diet kaku atau sangat membatasi dapat mengakibatkan ketidakseimbangan yang mungkin terjadi pada
berkurangnya kontrol yang diikuti dengan pelanggaran sistem neurotransmiter di otak yang mengatur mood
diet dan menghasilkan makan berlebihan yang bersifat dan nafsu makan. Serta kemungkinan pengaruh
bulimia. genetis.
Cara penangana gangguan makan
1. Penanganan biomedis, yaitu:
a. Perawatan di rumah sakit mungkin diperlukan untuk membantu pasien anoreksia mencapai berat badan yang
sehat atau pasien bulimia mengatasi siklus makan berlebih lalu mengeluarkannya dalam kasus dimana terapi
rawat jalan telah gagal,
b. Pengobatan antidepresan dapat digunakan untuk mengatur nafsu makan dengan mengubah proses kimia pada
otak atau untuk melepaskan depresi yang mendasari
2. Psikoterapi,
terapi psikodinamika bertujuan untuk mengeksplorasi dan menyelesaikan konflik psikologis yang ada.
b. Modifikasi perilaku membantu pasien anoreksia yang dirawat di rumah sakit untuk meningkatkan berat badan
dengan memberi hadiah yang diinginkan untuk perilaku makan yang tepat, dan
c. Pemaparan terhadap pencegahan respons membantu indiidu bulimia untuk menoleransi memakan makanan
yang menurut mereka dilarang tanpa makan berlebihan dan mengeluarkannya
4. Terapi keluarga, terapi yang dapat digunakan untuk mengatasi konflik keluarga dan meningkatkan
komunikasi di antara anggota keluarga.
OBESITAS
Obesitas dikelompokkan sebagai gangguan medis kronis, dan bukan merupakan gangguan
psikologis (Atkinson, 1997). Obesitas juga merupakan faktor resiko terbesar untuk penyakit kronis yang
secara potensial akan membahayakan jiwa, seperti sakit jantung, diabetes, dan beberapa bentuk dari kanker.
Obesitas disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya:
1. Faktor genetis
Obesitas kebanyakan terjadi karena faktor keturunan dalam keluarga. Banyak orang tua yang mengalami
obesitas akan mendorong anak-anaknya untuk menjadi seseorang yang gemuk, dan hal itu merupakan suatu
contoh yang buruk. Para ahli mengatakan, bahwa faktor genetis memainkan peranan penting dalam
menentukan resiko obesitas. Akan tetapi, faktor genetis tidak merupakan satu-satunya penyebab. Selebihnya
dari itu, faktor lingkungan dan genetis sama-sama berpengaruh terhadap obesitas.
2. Faktor metabolisme
Ketika seseorang kehilangan berat badan, terutama dengan jumlah yang signifikan, tubuh akan bereaksi
seakan-akan kelaparan. Tubuh akan merespons penurunan berat badan dengan memperlambat tingkat
metabolisme atau tingkat pembakaran kalori tubuh. Latihan fisik yang giat akan membakar kalori secara
langsung dan dapat meningkatkan tingkat metabolisme dengan mengganti jaringan lemak dengan otot,
terutama jika program latihan fisik ini melibatkan aktivitas angkat beban. Sehingga, sedikit demi sedikit, otot
akan membakar lebih banyak kalori daripada lemak. Sebelum memulai latihan fisik, perlu memerikasakan diri
ke dokter untuk menentukan jenis aktivitas mana yang paling baik untuk kondisi tubuh secara keseluruhan.
3. Sel lemak
Orang yang memiliki lebih banyak jaringan lemak akan mengirimkan lebih banyak sinyal
pengosongan lemak ke otak daripada orang yang memiliki berat badan yang sama tetapi memiliki
lebih banyak sel lemak yang lebih sedikit. Sebagai hasilnya, mereka lebih cepat merasa
membutuhkan makanan. Jumlah sel lemak dalam tubuh akan menentukan obesitas, tetapi hal itu
tidak terlepas dari keturunan juga.
5. Faktor psikologis
Faktor psikologis yang berhubungan dengan makan berlebihan dan obesitas itu mencakup
rendahnya self-esteem, kurangnya harapan self-efficacy, konflik keluarga, dan emosi negatif.
Perbedaan Etnik dan Sosioekonomi pada Obesitas
2. Akulturasi Penerapan pola makan budaya barat yang tinggi lemak, berkurangnya tuntutan fisik
dalam kegiatan industri, dan tingkat pengangguran yang kronis dikombinasikan dengan
rendahnya tingkat aktivitas fisik disebutkan sebagai faktor-faktor yang berkonstribusi terhadap
obesitas, terutama terjadi di kalangan orang-orang Amerika dan Kanada
Pencegahan Obesitas
1. Meningkatkan akses ke pendidikan kesehatan,
2. Memasukkan kurikulum pendidikan kesehatan di seluruh sekolah negeri,
3. Jaminan atas akses universal untuk penanganan obesitas, dan
4. Meningkatkan akses untuk makanan bergizi dan kesempatan berekreasi.
Gangguan tidur merupakan segala bentuk kondisi ketika secara kuantitas maupun kualitas,
proses tidur secara baik dan sempurna seseorang tidak terpenuhi. Terdapat banyak jenis
gangguan tidur.Berdasarkan kategorinya, gangguan tidur dapat dibedakan menjadi:
o Insomnia, yaitu gangguan berupa kesulitan untuk tidur atau kesulitan mempertahankan tidur.
o Hipersomnia, yaitu gangguan tidur berupa tidur berlebihan.
o Sleep related brathing disorders, merupakan gangguan tidur berupa kesuiltan bernapas saat
tidur.
o Circadian rhythm sleep-wake cycle disorder, yaitu gangguan tidur berupa waktu tidur di luar
waktu yang normal.
o Parasomnia, merupakan gangguan tidur berupa kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi
saat akan tidur, tidur, atau bangun.
o Sleep movement disorders, yaitu gangguan tidur berupa gerakan saat atau sebelum tidur
yang membuat seseorang sulit tidur, sulit mempertahankan tidur, atau tidur tidak nyenyak.
Pendekatan Penanganan Gangguan Tidur
1. Terapi obat, dapat digunakan untuk penyembuhan jangka pendek bagi insomnia dan untuk
mengatasi gangguan tidur lelap.
2. Penanganan biomedis, pembedahan atau alat bantu mekanik yang dapat digunakan untuk
membuka jalan udara pada pasien apnea.
3. Terapi kognitif behavioral, dapat digunakan untuk mengubah kebiasaan tidur yang
maladaptif dan pemikiran atau keyakinan yang disfungsional mengenai tidur.