2. Tapi tinggal di rumah sakit mungkin tidak diperlukan. Tipe lain dari program
pengobatan adalah satu di mana seseorang pergi ke rumah sakit siang hari, tetapi
kehidupan di rumah. Orang lain dengan anoreksia dapat sembuh dengan mendapatkan
konseling individu dari suatu HCP, seperti terapis yang mengkhususkan diri dalam
gangguan makan.
4. 3. Banyak kali, gangguan makan terjadi dengan masalah lain, seperti depresi dan
masalah kecemasan. Masalah ini juga diobati bersama dengan anoreksia, dan
mungkin melibatkan obat-obatan yang membantu mengurangi perasaan depresi dan
kecemasan.
5. 4. Keluarga konseling dan kelompok-kelompok pendukung juga dapat menjadi bagian
dari pengobatan. Jika pasien masih muda, terapi keluarga sangat penting. Kelompok
pendukung membantu pasien dan keluarga berbicara tentang pengalaman mereka dan
saling membantu menjadi lebih baik.

1. Diagnosis, Prevalensi dan Prognosis Anorexia Nervosa
Diagnosis anorexia nervosa mengharuskan seseorang melakukan penolakan agar bisa
mempertahankan berat badan yang sehat dan normal untuk usia dan tinggi badannya (lihat
Kriteria DSM-IV-TR pada Tabel 15.1). Kriteria DSM-IV-TR untuk anoreksia nervosa
mengharuskan agar berat badan seseorang setidaknya 15 persen lebih rendah dari berat badan
yang sehat minimum untuk usia dan tinggi badannya (APA, 2000). Seringkali, berat badan
orang tersebut jauh di bawah itu. Sebagai contoh, seorang wanita muda dengan tinggi 5 kaki
6 inci yang mengalami anoreksia mungkin memiliki berat 95 pound, jika berat badan sehat
wanita yang tinggi ini adalah antara 120 dan 159 pound. Pada wanita dan anak perempuan
yang mulai menstruasi, kehilangan berat badan menyebabkan mereka berhenti mengalami
siklus menstruasi, kondisi yang dikenal sebagai amenore.
1. DSM-IV-IR
2. Kriteria Diagnostik dari Anorexia Nervosa
DSM-IV-TR menetapkan bahwa disengaja atau tidak penurunan berat badan yang ekstrim
dan pemikiran yang menyimpang tentang tubuh seseorang adalah fitur kunci dari anoreksia
nervosa.
1. a. Penolakan untuk mempertahankan berat badan pada atau di atas berat badan
minimal yang normal untuk usia dan tinggi badan (misalnya, penurunan berat badan
menjadi 15 persen di bawah berat badan minimal yang sehat, atau ketidakmampuan
untuk mempertahankan berat badan yang diharapkan selama periode pertumbuhan,
mengakibatkan berat badan 15 persen di bawah berat badan minimal yang sehat)
2. b. Kekhawatiran berlebihan terhadap berat badan atau menjadi gemuk, meskipun
sebenarnya kurus.
3. c. Distorsi dalam persepsi berat badan atau bentuk tubuh seseorang, pengaruh berat
badan atau bentuk yang tidak semestinya pada evaluasi diri, atau penolakan pada
keadaan berat badan yang rendah.
4. d. Pada wanita yang telah mencapai menarche, amenore (tidak adanya setidaknya tiga
siklus menstruasi berturut-turut)
Meskipun kurus, namun orang-orang dengan anoreksia nervosa memiliki kekhawatiran yang
berlebihan terhadap kegemukan. Mereka memiliki image yang menyimpang tentang
gambaran tubuhnya, merasa yakin bahwa mereka gemuk dan perlu menurunkan berat badan
lebih banyak. Evaluasi diri dari penderita anoreksia bergantung sepenuhnya pada berat badan
dan kontrol mereka atas makannya. Mereka percaya bahwa kondisi mereka adalah baik dan
berharga jika mereka memiliki kontrol penuh atas makan mereka dan ketika mereka
kehilangan berat badan. Penurunan berat badan menyebabkan orang dengan anoreksia
menjadi mudah lelah, dan mereka berusaha untuk berolahraga secara berlebihan dan
mengatur jadwal yang melelahkan di tempat kerja atau sekolah.
Orang dengan anoreksia sering menunjukkan ritual yang rumit dalam hal makanan, seperti
yang telah dijelaskan penulis Marya Hornbacher dalam otobiografinya, Wasted (Hornbacher,
1998, hlm 254 255):
Saya menyebar kertas depan saya, menyimpan yoghurt samping, dan melihat jam
tangan. Saya membaca kalimat yang sama berulang-ulang, untuk membuktikan
bahwa saya bisa duduk di depan makanan tanpa menyentuhnya, untuk membuktikan
bahwa hal itu bukan masalah besar. Setelah lima menit berlalu, saya mulai meminum
yoghurt itu...Anda mengambil seujung sendok yoghurt, dan dengan hati-hati hanya
mengambil bagian yang meleleh. Kemudian membiarkan yogurt itu menetes sampai
hanya ada sedikit yoghurt tersisa di sendok. Dengan berhati-hatilah saya menunggu
untuk menjilatinya, Anda hanya menjilat sedikit pada suatu waktu, dan ini
berlangsung setidaknya empat atau lima jilatan, dan Anda harus menjilat bagian
belakang sendok pertama, kemudian membalikkan bagian atas sendok dan menjilat
bagian depannya, dengan ujung lidah. Kemudian menyimpan lagi yoghurt itu
samping. Membaca satu halaman penuh, dan tidak melihat yoghurt untuk memastikan
ia mencair. Berulang-ulang. Jangan mengambil satu sendok penuh, jangan makan
apapun kecuali yoghurt itu meleleh. Jangan berkhayal tentang topping, Oreo yang
hancur, atau saus cokelat. Jangan berfantasi tentang sandwich. sandwich akan
membuat situasi menjadi sangat rumit.
Orang dengan anoreksia nervosa beratnya secara signifikan kurang dari tinggi dan berat
badan mereka yang semestinya.
Sekitar 1 persen orang akan mengalami anorexia nervosa dalam hidupnya, dan antara 90 dan
95 persen orang yang didiagnosis dengan anoreksia nervosa adalah perempuan (Hoek & van
Hoeken, 2003; Striegel-Moore, Dohm, dkk, 2003). Perempuan kulit putih lebih mungkin
untuk mengalami dibandingkan perempuan Hitam dalam hal gangguan ini. Anorexia nervosa
biasanya dimulai pada masa remaja, antara usia 15 dan 19 (Striegel-Moore, 1995). Jalannya
gangguan sangat bervariasi dari orang ke orang. Studi jangka panjang yang dilakukan di
Eropa menunjukkan bahwa setengah dari wanita yang mengalami anoreksia nervosa
sepenuhnya pulih dalam waktu 10 tahun setelah pengobatan, tetapi sisanya terus menderita
masalah yang terkait dengan makanan atau psikopatologi lain, terutama depresi (Herpertz-
Dahlmann, Muller, dkk, 2001;.. Lowe dkk, 2001; Wentz dkk, 2001)..
Anorexia nervosa adalah gangguan fisiologis yang sangat berbahaya. Tingkat kematian di
antara orang-orang dengan anoreksia adalah 5 sampai 8 persen (Polivy & Herman, 2002).
Beberapa konsekuensi paling serius dari anoreksia adalah komplikasi kardiovaskular,
termasuk bradikardia (perlambatan denyut jantung ekstrim), aritmia (denyut jantung tidak
teratur), dan gagal jantung. Komplikasi lain yang berpotensi serius dari anoreksia adalah
pembesaran perut yang akut, sampai pecah. Kekuatan tulang merupakan masalah bagi wanita
dengan anoreksia yang memiliki amenore, mungkin karena kadar estrogen rendah
mempengaruhi kekuatan tulang. Kerusakan ginjal telah ditemukan pada beberapa pasien
dengan anoreksia, dan gangguan fungsi sistem kekebalan tubuh dapat membuat orang dengan
anoreksia lebih rentan terhadap penyakit parah.
1. Jenis Anorexia nervosa
Dalam kutipan Suara sebelumnya, Hornbacher menggambarkan salah satu dari dua jenis
anoreksia, jenis tertentu. Orang dengan tipe anorexia nervosa tertentu hanya menolak makan
sebagai cara untuk mencegah kenaikan berat badan. Beberapa orang dengan anorexia tertentu
mencoba keluar rumah sehari penuh tanpa makan apapun. Kebanyakan mereka makan dalam
jumlah yang sangat kecil setiap hari, sebagian hanya untuk tetap hidup dan sebagian karena
paksaan dari orang lain untuk makan. Hornbacher bertahan selama berbulan-bulan hanya
dengan secangkir yogurt dan muffin bebas lemak per hari. Daphne, dalam studi kasus berikut
ini, juga memiliki tipe anorexia nervosa tertentu.
1. Efek Anorexia nervosa
Tubuh tidak mendapatkan energi dari makanan yang dibutuhkan, sehingga melambat.
Lihatlah gambar untuk mengetahui bagaimana anoreksia mempengaruhi kesehatan Anda.

1. 1. Otak dan Saraf
Tidak bisa berpikir benar
takut berat badan
menyedihkan
Moody
mudah marah
memori buruk
pingsan
perubahan kimia otak
rambut
rambut menipis dan akan rapuh
1. 2. jantung
Tekanan darah rendah
Tingkat memperlambat jantung
kepakan jantung (palpitasi)
gagal jantung
1. 3. darah
anemia dan masalah darah lainnya
1. 4. Otot dan Sendi
lemah otot
bengkak sendi
patah tulang
osteoporosis
1. 5. ginjal
batu ginjal
gagal ginjal
1. 6. Cairan tubuh
kalium rendah
magnesium rendah
rendah natrium
1. 7. usus
sembelit
kembung
1. 8. hormon
periode berhenti
keropos tulang
1. 9. Masalah tumbuh
kesulitan hamil
Jika hamil, risiko lebih tinggi untuk:
a) Keguguran
b) memiliki C-section
c) bayi dengan berat lahir rendah
d) depresi pascamelahirkan
10.kulit
mudah memar
kulit kering
pertumbuhan rambut halus di seluruh tubuh
menjadi dingin dengan mudah
kulit kuning
kuku mendapatkan rapuh
1. Studi Kasus
Daphne memiliki tinggi badan 5 kaki 11 inci dan beratnya 102 pound. Dia telah merasa
"besar" karena ketinggian di atas teman sekolahnya di kelas lima. Dia telah menjalani diet
sejak itu. Selama tahun pertamanya di sekolah, Daphne memutuskan bahwa ia harus
mengambil langkah-langkah drastis untuk menurunkan berat badan lebih. Dia mulai dengan
mengurangi asupan kalori sekitar 1.000 kalori per hari. Dia kehilangan beberapa kilo, tapi ia
tidak puas, jadi dia mengurangi asupan hingga 500 kalori per hari. Dia juga memulai program
olahraga berat. Setiap hari, Daphne tidak akan membiarkan dirinya makan sampai ia berjalan
setidaknya 10 mil. Lalu ia hanya mengkonsumsi beberapa jenis sayuran dan segenggam
sereal. Kemudian di hari itu, dia mungkin mengkonsumsi sayuran dan buah lebih banyak, tapi
dia akan menunggu sampai ia begitu lapar sampai pingsan. Berat badan Daphne turun sampai
110 kilogram dan ia berhenti menstruasi. Ibunya mengungkapkan beberapa kekhawatiran
tentang betapa Daphne hanya makan sedkit sekali, tapi karena ibunya cenderung kelebihan
berat badan, ia tidak menyurutkan niat Daphne untuk diet.
Ketika tiba saatnya masuk perguruan tinggi, Daphne adalah senang tapi juga takut, karena dia
selalu menjadi bintang pelajar di sekolah tinggi dan tidak yakin dia bisa
mempertahankankannya. Ketika di perguruan tinggi pada periode pemeriksaan pertama di
perguruan tinggi, Daphne banyak mendapat nilai B. Dia merasa sangat rentan, merasa gagal,
dan seolah-olah dia kehilangan kontrol. Dia juga tidak senang dengan kehidupan sosialnya
pada pertengahan semester pertama. Daphne memutuskan bahwa banyak hal yang mungkin
akan lebih baik jika ia kehilangan berat badan lebih, sehingga ia mengurangi asupan makanan
dengan dua apel dan segenggam sereal setiap hari. Dia juga berlari setidaknya 15 mil setiap
hari. Pada akhir semester musim gugur, berat badannya turun menjadi 102 pound. Dia juga
mengalami kelelahan kronis, sulit berkonsentrasi, dan kadang-kadang pingsan. Namun,
ketika Daphne melihat ke cermin, ia melihat seorang wanita, muda sederhana yang ingin
menurunkan berat badan lebih.


Tabel 15.2 Tinjauan Konsep
Perbandingan Gangguan Makan
Gangguan makan bervariasi menurut karakteristiknya.
Gejala
Jenis yang
membatasi
AN*
Jenis
binge/purge
AN*
Jenis purging
AN*
Jenis non
purging AN*
Gangguan
binge-eating
AN*__
Berat badan
Harus kurang
lebih dari
15%
Harus kurang
lebih dari 15%
Seringkali
normal atau
kadang
berlebih
Seringkali
normal atau
kadang
berlebih
Seringkali
sangat berat
Image tubuh Ketat Ketat
Terlalu
khawatir
Terlalu
khawatir
Seringkali
benci dengan
berat berlebih
Binge Tidak Ya Ya Ya Ya
Perilaku purge
atau
kompensasi lain
Tidak Ya Ya Tidak Tidak
Kurang control
saat makan
Tidak Selama binge Ya Ya Ya
Amenorrhea
pada wanita
Ya Ya Tidak lazim Ya Ya
* AN mengacu pada anoreksia nervosa, BN untuk bulimia nervosa.
Jenis lainnya adalah jenis binge/purge anoreksia nervosa, di mana orang secara berkala
terlibat dalam perilaku makan berlebihan atau membersihkan (misalnya, muntah atau
penyalahgunaan obat pencahar atau diuretik). Gangguan ini berbeda dengan bulimia nervosa
dalam dua hal. Pertama, orang dengan tipe Inge/purge anoreksia setidaknya tetap berada 15
persen di bawah berat badan yang sehat, sedangkan orang-orang dengan bulimia nervosa
biasanya pada berat badan normal atau agak kelebihan berat badan. Kedua, wanita dengan
binge/purge anoreksia sering mengalami amenore, sedangkan wanita dengan bulimia nervosa
biasanya tidak. Seringkali, seseorang dengan jenis binge/purge anoreksia nervosa tidak
terlibat dalam binges di mana dia makan banyak makanan, namun, jika dia makan bahkan
dalam jumlah kecil, dia merasa seolah-olah dia telah makan berlebih dan akan membersihkan
makanan itu.
Orang dengan tipe membatasi anoreksia lebih mungkin dibandingkan dengan jenis
binge/purge dengan memiliki perasaan yang mendalam tentang rasa tidak percaya terhadap
orang lain dan kecenderungan untuk menyangkal bahwa mereka memiliki masalah. Orang
dengan binge/purge anoreksia lebih cenderung memiliki masalah dengan suasana hati yang
tidak stabil dan pengendalian impuls, dengan alkohol dan penyalahgunaan obat lain, dan
melukai diri sendiri (Garner, Garfinkel, & O'Shaughnessy, 1985). Mereka juga cenderung
memiliki banyak gangguan kronis.
1. TREATMEN
Pengobatan untuk anorexia nervosa mencoba untuk mengatasi tiga bidang utama.
1. 1. Mengembalikan seseorang untuk berat badan yang sehat,
2. 2. Mengobati gangguan psikologis yang berkaitan dengan penyakit
3. 3. Mengurangi atau menghilangkan perilaku atau pikiran yang awalnya mengarah
pada makan teratur.
Jika anoreksia nervosa tidak diobati, komplikasi serius seperti sebagai kondisi jantung dan
gagal ginjal dapat innitiate dan akhirnya menyebabkan kematian.

1. A. Dietary
Suplemen zinc telah ditunjukkan dalam berbagai penelitian bermanfaat dalam
pengobatan AN bahkan pada pasien tidak menderita defisiensi seng, dengan
membantu meningkatkan berat badan.
Asam lemak esensial: Asam Asam lemak omega-3 docosahexaenoic acid (DHA) dan
eicosapentaenoic acid (EPA) telah terbukti bermanfaat bagi berbagai gangguan
neuropsikiatri. Ada melaporkan peningkatan pesat dalam sebuah kasus yang parah
AN diobati dengan etil-asam eicosapentaenoic (E-EPA) dan mikronutrienDHA dan
EPA suplemen telah terbukti menjadi manfaat di banyak gangguan komorbid AN
termasuk: perhatian. defisit / hyperactivity disorder (ADHD), autisme, gangguan
depresi utama (PDK), gangguan bipolar, dan gangguan kepribadian borderline.
Percepatan penurunan kognitif dan gangguan kognitif ringan (MCI) berkorelasi
dengan tingkat jaringan menurunkan DHA / EPA, dan suplemen telah meningkatkan
fungsi kognitif.
Nutrisi konseling
Nutrisi Terapi Medis; (MNT) juga disebut sebagai Terapi Gizi adalah pengembangan
dan penyediaan perawatan gizi atau terapi berdasarkan penilaian rinci sejarah medis
seseorang, sejarah psikososial, pemeriksaan fisik, dan sejarah diet
1. B. Obat
Olanzapine: telah terbukti efektif dalam mengobati aspek-aspek tertentu AN termasuk
untuk membantu menaikkan indeks massa tubuh dan mengurangi obsessionality,
termasuk pikiran obsesif tentang makanan
1. C. Terapi
Terapi perilaku kognitif (CBT) CBT adalah sebuah pendekatan berbasis bukti yang
dalam studi sampai saat ini telah terbukti berguna pada remaja dan orang dewasa
dengan anoreksia nervosa
Penerimaan dan terapi komitmen: Jenis CBT, telah menjanjikan dalam pengobatan
AN "peserta mengalami perbaikan klinis yang signifikan pada setidaknya beberapa
tindakan, tidak ada peserta memburuk atau hilang berat badan bahkan di 1-tahun
tindak-lanjut."
Terapi Kognitif Remediasi (CRT): adalah terapi rehabilitasi kognitif dikembangkan di
King College di London yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan
neurokognitif seperti perhatian, memori kerja, fleksibilitas kognitif dan perencanaan,
dan fungsi eksekutif yang mengarah ke fungsi sosial ditingkatkan. Penelitian
neuropsikologi telah menunjukkan bahwa pasien dengan AN memiliki kesulitan
dalam fleksibilitas kognitif. Dalam studi yang dilakukan di Kings College dan di
Polandia dengan remaja CRT terbukti bermanfaat dalam mengobati anoreksia
nervosa, di Amerika Serikat uji klinis masih sedang dilakukan oleh Institut Nasional
Kesehatan Mental pada remaja usia 10-17 dan Stanford University di lebih dari 16
mata pelajaran sebagai terapi penghubung dengan terapi perilaku kognitif.
Keluarga Terapi: Bentuk yang paling efektif terapi untuk remaja dengan anoreksia
adalah terapi keluarga [190] Ada berbagai bentuk terapi keluarga yang telah terbukti
untuk bekerja dalam pengobatan remaja AN termasuk "conjoint terapi keluarga"
(CFT),. di mana orang tua dan anak terlihat bersama-sama oleh para terapis yang
sama, "dipisahkan terapi keluarga" (SFT) di mana orang tua dan anak menghadiri
terapi secara terpisah dengan terapis yang berbeda. "Menunjukkan kohort Eisler
bahwa, terlepas dari jenis FBT, 75% pasien memiliki hasil yang baik, 15% hasil
antara ..."
Maudsley Keluarga Terapi: tahun 4 sampai 5 menindaklanjuti studi pendekatan
Maudsley, model manualized, yang menunjukkan pemulihan penuh pada tingkat
hingga 90% [193].
[Sunting] Pengobatan alternative
Yoga: Dalam penelitian pendahuluan pengobatan yoga indivualized telah
menunjukkan hasil positif untuk digunakan sebagai terapi tambahan untuk perawatan
standar. Pengobatan itu terbukti mengurangi gejala gangguan makan, termasuk
keasyikan makanan, yang mengalami penurunan segera setelah setiap sesi. Skor pada
Pemeriksaan Gangguan Makan menurun secara konsisten selama pengobatan.
1. D. Prognosis
Prognosis jangka panjang dari anoreksia adalah lebih pada sisi yang menguntungkan.
Komorbiditas Survei Nasional Replikasi dilakukan di antara lebih dari 9.282 peserta
di seluruh Amerika Serikat, hasil menemukan bahwa rata-rata durasi anoreksia
nervosa adalah 1,7 tahun. "Bertentangan dengan apa yang orang mungkin percaya,
anoreksia tidak selalu merupakan penyakit kronis, dalam banyak kasus, itu berjalan
saja dan orang-orang mendapatkan yang lebih baik ..."
Dalam kasus-kasus anoreksia nervosa remaja yang memanfaatkan pengobatan
Keluarga 75% dari pasien memiliki hasil yang baik dan 15% menunjukkan hasil yang
belum menengah yang lebih positif. [191] Dalam lima tahun pasca perawatan tindak
lanjut dari Terapi Keluarga Maudsley pemulihan penuh rate antara 75% dan 90%.
Bahkan dalam kasus yang parah AN, meskipun tingkat kambuhan mencatat 30%
setelah rawat inap, dan waktu panjang untuk pemulihan mulai 57-79 bulan, tingkat
pemulihan penuh masih 76% . Ada kasus-kasus relaps minimal bahkan pada jangka
panjang follow-up dilakukan antara 10-15 tahun .Prognosis jangka panjang dari
anoreksia nervosa berubah:. Seperlima dari pasien tetap sakit parah, lain kelima
pasien sembuh sepenuhnya dan 3 / 5 dari pasien memiliki program berfluktuasi dan
kronis (Gelder, Mayou dan Geddes 2005).
2. E. Epidemiologi
Anoreksia memiliki prevalensi rata-rata 0,3-1% pada wanita dan 0,1% pada pria
untuk diagnosis di negara maju. Kondisi ini sangat mempengaruhi wanita remaja
muda, dengan antara 15 dan 19 tahun membuat sampai 40% dari semua kasus. Sekitar
75% orang dengan anoreksia adalah perempuan [199]. Anoreksia nervosa lebih umum
di kelas sosial atas dan dinyatakan menjadi langka di negara-negara kurang
berkembang (Gelder, Mayou dan Geddes
etika memasuki masa remaja, khususnya masa pubertas, remaja menjadi sangat concern atas
pertambahan berat badan, terutama remaja putri, karena mereka mengalami pertambahan
jumlah jaringan lemak, sehingga mudah untuk menjadi gemuk apabila mengkonsumsi
makanan yang berkalori tinggi. Pada kenyataannya kebanyakan wanita ingin terlihat
langsing dan kurus karena beranggapan banhwa menjadi kurus akan membuat mereka
bahagia, sukses, dan popular. Remaja dengan gangguan makan memiliki masalah dengan
body imagenya. Artinya mereka sudah mempunyai suatu mind set ( pemikiran yang sudah
terpatri di otak ) bahwa tubuh mereka tidak ideal. Mereka merasa tubuhnya gemuk, banyak
lemak disana-sini, dan tidak sedap dipandang.
1

Anoreksia nervosa adalah suatu kelainan yang ditandai dengan perubahan gambaran tubuh,
ketakutan yang luar biasa akan kegemukan, penolakan untuk mempertahankan berat badan
yang normal dan hilangnya siklus mentruasi (pada wanita). Penderita yang umumnya terjadi
pada remaja putri biasanya mengalami gangguan makan, berupa aktifitas untuk menguruskan
badan dengan melakukan pembatasan makan secara sengaja melalui control yang ketat.
2

Pada anoreksia nervosa terjadi hilangnya nafsu makan atau terganggunya pusat nafsu makan.
Hal tersebut disebabkan oleh konsep yang terputar balik mengenai konsep penampilan tubuh,
sehingga penderita mempunyai rasa takut yang berlebihan terhadap kegemukan. Penderita
anoreksia nervosa sadar mereka lapar namun takut untuk memenuhi kebutuhan makan
mereka, karena bisa berakibat meningkatnya berat badan. Berbeda dengan korban kelaparan,
penderita anoreksia nervosa mampu menjaga kekuatan dan kegiatan sehari-hari mendekati
normal. Tidak merasa lapar dan tidak cemas terhadap kondisinya.
3

Takut gemuk atau merasa terlalu gemuk ini terutama terjadi pada wanita, sehingga
membatasi makan dan terkadang tidak makan atau puasa. Akhirnya tidak mau makan hingga
penderita kurus kering. Kelainan ini banyak terjadi di dalam masyarkat yang memuja bentuk
tubuh yang kurus kering. Mereka terus-menerus malakukan diet mati-matian untuk mencapai
tubuh yang kurus, yang pada akhirnya kondisi ini menimbulkan efek yang berbahaya yaitu
kematian .
2
penyakit ini dapat menyebabkan kematian pada 10% penderitanya.
3

Pada penderita anorekasia nervosa dapat menurunkan berat badannya antara 25 50 % dari
berat badan sebenarnya. Dampak fisik yang umumnya terjadi penderita adalah kehilangan
selera makan, hingga tidak mau mengkonsumsi apapun, lemah tidak bertenaga, sulit
berkonsentrasi dan terjadi gangguan mentruasi. Namun dampak psikis juga terpengaruhi,
seperti mempunyai perasaan tidak berharga, sensitiv mudah tersinggung atau marah, mudah
merasa bersalah, kehilangan minat untuk berinteraksi dengan orang lain, tidak percaya diri,
cenderung berbohong untuk menutupi perilaku makannya, minta perhatian orang lain, dan
depresi. Dampak fisik maupun psikis yang terjadi akibat gangguan makan tersebut
memerlukan pertolongan segera dari psikolog, dokter, ahli gizi, dan tentu saja orang tua.
1

1. II. DEFENISI
Defenisi anorekasi nervosa menurut DSM-IV adalah :
4,5

1. Menolak mempertahankan berat badan pada atau diatas berat badan normal minimal
menurut usia dan tinggi badan (misalnya, menurunkan berat badan untuk
mempertahankan berat badan kurang dari 85% yang diharapkan; atau kegagalan untuk
menaikan berat badan yang diharapkan selama periode pertumbuhan, menyebabkan
berat badan kurang dari 85% dari yang diharapkan).
2. Ketakutan yang kuat mengalami kenaikan berat badan atau menjadi gemuk, walaupun
sesungguhnya memiliki berat badan kurang.
3. Gangguan dalam cara memandang berat atau bentuk badannya sendiri; berat badan
atau bentuk badan yang tidak pantas atas dasar pemeriksaan sendiri, atau menyangkal
keseriusan berat badannya yang rendah.
4. Pada wanita pascamenarki, amenore yaitu tidak ada sekurangnya tiga siklus
menstruasi berturut-turut (seorang wanita dianggap mengalami amenore jika
periodenya timbul hanya setelah pemberian hormon, misalnya, estrogen).
1. III. EPIDEMIOLOGI
Gangguan makan dalam berbagi bentuk telah dilaporkan pada sampai 4% pelajar remaja dan
dewasa muda.
4
Sekitar 95% penderita adalah wanita, kelainan ini biasanya terjadi pada masa
remaja dan terkadang pada masa dewasa. Anoreksia nervosa diperkirakan terjadi pada kira-
kira 0,5 sampai 1% gadis remaja. Biasanya menyerang orang-orang golongan social ekonomi
menenngah ke atas.
3
Gangguan ini terjadi 10 sampai 20 kali lebih sering pada wanita
dibandingkan laki-laki. Lebih sering pada Negara yang maju, dan mungkin ditemukan
dengan frekuensi tertinggi pada wanita muda yang profesinya memerlukan kekurusan ,
seperti model dan penari balet.
4

1. IV. ETIOLOGI
Faktor biologis, social, dan psikologis adalah terlibat dalam penyebab anoreksia nervosa.
4

1. Faktor biologis
Kelaparan menyebabkan banyak perubahan biokimia, beberapa diantaranya juga ditemukan
pada depresi, seperti hiperkortisolemia dan nonsupresi oleh deksametason. Terjadi penekanan
fungsi tiroid, amenore, yang mencerminkan penurunan kadar hormonal. Kelainan tersebut
dapat dikoreksi dengan pemberian makanan kembali.
1. Faktor social
Penderita menemukan dukungan untuk tindakan mereka dalam masyarakat yang menekankan
kekurusan dan latihan. Tidak berkumpul dengan keluarga adalah spesifik pada anoreksia
nervosa. Pasien dengan anoreksia nervosa kemungkinan memiliki riwayat keluarga depresi,
ketergantungan alcohol, atau suatu gangguan makan.
1. Faktor psikologis dan psikodinamis
Anoreksia nervosa tampaknya merupakan suatu reaksi terhadap kebutuhan pada remaja untuk
menjadi lebih mandiri dan meningkatkan fungsi social dan seksual. Biasanya mereka tidak
mempunyai rasa otonomi dan kemandirian, biasanya tumbuh di bawah kendali orang tua.
Kelaparan yang diciptakan sendiri (self starvation) mungkin merupakan usaha untuk meraih
pengakuan sebgai orang yang unik dan khusus. Hanya memalui tindakan disiplin diri yang
tidak lazim pasien anoreksia dapat mengembangkan rasa otonomi dan kemandirian.
1. V. GAMBARAN KLINIS
6

1. Ada 2 macam subtype dari anoreksia nervosa yang didasarkan atas metode-
metode yang digunakan untuk mengkontrol berat badan, yaitu :
1. Mengkontrol pengurangan berat badan dengan mengkonsumsi kalori
yang sangat rendah dan olah raga.
2. Terkadang terjadi bulimia diantara jarak makan, dan kelaparan dengan
mempunyai kebiasaan memuntahkan dan penggunaan laksan dan
diuretic daripada menggunakan obat penurun berat badan.
3. Gejala klinis/symptom
1. Gejala yang predominan adalah ketakutan yang sangat akan
kenaikan berat badan, sampai terjadi phobia terhadap makanan.
Ketakutan terhadap makanan disertai dengan penyalahartian
dari body image; banyak pasien merasa diri mereka sangat
gendut, walaupun sebenarnya mereka sangat kurus.
2. Banyak penderita anoreksia nervosa mempunyai obsessive
compulsive behavior, misalnya mereka sering sekali mencuci
tangan berulang-ulang, pasien cenderung kaku dan
perfeksionis yang mengarahkan pada diagnosis gangguan
kepribadian, seperti narcissisme, atau riwayat gangguan
kepribadian.
3. Penyesuaian seksual yang buruk
4. Penderita anoreksia nervosa biasanya menunjukan perilaku
yang aneh tentang makanan, seperti menyembunyikan
makanan, membawa makanan dalam kantong, saat makan
mereka membuang makanan, memotong makanan menjadi
potongan kecil-kecil.
5. Gangguan tidur dan gangguan depresi pada umumnya.
6. Muntah yang dipaksakan
7. Biasanya aktifitas dan program olah raga yang berlebihan
1. Tanda Anoreksia nervosa
1. Menyamarkan kekurusan mereka dengan baju dan make-up
2. Kulit kering dan kering, rambut halus, dan alopesia ringan.
3. Subtype bulimia berat, seperti kehilangan enamel gigi karena asam lambung,
ketika penderita muntah. Bahkan terdapat scar pada dorsum akibat jari-jari
yang dimasukan ke mulut untuk memaksakan muntah.
4. Hypokalemi dan kelainan EKG
5. Kelainan neurology (seperti seizure dan neuropaty) dan anemia yang
berhubungan dengan kekurangan gizi dan kelaparan.
1. VI. DIAGNOSIS
Pedoman diagnostic Anoreksia Nervosa menurut PPDGJ-III adalah :
7

- Mempunyai ciri khas gangguan adalah mengurangi berat badan dengan sengaja, dipacu
dan atau dipertahankan oleh penderita.
- Untuk suatu diagnosis yang pasti dibutuhkan semua hal seperti di bawah ini, yaitu:
Berat badan tetap dipertahankan 15% di bawah yang seharusnya ( baik yang
berkurang maupun yang tidak tercapai) atau Quetelets body mass index adalah
17,5% atau kurang.
Berkurangnya berat badan dilakukan sendiri dengan menghindari makanan yang
mengandung lemak dan salah satu hal di bawah ini :
o Merangsang muntah oleh dirinya sendiri
o Menggunakan pencahar
o Olah raga berlebihan
o Menggunakan obat penahan nafsu makan dan atau diuretika.
o Terdapat distorsi body image dalam psikopatologi yang spesifik dimana
ketakutan gemuk terus menerus menyerang penderita, penilaian yang
berlebihan terhadap berat badan yang rendah.
o Adanya gangguan endokrin yang meluas, melibatkan hypothalamic-piyuitary-
gonadal aksis, dengan manifestasi pada wanita sebagai amenore dan pada pria
suatu kehilangan minat dan potensi seksual. Juga dapat terjadi kenaikan
hormon pertumbuhan, kortisol, perubahan metabolisme peripheral dari
hormone tiroid, dan sekresi insulin abnormal.
o Jika onset terjadinya pada masa prubertas, perkembangan prubertas tertunda
atau dapat juga tertahan. Pada penyembuhan, prubertas kembali normal, tetapi
menarche terlambat.
- Pemeriksaan patologi dan laboratorium, tidak ada tes laboratorium tunggal yang
mutlak mambantu menegakan diagnosa anoreksia nervosa. Urutan uji saring laboratorium
adalah diperlukan pada orang yang memenuhi criteria anoreksia nervosa. Tes tersebut dapat
berupa elektrolit serum dan tes fungsi ginjal, tes glukosa, EKG, kadar kolesterol, test supresi
deksametason, dan kadar karoten. Klinisi mungkin menemukan penurunan hormon tiroid,
penurunan glukosa serum, nonsupresi kortisol setelah deksametason, hipokalemia,
peningkatan nitrogen urea darah, dan hiperkolesterolemia.
1. VII. KOMPLIKASI MEDIS DARI GANGGUAN MAKAN
Berhubungan dengan penurunan berat badan :
4

- Kaheksia : hilangnya lemak, massa otot, penurunan metabolisme tiroid (sindrom
T3 rendah), intoleransi dingin, dan sulit mempertahankan temperatur inti tubuh.
- Jantung : hilangnya otot jantung, jantung kecil, aritmia jantung, termasuk kontraksi
premature atrium dan ventrikel, perpanjangan transmisi berkas HIS (perpanjangan interval
QT, bradikardia, takikardia ventricular, kematian mendadak.
- Pencernaan-gastrointestinal: perlambatan pengosongan lambung, kembunng,
konstiopasi, nyeri abdomen.
- Reproduktif : Amenore, kadar leutenizing hormone (LH) dan follicle stimulating
hormone (FSH) yang rendah.
- Dermatologis: lanugo (rambut halus tumbuh di seluruh tubuh), edema.
- Hematologys : leucopenia
- Neuropsikiatri : sensasi kecap yng abnormal ( mungkin karena defesiensi dari seng
), depresi apatetik, gangguan kognitif ringan.
- Rangka osteoporosis.
Berhubungan dengan mencahar ( muntah dan penyalahgunaan laksatif)
- Metabolisme : kelainan elektrolit, terutama alkalosis hipokalemik, hipokloremik,
dan hipomagnesimia.
- Pencernaan-gastrointestinal : peradangan dan pembesaran kelenjar liur dan
pancreas, dengan peningkatan amylase serum, erosi esophagus dan lambung, usus
disfungsional dengan dilatasi haustra.
- Gigi: erosi enamel gigi, terutama bagian depan, dengan dengan kerusakan gigi
yang bersanngkutan.
- Neuropsikiatrik : kejang (berhubungan dengan pergeseran cairan yang besar dan
gangguan elektrolit), neuropati ringan, kelelahan, dan kelemahan, gangguan kognitif lainnya.
VIII. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding anoreksia nervosa adalah dipersulit oleh penyangkalan pasien tentang
gejalanya, kerahasiaan di sekitar ritual makan pasien yang aneh dan penolakan pasien untuk
mencari pengobatan. dibawah ini adalah diagnosis banding untuk anoreksia nervosa.
4

1. Anoreksia nervosa harus dibedakan dengan dengan kekurusan pada umumnya, terlalu
kurus, tetapi penurunan berat badannya kurang dari 15% berat badan normal.
Pemikiran sekarang diperkirakan, bahwa anoreksia nervosa adalah gangguan yang
khusus, dan tidak mencerminkan penurunan berat badan yang berlanjut.
2. Gangguan organic, seperti tumor otak yang melibatkan jaras hypothalamus-pituitary,
penyakit Addison, Diabetes Mellitus, dan gangguan gastrointestinal.
3. Gangguan psikologi, pada umumnya pasien depresi mengalami suatu penurunan nafsu
makan, sedangkan pada anoreksia nervosa mengaku memiliki nafsu makan yang
normal dan merasa lapar. Pada agitasi depresif, hiperaktifitas yang ditemukan pada
anoreksia nervosa adalah direncanakan dan merupakan ritual. Preokupasi dengan
makanan yang mengandung kalori, resep makanan dan persiapan pesta pencicipan
makanan adalah tipikal pada pasien anoreksia nervosa dan tidak ditemukan pada
penderita gangguan depresif. Dan pada pasien dengan gangguan depresif tidak
memiliki ketakutan yang kuat akan kegemukan atau gangguan citra tubuh, seperti
yang dimiliki oleh pasien anoreksia nervosa.
4. Sekitar 50% penderita anoreksia nervosa ditemui ktiteria untuk diagnosis tersangka
bulimia, dinamakan bullimarexia atau bulimia nervosa sebagai variasi dari penyakit.
5.Bulimia nervosa
6. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
7. Belum Diperiksa
8. Bulimia Nervosa adalah kelainan cara makan yang terlihat dari kebiasaan makan
berlebihan yang terjadi secara terus menerus. Bulimia adalah kelainan pola makan
yang sering terjadi pada wanita. Kelainan tersebut biasanya merupakan suatu bentuk
penyiksaan terhadap diri sendiri. Yang paling sering dilakukan oleh lebih dari 75%
orang dengan bulimia nervosa adalah membuat dirinya muntah, kadang-kadang
disebut pembersihan; puasa, serta penggunaan laksatif, enema, diuretik, dan olahraga
yang berlebihan juga merupakan ciri umum.
9. Penyakit Bulimia Nervosa, Penyebab, Gejala, Akibat serta Pengobatan
10. Penyakit mental lainnya yang biasanya dialami oleh wanita, Bulimia atau juga dikenal
dengan bulimia nervosa mempengaruhi sekitar 3% dari wanita di amerika Serikat.
Bulimia adalah penyakit yang diakibatkan oleh psikologi pasien, yang mengakibatkan
kelainan makan. Bulimia merupakan keadaan dimana seorang pasien makan secara
berlebihan secara berulang-ulang (binge) dan kemudian kembali mengeluarkannya.
Mengeluarkan makanan yang dimakan ini bisa melalui muntah yang biasanya
diinduksi dengan obat pencahar, selain itu juga dengan mengeluarkannya lewat
kencing dengan menggunakan obat diuretik.
11. Selain itu, selain makan berlebih, penderita bulimia juga cenderung diet sangat ketat
dan juga olah raga yang berlebihan. Cirri khas penyakit bulimia sudah tentu kebiasaan
mengeluarkan makanan yang dimakan dengan sangat cepat, sehingga sangat aneh
bagi orang biasa kalau sehabis makan kembali memuntahkan makanannya.
12. Membersihkan atau memuntahkan makanan ini diperkirakan sebagai aksi untuk
mengurangi rasa benci atau rasa bersalah karena sudah binge. Pasien berobsesi untuk
membersihkan diri mereka dari makanan itu, sehingga makanan yang masuk tidak
sempat terserap tubuh.
13. Seorang pasien penyakit bulimia dalam melakukan pesta makan ini, diduga terdorong
oleh depresi atau stress terhadap sesuatu yang berhubungan dengan berat badan,
bentuk badan ataupun makanan. Mereka menganggap, makan merupakan kegiatan
paling menyenangkan dan bisa menghilangkan depresi. Namun kebahagiaan itu hanya
berlangsung sementara karena akhirnya mereka kembali membenci makanan serta
marah atas control diri terhadap pesta makan yang kurang. Kebencian ini membuat
mereka terobsesi untuk membersihkan makanan tersebut dari tubuh.
14. Aksi pembersihan biasanya berlangsung seketika, namun pada beberapa penderita
bulimia melakukan pembersihan pada beberapa periode setelahnya.
15. Sama halnya dengan anorexia, bulimia selalu berhubungan dengan control diet
ataupun penurunan berat badan. Penderita bulimia biasanya terlalu memperhatikan
berat badan, selalu merasa kurang percaya diri dengan berat badan sehingga
cenderung melakukan diet berlebih. Bedanya dengan penderita anorexia, penderita
bulimia memiliki berat badan yang lebih stabil sehingga penyakit ini jarang diketahui
oleh masyarakat umum.
16.
17. Penyebab Bulimia
18. Bulimia merupakan salah satu kelainan mental, penyebab bulimia belum diketahui
secara biologis. Namun karena ini berhubungan dengan behavioral health, maka para
ahli meyakini ada beberapa factor yang bisa menyebabkan penyakit ini:
19. - masalah keluarga - perilaku maladaptif - pertentangan identitas diri - budaya yang
terlalu menitikberatkan kepada penampilan fisik.
20. Masalah penampilan serta berat badan merupakan factor utama yang penyebab
bulimia pada seorang wanita. Seorang penderita bulimia biasanya mempunyai
ketahanan mental yang kurang, kurang percaya diri dan memiliki masalah dengan
berat badan dan ini yang membuatnya menjadi terobsesi dengan penurunan berat
badan. Hal-hal seperti di atas juga bisa menjadi akibat bulimia yang mengerikan.
21. Pengalaman mempunyai masalah dengan berat badan membuatnya selalu merasa
gemuk. Hal ini mendorong diet yang tidak terkontrol, olah raga berlebih dan akhirnya
menderita bulimia.
22. Penelitian baru menunjukan bahwa kelainan mental ini juga disebabkan oleh proses
kimiawi yang ada di dalam otak. Para ahli menduga bahwa kelainan neurotransmitter
dalam otak, utamanya neurotransmitter serotonin merupakan pemicu terjadinya
penyakit bulimia nervosa ini. Namun dugaan awal ini masih belum bisa dijelaskan
secara spesifik karena kompleksnya penyakit.
23. Gejala Bulimia [ad#ad-1]
24. Seperti yang dijelaskan di atas, binge merupakan gejala utama dari bulimia. Binge
bulimia ini akan diikuti dengan muntah, diet yang ketat serta olah raga berlebihan.
25. Namun untuk mendeteksi gejala bulimia dalam kehidupan sehari-hari sangatlah susah.
Proses makan berlebihan terkadang adalah hal umum dalam masyarakat. Makan
merupakan kegiatan yang menyenangkan, bisa menghilangkan stres atau depresi.
Selain itu, setiap orang juga memiliki nafsu makan berbeda, sehingga makan dengan
jumlah banyak tersebut kadangkala adalah hal yang normal.
26. Selain itu, penderita bulimia tidak selalu kurus. Bisa saja memiliki berat badan normal
atau malah gemuk. Namun ada beberapa pertanda yang bisa dianggap sebagai gejala
bulimia, yaitu:
27. Selalu ke kamar mandi setelah makan untuk muntah (tentu saja
dilakukan berkali-kali)
28. Olah raga berlebih.
29. Terjadi perubahan seperti pipi atau rahang yang bengkak,
pecahnya pembuluh darah di mata, rusaknya lapisan email gigi sehingga
gigi yang Nampak jelas.
30. Terlalu terbelenggu dengan urusan berat ataupun bentuk badan.
31.
32. Diagnosis bulimia
33. Sama halnya dengan anoreksia, diagnosis untuk penyakit bulimia susah karena ini
menyangkut masalah perilaku yang bisa saja disangkal oleh penderita. Namun sebagai
dasar bagi dokter untuk mendiagnosa penyakit ini, ada lima criteria dasar yang bisa
dipakai sebagai patokan.
34. Pesta makan yang terjadi berulangkali. Hal ini ditandai dengan
porsi yang sangat banyak dan di luar porsi normal makan seorang
manusia dalam jangka waktu dua jam.
35. Merasa tidak bisa berhenti makan dalam satu periode.
36. Perilaku yang menyimpang untuk mengurangi berat badan secara
ekstrim dan berlebihan, seperti muntah, penggunaan obat pencahar dan
diuretic, puasa ataupun olah raga berlebihan.
37. Pesta makan serta perilaku penurunan badan yang ekstrim terjadi
minam dua kali dalam seminggu selama jangka waktu tiga bulan.
38. Rasa yang tidak pernah puas terhadap bentuk tubuh yang dimiliki.
39.
40. Akibat dan Bahaya Bulimia terhadap Kesehatan
41. Bahaya bulimia ini disebabkan oleh perilaku makan berlebihan dan kemudian
membersihkannya yang terjadi secara berulang. Berbagai macam organ akan rusak
akibat pembersihan secara ekstrim ini, seperti
42. pembengkakan kelenjar ludah di pipi
43. Jaringan parut di buku jari tangan yang digunakan untuk
merangsang muntah
44. Pengikisan email gigi akibat bulimia yang sering muntah dan
mengeluarkan asam lambung
45. Kadar kalium yang rendah dalam darah.
46. Gigi sensitive terhadap panas atau dingin
47. Masalah pada kelenjar ludah yang berupa rasa nyeri atau
pembengkakan
48. Paparan asam lambung berlebih pada kerongkongan bisa menyebabkan
borok, pecah atau penyempitan.
49. Terganggunya proses pencernaan akibat pencahar, bisa
mengakibatkan disfungsi organ pencernaan .
50. Ketidakseimbangan cairan tubuh akibat stimulus zat diuretic
secara berlebih.
51. Akibat bulimia juga terjadi pada kehidupan social, penderita bulimia cenderung akan
bermasalah dalam hal sosialisasi lingkungan, bersifat impulsive, seringkali merasa
stress atau depresi dan menyalahgunaan alcohol atau obat-obatan.
52.
53. Pengobatan Bulimia
54. Terdapat 2 pendekatan yang dilakukan untuk mengobati bulimia:
55. Terapi psikis (psikoterapi) oleh psikiater untuk mengendalikan
perilaku menyimpangnya.
56. Obat-obatan. Obat anti-depresi seringkali bisa membantu
mengendalikan bulimia, meskipun penderita tidak tampak depresi.
Tetapi bulimia aka
57. Bulimia Nervosa, Gangguan Makan
58. Psikologi Zone 09.05.2010 Bulimia Nervosa, Gangguan Makan2012-01-
20T18:04:28+00:00 Arsip Lama 2 Comments
59.
60. Ilustrasi
61. Bulimia berasal dari bahasa yunani yang berarti lapar seperti sapi jantan, Gangguan
ini mencakup episode konsumsi sejumlah besar makanan secara cepat, diikuti dengan
perilaku kompensatori, seperti muntah, puasa, atau olahraga berlebihan, untuk
mencegah terjadinya berat badan bertambah.
62. Dalam buku Psikologi Abnormal oleh G.C.Davidson dkk, pada tahun 2000, DSM
mendefinikan bahwa bumilia berawal dari makan makanan secara berlebih lebihan.
Pada bulimia, makan berlebihan biasanya dilakukan secara diam-diam, dapat dipacu
dengan stres dan berbagai emosi negatif yang ditimbulkannya, dan terus berlangsung
hingga orang yang bersangkutan hingga orang yang bersangkutan merasa sangat
kekenyangan.
63. Setelah selesai makan berlebihan, rasa jijik, rasa tidak nyaman, dan takut bila berat
badan bertambah memicu tahap kedua bulimia nervosa, pengurasan untuk
menghilangkan efek asepan kalori kaena makan berlebihan. Paling sering pasien
memasukkan jari-jari mereka kedalam tenggorokan agar tersendak, namun setelah
satu waktu banyak yang dapat muntah bila menghendakinya tanpa membuat diri
mereka tersendak.
64. Perubahan fisik pada bulimia nervosa
Seperti halnya anoreksia nervosa, bulimia terkait dengan beberapa efek samping pada
fisik. Meskipun lebih jarang dari pada anoreksia, menstruasi tidak teratur, termasuk
amenorea, dapat terjadi, meskipun para pasien bulimia biasanya memiliki indeks
massa tubuh dan IMT yang normal.
65. Prognosis
Pemantauan yang telah dilakukan dalam beberapa penelitian bahwa bulimia sebesar
70% dapat disembuhkan, meskipun sekitar 10 persen masih tetap sepenuhnya
simtomatik. Para pasien bulimia yang lebih sering makan berlebihan dan muntah,
komorbid dengan penyalahgunaan zat, atau memiliki riwayat depresi memiliki
prognosis lebih buruk dibanding pasien tanpa faktor-faktor tersebut.
66. Penanganan gangguan makan
Perawatan rumah sakit yang kadang dijalani dengan terpaksa, seringkali diperlukan
untuk menangani pasien bulimia agar asupan makanan pasien dapat ditingkatkan
secara bertahap dan dipantau dengan teliti. Pada bulimia, perlu untuk diberikan
intervensi biologis dan psikologis.
67. Penanganan biologis
Karena bulimia nervosa sering kali komorbid dengan depresi, gangguan ini ditangani
dengan berbagai antidepresan. Fluoksetin lebih memberikan hasil dibandingkan
dengan plasebo untuk mengurangi makan berlebihan dan muntah, juga mengurangi
depresi dan sikap yang menyimpang terhadap makanan dan makan. Sayanganya, hal
itu tidak terlalu berhasil. Hanya memulihkan berat badan tanpa mengurangi gejala-
gejala psikologis.
68. Penanganan Psikologis bulimia
Pendekatan terapi perilaku kognitif (CBT-cognitive) dari fairburn merupakan strandar
penanganan bulimia yang paling baik tervalidasi paling baik dan paling terkini. Dalam
teori fairburn, psien didorong untuk mempertanyakan berbagai standar masyarakat
terkait dengan daya tarik fisik. Para pasien juga juga arus mengungkap dan kemudian
mengubah keyakinan yang mendorong mereka melaparkan diri untuk mencegah
bertambahnya berat badan.
69. lainan cara makan yang terlihat dari kebiasaan makan berlebihan yang terjadi secara
terus menerus. Bulimia adalah kelainan pola makan yang sering terjadi pada wanita.
Kelainan tersebut biasanya merupakan suatu bentuk penyiksaan terhadap diri sendiri.
Yang paling sering dilakukan oleh lebih dari 75% orang dengan bulimia nervosa
adalah membuat dirinya muntah, kadang-kadang disebut pembersihan; puasa, serta
penggunaan laksatif, enema, diuretik, dan olahraga yang berlebihan juga merupakan
ciri umum.
70. Penyakit Bulimia Nervosa, Penyebab, Gejala, Akibat serta Pengobatan
71. Penyakit mental lainnya yang biasanya dialami oleh wanita, Bulimia atau juga dikenal
dengan bulimia nervosa mempengaruhi sekitar 3% dari wanita di amerika Serikat.
Bulimia adalah penyakit yang diakibatkan oleh psikologi pasien, yang mengakibatkan
kelainan makan. Bulimia merupakan keadaan dimana seorang pasien makan secara
berlebihan secara berulang-ulang (binge) dan kemudian kembali mengeluarkannya.
Mengeluarkan makanan yang dimakan ini bisa melalui muntah yang biasanya
diinduksi dengan obat pencahar, selain itu juga dengan mengeluarkannya lewat
kencing dengan menggunakan obat diuretik.
72. Selain itu, selain makan berlebih, penderita bulimia juga cenderung diet sangat ketat
dan juga olah raga yang berlebihan. Cirri khas penyakit bulimia sudah tentu kebiasaan
mengeluarkan makanan yang dimakan dengan sangat cepat, sehingga sangat aneh
bagi orang biasa kalau sehabis makan kembali memuntahkan makanannya.
73. Membersihkan atau memuntahkan makanan ini diperkirakan sebagai aksi untuk
mengurangi rasa benci atau rasa bersalah karena sudah binge. Pasien berobsesi untuk
membersihkan diri mereka dari makanan itu, sehingga makanan yang masuk tidak
sempat terserap tubuh.
74. Seorang pasien penyakit bulimia dalam melakukan pesta makan ini, diduga terdorong
oleh depresi atau stress terhadap sesuatu yang berhubungan dengan berat badan,
bentuk badan ataupun makanan. Mereka menganggap, makan merupakan kegiatan
paling menyenangkan dan bisa menghilangkan depresi. Namun kebahagiaan itu hanya
berlangsung sementara karena akhirnya mereka kembali membenci makanan serta
marah atas control diri terhadap pesta makan yang kurang. Kebencian ini membuat
mereka terobsesi untuk membersihkan makanan tersebut dari tubuh.
75. Aksi pembersihan biasanya berlangsung seketika, namun pada beberapa penderita
bulimia melakukan pembersihan pada beberapa periode setelahnya.
76. Sama halnya dengan anorexia, bulimia selalu berhubungan dengan control diet
ataupun penurunan berat badan. Penderita bulimia biasanya terlalu memperhatikan
berat badan, selalu merasa kurang percaya diri dengan berat badan sehingga
cenderung melakukan diet berlebih. Bedanya dengan penderita anorexia, penderita
bulimia memiliki berat badan yang lebih stabil sehingga penyakit ini jarang diketahui
oleh masyarakat umum.
77.
78. Penyebab Bulimia
79. Bulimia merupakan salah satu kelainan mental, penyebab bulimia belum diketahui
secara biologis. Namun karena ini berhubungan dengan behavioral health, maka para
ahli meyakini ada beberapa factor yang bisa menyebabkan penyakit ini:
80. - masalah keluarga - perilaku maladaptif - pertentangan identitas diri - budaya yang
terlalu menitikberatkan kepada penampilan fisik.
81. Masalah penampilan serta berat badan merupakan factor utama yang penyebab
bulimia pada seorang wanita. Seorang penderita bulimia biasanya mempunyai
ketahanan mental yang kurang, kurang percaya diri dan memiliki masalah dengan
berat badan dan ini yang membuatnya menjadi terobsesi dengan penurunan berat
badan. Hal-hal seperti di atas juga bisa menjadi akibat bulimia yang mengerikan.
82. Pengalaman mempunyai masalah dengan berat badan membuatnya selalu merasa
gemuk. Hal ini mendorong diet yang tidak terkontrol, olah raga berlebih dan akhirnya
menderita bulimia.
83. Penelitian baru menunjukan bahwa kelainan mental ini juga disebabkan oleh proses
kimiawi yang ada di dalam otak. Para ahli menduga bahwa kelainan neurotransmitter
dalam otak, utamanya neurotransmitter serotonin merupakan pemicu terjadinya
penyakit bulimia nervosa ini. Namun dugaan awal ini masih belum bisa dijelaskan
secara spesifik karena kompleksnya penyakit.
84. Gejala Bulimia [ad#ad-1]
85. Seperti yang dijelaskan di atas, binge merupakan gejala utama dari bulimia. Binge
bulimia ini akan diikuti dengan muntah, diet yang ketat serta olah raga berlebihan.
86. Namun untuk mendeteksi gejala bulimia dalam kehidupan sehari-hari sangatlah susah.
Proses makan berlebihan terkadang adalah hal umum dalam masyarakat. Makan
merupakan kegiatan yang menyenangkan, bisa menghilangkan stres atau depresi.
Selain itu, setiap orang juga memiliki nafsu makan berbeda, sehingga makan dengan
jumlah banyak tersebut kadangkala adalah hal yang normal.
87. Selain itu, penderita bulimia tidak selalu kurus. Bisa saja memiliki berat badan normal
atau malah gemuk. Namun ada beberapa pertanda yang bisa dianggap sebagai gejala
bulimia, yaitu:
88. Selalu ke kamar mandi setelah makan untuk muntah (tentu saja
dilakukan berkali-kali)
89. Olah raga berlebih.
90. Terjadi perubahan seperti pipi atau rahang yang bengkak,
pecahnya pembuluh darah di mata, rusaknya lapisan email gigi sehingga
gigi yang Nampak jelas.
91. Terlalu terbelenggu dengan urusan berat ataupun bentuk badan.
92.
93. Diagnosis bulimia
94. Sama halnya dengan anoreksia, diagnosis untuk penyakit bulimia susah karena ini
menyangkut masalah perilaku yang bisa saja disangkal oleh penderita. Namun sebagai
dasar bagi dokter untuk mendiagnosa penyakit ini, ada lima criteria dasar yang bisa
dipakai sebagai patokan.
95. Pesta makan yang terjadi berulangkali. Hal ini ditandai dengan
porsi yang sangat banyak dan di luar porsi normal makan seorang
manusia dalam jangka waktu dua jam.
96. Merasa tidak bisa berhenti makan dalam satu periode.
97. Perilaku yang menyimpang untuk mengurangi berat badan secara
ekstrim dan berlebihan, seperti muntah, penggunaan obat pencahar dan
diuretic, puasa ataupun olah raga berlebihan.
98. Pesta makan serta perilaku penurunan badan yang ekstrim terjadi
minam dua kali dalam seminggu selama jangka waktu tiga bulan.
99. Rasa yang tidak pernah puas terhadap bentuk tubuh yang dimiliki.
100.
101. Akibat dan Bahaya Bulimia terhadap Kesehatan
102. Bahaya bulimia ini disebabkan oleh perilaku makan berlebihan dan kemudian
membersihkannya yang terjadi secara berulang. Berbagai macam organ akan rusak
akibat pembersihan secara ekstrim ini, seperti
103. pembengkakan kelenjar ludah di pipi
104. Jaringan parut di buku jari tangan yang digunakan untuk
merangsang muntah
105. Pengikisan email gigi akibat bulimia yang sering muntah dan
mengeluarkan asam lambung
106. Kadar kalium yang rendah dalam darah.
107. Gigi sensitive terhadap panas atau dingin
108. Masalah pada kelenjar ludah yang berupa rasa nyeri atau
pembengkakan
109. Paparan asam lambung berlebih pada kerongkongan bisa menyebabkan
borok, pecah atau penyempitan.
110. Terganggunya proses pencernaan akibat pencahar, bisa
mengakibatkan disfungsi organ pencernaan .
111. Ketidakseimbangan cairan tubuh akibat stimulus zat diuretic
secara berlebih.
112. Akibat bulimia juga terjadi pada kehidupan social, penderita bulimia
cenderung akan bermasalah dalam hal sosialisasi lingkungan, bersifat impulsive,
seringkali merasa stress atau depresi dan menyalahgunaan alcohol atau obat-obatan.
113.
114. Pengobatan Bulimia
115. Terdapat 2 pendekatan yang dilakukan untuk mengobati bulimia:
116. Terapi psikis (psikoterapi) oleh psikiater untuk mengendalikan
perilaku menyimpangnya.
117. Obat-obatan. Obat anti-depresi seringkali bisa membantu
mengendalikan bulimia, meskipun penderita tidak tampak depresi.
Tetapi bulimia akan kambuh kembali jika pemakaian obat dihentikan
118. BULIMIA NERVOSA
119. Emirza Nur Wicaksono Juni 27, 2013
120. [0] comments
121. DEFINISI
122. Bulimia merupakan bahasa latin dari sebuah kata Yunani boulimia, yang
artinya extreme hunger alias lapar yang amat sangat. Ini sesuai dengan gambaran
para bulimics -orang yang bulimia-, mereka cenderung makan dalam jumlah banyak
dalam waktu yang singkat, seperti orang yang kelaparan. Dan selanjutnya sebagai
kompensasi dari pola makannya tersebut, mereka akan melakukan berbagai cara
yang intinya supaya berat badan mereka tidak bertambah meski mereka sudah makan
banyak. Bulimia nervosa merupakan satu gangguan fungsi makan yang ditandai oleh
episode nafsu makan yang lahap tanpa dapat dikendalikan. Penyelaan sosial dan
gangguan fisik yaitu, nyeri abdomen atau mual-mual, menghentikan pesta makan
yang sering diikuti oleh perasaan bersalah, depresi, atau muak terhadap diri sendiri.
Orang selalu memiliki perilaku kompensasi yang rekuren seperti mencahar ( muntah
yang diinduksi sendiri, pemakaian laksatif yang berulang, atau pemakaian diuretika),
puasa, atau latihan yang berat. Namun pasien bulimia nervosa mampu
mempertahankan berat badan yang normal.
123. DSM-IV membagikan Bulimia nervosa dalam dua bentuk
yaitu purging dannonpurging. Pada tipe purging, individu tersebut memuntahkan
kembali makanan secara sengaja. Dilakukan dengan menusukkan jari ke tenggorokan,
atau dengan menggunakan obat-obatan laksatif, obat pencahar, maupun obat-obatan
lain. Tujuannya agar makanan tidak sempat dicerna oleh tubuh sehingga tidak
menambah berat badan. Pada tipe nonpurging, individu tersebut menggunakan cara
lain selain cara yang digunakan pada tipe purging, seperti berpuasa atau berolahraga
secara berlebihan. Tujuannya agar energi yang dihasilkan dari makanan dapat
langsung dibakar dan habis. Menurut kriteria diagnostik dalam Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat ( DSM-IV), pesta makan dan
perilaku kompensasi harus terjadi dengan rata-rata sekurangnya dua kali seminggu
selama tiga bulan.
124. EPIDEMIOLOGI
125. Bullimia nervosa lebih sering ditemukan pada wanita di bandingkan pada laki-
laki, Diperkirakan bulimia nervosa terjadi pada sekitar satu sampai tiga persen pada
wanita muda. Onsetnya lebih sering pada masa remaja atau pada masa dewasa
muda. Banyak penderita bulimia nervosa memiliki berat badan yang normal dan
kelihatannya tidak ada masalah yang berarti dalam hidupnya. Biasanya mereka orang-
orang yang kelihatannya sehat, sukses di bidangnya dan cenderung perfeksionis.
Namun, dibalik itu, mereka memiliki rasa percaya diri yang rendah dan sering
mengalami depresi. Mereka juga menunjukkan tingkah laku kompulsif, misalnya,
mengutil di pasar swalayan, atau mengalami ketergantungan pada alkohol atau
lainnya.
126. Prevalensi bulimia nervosa untuk wanita di Amerika Serikat adalah 2%
sampai 3%, namun dapat mencapai 10% pada populasi yang rentan, seperti perguruan
tinggi yang khusus untuk wanita. Gejala yang kadang ditemukan pada bullimia
nervosa, seperti episode pesta makan dan mencahar yang terisolasi, telah dilaporkan
pada hampir 40 persen wanita perguruan tinggi. Kejadian ada pria hanya
sepersepuluh dari wanita. Secara demografis, sebagian besar pasien dengan bulimia
nervosa masih lajang, berpendidikan perguruan tinggi, dan dipertengahan usia 20
tahunan. Namun, kebanyakan pasien mulai mengalami gejala
bulimia nervosa selama masa pubertas. Bulimia terjadi pada 2,3% perempuan kulit
putih, dan 0,40% pada wanita kulit hitam. Faktor risiko untuk bulimia
nervosa meliputi pelecehan seksual saat anak-anak, homoseksualitas laki-laki, tinggal
sendirian,tinggal di asrama mahasiswi, kontrol glikemik diabetes yang buruk,perasaan
rendah diri, diet, keterlibatan dengan atletik, pekerjaan yang berfokus pada berat
badan. Pasien dengan faktor-faktor risiko atau pada populasi berisiko tinggi untuk
terkena gangguan ini, harus segera menjalani skrining
127. Banyak penderita bulimia nervosa memiliki berat badan yang normal dan
kelihatannya tidak ada masalah yang berarti dalam hidupnya. Biasanya mereka orang-
orang yang kelihatannya sehat, sukses di bidangnya dan cenderung perfeksionis.
Namun, dibalik itu, mereka memiliki rasa percaya diri yang rendah dan sering
mengalami depresi. Mereka juga menunjukkan tingkah laku kompulsif, misalnya,
mengutil di pasar swalayan, atau mengalami ketergantungan pada alkohol atau
lainnya.
128. Bullimia nervosa sering terjadi pada orang dengan angka gangguan mood dan
gangguan pengendalian impuls yang tinggi. Juga telah dilaporkan terjadi pada orang
yang memiliki resiko gangguan berhubungan dengan zat dan gangguan kepribadian,
memiliki angka gangguan kecemasan dan gangguan dissosiatif yang meningkat dan
riwayat penyiksaan seksual.
129. ETIOLOGI
130. Faktor genetik, Pada umumnya para peneliti percaya bahwa faktor
hereditas berpengaruh terhadap gangguan pola makan. Neurotransmitter tertentu,
suatu senyawa kimia yang menghantarkan impuls syaraf, pada orang yang bulimia
kadarnya tidak normal sehingga para peneliti ini beranggapan ada kelainan pada
sistem syaraf pusat yang dapat dipengaruhi oleh faktor genetik. Neurotransmitter yang
abnormal tersebut adalah serotonin, yang juga dipercaya sebagai neurotransmitter
yang berhubungan dengan gangguan mood. Penelitian terhadap kembar identik dan
kembar fraternal membuktikan bahwa prilaku gangguan pola makan pada kembar
identik lebih besar kemungkinan terjadinya dibandingkan kembar fraternal. Hal itu
disebabkan susunan genetik kembar identik sama dibandingkan kembar fraternal.
131. Faktor biologis, gangguan pola makan juga dipengaruhi oleh komponen
gentika lainnya yakni neurochemistry. Para peneliti telah menemukan bahwa
neurotransmitter serotonin dan norepinefrin secara signifikan menurun pada pasien
yang menderita Anorexia dan Bulimia Nervosa akut. Neurotransmitter ini akan
berfungsi secara abnormal pada penderita depresi. Hal ini membuktikan bahwa ada
hubungan antara dua gangguan tersebut. Disamping menciptakan rasa kepuasan fisik
dan emosi, neurotransmitter serotonin juga menghasilkan efek kurang nafsu makan.
Bahan kimia otak juga telah diteliti pengaruhnya terhadap gangguan pola makan.
Ditandai dengan meningkatnya kadar hormon vasopressin dan kortisol. Kedua
hormone ini secara normal di keluarkan sebagai respon terhadap stress yang dialami
oleh penderita tersebut. Pada penelitian lain ditemukan bahwa tingginya level
neuropeptida dan peptide juga berpengaruh terhadap penderita Bulimia. Kedua
hormon tersebut menyebabkan rangsangan untuk makan pada uji coba binatang.
Kadar hormone.
132. Faktor sosiokultural. Pasien dengan bulimia nervosa, seperti pasien dengan
anoreksia nervosa, cenderung mereka yang memiliki kedudukan tinggi dan perlu
berespon terhadap tekanan sosial untuk menjadi kurus. Banyak pasien bulimia
nervosa adalah pasien terdepresi dan memiliki depresi familial yang tinggi hal ini
disebabkan olehorang tua yang mengikutsertakan anaknya dalam kegiatan yang
mengharuskan pengontrolan berat badan yang ketat seperti balet, senam, modeling
dapat sebagai faktor risiko timbulnya bulimia nervosa. Faktor sosiokultural
merupakan salah satu faktor yang cukup besar pengaruhnya terhadap timbulnya
kelainan ini. Kita tahu bahwa makanan yang banyak beredar serta disukai oleh banyak
orang pada masa ini adalah makanan seperti roti-roti, fast food, es krim, pizza yang
merupakan karbohidrat olahan. Setelah diteliti, mereka yang mengkonsumsi makanan
ini, kadar serotonin dalam darah mereka meningkat sementara hingga 450 %. Coba
lihat juga makanan yang ditawarkan oleh berbagai gerai makanan yang ada di pusat
perbelanjaan, sebagian besar merupakan makanan karbohidrat olahan. Itulah salah
satu alasan kenapa di negara-negara maju angka kejadian bulimia pada gadis remaja
atau wanita muda nya cukup tinggi. Berbeda dengan mereka yang tinggal di negara
berkembang, yang pola konsumerisme berbeda, pola makan juga berbeda. Di negara
berkembang, orang lebih banyak mengkonsumsi makanan berkarbohidrat bukan
olahan -nasi, sayur, buah- yang efeknya jauh lebih rendah dalam meningkatkan
serotonin dalam darah. Tapi kalau di negara berkembang yang mall-mall nya juga
berkembang pesat, berarti perlu diteliti lebih lanjut tentang kejadian bulimia
nervosanya.
133. Faktor psikologis. Pasien dengan bullimia nervosa memiliki kesulitan dengan
kebutuhan remaja, tetapi pasien bulimia nervosa lebih mengungkapkan, marah, dan
impulsif dibandingkan pasien anoreksia nervosa. Ketegantungan alkohol, mencuri di
toko, dan labilitas emosional (termasuk usaha bunuh diri) adalah berhubungan dengan
bulimia nervosa. Pasien bulimia nervosa biasanya merasakan makan yang tidak
terkendali yang dilakukannya sebagai ego-distonik dibandingkan pasien dengan
anoreksia nervosa sehingga pasien dengan bulimia nervosa lebih cepat mencari
bantuan.
134. Beberapa referensi membagi etiologi dalam beberapa model:
135. 1. Model adikasi : Bulimia Nervosa diyakini sebagai adiksi terhadap makanan
dan tingkah laku. Hal ini berhubungan dengan pengobatan bulimia Nervosa yang
menekan kan pada penghentian, dukungan sosial dan mencegah kekambuhan, dimana
metode ini mirip dengan pengobatan adiksi terhadap alcohol maupun obat-obatan
2. Model keluarga : Gangguan makan pada remaja berhubungan dengan system
interaksi antara keluarga. Oleh karena itu fokus pengobatan penderita bulimia nervosa
adalah disfungsi interaksi dalam keluarga. Penderita bulimia nervosa pada umumnya
memiliki riwayat kekerasan fisik maupun seksual semasa kanak-kanak
3. Model sosial budaya : Publikasi media tentang hubungan antara tubuh yang
langsing dengan karier yang sukses telah merangsang para remaja untuk melakukan
diet supaya tubuhnya menjadi langsing. Banyak remaja yang gagal mencapai
keaadaan ini dan akhirnya menjadi penderita bulimia nervosa
4. Model kognitif dan tingkah laku : Bulimia nervosa merupakan implementasi
tingkah laku yang irasional tentang bentuk tubuh, berat badan, diet dan kepercayaan
diri. Fokus pengobatan adalah mengidentifikasi disfungsi ini dan membantu
menumbuhkan keyakinan yang rasional. Penderita diberikan jadwal makan yang jelas
dan teratur
5. Model psikodinamik : Bulimia nervosa merupakan usaha untuk mengendalikan
atau menghindari dampak perasaan yang tertekan, implusif dan kecemasan.
Pengobatan psikodinamik adalah mencari proses yang mendasari penderita bulimia
nervosa terutama gambaran psikososialnya.
6. Faktor yang berperan :
Faktor psikososial : Berupa perkembangan individu, dinamika keluarga, tekanan
sosial untuk berpenampilan kurus serta perjuangan untuk mendapatkan identitas diri
Faktor genetik : Adanya bukti bahwa bulimia banyak didapat pada penderita dengan
riwayat keluarga gangguan depresi dan kecemasan, serta lebih banyak pada kembar
monozigot dibandingkan dizigot
Faktor biologik : Berdasarkan studi ditemukan fakta bahwa genetik, hormon dan
bahan kimia yang terdapat di otak berpengaruh terhadap efek perkembangan dan
pemulihan bulimia
Faktor budaya : Kebanyakan orang menilai bahwa cantik identik dengan kurus dan
terkadang kondisi tersebut menjadi suatu tuntutan kerja. Anggapan ini pun menjadi
budaya yang berkembang di masyarakat
Perasaan pribadi : Penderita bulimia senantiasa berputus asa terhadap dirinya
sendiri, tidak percaya diri sehingga mereka diet dengan cara menggunakan pil diet
bahkan memuntahkan makanan. Penilaian orang terhadapa dirinya menyebabkan
kecemasan dan tekanan yang dapat menyebabkan stress sehingga untuk mengatasinya
mereka cenderung ke arah bulimia
136. KLASIFIKASI
137. Bulimia Nervosa-Purging Type : Tipe yang memuntahkan kembali makanan
setelah sangat kenyang (menggunakan purging medications). Dilakukan dengan
menusukkan jari ke tenggorokan, atau dengan menggunakan obat-obatan laksatif,
obat pencahar, maupun obat-obatan lain. Tujuannya agar makanan tidak sempat
dicerna oleh tubuh sehingga tidak menambah berat badan
Bulimia Nervosa-Non Purging Type : Penderita berolahraga berlebihan setelah
makan atau berpuasa untuk mengontrol berat badan, namun tidak muncul purging
behaviors. Tujuannya agar energi yang dihasilkan dari makanan dapat langsung
dibakar dan habis
138. KRITERIA DIAGNOSIS DAN GEJALA KLINIS
139. Tanda yang nampak pada orang bulimia nervosa
140. Makan Banyak berkelanjutan
Menguruskan badan dengan diet berlebihan, puasa, latihan berlebihan atau
memuntahkan kembali
Memaksakan diri secara berlebihan untuk kurus
Secara berkelanjutan masuk ke kamar mandi setelah makan
Jari-jari memerah
Pipi lembam
Selalu mengukur diri dengan bentuk badan dan berat badan
Depresi atau emosi tidak stabil
Periode menstruasi yang tidak umum
Gigi bermasalah, seperti gigi bolong
Mulas-mulas
141. Kriteria diagnostik dari bulimia nervosa berdasarkan DSM IV, Diagnostic
and Kriteria Statistical Disorders, ec.4.
142. A. Episode rekuren pesta makan. Episode pesta makan ditandai oleh kedua hal
berikut ini
143. i. makan, dalam periode waktu tertentu (misalnya dalam 2 jam), jumlah makan
jauh lebih besar daripada yang dimakan kebanyakan orang pada waktu dan situasi
yang serupa.
144. ii. Perasaan hilang kendali terhadap makan selama episode tersebut (misalnya
merasa tidak dapat menghentikan makan atau mengendalikan apa atau berapa banyak
yang dimakannya).
145. B. Perilaku kompensasi yang relevan yang tidak layak untuk mencegah
kenaikan berat badan, seperti muntah diinduksikan sendiri, penyalahgunaan laksatif,
enema, atau medika lain, puasa, atau olahraga berat.
146. C. Pesta makan dan perilaku kompensasi yang tidak sesuai, keduanya terjadi
dengan rata-rata sekurangnya dua kali dalam seminggu selama 3 bulan.
147. D. Pemeriksaan diri sendiri terlalu dipengaruhi oleh bentuk dan berat badan.
148. E. Gangguan tidak terjadi semata mata selama episode anoreksia nervosa.
149. Gejala gejala bulimia nervosa yaitu :
150. - Makan dalam jumlah yang berlebihan.
151. - Terobsesi dengan makanan dan kalori.
152. - Melakukan perangsangan muntah dan cuci perut.
153. - Sering menghilang ke kamar mandi bila selesai makan, untuk mengeluarkan
makanan makanan yang telah ditelan.
154. - Bersikap penuh rahasia.
155. - Merasa kehilangan kontrol.
156. Menurut DSM-IV, ciri penting dari bulimia nervosa adalah episode rekuren
pesta makan; suatu perasaan tidak adanya pengendalian terhadap makan selama pesta
makan; muntah yang diinduksi sendiri, penyalahgunaan laksatif atau diuretik,
berpuasa, atau latihan berlebihan untuk mencegah kenaikan berat badan; dan
penilaian diri sendiri yang persisten yang terlalu dipengaruhi oleh bentuk dan berat
badan. Pesta makan biasanya mendahului muntah dengan kira-kira satu tahun.
157. Muntah adalah sering terjadi dan biasanya diinduksi dengan memasukkan jari
ke dalam tenggorokan, walaupun beberapa pasien mampu untuk muntah atas
kehendaknya sendiri. Muntah menurunkan nyeri abdomen dan perasaan penuh dan
memungkinkan pasien terus makan tanpa takut akan mengalami kenaikan berat
badan. Depresi sering kali mengikuti episode dan disebut penderitaan setelah pesta
makan (postbinge anguish). Selama pesta makannya pasien makan makanan yang
manis, tinggi kalori, dan biasanya lembut atau lunak, seperti cake dan kue kering.
Makanan dimakan secara sembunyi-sembunyi dan secara cepat, dan kadang-kadang
tidak dikunyah.
158. Sebagian besar pasien bulimia nervosa adalah dalam rentang berat badan yang
normal, tetapi beberapa pasien khawatir terhadap citra tubuh dan penampilannya,
khawatir terhadap tanggapan orang lain terhadap dirinya, dan khawatir terhadap daya
tarik seksualnya. Sebagian besar pasien bulimia nervosa adalah aktif secara seksual,
dibandingkan dengan pasien anoreksia nervosa. Pika dan perebutan selama makan
kadang-kadang ditemukan dalam riwayat pasien bulimia nervosa.
159. Mirip dengan anoreksia nervosa, orang yang menderita bulima nervosa juga
mempunyai penyakit psikologis seperti depresi, ansietas dan/atau permasalahan
penyalahgunaan zat. Kebanyakan kondisi fisik adalah akibat dari aspek penyingkiran
penyakit, termasuklah ketidakseimbangan elektrolit, masalah gastrointestinal, dan
masalah berkaitan dengan rongga mulut dan gigi.
160. Kuisioner (BITE) adalah tes singkat untuk deteksi dan deskripsi bulimia
nervosa. BITE ini terdiri dari satu set 33 pertanyaan (30 ya / tidak jenis dan 3
penilaian respon) yang secara bersamaan menilai kehadiran dan relatif keparahan
gangguan makan. BITE ini dibagi menjadi 2 bagian, skala gejala dan skala
keparahan. Skala gejala terdiri dari 30 pertanyaan ya / tidak, 1 poin diberikan untuk
setiap jawaban ya, dan skor 20 atau lebih mengindikasikan gangguan makan. 3
pertanyaan lain(respon) membentuk skala keparahan dan meminta pasien untuk
menilai frekuensi tindakan mereka. Skor 5 atau lebih pada bagian ini dianggap
signifikan secara klinis, dan skor 10 atau lebih dianggap parah. BITE mengambil rata-
rata 10 menit untuk menyelesaikan dan dapat segera dicetak oleh praktisi. Meskipun
tidak dimaksudkan untuk skrining dalam perawatan primer, instrumen ini dapat
digunakan untuk melacak tingkat keparahan penyakit pada pasien.
161. Gejala lain yang terkait termasuklah inflamasi kronis dan sakit tenggorokan,
pembengkakan kelenjar di leher dan di bawah rahang, robekan enamel gigi dan
meningkatnya kepekaan dan kerusakan gigi akibat daripada pemaparan terhadap asam
perut, penyakit refluks gastroesofagus, intestinal distress dan iritasi akibat
penyalahgunaan obat cuci perut, masalah pada ginjal akibat penyalahgunaan obat
diuretik, dan dehidrasi berat karena kekurangan cairan dari tubuh.
162. Gangguan mood adalah sering pada pasien dengan bulimia nervosa dan
simptom cemas dan tegang (tension) sering dialami. Kebanyakan pasien dengan
bulimia nervosa mengalami depresi ringan dana sesetengah mengalami gangguan
mood dan perilaku yang serius seperti cobaan membunuh diri dan penyalahgunaan
alkohol dan obat-obatan terlarang. Biasanya, pasien dengan bulimia nervosa merasa
malu dengan perbuatannya sendiri dan cenderung untuk merahasiakannya dari
keluarga dan teman-teman.
163. PEMERIKSAAN
164. Pemeriksaan fisik dapat memberikan petunjuk penting menunjukkan adanya
bulimia nervosa, terutama untuk menyingkirkan subtipe gangguan tersebut. Pada
pemeriksaan, dokter mungkin mencari tanda-tanda komplikasi medis disebutkan
sebelumnya, termasuk erosi gigi, jaringan parut atau abrasi pada kuku-kuku jari, dan
kelenjar parotis bengkak.
1

165. Penyedia layanan kesehatan primer harus mempertimbangkan penggunaan tes
laboratorium di kedua evaluasi diagnostik dan tindak lanjut. Untuk pasien kurus,
pasien dengan dicurigai bulimia nervosa tetapi membantah, dan pasien dengan gejala
fisik dan tanda-tanda yang muncul, tes laboratorium mungkin berguna untuk
mengesampingkan gangguan lain atau juga dapat mendiagnosa positif bulimia
nervosa. Meskipun tidak ada panel standar dari tes yang dijelaskan, jumlah elektrolit
serum dan urin, penilaian asam-basa, dan tingkat fosfor harus diperoleh dari pasien
kurus baik saat diagnosis atau saat tindak lanjut. Monitoring elektrokardiogram harus
dilakukan pada pasien bulimia dengan kelainan elektrolit, jantung berdebar, nyeri
dada, atau berat badan rendah. Pasien bulimia dengan setidaknya dengan riwayat 5
bulan berat badan rendah atau anoreksia harus dilakukan penilaian kepadatan tulang.
Pengujian lain, seperti endoskopi GI atas atau bagian lebih rendah, harus
dipertimbangkan, tergantung pada konstelasi gejala dan tanda. Misalnya, kondisi lain
yang dapat bermanifestasi dengan gejala GI termasuk penyakit radang usus, celiac
sprue, dan irritabel bowl sindrom.
166. Para penderita bulimia dengan berat badan normal atau overweight (gemuk)
mungkin tidak memiliki kelainan laboratorium yang signifikan. Kelainan
laboratorium menjadi lebih umum dengan penurunan berat badan dan meningkatkan
keparahan perilaku (membersihkan). Tingkat elektrolit yang paling mungkin akan
terpengaruh.
167. Hipokalemia, hypochloremia, hiperfosfatemia, dan alkalosis metabolik adalah
umum, terutama bulimia dengan berat badan yang rendah. Tingkat keparahan
hipokalemia dan hypochloremia secara langsung berkaitan dengan jumlah dan
pengalaman pasien dalam membersihkan, terutama yang melibatkan diuretik,
pencahar, dan muntah berulang-ulang. Sebuah studi kasus-kontrol terbaru
menyarankan bahwa rasio natrium urin untuk klorida urin adalah prediktor terbaik
untuk perilaku bulimia. Kehadiran alkalosis metabolik dan hiperfosfatemia
meningkatkan kecurigaan adanya muntah diam-diam yang dilakukan pasien.
Meskipun kadar kalium serum telah dianggap sebagai penanda yang baik untuk
pasien dengan perilaku bulimia, frekuensi yang relatif (4,1% menjadi 13,7%) dari
hipokalemia yang signifikan pada bulimia menurunkan sensitifitasnya sebagai test
skrining.
168. Gambaran keseluruhan laboratorium pasien tergantung pada mekanisme
kompensasi. Pasien yang pembersihannya dengan muntah dapat datang dengan
alkalosis metabolik (peningkatan kadar bikarbonat serum) karena kontraksi volume.
Namun, pasien pembersihannya dengan menyalahgunakan obat pencahar dapat
datang dengan asidosis metabolik (penurunan kadar bikarbonat serum) karena
kehilangan cairan alkali dari usus. Pasien menggunakan lebih dari satu mekanisme
pembersihan dapat menampilkan temuan campuran asam-basa. Ketidakseimbangan
elektrolit memberikan kontribusi kelemahan, kelelahan, dan pada kasus berat, dapat
menyebabkan aritmia jantung dan kematian mendadak pada pasien.
169. Penentuan amilase serum dapat membantu untuk mendiagnosis dan memantau
bulimia nervosa. Tingkat amilase tinggi mungkin menunjukkan bahwa pasien telah
muntah. Dalam beberapa kasus, maka akan diperlukan untuk menyingkirkan
penyebab organik kadar amilase tinggi atau muntah, seperti pankreatitis. Ketika
difraksinasi menjadi komponen-komponen serum dan saliva, peningkatannya
terkadang tidak proporsional, dengan amilase saliva tinggi melebihi amilase pankreas
pada pasien yang telah muntah. Karena itu tes difraksinasi mungkin bermanfaat untuk
digunakan sebagai alat bantu diagnostik dalam kasus dimana muntah ditolak dan
memonitor terus muntah pada pasien yang menjalani pengobatan.
170. DIAGNOSIS BANDING
171. Diagnosis bulimia nervosa tidak dapat dibuat jika perilaku pesta makan dan
mencahar terjadi semata-mata selama episode anoreksia nervosa. Pada kasus tersebut
diagnosis adalah anoreksia nervosa, tipe pesta makan/mencahar.
172. Klinisi harus memastikan bahwa pasien tidak menderita penyakit neurologis,
seperti kejang ekuivalen-epileptik, sindrom Kluver-Bucy, atau sindrom Kleine-Levin.
Sindrome Kleine Levin terdiri dari hipesomnia periodik yang berlangsung dua sampai
tiga minggu dan hiperfagia, seperti pada bulimia nervosa, onset biasanya selama masa
remaja.
173. 1. Sindroma Kluver-Bucy
174. Ciri patologis yang dimanifestasikan oleh sindroma Kluver-Bucy adalah
agnosia visual, menjilat dan menggigit yang kompulsif, memeriksa objek dengan
mulut, ketidakmampuan mengenali tiap stimulus, plasiditas, perubahan perilaku
seksual (hiperseksualitas), dan perubahan kebiasaan makan, khususnya hiperfagia.
175. 2. Sindroma Kleine-Levin
176. Sindroma Kleine-Levin terdiri dari hipersomnia periodic yang berlangsung
dua sampai tiga minggu atau hiperfagia seperti pada bullimia nervosa. Onset biasanya
selama masa remaja. Sindroma lebih sering pada laki-laki dibandingkan wanita.
Pasien dengan gangguan kepribadian ambang kadang-kadang pesta makan, tetapi
makan adalah disertai dengan tanda lain dari gangguan.
177. TERAPI
178. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kelainan dalam pola
makan seperti kelainan genetik, tekanan sosial untuk menjadi langsing, tekanan dari
teman sebaya, dan lain-lain. Penerimaan dari lingkungan merupakan langkah awal
penyembuhan kelainan bulimia. Kebanyakan penderita tetap tinggal dalam
penyangkalan dan menolak untuk ditolong. Langkah penyembuhan lain adalah
dengan melakukan psikoterapi pada penderita, keluarga maupun lingkungan tempat
penderita berasal. Pemberian obat, termasuk antidepresan, kadang-kadang dibutuhkan
dalam situasi tertentu. Terapi gizi juga penting sebagai asupan vitamin dan mineral
bagi penderita. Namun jika langkah-langkah tersebut tidak membawa hasil, satu-
satunya cara yaitu dengan membawa penderita ke rumah sakit untuk diopname,
terutama bagi penderita anoreksia. Itu dilakukan jika berat badan penderita menurun
hingga 25% dari berat normal atau jika organ-organ vital dalam tubuh mengalami
cedera. Ingatlah bahwa pola makan sehat adalah cara hidup yang terbaik. Jangan
biarkan diri kita di bawah tekanan sosial atau teman sebaya. Satu lagi yang terpenting,
tetaplah percaya diri sebab nilai personaliti kita tidak ditentukan oleh seberapa kurus
atau gemuknya tubuh kita.
179. Terapi bulimia nervosa terdiri dari berbagai intervensi, termasuk Psikotherapi
individual dengan pandekatan kognitif perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga dan
farmakoterapi.
180. Terapi CBT ( Cognitive behavioral therapy) merupakan terapi psikologis
yang memiliki tujuan menstop makanan yang berlebihan yang dapat menyebabkan
muntah dan mengubah sikap pasien terhadap makanan. Metode CBT memiliki
3 fase yang memerlukan waktu khusus dalam 20 minggu terapi fase pertama,
pasien diajarkan tentang bulimia nervosa yaitu faktor-faktor yang menyebabkan
penyakit ini diantaranya tindakan pengaturan frekuensi dan pola makan dengan cara
menghindari makanan yang sebanyak banyaknya atau pengetahuan
tentang purging pada sesi terapi ini. Pada fase kedua, pasien diajarkan dalam
kebebasan memilih makanan dan diberi tambahan waktu untuk memperbaiki
makanan disfungsional dalam tubuh dan pola pikirnya. Pada fase ketiga, tujuannya
ialah maintenance dan mencegah kekambuhan. Pada terapi CBT (Cognitive
behavioral therapy) di dapatkan 45 % pasien berhenti bingeing and purging dan 35 %
tidak lagi memenuhi kriteria bulimia nervosa. Pada 31 %- 44% pasien mengalami
kekambuhan dalam waktu 4 bulan setelah terapi CBT (Cognitive behavioral therapy).
kekambuhan ini diduga akibat motivasi rendah selama terapi dan makanan yang
terlalu khusus yang menyebabkan peningkatan frequensi muntah sebelum terapi.
181. Psikoterapi
Ada tiga langkah mengatasi Bulimia Nervosa, yaitu :
1. Memberi kepercayaan kepada pasien sehingga pasien mau bekerjasama dalam
pengobatan.
2. Menghentikan kebiasaan makan yang salah dan episode muntah serta diare.
3. Mempertahankan dan mendorong pasien kepada kondisi yang lebih baik, oleh
karena kambuh kembali sangat besar.
1). Memastikan kerjasama dari pasien.
Pasien bulimia nervosa biasanya terlihat begitu antusias untuk menjalankan
pengobatan. Namun kenyataannya dia cenderung menggunakan caranya sendiri dan
tetap berusaha mempertahankan kebiasaannya. Jadi sebelum pengobatan sang dokter
harus memberikan kepercayaan dan meyakinkan pasien tentang pengobatan yang
akan dijalaninya.
2). Mengontrol kebiasaan makan dan muntah yang dibuatnya sendiri.
Hal ini dapat dilakukan dengan membatasi jumlah dan jenis makanan pasien bulimia
nervosa. Namun sedikit sulit bila pasien tinggal dirumah tanpa pengawasan.
3). Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan keadaan yang sudah
membaik :
Setelah pengobatan biasanya pasien akan mengulangi kebiasaannya untuk makan lagi,
maka kita jangan menentangnya, tapi kita anggap bahwa hal itu merupakan respon
yang fisiologis.
Agar pasien mau makan, maka kita katakana kepadanya bahwa rasa lapar yang timbul
itu, karena tubuhnya memerlukan nutrisi.
Kalau pengobatan berhasil, maka pasien akan mengurangi ketergantungan terhadap
kebiasaan jeleknya dan gejala depresinya akan teratasi, ini dapat berlangsung untuk
beberapa bulan. Oleh karena kebiasaan makan yang jelek pada bulimua nervosa ini
mudah berulang kembali, maka pengobatan yang paling efektif adalah dengan
memberikan rasa percaya diri kepada pasien terhadap penampilan dan berat
badannya.
182. Terapi Farmakologi
183. Untuk penderita bulimia umumnya diberikan obat-obatan jenis antidepresan
bersama dengan pengobatan psikoterapi. Obat yang diberikan umumnya dari jenis
trisiklik seperti imipramine (dengan merek dagang Tofranil) dan desipramine
hydrochloride (Norpramin); atau jenis selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs)
seperti fluoxetine (Antiprestin, Courage, Kalxetin, Nopres, dan Prozac), sertraline
(Zoloft), dan paroxetine (Seroxat) Medikasi antidepresan dapat menurunkan pesta
makan dan mencahar terlepas dari adanya suatu gangguan mood. Jadi, untuk siklus
pesta makan dan mencahar yang sukar yang tidak responsif terhadap psikoterapi saja,
antidepresan telah digunakan dengan berhasil. Imipramine (tofranil), desipramine
(Norpramin), trazodone (desyrel), dan inhibitor monoamin oksidas telah membantu.
Fluoxetine (Prozac) juga menjanjikan sebagai terapi yang efektif. Obat fluoxetine
dengan dosis 60 mg / hari yang mempunyai efek dapat menurukan respon muntah dan
memperbaiki gangguan makan. Fluoxetine dilaporkan dapat menurunkan respon
muntah dan memperbaiki gangguan makanan dalam 4 minggu terapi. Penggunaan
terapi fluoxetine selama 1 tahun di laporkan dapat menurunkan kekambuhan dan
efeknya lebih tinggi dari pada placebo. Berbagai kasus 5 pasien kurus dengan
gangguan makan dilaporkan bahwa sertraline memiliki efek dapat memulihkan berat
badan dan mengurangi gangguan makan. Pada citalopram memiliki efek dalam
mengobati gangguan makan. Sedangkan pada milnacipran, obat anti depresan, kedua
serotonergik dan noradrenergic mempunyai efek dalam menguangi gejala bulimia
pada beberapa kasus yg tidak tertangani. Tetapi sampai saat ini hanya fluoksetin,
yang merupakan satu-satunya obat yang dibenrkan Oleh U.S food and Drug
Administration sebagai terapi Bulimia Nervosa.
184. Pemberian kombinasi CBT dengan obat fluoxetine terbukti lebih unggul dari
pada pemberian CBT saja atau Obat fluoxetine saja. Yang bila kedua pengobatan
dikombinasi memiliki efek menurunkan frekuensi dan keparahan muntah serta dapat
mengurangi gangguan makan, pada penelitian terbaru di laporkan pasien yang sudah
di terapi dengan kombinasi CBT dan obat fluoxetine dapat memperbaiki
penyusesuaian dalam lingkungan sosial yang lebih baik hingga 10 tahun setelah
menerima terapi kombinasi tersebut bila dibandingkan dgn terapi bulimia yg
menggunakan placebo. Pada pasien yang tidak berespon pada terapi CBT, fluoxetine
telah terbukti efektif dalam mengurangi gejala bulimia.

Mengingat penelitian ini,
pengobatan saat ini yang digunakan untuk terapi bulimia nervosa terdiri dari rawat
jalan berbasis CBT dan terapi fluoxetine.
185. Terapi nutrisi
186. Ahli gizi dapat mengatur jadwal makan, memberikan penjelasan
mengenai tujuan terapi nutrisi, pentingnya diet sehat dan akibat buruk dari pola
makan yang salah terhadap kesehatan. Pengaturan diet untuk penderita bulimia
nervosa dilakukan secara bertahap tergantung tingkat keparahan serta ada tidaknya
komplikasi dengan penyakit penyerta. Kebutuhan energi disesuaikan dengan umur
dan jenis kelamin, dihitung berdasarkan berat badan ideal, bukan berat badan yang
sebenarnya. Selain dengan pengaturan makan yang sehat dan berimbang diperlukan
juga olahraga secara tepat dan teratur. Olahraga yang teratur dapat menormalkan
kembali kerja kelenjar yang abnormal sehingga akan diperoleh kadar serotonin yang
sesuai dengan kebutuhan penderita.
187. Berikut adalah usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk
mempertahankan keadaan yang sudah membaik
188. Setelah pengobatan biasanya pasien akan mengulangi kebiasaannya
untuk makan lagi, maka kita jangan menentangnya, tapi kita anggap bahwa hal itu
merupakan respon yang fisiologis.
189. Agar pasien mau makan, maka kita katakana kepadanya bahwa rasa
lapar yang timbul itu, karena tubuhnya memerlukan nutrisi.
190. Kalau pengobatan berhasil, maka pasien akan mengurangi
ketergantungan terhadap kebiasaan jeleknya dan gejala depresinya akan teratasi, ini
dapat berlangsung untuk beberapa bulan. Oleh karena kebiasaan makan yang jelek
pada bulimua nervosa ini mudah berulang kembali, maka pengobatan yang paling
efektif adalah dengan memberikan rasa paercaya diri kepada pasien terhadap
penampilan dan berat badannya.
191. Primary care, dokter seharusnya mempertimbangkan dalam merujuk pasien
ke perawatan lebih khusus pada pasien gangguan makanan yang persistent, gangguan
psikis, perilaku yang merugikan diri sendiri atau keinginan bunuh diri.
192. DAMPAK BULIMIA NERVOSA
1. Fisik
Kehilangan selera makan, hingga tidak mau mengkonsumsi makanan apapun
Luka pada tenggorokan dan infeksi saluran pencernaan akibat terlalu sering
memuntahkan makanan
Lemah, tidak bertenaga
Sulit berkonsentrasi.gangguan menstruasi
Kematian
Erosi dan lubang pada gigi serta penyakit gusi
Dehidrasi
Iritasi dan pembengkakan tenggorokan
Pembengkakan pada pipi
Rambut rontok dan kulit kering
Masalah pencernaan
193. 2. Psikologis
Perasaan tidak berharga
Sensitif, mudah tersinggung, mudah marah
Mudah merasa bersalah
Kehilangan minat untuk berinteraksi dengan orang lain
Tidak percaya diri, canggung berhadapan dengan orang banyak
Cenderung berbohong untuk menutupi perilaku makannya
Minta perhatian orang lain
Depresi (sedih terus menerus)
194. PENCEGAHAN
195. Program pencegahan primer : Pencegahan ini langsung ditujukan pada
populasi berisiko tinggi seperti murid wanita SMP untuk mencegah timbulnya
gangguan makan pada mereka yang asimtomatik. Pencegahan yang dilakukan dapat
berupa program pendidikan mengenai sikap dan prilaku terhadap remaja
Program pencegahan sekunder : Pencegahan ini bertujuan untuk deteksi dan
intervensi dini, dengan memberikan pendidikan pada petugas kesehatan di pusat
pelayanan kesehatan primer
196. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan mengamati
ada-tidaknya gejala pada keluarga maupun orang-orang terdekat. Ketika beberapa
gejala ditemui dapat dilakukan pendekatan secara interpersonal, berempati dan
mendorong untuk makan dan berolahraga secara normal, serta memberitahukan
dampak negatif bulimia. penderita bulimia tidak dapat sembuh dengan sendirinya oleh
karena itu tindakan pertolongan yang harus segera diberikan yaitu disarankan untuk
berkonsultasi langsung ke para ahli kesehatan. Secara umum penderita penyakit ini
jarang hingga perlu dirawat di rumah sakit, kecuali keadaannya sudah terjadi
komplikasi yang parah. Pengobatan pun akan berbeda antar orang. Kesesuaian dengan
seseorang belum tentu akan sesuai pula dengan orang lain. Selama pengobatannya
diperlukan kelompok terapis dari berbagai keahlian, yang dapat membantu pasien
dalam menghadapi masalah medis, psikologis, dan gizi. Pencegahan terjadinya
bulimia nervosa terdiri atas dua bagian :
197. 1. Program pencegahan primer
198. Pencegahan ini langsung ditujukan pada populasi berisiko tinggi
seperti murid wanita SMP untuk mencegah timbulnya gangguan makan pada mereka
yang asimtomatik. Pencegahan yang dilakukan dapat berupa program pendidikan
mengenai sikap dan prilaku terhadap remaja.
2. Program pencegahan sekunder
199. Pencegahan ini bertujuan untuk deteksi dan intervensi dini, dengan
memberikan pendidikan pada petugas kesehatan di pusat pelayanan kesehatan primer.
200. Selain diatas untuk mencegah terjadinya gangguan makan berupa
bulimia nervosa dapat juga dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya:
201. 1. Rajin berkonsultasi dengan dokter
202. 2. Tingkatkan rasa percaya diri
203. 3. Tingkatkan dinamika lingkungan. Usahakan agar tercipta suasana yang
nyaman dan kondusif di lingkungan keluarga atau pekerjaan
204. 4. Bersikap realistis. Jangan mudah percaya pada apa yang digambarkan oleh
media tentang berat dan bentuk badan ideal
205. KOMPLIKASI MEDIS
206. Masalah dermatologi
207. Masalah dermatologi ditemukan pada pasien bulimia nervosa, walaupun
kurang dipedulikan, termasuk Russells sign : terdapat penebalan atau scar pada
punggung tangan yang disebabkan oleh penekanan jari terhadap gigi saat
menginduksi muntah, lesi tersebut bisa menjadi permanen. Tanda ini biasanya terlihat
pada stadium awal penyakit ini. Pada pasien kronis, cara menginduksi muntah
biasanya dilakukan dengan menekan abdomen. Perbuatan melukai diri sendiri
terkadang terlihat pada pasien dengan BN, contohnya menusuk diri dengan jarum,
membakar kulit dengan api rokok.
208. Masalah gastrointestinal
209. Gangguan traktus gastrointestinal bisa terjadi pada penderita bulimia, seperti
perut kembung, flatulensi, konstipasi, keterlambatan pengosongan lambung
(peristaltik menurun), GERD, Mallory Weiss tears syndrome, Rectal prolaps, dan
apabila hal ini terjadi terutama pada kaum wanita maka bulimia nervosa bisa
dijadikan differensial diagnosa. Ipeca sering digunakan oleh pasien bulimia untuk
menginduksi muntah. Namun obat ini memiliki efek samping yang cukup besar yakni
kardiomiopati. Dental enamel erosi dan gigi yang sensitif terhadap suhu panas dan
dingin pada makanan maupun minuman merupakan hal yang biasa ditemukan pada
BN. Asam lambung menyebabkan enamel menjadi lebih lembut secara
bertahap. Pasien harus diajarkan cara untuk mengurangi kerusakan enamel dengan
cara membersihkan mulut setelah muntah, yaitu dengan alkalinisasi mulut dengan
berkumur menggunakan soda kue yang dilarutkan dalam air dan menunggu selama 30
menit terlebih dahulu baru dibersihkan. Cairan panas dan dingin harus dihindari
apabila menyebabkan nyeri pada gigi. Sebaiknya berkonsultasi dengan dokter gigi,
penyakit gusi juga sering didapatkan pada pasien ini.
10

210. Kelenjar parotis dan submandibular seringkali membesar secara simetris dan
juga terasa sedikit nyeri. dan sialadenosis (non-inflamatory saliva glands
enlargement) sekitar 10-66% yang biasanya disebabkan oleh kelainan sistemik seperti
diabetes mellitus, alakoholik, anoreksia nervosa dan bullimia nervosa. Tidak seperti
anoreksia nervosa, pada bulimia nervosa tidak terjadi gangguan densitas mineral
tulang, hanya saja gangguan densitas tulang ini tergantung pada usia menarche,
amenorrhhea, dan berat badan (semakin kurus semakin beresiko). Hipertropi parotid
dan submandibular bisa terjadi akibat kebiasaan muntah, malnutrisi, dan disfungsi
autonom. Cara utama untuk mencegah terjadinya pembesaran kelenjar tersebut adalah
tidak menginduksi muntah, dengan demikian ukuran kelenjar parotis dan
submandibular akan berkurang secara perlahan dalam beberapa bulan. Terapi lain
yang bisa dilakukan adalah kompres hangat pada kelenjar tersebut, mencoba
menggunakan pilocarpin oral untuk menstimulasi pengeluaran air liur.
211. Sebagai catatan, eritema pada konjungtiva, yang seringkali disertai dengan
perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi akibat dari muntah. Hal ini terjadi karena
terjadinya elevasi pada penekanan vena saat muntah.
212. Batu empedu juga harus dipertimbangkan sebagai diagnosis diferensial pada
AN dan BN yang datang dengan keluhan muntah atau nyeri perut kuadran kanan atas.
Nyeri tersebut disebabkan oleh batu empedu, yang angka kejadiannya meningkat pada
pasien yang mengalami penurunan berat badan. USG merupakan cara untuk
menyingkirkan keberadaaan dari batu empedu tersebut.
213. Konstipasi, tidak jarang terdapat pada pasien BN. Pasien mengeluhkan perut
kembung dan susah buang air besar, sering kali pasien mengatasinya dengan
mengkonsumsi laksative. Hal tersebut justru dapat memperbukruk konstipasinya.
Tidak jarang pasien justru mengkonsumsi laksative dengan pertimbangan bahwa
dengan mengkonsumsi laksative maka berat badan akan semakin berkurang,
sedangkan laksative memiliki efek samping terhadap motilitas kolon. Secara umum,
dengan usaha pengembalian berat badan dan memperbanyak makan secara bertahap
maka usus akan mengalammi perbaikan dalam waktu 3 minggu. Penatalaksanaan
untuk konstipasi itu sendiri adalah dengan edukasi terhadap pasien agar minum air
yang banyak 6-8 gelas perhari, serat dalam jumlah yang rendah yaitu 10 gram perhari,
laktulosa jenis sintetik nonabsorbsi disakarida, 30-60 ml satu sampai dua kali perhari,
kita juga perlu mempberi tahu bahwa walaupun pemberian laktulosa tersebut berasa
sangat manis, pasien tidak perlu cemas akan penambahan kalori yang mungkin
terjadi, karena obat tersebut tidak diabsobsi.
214. Muntah yang dipaksakan dapat merusak permukaan esofagus, biasanya paling
banyak terjadi pada sambungan antara esofagus dan lambung. Kadang terdapat
muntah darah berwarna merah segar, yang dibarengi dengan isi lambung. Hal ini
disebut Boerhaaves sindrom yaitu ruptur pada dinding esofagus yang merupakan
dampak dari muntah yang dipaksakan, kondisi seperti ini jarang ditemukan, namun
sangat berbahaya.
215. Ruminative behavior merupakan regurgitasi isi lambung yang dilakukan
secara sadar, yaitu pengunyahan dan penelanan makanan, kemudian dikunyah lagi,
dan ditelan lagi, hal ini akan menyebabkan terjadinya erosi gigi, aspirasi, dan
Barretts esofagus.
216. Masalah pada jantung
217. Komplikasi jantung lebih sering terjadi pada AN dibandingkan dengan BN,
manifestasi klinis yang didapatkan berupa palpitasi yang disebabkan oleh sinus
takikardia yang merupakan efek dari hipokalemia, hipomagnesaemia, dan dehidrasi
yang terjadi.
218. Masalah Endokrin
219. Hanya setengah dari pasien bulimia yang mengalami gangguan menstruasi
termasuk amenore dan oligomenore. Wanita dengan bulimia dan gangguan menstruasi
disebabkan oleh karena gangguan release hormon gonadotropin dan leptin.
220. KOMORDIBITAS PSIKIATRI
221. Komorditas psikiatrik yang terkait dengan bulimia sangat mencolok. Pasien
bulimia ditandai dengan perfeksionis ekstrovert yang kritis terhadap diri sendiri,
impulsif, dan emosional tak terkendali. Tingkat prevalensi yang tinggi dari setiap
gangguan afektif (75%), gangguan depresi mayor (63%), dan gangguan kecemasan
(36%) telah dilaporkan. Sebagian besar pasien melaporkan bahwa presentasi awal dari
depresi atau gangguan kecemasan terjadi sebelum presentasi dari gejala
bulimia. Dengan demikian, identifikasi awal positif dari gangguan afektif atau
kecemasan dapat memberikan kesempatan untuk mencegah perkembangan gejala dan
gangguan makan, terutama di populasi berisiko tinggi.
222. Penyalahgunaan zat merupakan komorbiditas umum tambahan. Pusat Nasional
Penyalahgunaan Ketergantungan Zat di Columbia University melaporkan bahwa 30%
sampai 70% dari penderita bulimia memiliki masalah penyalahgunaan zat. Zat
penyalahgunaan meliputi tembakau, alkohol, dan obat resep dan over-the-counter,
seperti pil diet dan perangsang. Alkoholisme telah dilaporkan mempengaruhi 31%
dari penderita bulimia dan sering ditemukan dengan penyakit depresi dan gangguan
stres pasca trauma. Hubungan keluarga yang kuat juga telah diamati antara bulimia
nervosa dan alkoholisme.
1

223. Melukai diri adalah kekhawatiran untuk pasien dengan bulimia nervosa.
Dalam sebuah penelitian, 34% pasien penderita bulimia dilaporkan telah melukai diri
sendiri di suatu waktu dalam hidup mereka, dan 21,3% dilaporkan telah melukai diri
sendiri dalam 5 bulan terakhir. Pasien paling sering melukai diri sendiri dengan
memotong atau menggaruk lengan, tangan, kaki, atau wajah, dan banyak dari hasil
cedera dalam perdarahan dan jaringan parut. Pasien dengan gangguan kepribadian
yang melukai diri sendiri lebih mungkin untuk juga menderita bulimia nervosa
daripada mereka yang tidak melukai diri sendiri. Diagnosis komorbid dari bulimia
nervosa dan gangguan kepribadian telah terbukti meningkatkan risiko sering melukai
diri sendiri, yang dapat mempengaruhi tingkat usaha bunuh diri pada pasien. Pasien
bulimia paling mungkin berasal dari orangtua alkoholisme, hubungan dengan orang
tua buruk dan harapan orangtua tinggi. Meskipun gejala utama dari gangguan ini
adalah gangguan kebiasaan makan dan persepsi diri, komorbiditas signifikan
menyulitkan identifikasi dan pengobatan bulimia nervosa.
224. PROGNOSIS
225. Meskipun bulimia nervosa lebih umum dari anoreksia nervosa, angka
kematian lebih rendah dan tingkat pemulihan lebih tinggi dari anoreksia nervosa.
Kematian dari bulimia nervosa diperkirakan pada 0% hingga 3% tetapi dapat
dianggap remeh karena beberapa jangka panjang tindak lanjut penelitian yang
melibatkan pasien bulimia. Sekitar 50% dari pasien bebas dari seluruh gejala bulemia
5 tahun setelah treatment. Meskipun hasil penelitian pada bulemia nervosa adalah
jarang, dengan perkiraan statistik terbatas, telah menunjukkan bahwa angka kematian
dan pemulihan secara langsung berhubungan dengan intervensi dini dan treatment.
226. Pasien yang menderita anoreksia nervosa dan bulimia menunjukkan fitur lebih
sulit mencapai berat badan normal dan cenderung berada pada berat badan rendah,
bahkan setelah treatment. Anoreksia juga rentan terhadap mengembangkan pesta
makan setelah pengobatan untuk anoreksia nervosa. Sebuah penelitian di tahun 1997
melaporkan bahwa 30% dari penderita anoreksia diobati dengan perilaku pesta-makan
sampai dengan 5 tahun post-hospitalization. Ketika menilai pasien normal atau
kelebihan berat badan dengan bulimia nervosa, penting untuk mengumpulkan
informasi sejarah tentang keberadaan dan anoreksia nervosa akhir-akhir ini.
Anoreksia nervosa dengan gejala bulemia dikaitkan dengan tingkat kematian lebih
tinggi daripada bulemia nervosa itu sendiri. Namun, tingkat kematian dan tingkat
komorbiditas untuk semua gangguan makan mungkin berlebihan karena kebanyakan
studi berlangsung dalam pengaturan penelitian akademik atau khusus. Pasien-pasien
ini sering lebih sakit parah dibandingkan pasien di rawat jalan. Tingkat pemulihan
yang sebenarnya untuk gangguan makan mungkin lebih besar, dan gambar hasil
secara keseluruhan tidak begitu baik. Namun, penting bagi dokter dalam perawatan
primer untuk tahu dengan gejala yang ada dari bulemia nervosa ataupun anoreksia
nervosa dengan melakukan intervensi dini dalam perjalanan penyakit. Sayangnya,
dalam studi yang dilakukan hampir 10 tahun yang lalu, sekitar 1 dari 10 pasien
dengan bulimia nervosa berada dalam perawatan.
1

227. Secara keseluruhan, bulimia nervosa tampaknya memiliki prognosis yang
lebih baik dibandingkan anoreksia nervosa. Dalam jangka pendek, pasien bulimia
nervosa yang mampu melibatkan diri dalam pengobatan telah dilaporkan lebih dari
50 % yang mengalami perbaikan.
228. Prognosis bulimia nervosa tergantung kepada keparahan sequele mencahar,
yaitu apakah pasien mengalami gangguan elektrolit dan sampai derajat mana muntah
yang sering mengakibatkan esofagitis, amilasemia, pembesaran kelenjar liur dan
karies gigi. Pada beberapa kasus ini yang tidak diobati, remisi spontan terjadi dalam
satu sampai dua tahun

Anda mungkin juga menyukai