Anda di halaman 1dari 12

Gangguan Makan

Gangguan makan adalah gangguan mental saat mengonsumsi


makanan. Penderita gangguan ini dapat mengonsumsi terlalu sedikit
atau terlalu banyak makanan, dan terobsesi pada berat badan atau
bentuk tubuhnya.
Ada beberapa jenis gangguan makan, namun tiga jenis yang paling sering dijumpai
adalah anoreksia nervosa, bulimia nervosa, dan gangguan makan
berlebihan. Gangguan ini bisa saja terjadi pada usia berapa pun, namun lebih sering
dialami oleh remaja, sekitar usia 13 hingga 17 tahun.

Penyebab gangguan makan ini biasanya merupakan gabungan dari faktor genetik,
faktor biologis, serta masalah psikologi. Untuk menanganinya, psikiater dapat
melakukan psikoterapi, dan pemberian obat antidepresan atau antikecemasan.

Gejala Gangguan Makan


Gejala yang dirasakan penderita gangguan makan bervariasi, tergantung dari jenis
gangguannya. Berikut adalah beberapa gejala gangguan makan berdasarkan
jenisnya:

Bulimia nervosa
Bulimia nervosa merupakan gangguan makan yang membuat penderitanya ingin
segera membuang makanan yang dikonsumsinya dengan cara yang tidak sehat,
antara lain dengan:

 Memuntahkan kembali makanan yang telah dimakan.


 Menggunakan obat pencahar atau obat yang membuang cairan tubuh.

Tindakan tersebut dilakukan karena penderita merasa bersalah telah makan banyak
dan takut berat badannya berlebih. Akibat perilakunya, penderita bulimia dapat
merasakan gangguan berupa:

 Peradangan pada tenggorokan.


 Membengkaknya kelenjar ludah pada leher dan rahang.
 Dehidrasi parah karena kekurangan cairan.
 Gangguan pencernaan, seperti penyakit refluks asam lambung
(GERD) atau irritable bowel syndrome.
 Gigi sensitif dan rusak.
 Gangguan elektrolit.

Anoreksia nervosa
Gangguan ini membuat penderitanya membatasi asupan makannya karena merasa
berat badannya berlebihan, meskipun pada kenyataannya, tubuhnya sudah
ramping atau justru terlalu kurus. Penderita anoreksia nervosa juga akan
menimbang berat badannya secara berulang-ulang.
Asupan kalori yang terlalu sedikit pada penderita anoreksi nervosa dapat
menyebabkan gangguan berupa:

 Tumbuhnya rambut atau bulu halus di seluruh tubuh (lanugo).


 Kulit kering.
 Otot menjadi lemah.
 Sering merasa kedinginan akibat suhu tubuh yang rendah.
 Menstruasi menjadi tidak teratur, bahkan tidak mengalami haid.
 Hipotensi atau darah rendah.
 Anemia atau kurang darah.
 Tulang keropos.
 Beberapa organ tidak berfungsi (kegagalan multiorgan).

Gangguan di atas dapat berakibat fatal hingga mengakibatkan penderitanya


meninggal. Kelaparan juga dapat menyebabkan penderitanya merasa sangat putus
asa hingga melakukan percobaan bunuh diri.

Gangguan makan berlebihan


Pada akan makan dengan cepat dan dalam porsi sangat banyak, meski tidak
lapar.makan berlebihan, penderita sering kehilangan kendali diri saat
makan. Akibatnya, penderita gangguan ini akan memiliki berat badan berlebih
atau obesitas. Gejala gangguan makan berlebihan biasanya berupa:
 Mengonsumi makanan dalam jumlah banyak.
 Makan dengan sangat cepat.
 Tetap makan saat perut sudah kenyang.
 Bersembunyi saat makan karena malu bila terlihat orang.

Kapan Harus ke Dokter


Jika Anda merasa mengalami salah satu gangguan makan di atas, segeralah
berkonsultasi dengan psikiater, karena gangguan makan umumnya sulit diatasi
tanpa bantuan dokter.
Namun sayangnya, orang yang mengalami gangguan makan sering kali tidak
merasa bahwa mereka butuh bantuan. Bila Anda khawatir dengan perilaku
seseorang yang tidak wajar saat makan, cobalah bicarakan dengannya mengenai
perilaku janggal tersebut dan bujuk agar ia mau berkonsultasi dengan psikiater.
Perilaku janggal yang perlu diwaspadai antara lain adalah:

 Mengganggap makan bukanlah suatu hal yang penting dan tidak makan
merupakan hal yang wajar.
 Selalu mengkhawatirkan berat badan dan sangat takut menjadi gemuk.
 Sering bercermin.
 Menggunakan suplemen, obat herba, atau obat pencahar untuk menurunkan
berat badan.
 Cenderung menghindari makan bersama keluarga atau teman-teman.

Penyebab Gangguan Makan


Sejauh ini, belum diketahui penyebab pasti gangguan makan. Namun seperti juga
gangguan mental lain, gangguan makan bisa terjadi akibat kombinasi dari beberapa
faktor, di antaranya:

 Genetik
Beberapa kasus gangguan makan ditemui pada orang yang memiliki gen
tertentu. Gen ini dapat mempermudah terpicunya gangguan makan.
 Keturunan
Selain itu, gangguan makan juga umumnya dialami oleh orang yang memiliki
orang tua atau saudara kandung dengan riwayat gangguan yang sama.
 Biologis
Perubahan zat kimia dalam otak dapat berperan menimbulkan gangguan
makan.
 Psikologis (kondisi mental)
Gangguan makan sering ditemukan pada orang yang juga mengalami
gangguan kecemasan, depresi, dan obsessive compulsive disorder.

Selain beberapa penyebab tersebut, sejumlah kondisi yang juga dapat


meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan makan adalah:
 Berusia remaja
Remaja rentan mengalami gangguan makan karena cenderung lebih
memerhatikan citra atau penampilan diri.
 Diet yang berlebihan
Rasa lapar akibat diet yang terlalu ketat dapat memengaruhi otak, sehingga
justru menimbulkan dorongan untuk makan secara berlebihan.
 Stres
Berbagai masalah yang menyebabkan stres, baik dalam pekerjaan, keluarga,
maupun hubungan sosial, dapat meningkatkan risiko gangguan makan.

Diagnosis Gangguan Makan


Seseorang dapat dikatakan mengalami gangguan makan jika gejalanya sudah
berlangsung setidaknya selama 3 bulan. Pada pemeriksaan awal, psikiater
akan menggali lebih dalam mengenai cara pandang, perasaan, juga kebiasaan
makan pasien untuk mengetahui sikap pasien terhadap makanan dan pola
makannya.
Jika memang ada gangguan makan, psikiater akan melakukan pemeriksaan lain
untuk mengetahui dampak dari gangguan makan tersebut.
Psikiater akan memeriksa tinggi dan berat badan, detak jantung, serta tekanan
darah pasien. Psikiater juga akan mengamati ada tidaknya kekeringan pada kulit
dan rambut serta kerapuhan pada kuku, yang merupakan dampak dari bulimia.
Pemeriksaan lanjutan yang akan dilakukan meliputi:

 Pemeriksaan darah dan urine


Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui jumlah sel darah, fungsi hati,
fungsi ginjal, dan hormon tiroid.
 Pemindaian
Foto Rontgen dapat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya patah tulang
akibat pengeroposan tulang pada penderita anoreksia atau bulimia.
 Elektrokardiografi
Elektrokardiografi (EKG) digunakan untuk mengetahui kondisi jantung pasien.

Pengobatan Gangguan Makan


Penanganan gangguan makan akan melibatkan sebuah tim yang terdiri dari dokter,
psikiater, dan dokter gizi. Tujuan pengobatan adalah membantu pasien untuk
kembali menerapkan pola makan yang sehat. Upaya penanganan yang dilakukan
meliputi:

Psikoterapi
Terapi ini dapat membantu penderita untuk mengubah kebiasaan makan yang buruk
menjadi pola makan yang sehat. Ada dua terapi yang dapat digunakan, yaitu:

 Terapi perilaku kognitif


Terapi perilaku kognitif bertujuan untuk mengenali, memahami, serta
mengubah perilaku, khususnya yang berhubungan dengan pola makan.
 Terapi berbasis keluarga
Terapi ini dilakukan pada anak-anak atau remaja dengan melibatkan
keluarga. Tujuannya adalah untuk memastikan penderita mengikuti pola
makan yang sehat dan mempertahankan berat badan ideal.

Obat-obatan
Obat memang tidak dapat menyembuhkan gangguan makan. Meski begitu,
obat antidepresan dan anticemas dapat digunakan untuk mengendalikan keinginan
makan berlebih atau mencegah keinginan untuk memuntahkan makanan.
Obat-obatan tersebut juga dapat mengatasi kekhawatiran berlebihan terhadap
makanan atau pola makan tertentu.
Bila penderita sampai mengalami malnutrisi, dokter akan mengajurkan penderita
untuk dirawat di rumah sakit.

Komplikasi Gangguan Makan


Gangguan makan dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Makin parah dan lama
gangguan makan yang dialami, makin besar risiko terjadinya kompllikasi. Komplikasi
yang dapat terjadi akibat gangguan makan adalah:

 Pertumbuhan terhambat.
 Gangguan mental, seperti depresi dan kecemasan, bahkan sampai muncul
keinginan bunuh diri.
 Penurunan prestasi di sekolah atau kualitas kerja.
 Terganggunya hubungan sosial.
 Gangguan fungsi organ tubuh.

Pencegahan Gangguan Makan


Meski tidak ada cara yang pasti untuk mencegah gangguan makan, ada beberapa
upaya yang dapat menumbuhan perilaku makan yang sehat pada remaja,
contohnya:

 Mencegah Upaya Diet


Untuk mencegah hal ini, orang tua dapat membiasakan makan bersama
keluarga dan membicarakan pentingnya pola makan yang seimbang dengan
porsi yang sewajarnya.
 Meluangkan waktu untuk bicara
Cara ini dapat mencegah gaya hidup berbahaya pada remaja. Berbicara pada
anak dapat mengubah pemikirannya sehingga ia bisa memahami pola makan
yang sehat.
 Menumbuhkan Citra Penampilan Fisik yang Sehat
Orang tua perlu menumbuhkan rasa percaya diri pada anak. Selain itu,
jangan mengejek atau menjelek-jelekkan penampilan diri sendiri di hadapan
anak, apalagi mengejek penampilan fisik anak, meskipun hanya bercanda.

https://www.alodokter.com/gangguan-makan
Bulimia Nervosa adalah kelainan cara makan yang terlihat dari kebiasaan makan
berlebihan yang terjadi secara terus menerus. Bulimia adalah kelainan pola makan yang sering
terjadi pada wanita. Kelainan tersebut biasanya merupakan suatu bentuk penyiksaan terhadap
diri sendiri. Hal-hal yang paling sering dilakukan oleh lebih dari 75% orang dengan bulimia
nervosa adalah membuat dirinya muntah, kadang-kadang disebut pembersihan; puasa, serta
penggunaan laksatif, enema, diuretik, dan olahraga yang berlebihan juga merupakan ciri umum.
Penyakit Bulimia Nervosa, Penyebab, Gejala, Akibat serta Pengobatan
Bulimia nervosa memengaruhi sekitar 3% dari wanita di Amerika Serikat. Bulimia adalah
penyakit yang diakibatkan oleh psikologi pasien, yang mengakibatkan kelainan makan. Bulimia
merupakan keadaan dimana seorang pasien makan secara berlebihan secara berulang-ulang
(binge) dan kemudian kembali mengeluarkannya. Mengeluarkan makanan yang dimakan ini bisa
melalui muntah yang biasanya diinduksi dengan obat pencahar, selain itu juga dengan
mengeluarkannya lewat kencing dengan menggunakan obat diuretik.
Penderita bulimia juga cenderung diet sangat ketat dan juga olahraga yang berlebihan. Ciri khas
penyakit bulimia yaitu kebiasaan mengeluarkan makanan yang dimakan dengan sangat cepat.
Membersihkan atau memuntahkan makanan ini diperkirakan sebagai aksi untuk mengurangi
rasa benci atau rasa bersalah karena sudah binge. Pasien berobsesi untuk membersihkan diri
mereka dari makanan itu, sehingga makanan yang masuk tidak sempat terserap tubuh.
Seorang pasien penyakit bulimia dalam melakukan pesta makan ini, diduga terdorong oleh
depresi atau stress terhadap sesuatu yang berhubungan dengan berat badan, bentuk badan
ataupun makanan. Mereka menganggap, makan merupakan kegiatan paling menyenangkan dan
bisa menghilangkan depresi. Namun kebahagiaan itu hanya berlangsung sementara karena
akhirnya mereka kembali membenci makanan serta marah atas kontrol diri terhadap pesta
makan yang kurang. Kebencian ini membuat mereka terobsesi untuk membersihkan makanan
tersebut dari tubuh.
Aksi pembersihan biasanya berlangsung seketika, tetapi pada beberapa penderita bulimia
melakukan pembersihan pada beberapa periode setelahnya.
Sama halnya dengan anoreksia, bulimia selalu berhubungan dengan kontrol diet ataupun
penurunan berat badan. Penderita bulimia biasanya terlalu memperhatikan berat badan, selalu
merasa kurang percaya diri dengan berat badan sehingga cenderung melakukan diet berlebih.
Bedanya dengan penderita anoreksia, penderita bulimia memiliki berat badan yang lebih stabil
sehingga penyakit ini jarang diketahui oleh masyarakat umum.

Daftar isi

 1Penyebab
 2Gejala
 3Diagnosis
 4Perkembangan penyakit
 5Pengobatan

Penyebab[sunting | sunting sumber]


Bulimia merupakan salah satu kelainan mental, penyebab bulimia belum diketahui secara
biologis. Namun karena ini berhubungan dengan kebiasaan kesehatan, maka para ahli meyakini
ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan penyakit ini:
- masalah keluarga - perilaku maladaptif - pertentangan identitas diri - budaya yang terlalu
menitikberatkan kepada penampilan fisik.
Masalah penampilan serta berat badan merupakan faktor utama yang penyebab bulimia pada
seorang wanita. Seorang penderita bulimia biasanya mempunyai ketahanan mental yang
kurang, kurang percaya diri dan memiliki masalah dengan berat badan dan ini yang membuatnya
menjadi terobsesi dengan penurunan berat badan. Hal-hal seperti di atas juga bisa menjadi
akibat bulimia yang mengerikan.
Pengalaman mempunyai masalah dengan berat badan membuatnya selalu merasa gemuk. Hal
ini mendorong diet yang tidak terkontrol, olahraga berlebih dan akhirnya menderita bulimia.
Penelitian baru menunjukan bahwa kelainan mental ini juga disebabkan oleh proses kimiawi
yang ada di dalam otak. Para ahli menduga bahwa kelainan neurotransmitter dalam otak,
utamanya neurotransmitter serotonin merupakan pemicu terjadinya penyakit bulimia nervosa ini.
Namun dugaan awal ini masih belum bisa dijelaskan secara spesifik karena kompleksnya
penyakit.

Gejala[sunting | sunting sumber]


Binge merupakan gejala utama dari bulimia. Binge bulimia ini akan diikuti dengan muntah, diet
yang ketat serta olahraga berlebihan.
Namun untuk mendeteksi gejala bulimia dalam kehidupan sehari-hari sangatlah susah. Proses
makan berlebihan terkadang adalah hal umum dalam masyarakat. Makan merupakan kegiatan
yang menyenangkan, bisa menghilangkan stres atau depresi. Selain itu, setiap orang juga
memiliki nafsu makan berbeda, sehingga makan dengan jumlah banyak tersebut kadangkala
adalah hal yang normal.
Selain itu, penderita bulimia tidak selalu kurus. Bisa saja memiliki berat badan normal atau malah
gemuk. Namun ada beberapa pertanda yang bisa dianggap sebagai gejala bulimia, yaitu:

Selalu ke kamar mandi setelah makan untuk muntah (tentu saja


dilakukan berkali-kali)
Olahraga berlebih.
Terjadi perubahan seperti pipi atau rahang yang bengkak, pecahnya
pembuluh darah di mata, rusaknya lapisan email gigi sehingga gigi yang
Tampak jelas.
Terlalu terbelenggu dengan urusan berat ataupun bentuk badan.

Diagnosis[sunting | sunting sumber]


Sama halnya dengan anoreksia, diagnosis untuk penyakit bulimia susah karena ini menyangkut
masalah perilaku yang bisa saja disangkal oleh penderita. Namun sebagai dasar bagi dokter
untuk mendiagnosa penyakit ini, ada lima criteria dasar yang bisa dipakai sebagai patokan.

Pesta makan yang terjadi berulangkali. Hal ini ditandai dengan porsi
yang sangat banyak dan di luar porsi normal makan seorang manusia dalam
jangka waktu dua jam.
Merasa tidak bisa berhenti makan dalam satu periode.
Perilaku yang menyimpang untuk mengurangi berat badan secara ekstrem
dan berlebihan, seperti muntah, penggunaan obat pencahar dan diuretik,
puasa ataupun olahraga berlebihan.
Pesta makan serta perilaku penurunan badan yang ekstrem terjadi
minam dua kali dalam seminggu selama jangka waktu tiga bulan.
Rasa yang tidak pernah puas terhadap bentuk tubuh yang dimiliki.
Perkembangan penyakit[sunting | sunting sumber]
Bahaya bulimia ini disebabkan oleh perilaku makan berlebihan dan kemudian membersihkannya
yang terjadi secara berulang. Berbagai macam organ akan rusak akibat pembersihan secara
ekstrem ini, seperti

pembengkakan kelenjar ludah di pipi


Jaringan parut di buku jari tangan yang digunakan untuk merangsang
muntah
Pengikisan email gigi akibat bulimia yang sering muntah dan
mengeluarkan asam lambung
Kadar kalium yang rendah dalam darah.
Gigi sensitive terhadap panas atau dingin
Masalah pada kelenjar ludah yang berupa rasa nyeri atau pembengkakan
Paparan asam lambung berlebih pada kerongkongan bisa menyebabkan
borok, pecah atau penyempitan.
Terganggunya proses pencernaan akibat pencahar, bisa mengakibatkan
disfungsi organ pencernaan .
Ketidakseimbangan cairan tubuh akibat stimulus zat diuretic secara
berlebih.

Akibat bulimia juga terjadi pada kehidupan social, penderita bulimia cenderung akan bermasalah
dalam hal sosialisasi lingkungan, bersifat impulsive, seringkali merasa stress atau depresi dan
menyalahgunaan alcohol atau obat-obatan.

Pengobatan[sunting | sunting sumber]


Terdapat 2 pendekatan yang dilakukan untuk mengobati bulimia:

Terapi psikis (psikoterapi) oleh psikiater untuk mengendalikan


perilaku menyimpangnya.
Obat-obatan. Obat anti-depresi seringkali bisa membantu
mengendalikan bulimia, meskipun penderita tidak tampak depresi. Tetapi
bulimia akan kambuh kembali jika pemakaian obat dihentikan.

https://id.wikipedia.org/wiki/Bulimia_nervosa

Bulimia

Bulimia atau bulimia nervosa adalah gangguan makan yang ditandai


dengan kecenderungan untuk memuntahkan kembali makanan yang
telah dimakannya. Bulimia adalah gangguan mental yang berbahaya dan
berpotensi mengancam nyawa.
Bulimia dapat dialami oleh siapa saja, terutama wanita dewasa dan remaja, yang
merasa tidak puas dengan berat badan atau bentuk tubuhnya. Penderita bulimia
cenderung melakukan cara yang tidak sehat untuk menurunkan berat badannya,
yaitu dengan mengeluarkan makanan secara paksa, baik dengan memuntahkannya
atau menggunakan obat pencahar.
Memuntahkan makanan secara paksa adalah hal yang salah. Untuk menjaga berat
badan dan bentuk tubuh agar tetap ideal, Anda dianjurkan untuk menerapkan pola
makan yang sehat, yaitu dengan mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang,
makan porsi kecil tetapi sering, serta membatasi cemilan dan asupan tinggi lemak
jenuh.

Penyebab Bulimia
Penyebab utama bulimia belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor
yang diduga dapat memicu seseorang terkena bulimia, yaitu:

 Faktor keturunan
Jika salah satu anggota keluarga inti (orang tua atau saudara kandung)
menderita atau memiliki riwayat bulimia, maka risiko seseorang untuk
menderita kelainan yang sama akan meningkat.
 Faktor emosional dan psikologis
Risiko terkena bulimia makin tinggi jika seseorang mengalami gangguan
emosional dan psikologis, seperti depresi, rasa cemas, gangguan stres
pascatrauma (PTSD), dan obsessive compulsive disorder (OCD).
 Faktor lingkungan sosial
Bulimia dapat muncul akibat pengaruh tekanan dan kritik dari orang-orang
sekitar mengenai kebiasaan makan, bentuk tubuh, atau berat badan.
 Faktor pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan menuntut pekerjanya untuk tetap menjaga berat
badan ideal, misalnya model atau atlet. Tuntutan ini dapat menyebabkan
pekerja tersebut mengalami depresi atau bulimia.
Gejala Bulimia
Gejala awal seseorang menderita bulimia adalah kebiasaan melakukan diet ketat
dengan tidak makan sama sekali atau hanya mengonsumsi makanan tertentu dalam
jumlah yang sangat sedikit.
Kondisi ini terus berlangsung hingga penderita kehilangan kendali dan mengonsumsi
makanan secara berlebihan, meskipun dirinya tidak merasa lapar. Kebiasaan ini
muncul karena masalah emosional, seperti stres atau depresi.
Penderita akan merasa bersalah, menyesal, dan membenci diri sendiri, sehingga
memaksa tubuhnya untuk mengeluarkan semua makanan dengan cara tidak alami,
seperti menggunakan obat pencahar atau memaksa diri untuk muntah.
Gejala psikologis lainnya yang dapat muncul pada bulimia adalah:

 Merasa takut gemuk.


 Selalu beranggapan negatif terhadap berat badan dan bentuk tubuhnya
sendiri.
 Kecenderungan menyendiri dan menarik diri dari lingkungan sosial.
 Rasa percaya diri rendah dan cemas.
 Tidak mau makan di tempat umum atau di hadapan orang lain.

Selain itu, penderita bulimia juga dapat menunjukkan gejala fisik, berupa:

 Tubuh terasa lemah.


 Radang tenggorokan.
 Sakit perut atau perut kembung.
 Pembengkakan di bagian pipi dan rahang.
 Gigi rusak dan bau mulut.

Kapan harus ke dokter


Jangan ragu untuk memeriksakan anak atau anggota keluarga Anda ke psikiater jika
muncul tanda-tanda yang diduga gejala bulimia. Gejala bulimia sering kali terlihat
oleh orang lain, karena penderita cenderung tidak sadar bahwa dirinya mengalami
gejala bulimia.
Jika Anda atau anggota keluarga memiliki masalah dengan berat badan, sebaiknya
konsultasikan kepada dokter gizi. Dokter gizi akan memberikan informasi mengenai
cara yang tepat dan sehat untuk memperoleh berat badan ideal. Salah satunya
adalah dengan menerapkan pola makan yang sehat.

Diagnosis Bulimia
Seseorang dikatakan menderita bulimia apabila mengalami gejala memuntahkan
makanannya sekali dalam seminggu selama setidaknya tiga bulan. Untuk
menentukan apakah seseorang menderita bulimia atau tidak, dokter akan
mengajukan pertanyaan kepada pasien dan keluarga pasien.
Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik, seperti memeriksa kondisi gigi yang
rusak atau terkikis akibat paparan asam dalam muntah. Pemeriksaan mata juga
mungkin dilakukan untuk mengetahui apakah ada pembuluh darah mata yang
pecah. Ketika muntah, pembuluh darah akan tegang dan berisiko pecah.
Selain memeriksa gigi dan mata pasien, dokter juga akan memeriksa tangan pasien.
Penderita bulimia cenderung memiliki luka kecil dan kapalan di bagian atas sendi jari
karena sering digunakan untuk memaksa diri agar muntah.
Tidak hanya pemeriksaan fisik, tes darah dan urine juga dilakukan untuk mendeteksi
kondisi lain yang dapat menyebabkan bulimia dan memeriksa dampak bulimia dalam
tubuh, seperti dehidrasi atau gangguan elektrolit. Dokter juga melakukan echo
jantung untuk mendeteksi gangguan pada jantung.

Pengobatan Bulimia
Fokus utama pengobatan bulimia adalah mengobati gangguan mental yang dialami
penderita dan memperbaiki pola makan. Upaya pengobatan ini melibatkan peran
dari berbagai pihak, yaitu keluarga, psikiater, dan dokter gizi. Ada beberapa metode
pengobatan untuk menangani bulimia, yaitu:

Psikoterapi
Psikoterapi atau konseling bertujuan untuk membantu penderita bulimia dalam
membangun kembali sikap dan pikiran positif terhadap makanan dan pola makan.
Ada dua jenis psikoterapi yang dapat dilakukan, yaitu:

 Terapi perilaku kognitif


Terapi perilaku kognitif digunakan untuk membantu mengembalikan pola
makan penderita, serta mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat
dan pola pikir yang negatif menjadi positif.
 Terapi interpersonal
Terapi ini bertujuan untuk membantu pasien dalam berinteraksi dengan orang
lain, serta meningkatkan kemampuan penderita dalam berkomunikasi dan
menyelesaikan masalah.

Obat-obatan
Untuk meredakan gejala yang dialami penderita bulimia, dokter akan
memberikan fluoxetine. Obat ini merupakan jenis obat antidepresan yang paling
sering digunakan untuk mengobati bulimia, namun tidak diperuntukkan bagi
penderita bulimia di bawah usia 18 tahun.
Fluoxetine juga dapat meredakan depresi dan gangguan cemas yang dialami
penderita. Selama pengobatan dengan antidepresan, dokter akan memantau
perkembangan kondisi dan reaksi tubuh penderita terhadap obat secara berkala.

Konseling gizi
Konseling gizi bertujuan untuk mengubah pola makan dan pola pikir terhadap
makanan, meningkatkan asupan nutrisi dalam tubuh, serta meningkatkan berat
badan secara perlahan.
Jika gejala bulimia semakin memburuk atau disertai komplikasi yang serius, maka
penanganan secara khusus di rumah sakit perlu dilakukan. Langkah ini perlu
dilakukan untuk mencegah akibat fatal dari komplikasi, misalnya bunuh diri.
Pengobatan bulimia membutuhkan waktu yang cukup lama. Dukungan dan motivasi
dari keluarga, teman, dan kerabat terdekat sangat penting dalam proses
penyembuhan penderita.

Komplikasi Bulimia
Bulimia dapat menimbulkan malnutrisi yang dapat merusak sistem organ dalam
tubuh. Selain itu, bulimia dapat menyebabkan penderitanya mengalami dehidrasi
akibat terlalu banyak cairan yang keluar melalui muntah.
Bulimia juga dapat memicu komplikasi yang bersifat serius dan bahkan berakibat
fatal jika tidak segera ditangani. Beberapa komplikasi yang dapat muncul adalah:

 Penyakit jantung, seperti aritmia atau gagal jantung.


 Gagal ginjal.
 Depresi atau gangguan kecemasan umum.
 Penyalahgunaan NAPZA atau alkohol.
 Muncul dorongan untuk bunuh diri.

Penderita bulimia yang sedang hamil juga berisiko tinggi mengalami komplikasi
selama kehamilan, seperti keguguran, kelahiran prematur, cacat lahir pada janin,
dan depresi pascamelahirkan.

Pencegahan Bulimia
Langkah pencegahan bulimia belum diketahui secara pasti hingga saat ini. Namun,
peran keluarga dan teman dapat membantu mengarahkan penderita bulimia ke arah
perilaku yang lebih sehat. Cara yang dapat dilakukan adalah:

 Meningkatkan rasa percaya diri dengan saling memberikan motivasi untuk


selalu hidup sehat setiap hari.
 Menghindari pembicaraan yang berhubungan dengan fisik atau yang
memengaruhi psikologis penderita, misalnya badannya terlalu kurus atau
gemuk, serta wajahnya tidak cantik.
 Mengajak anggota keluarga untuk selalu makan bersama keluarga.
 Melarang diet dengan cara tidak sehat, seperti menggunakan obat
pencahar atau memaksakan diri untuk muntah.

https://www.alodokter.com/bulimia

Anda mungkin juga menyukai