Anda di halaman 1dari 6

Penyebab Anoreksia Nervosa :

Adapun faktor penyebab gangguan makan anorexia nervosa dan bulimia nervosa
sebagai berikut :
1. Faktor sosio-kultural
Tekanan yang berlebihan pada seseorang untuk mencapai standart kurus yang tidak
realistis.
2. Faktor psikologis
a. Diet yang kaku atau sangat membatasi dapat mengakibatkan berkurangnya kontrol
yang diikuti dengan pelanggaran diet dan menghasilkan makan berlebihan yang
bersifat bulimik.
b. Ketidakpuasan pada tubuh memicu dilakukannya cara-cara yang tidak sehat untuk
mencapai berat badan yang diinginkan.
c. Merasa kurang memiliki kontrol atas berbagai aspek kehidupan selain diet.
d. Kesulitan berpisah dari keluarga dan membangun identitas individual
e. Kebutuhan psikologis untuk kesempurnaan dan kecenderungan untuk berfikir
secara dikotomis/ hitam putih
3. Faktor keluarga
a. Keluarga dari pasien gangguan makan seringkali memiliki karakteristik yang sama
yaitu adanya konflik, kurang kedekatan dan pengasuhan, serta gagal dalam
membangun kemandirian dan otonomi pada diri anak perempuan mereka.
b. Dari perspektif sistim keluarga, gangguan makan pada anak perempuan dapat
memberi keseimbangan pada keluarga yang disfungsional dengan mengalihkan
perhatian dari masalah keluarga ataupun masalah pernikahan.
4. Faktor biologis
a. Ketidakseimbangan yang mungkin terjadi pada sistim neurotransmitter di otak yang
mengatur mood dan nafsu makan.
b. Kemungkinan pengaruh genetis.

Pencegahan Anoreksia Nervosa :

1. Harus bisa mengakui bahwa mempunyai masalah pada pola makan yang tidak sehat.
2. Bicarakan kecemasan dan perasaan yang dialami kepada orang terdekat.
3. Jauhi orang, tempat, dan aktivitas yang memicu obsesi untuk menjadi kurus.
4. Carilah bantuan dan dukungan dari ahli atau dokter profesional yang terlatih agar bisa
membantu untuk mendapatkan kembali kesehatan tubuh serta pola makan yang
teratur.
5. Cobalah untuk mulai mengikuti sesi perawatan dan terapi oleh psikolog.
6. Minta anjuran pada dokter tentang suplemen vitamin dan mineral yang sesuai dengan
kondisi tubuh.
7. Jangan menutup diri dari anggota keluarga dan teman yang peduli membantu untuk
sehat kembali.
Penanganan Anoreksia Nervosa :

1. Jika sudah mencapai tahap yang gawat darurat dan gejala malnutrisi, maka
penanganan medis di rumah sakit perlu dilakukan.

2. Menaikkan berat badan secara berkala dan aman dengan mengikuti anjuran dokter.

3. Penanganan anoreksia melalui aspek psikologis seperti terapi perilaku untuk


mengubah pola pikir negatif, terapi kognitif analitik dengan menelusuri masa lalu
pengidap, dan terapi interpersonal untuk mengkaji lingkungan pengidap.

4. Obat-obatan yang umum diberikan antara lain antidepresan, antipsikotik, dan


penstabil mood.
Penyebab Bulimia Nervosa
1. Faktor keturunan
Jika salah satu anggota keluarga inti (orang tua atau saudara kandung) menderita atau
memiliki riwayat bulimia, maka risiko seseorang untuk menderita kelainan yang sama
akan meningkat.

2. Faktor emosional dan psikologis


Risiko terkena bulimia makin tinggi jika seseorang mengalami gangguan emosional
dan psikologis, seperti depresi, rasa cemas, gangguan stres pascatrauma (PTSD),
dan obsessive compulsive disorder (OCD).

3. Faktor lingkungan sosial


Bulimia dapat muncul akibat pengaruh tekanan dan kritik dari orang-orang sekitar
mengenai kebiasaan makan, bentuk tubuh, atau berat badan.

4. Faktor pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan menuntut pekerjanya untuk tetap menjaga berat badan ideal,
misalnya model atau atlet. Tuntutan ini dapat menyebabkan pekerja tersebut
mengalami depresi atau bulimia.

Pencegahan Bulimia Nervosa


1. Meningkatkan rasa percaya diri dengan saling memberikan motivasi untuk selalu
hidup sehat setiap hari.

2. Menghindari pembicaraan yang berhubungan dengan fisik atau yang memengaruhi


psikologis penderita, misalnya badannya terlalu kurus atau gemuk, serta wajahnya
tidak cantik.

3. Mengajak anggota keluarga untuk selalu makan bersama keluarga.


4. Melarang diet dengan cara tidak sehat, seperti menggunakan obat pencahar atau
memaksakan diri untuk muntah.

Penanganan Bulimia Nervosa


1. Psikoterapi
Psikoterapi atau konseling bertujuan untuk membantu penderita bulimia dalam
membangun kembali sikap dan pikiran positif terhadap makanan dan pola makan.
Ada dua jenis psikoterapi yang dapat dilakukan, yaitu:

a) Terapi perilaku kognitif


Terapi perilaku kognitif digunakan untuk membantu mengembalikan pola
makan penderita, serta mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat dan
pola pikir yang negatif menjadi positif.
b) Terapi interpersonal
Terapi ini bertujuan untuk membantu pasien dalam berinteraksi dengan orang
lain, serta meningkatkan kemampuan penderita dalam berkomunikasi dan
menyelesaikan masalah.

2. Obat-obatan
Untuk meredakan gejala yang dialami penderita bulimia, dokter akan
memberikan fluoxetine. Obat ini merupakan jenis obat antidepresan yang paling
sering digunakan untuk mengobati bulimia, namun tidak diperuntukkan bagi penderita
bulimia di bawah usia 18 tahun. Fluoxetine juga dapat meredakan depresi dan
gangguan cemas yang dialami penderita. Selama pengobatan dengan antidepresan,
dokter akan memantau perkembangan kondisi dan reaksi tubuh penderita terhadap
obat secara berkala.

3. Konseling gizi
Konseling gizi bertujuan untuk mengubah pola makan dan pola pikir terhadap
makanan, meningkatkan asupan nutrisi dalam tubuh, serta meningkatkan berat badan
secara perlahan.

Penyebab Obesitas
Obesitas terjadi ketika seseorang mengonsumsi makanan dan minuman tinggi kalori
tanpa melakukan aktivitas fisik untuk membakar kalori berlebih tersebut. Kalori yang tidak
digunakan itu selanjutnya diubah menjadi lemak di dalam tubuh, sehingga membuat
seseorang mengalami pertambahan berat badan hingga akhirnya obesitas. Faktor-faktor lain
penyebab obesitas adalah:
1. Faktor keturunan atau genetik
2. Efek samping obat-obatan
3. Kehamilan
4. Kurang tidur
5. Pertambahan usia
6. Penyakit atau masalah medis tertentu

Pencegahan Obesitas
Diantaranya adalah :

1. Tambahkan Asupan Protein


Dengan asupan protein, metabolisme bisa meningkat hingga 80-100 kalori per
hari. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang menjalani diet
tinggi protein akan makan lebih sedikit dari 400 kalori per hari.

2. Hindari Makanan Olahan


Makanan yang telah melewati berbagai macam metode pengolahan biasanya
sering ditambahkan gula, lemak, dan tinggi kalori. Terlebih lagi, asupan
tersebut juga direkayasa untuk membuat Anda makan lebih banyak. 

3. Sediakan Makanan atau Camilan Sehat


Penelitian menunjukkan bahwa makanan yang disimpan di rumah atau di
sekeliling kita sangat memengaruhi berat badan dan perilaku makan sehari-
hari.
4. Batasi Asupan Gula dan Kalori Cair
5. Cukup Tidur dan Minum Air Putih
6. Lakukan Olahraga Kardio
7. Jalankan Diet Rendah Karbohidrat

Penanganan Obesitas
1. Perubahan pola makan

Hal ini mencakup pelaksanaan diet konvensional seperti diet rendah lemak, diet
rendah karbohidrat, diet mid-level, atau diet khusus untuk penderita penyakit tertentu
(diabetes atau penyakit jantung). Umumnya, penentuan diet yang sesuai dapat
dilakukan setelah pasien berkonsultasi dengan dokter spesialis gizi klinik.

2. Aktivitas fisik

Untuk pasien obesitas, aktivitas fisik yang paling sesuai adalah aktivitas fisik aerobik.
Lakukan sebanyak 5-7 kali per minggu, dengan durasi 30-60 menit setiap harinya.
Aktivitas fisik aerobik dapat berupa jalan cepat, berlari, bersepeda, serta olahraga
kompetitif (sepak bola, bola basket, tenis, bulu tangkis, dan sebagainya).

3. Perubahan perilaku

Perubahan perilaku merupakan salah satu hal yang penting untuk diterapkan. Tidak
hanya mencakup pengaturan jadwal makan, tetapi juga pencegahan kebiasaan buruk
terkait makan seperti ngemil, makan sebelum tidur, dan sebagainya.
Penyebab Binge Eating Disorder
Hingga saat ini penyebab pasti dari BED belum di ketahui. Namun ada faktor-faktor
yang menjadi penyebabnya antara lain :
1. Faktor genetik
2. Pola hidup
3. Faktor Psikologis
4.
Pencegahan Binge Eating Disorder
Meskipun tidak ada cara yang pasti untuk mencegah BED, namun ada beberapa
langkah agar mengurangi resiko terkena gangguan tersebut diantaranya :
1. Memiliki buku harian makan untuk mengidentifikasi mempunyai gangguan makan
atau tidak, pola makan yang sesuai dan jenis makanan seperti apa yang cenderung
memicu perasaan lapar secara tiba-tiba.
2. Makan-makanan yang rendah gula.
3. Makan dengan porsi normal dan sesuai dengan kapasitas diri.

Penanganan Binge Eating Disorder


1. Konseling
Dengan melakukan konseling dapat membantu seseorang mengatasi perasaan seperti
rasa bersalah, malu, rendah diri atau bahkan kecemasan, depresi, dan masalah lain.

2. Cognitive Behavioral Theraphy (CBT)


CBT merupakan terapi pilihan untuk mengatasi BED. Metode ini dapat membantu
pengidap dalam memahami pemikiran dan perasaan mereka dan mengajarkan cara-
cara baru pendekatan menyelesaikan masalah atau konflik sehingga dapat merubah
perilaku mereka.

3. Psikoterapi Interpersonal (IPT)


Pendekatan terapi ini berfokus pada identifikasi konflik antarpribadi sebagai pemicu
BED.

4. Terapi Perilaku Dialektik (DBT)


Pendekatan terapi DBT dengan mengidentifikasi situasi hubungan interpersonal yang
dapat memicu lonjakan emosi kemudian dengan menggunakan kekuatan mereka
sendiri dan kolaborasi dengan terapis untuk dapat menenangkan diri sendiri,
menerima emosi tersebut tanpa perlu melakukan perilaku yang tidak wajar. Dengan
demikian dapat membantu mengurangi episode binge eating.
5. Terapi Obat-obatan. Dokter mungkin akan memberikan obat-obatan yang dapat
membantu mengatasi gangguan mental lain terkait BED jika memang terbukti adanya
gangguan mental, sehingga dapat mengurangi atau menghilangkan binge eating.

DAFTAR PUSTAKA
Pradhana, Adindra, dan Woelan Hadandari. 2017. HUBUNGAN ANTARA KESADARAN
DIRI DENGAN KECENDERUNGAN GANGGUAN MAKAN BERLEBIHAN PADA
REMAJA DENGAN OBESITAS DI SURABAYA. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan
Mental, 6, 11-21.
Krisnani, Hetty, Meilanny Budiarti Santoso, dan Destin Putri. 2020. Gangguan Makan
Anorexia Nervosa dan Bulimia Nervosa Pada Remaja. Prosiding Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat, 4(3), 10-17.
Kring, Ann M, Sheri L. Johnson, Gerald C. Davison, dan John M. Neale. 2012. Abnormal
Psychology. California, United States. John Wiley & Sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai