Penyebab gangguan makan ini biasanya merupakan gabungan dari faktor genetik,
faktor biologis, serta masalah psikologi. Untuk menanganinya, psikiater dapat
melakukan psikoterapi, dan pemberian obat antidepresan atau antikecemasan.
Bulimia nervosa
Bulimia nervosa merupakan gangguan makan yang membuat penderitanya ingin
segera membuang makanan yang dikonsumsinya dengan cara yang tidak sehat,
antara lain dengan:
Tindakan tersebut dilakukan karena penderita merasa bersalah telah makan banyak
dan takut berat badannya berlebih. Akibat perilakunya, penderita bulimia dapat
merasakan gangguan berupa:
Anoreksia nervosa
Gangguan ini membuat penderitanya membatasi asupan makannya karena merasa
berat badannya berlebihan, meskipun pada kenyataannya, tubuhnya sudah
ramping atau justru terlalu kurus. Penderita anoreksia nervosa juga akan
menimbang berat badannya secara berulang-ulang.
Asupan kalori yang terlalu sedikit pada penderita anoreksi nervosa dapat
menyebabkan gangguan berupa:
Mengganggap makan bukanlah suatu hal yang penting dan tidak makan
merupakan hal yang wajar.
Selalu mengkhawatirkan berat badan dan sangat takut menjadi gemuk.
Sering bercermin.
Menggunakan suplemen, obat herba, atau obat pencahar untuk menurunkan
berat badan.
Cenderung menghindari makan bersama keluarga atau teman-teman.
Genetik
Beberapa kasus gangguan makan ditemui pada orang yang memiliki gen
tertentu. Gen ini dapat mempermudah terpicunya gangguan makan.
Keturunan
Selain itu, gangguan makan juga umumnya dialami oleh orang yang memiliki
orang tua atau saudara kandung dengan riwayat gangguan yang sama.
Biologis
Perubahan zat kimia dalam otak dapat berperan menimbulkan gangguan
makan.
Psikologis (kondisi mental)
Gangguan makan sering ditemukan pada orang yang juga mengalami
gangguan kecemasan, depresi, dan obsessive compulsive disorder.
Psikoterapi
Terapi ini dapat membantu penderita untuk mengubah kebiasaan makan yang buruk
menjadi pola makan yang sehat. Ada dua terapi yang dapat digunakan, yaitu:
Obat-obatan
Obat memang tidak dapat menyembuhkan gangguan makan. Meski begitu,
obat antidepresan dan anticemas dapat digunakan untuk mengendalikan keinginan
makan berlebih atau mencegah keinginan untuk memuntahkan makanan.
Obat-obatan tersebut juga dapat mengatasi kekhawatiran berlebihan terhadap
makanan atau pola makan tertentu.
Bila penderita sampai mengalami malnutrisi, dokter akan mengajurkan penderita
untuk dirawat di rumah sakit.
Pertumbuhan terhambat.
Gangguan mental, seperti depresi dan kecemasan, bahkan sampai muncul
keinginan bunuh diri.
Penurunan prestasi di sekolah atau kualitas kerja.
Terganggunya hubungan sosial.
Gangguan fungsi organ tubuh.
https://www.alodokter.com/gangguan-makan
Bulimia Nervosa adalah kelainan cara makan yang terlihat dari kebiasaan makan
berlebihan yang terjadi secara terus menerus. Bulimia adalah kelainan pola makan yang sering
terjadi pada wanita. Kelainan tersebut biasanya merupakan suatu bentuk penyiksaan terhadap
diri sendiri. Hal-hal yang paling sering dilakukan oleh lebih dari 75% orang dengan bulimia
nervosa adalah membuat dirinya muntah, kadang-kadang disebut pembersihan; puasa, serta
penggunaan laksatif, enema, diuretik, dan olahraga yang berlebihan juga merupakan ciri umum.
Penyakit Bulimia Nervosa, Penyebab, Gejala, Akibat serta Pengobatan
Bulimia nervosa memengaruhi sekitar 3% dari wanita di Amerika Serikat. Bulimia adalah
penyakit yang diakibatkan oleh psikologi pasien, yang mengakibatkan kelainan makan. Bulimia
merupakan keadaan dimana seorang pasien makan secara berlebihan secara berulang-ulang
(binge) dan kemudian kembali mengeluarkannya. Mengeluarkan makanan yang dimakan ini bisa
melalui muntah yang biasanya diinduksi dengan obat pencahar, selain itu juga dengan
mengeluarkannya lewat kencing dengan menggunakan obat diuretik.
Penderita bulimia juga cenderung diet sangat ketat dan juga olahraga yang berlebihan. Ciri khas
penyakit bulimia yaitu kebiasaan mengeluarkan makanan yang dimakan dengan sangat cepat.
Membersihkan atau memuntahkan makanan ini diperkirakan sebagai aksi untuk mengurangi
rasa benci atau rasa bersalah karena sudah binge. Pasien berobsesi untuk membersihkan diri
mereka dari makanan itu, sehingga makanan yang masuk tidak sempat terserap tubuh.
Seorang pasien penyakit bulimia dalam melakukan pesta makan ini, diduga terdorong oleh
depresi atau stress terhadap sesuatu yang berhubungan dengan berat badan, bentuk badan
ataupun makanan. Mereka menganggap, makan merupakan kegiatan paling menyenangkan dan
bisa menghilangkan depresi. Namun kebahagiaan itu hanya berlangsung sementara karena
akhirnya mereka kembali membenci makanan serta marah atas kontrol diri terhadap pesta
makan yang kurang. Kebencian ini membuat mereka terobsesi untuk membersihkan makanan
tersebut dari tubuh.
Aksi pembersihan biasanya berlangsung seketika, tetapi pada beberapa penderita bulimia
melakukan pembersihan pada beberapa periode setelahnya.
Sama halnya dengan anoreksia, bulimia selalu berhubungan dengan kontrol diet ataupun
penurunan berat badan. Penderita bulimia biasanya terlalu memperhatikan berat badan, selalu
merasa kurang percaya diri dengan berat badan sehingga cenderung melakukan diet berlebih.
Bedanya dengan penderita anoreksia, penderita bulimia memiliki berat badan yang lebih stabil
sehingga penyakit ini jarang diketahui oleh masyarakat umum.
Daftar isi
1Penyebab
2Gejala
3Diagnosis
4Perkembangan penyakit
5Pengobatan
Pesta makan yang terjadi berulangkali. Hal ini ditandai dengan porsi
yang sangat banyak dan di luar porsi normal makan seorang manusia dalam
jangka waktu dua jam.
Merasa tidak bisa berhenti makan dalam satu periode.
Perilaku yang menyimpang untuk mengurangi berat badan secara ekstrem
dan berlebihan, seperti muntah, penggunaan obat pencahar dan diuretik,
puasa ataupun olahraga berlebihan.
Pesta makan serta perilaku penurunan badan yang ekstrem terjadi
minam dua kali dalam seminggu selama jangka waktu tiga bulan.
Rasa yang tidak pernah puas terhadap bentuk tubuh yang dimiliki.
Perkembangan penyakit[sunting | sunting sumber]
Bahaya bulimia ini disebabkan oleh perilaku makan berlebihan dan kemudian membersihkannya
yang terjadi secara berulang. Berbagai macam organ akan rusak akibat pembersihan secara
ekstrem ini, seperti
Akibat bulimia juga terjadi pada kehidupan social, penderita bulimia cenderung akan bermasalah
dalam hal sosialisasi lingkungan, bersifat impulsive, seringkali merasa stress atau depresi dan
menyalahgunaan alcohol atau obat-obatan.
https://id.wikipedia.org/wiki/Bulimia_nervosa
Bulimia
Penyebab Bulimia
Penyebab utama bulimia belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor
yang diduga dapat memicu seseorang terkena bulimia, yaitu:
Faktor keturunan
Jika salah satu anggota keluarga inti (orang tua atau saudara kandung)
menderita atau memiliki riwayat bulimia, maka risiko seseorang untuk
menderita kelainan yang sama akan meningkat.
Faktor emosional dan psikologis
Risiko terkena bulimia makin tinggi jika seseorang mengalami gangguan
emosional dan psikologis, seperti depresi, rasa cemas, gangguan stres
pascatrauma (PTSD), dan obsessive compulsive disorder (OCD).
Faktor lingkungan sosial
Bulimia dapat muncul akibat pengaruh tekanan dan kritik dari orang-orang
sekitar mengenai kebiasaan makan, bentuk tubuh, atau berat badan.
Faktor pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan menuntut pekerjanya untuk tetap menjaga berat
badan ideal, misalnya model atau atlet. Tuntutan ini dapat menyebabkan
pekerja tersebut mengalami depresi atau bulimia.
Gejala Bulimia
Gejala awal seseorang menderita bulimia adalah kebiasaan melakukan diet ketat
dengan tidak makan sama sekali atau hanya mengonsumsi makanan tertentu dalam
jumlah yang sangat sedikit.
Kondisi ini terus berlangsung hingga penderita kehilangan kendali dan mengonsumsi
makanan secara berlebihan, meskipun dirinya tidak merasa lapar. Kebiasaan ini
muncul karena masalah emosional, seperti stres atau depresi.
Penderita akan merasa bersalah, menyesal, dan membenci diri sendiri, sehingga
memaksa tubuhnya untuk mengeluarkan semua makanan dengan cara tidak alami,
seperti menggunakan obat pencahar atau memaksa diri untuk muntah.
Gejala psikologis lainnya yang dapat muncul pada bulimia adalah:
Selain itu, penderita bulimia juga dapat menunjukkan gejala fisik, berupa:
Diagnosis Bulimia
Seseorang dikatakan menderita bulimia apabila mengalami gejala memuntahkan
makanannya sekali dalam seminggu selama setidaknya tiga bulan. Untuk
menentukan apakah seseorang menderita bulimia atau tidak, dokter akan
mengajukan pertanyaan kepada pasien dan keluarga pasien.
Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik, seperti memeriksa kondisi gigi yang
rusak atau terkikis akibat paparan asam dalam muntah. Pemeriksaan mata juga
mungkin dilakukan untuk mengetahui apakah ada pembuluh darah mata yang
pecah. Ketika muntah, pembuluh darah akan tegang dan berisiko pecah.
Selain memeriksa gigi dan mata pasien, dokter juga akan memeriksa tangan pasien.
Penderita bulimia cenderung memiliki luka kecil dan kapalan di bagian atas sendi jari
karena sering digunakan untuk memaksa diri agar muntah.
Tidak hanya pemeriksaan fisik, tes darah dan urine juga dilakukan untuk mendeteksi
kondisi lain yang dapat menyebabkan bulimia dan memeriksa dampak bulimia dalam
tubuh, seperti dehidrasi atau gangguan elektrolit. Dokter juga melakukan echo
jantung untuk mendeteksi gangguan pada jantung.
Pengobatan Bulimia
Fokus utama pengobatan bulimia adalah mengobati gangguan mental yang dialami
penderita dan memperbaiki pola makan. Upaya pengobatan ini melibatkan peran
dari berbagai pihak, yaitu keluarga, psikiater, dan dokter gizi. Ada beberapa metode
pengobatan untuk menangani bulimia, yaitu:
Psikoterapi
Psikoterapi atau konseling bertujuan untuk membantu penderita bulimia dalam
membangun kembali sikap dan pikiran positif terhadap makanan dan pola makan.
Ada dua jenis psikoterapi yang dapat dilakukan, yaitu:
Obat-obatan
Untuk meredakan gejala yang dialami penderita bulimia, dokter akan
memberikan fluoxetine. Obat ini merupakan jenis obat antidepresan yang paling
sering digunakan untuk mengobati bulimia, namun tidak diperuntukkan bagi
penderita bulimia di bawah usia 18 tahun.
Fluoxetine juga dapat meredakan depresi dan gangguan cemas yang dialami
penderita. Selama pengobatan dengan antidepresan, dokter akan memantau
perkembangan kondisi dan reaksi tubuh penderita terhadap obat secara berkala.
Konseling gizi
Konseling gizi bertujuan untuk mengubah pola makan dan pola pikir terhadap
makanan, meningkatkan asupan nutrisi dalam tubuh, serta meningkatkan berat
badan secara perlahan.
Jika gejala bulimia semakin memburuk atau disertai komplikasi yang serius, maka
penanganan secara khusus di rumah sakit perlu dilakukan. Langkah ini perlu
dilakukan untuk mencegah akibat fatal dari komplikasi, misalnya bunuh diri.
Pengobatan bulimia membutuhkan waktu yang cukup lama. Dukungan dan motivasi
dari keluarga, teman, dan kerabat terdekat sangat penting dalam proses
penyembuhan penderita.
Komplikasi Bulimia
Bulimia dapat menimbulkan malnutrisi yang dapat merusak sistem organ dalam
tubuh. Selain itu, bulimia dapat menyebabkan penderitanya mengalami dehidrasi
akibat terlalu banyak cairan yang keluar melalui muntah.
Bulimia juga dapat memicu komplikasi yang bersifat serius dan bahkan berakibat
fatal jika tidak segera ditangani. Beberapa komplikasi yang dapat muncul adalah:
Penderita bulimia yang sedang hamil juga berisiko tinggi mengalami komplikasi
selama kehamilan, seperti keguguran, kelahiran prematur, cacat lahir pada janin,
dan depresi pascamelahirkan.
Pencegahan Bulimia
Langkah pencegahan bulimia belum diketahui secara pasti hingga saat ini. Namun,
peran keluarga dan teman dapat membantu mengarahkan penderita bulimia ke arah
perilaku yang lebih sehat. Cara yang dapat dilakukan adalah:
https://www.alodokter.com/bulimia