Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PSIKOLOGI ABNORMAL dan PSIKOPATOLOGI

“Gangguan Makan”

Dosen Pengampu:
Yuli Widiningsih, S.Psi, M.Psi.

Disusun Oleh:
Rahmatul Utari (12060123859)
Salmia Cahaya Fitri (12060122450)
Triana Puspa Ningtyas (12060121860)
Winda Yuliani (12060120549)
Zulkhairi (12060111719)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadiran Allah SWT, atas rahmat-Nya dan karunianya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari makalah ini
adalah “Gangguan Makan”.

Dan tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Psikologi
Abnormal dan Psikopatologi yang telah memberikan tugas kepada kami. Kami juga ingin
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan
makalah ini.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu
dan kemampuan kami, maka keritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan
semoga makalah ini dapat berguna, khususnya kepada kami dan pihak lain yang bekepentingan
pada umumnya.

13 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................

DAFTAR ISI ................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ..........................................................................................................


1.2. Rumusan Masalah .....................................................................................................
1.3. Tujuan .......................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Definisi Gangguan Makan ........................................................................................


2.2. Jenis Gangguan Makan yang diakui Berdasarkan Deskripsi Klinis .........................
2.3. Akibat dari Gangguan Makan yang Berkepanjangan ...............................................
2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Makan .............................................
2.5. Contoh Kasus Gangguan Makan ...............................................................................

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ...............................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut Baela dalam Patrisia, dkk (2020:35) gangguan makan adalah
sekelompok gangguan yang ditandai dengan pikiran dan perilaku yang tergamggu atau
tidak normal yang berkaitan dengan tubuh, makanan, dan kebiasaan makan seseorang,
yang menimbulkan masalah fisik, psikologis, dan sosial. Dimana gangguan makan
tersebut menimbulkan kurangnya fokus seorang individu yang mempengaruhi fisik
maupun psikis. Pada akhirnya berdampak besar pada kesehatan jiwanya.

Pendapat lain menyebutkan bahwa gangguan makan adalah penyakit mental


serius yang terkadang bisa fatal, karena mengganggu perilaku makan yang tidak
normal, pria dan wanita sama-sama menderita gangguan makan yang umumnya
mengarah pada obsesi terhadap bentuk dan berat badan mereka. (Aminudin dan
Karyanti, 2019:87). Banyak faktor yang mempengaruhi gangguan makan. Salah
satunya adalah perilaku bullying yang bedampak seseorang merasa tidak percaya diri,
stress berlebihan yang menjadi terganggunya pola makanya, dan menjadikan diri
seseorang menjadi cemas berlebihan tentang penilaian terhadap penampilan fisik. Tapi,
mengganggu rohaninya.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, yaitu:

1. Apakah pengertian gangguan makan?


2. Apa saja jenis gangguan makan?
3. Bagaimana akibat dari gangguan makan?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan makan?
5. Bagaiman contoh kasus gangguan makan?
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan penulis. Penulis memberikan
tujuan agar pokok permasalahan yang dibahas mampu membantu pemahaman pembaca.
Adapun tujuan tersebut, yaitu:

1. Mendiskripsikan tentang gangguan makan


2. Menganalisis jenis gangguan makan
3. Menjelaskan akibat dari gangguan makan
4. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan makan
5. Menganalisis contoh gangguan makan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Gangguan Makan


Eating disorders (gangguan makan) adalah suatu sindrom yang ditandai oleh
berhubungan dengan makan, bentuk tubuh, dan berat badan. Gangguan makan hadir
ketika seseorang mengalami gangguan parah dalam tingkah laku makan, seperti
mengurangi kadar makanan dengan ekstrem atau makan terlalu banyak yang ekstrem,
atau perasaan menderita atau keprihatinan tentang berat atau bentuk tubuh yang
ekstrem. Dalam Diagnostic and Statistical Mental Disorders-IV (DSM-IV) terdapat
tiga jenis gangguan makan yang memiliki kriteria dan ciri khusus yaitu anorexia
nervosa, bulimia nervosa, dan binge eating disorders
Pendapat lain juga dikatakan oleh Mehler dan Andresen dalam Amalia, dkk
(2021:97) gangguan makan adalah pada perilaku makan yang muncul karena berbagai
masalah seperti harga diri, regulasi emosi, ketakutan akan tumbuh dewasa, adanya
konflik hubungan, kemudia berkembang menjadi semacam penilaian yang berlebihan
mengenai sigma manfaat bentuk tubuh yang langsing akan mengubah kehidupan dan
menyelesaikan berbagai masalah tersebut.
Jika tidak ditangani, gangguan ini dapat menyebabkan masalah kesehatan yang
kronis, depresi hingga kematian.

2.2. Jenis Gangguan Makan yang diakui Berdasarkan Deskripsi Klinis


a. Anoreksia Nervosa
1. Definisi Anorexia Nervosa
Anorexia nervosa adalah suatu kelainan yang ditandai dengan perubahan
gambaran tubuh, ketakutan yang luar biasa akan kegemukan, penolakan untuk
mempertahankan berat badan yang normal dan hilangnya siklus mentruasi (pada
wanita). Anorexia nervosa adalah sindrom dimana seseorang dengan sengaja
melaparkan dirinya untuk menjadi kurus, dan mengalami penurunan berat badan
yang sangat drastis (Davison et al., 2010).
Anorexia nervosa juga merupakan sindrom dimana seseorang
mempertahankan berat badannya agar tetap rendah dan biasanya mereka takut akan
mengalami kegemukan dan cenderung mempertahankan berat badan agar tetap
kurus. Pada penderita anorexia nervosa, berat badan dipertahankan setidaknya 15%
dibawah berat badan normal dan pada dewasa dengan IMT dibawah 17,5 kg/m2
(National Collaboration Centre for Mental Health, 2004). Anorexia nervosa adalah
gangguan makan yang berkaitan erat dengan terganggunya keadaan kejiwaan
seseorang (Syafiq dan Tantiani, 2013). Sedangkan Berk (2005) dalam bukunya
menyebutkan anorexia nervosa adalah gangguan makan yang tragis dimana anak-
anak muda sengaja melaparkan diri mereka karena takut akan mengalami
kegemukan.
2. Tanda Anorexia Nervosa
a) Menyamarkan kekurusan mereka dengan baju dan make-up
b) Kulit kering dan kering, rambut halus, dan alopesia ringan.
c) Subtype bulimia berat, seperti kehilangan enamel gigi karena asam
lambung, ketika penderita muntah. Bahkan terdapat scar pada dorsum akibat
jari-jari yang dimasukan ke mulut untuk memaksakan muntah.
d) Hypokalemi dan kelainan EKG
e) Kelainan neurology (seperti seizure dan neuropaty) dan anemia yang
berhubungan dengan kekurangan gizi dan kelaparan.
Terdapat 4 ciri yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis anorexia
nervosa sebagai berikut (Davison et al., 2010):
a) Penderita menolak untuk mempertahankan berat badan normal, hal ini
biasanya berarti bahwa berat badan orang tersebut kurang dari 85% dari
berat badan yang dianggap normal bagi usia dan tinggi badannya.
b) Penderita sangat takut bila berat badannya bertambah dan rasa takut tersebut
tidak berkurang dengan turunnya berat badan serta tidak pernah merasa
sudah cukup kurus.
c) Penderita memiliki pandangan yang menyimpang tentang bentuk tubuh
mereka. Bahkan dalam kondisi kurus kering mereka tetap merasa bahwa
mereka kelebihan berat badan atau beberapa bagian tubuh tertentu,
khususnya perut, pantat, dan paha terlalu gemuk.
d) Pada penderita perempuan, kondisi tubuh yang sangat kurus menyebabkan
amenorea, yaitu berhentinya periode menstruasi.
3. Komplikasi Medis dari Anorexia Nervosa
a) Pencernaan-gastrointestinal: perlambatan pengosongan lambung,
kembunng, konstiopasi, nyeri abdomen.
b) Reproduktif: Amenore, kadar leutenizing hormone (LH) dan follicle
stimulating hormone (FSH) yang rendah.
c) Dermatologis: lanugo (rambut halus tumbuh di seluruh tubuh), edema.
d) Hematologys : leucopenia
e) Neuropsikiatri : sensasi kecap yng abnormal ( mungkin karena defesiensi
dari seng ), depresi apatetik, gangguan kognitif ringan.
f) Metabolisme: kelainan elektrolit, terutama alkalosis hipokalemik,
hipokloremik, dan hipomagnesimia.
g) Gigi: erosi enamel gigi, terutama bagian depan, dengan dengan kerusakan
gigi yang bersangkutan.
h) Neuropsikiatrik: kejang (berhubungan dengan pergeseran cairan yang besar
dan gangguan elektrolit), neuropati ringan, kelelahan, dan kelemahan,
gangguan kognitif lainnya.
4. Faktor Penyebab Gangguan Makan Anorexia Nervosa
Adapun faktor penyebab gangguan makan anorexia nervosa dan bulimia
nervosa sebagai berikut:
a. Faktor sosio-kultural
Tekanan yang berlebihan pada wanita muda untuk mencapai standart kurus
yang tidak realistis.
b. Faktor psikologis
1. Diet yang kaku atau sangat membatasi dapat mengakibatkan
berkurangnya kontrol yang diikuti dengan pelanggaran diet dan
menghasilkan makan berlebihan yang bersifat bulimik.
2. Ketidakpuasan pada tubuh memicu dilakukannya cara-cara yang tidak
sehat untuk mencapai berat badan yang diinginkan.
3. Merasa kurang memiliki kontrol atas berbagai aspek kehidupan selain
diet.
4. Kesulitan berpisah dari keluarga dan membangun identitas individual
5. Kebutuhan psikologis untuk kesempurnaan dan kecenderungan untuk
berfikir secara dikotomis/hitam putih
c. Faktor keluarga
1. Keluarga dari pasien gangguan makan seringkali memiliki karakteristik
yang sama yaitu adanya konflik, kurang kedekatan dan pengasuhan,
serta gagal dalam membangun kemandirian dan otonomi pada diri anak
perempuan mereka.
2. Dari perspektif sistim keluarga, gangguan makan pada anak perempuan
dapat memberi keseimbangan pada keluarga yang disfungsional dengan
mengalihkan perhatian dari masalah keluarga ataupun masalah
pernikahan.
d. Faktor biologis
1. Ketidakseimbangan yang mungkin terjadi pada sistim neurotransmitter
di otak yang mengatur mood dan nafsu makan.
2. Kemungkinan pengaruh genetis.

b. Bulimia Nervosa
1. Definisi Bulimia Nervosa
Bulimia nervosa (BN) digambarkan dengan episode berulang makan
berlebihan (binge eating) dan kemudian dengan perlakuan kompensatori (muntah,
berpuasa, beriadah, atau kombinasinya). Makan berlebihan disertai dengan
perasaan subjektif kehilangan kawalan ketika makan. Muntah yang dilakukan
secara sengaja atau beriadah secara berlebihan, serta penyalahgunaan pencahar,
diuretik, amfetamin dan tiroksin juga boleh terjadi.
Bulimia nervosa adalah suatu sindrom yang ditandai oleh serangan berulang
perilaku makan berlebih dan preokupasi berlebihan perihal berat badannya,
sehingga pasien menggunakan cara yang sangat ketat untuk mengurangi efek
“menggemukkan” dari makanan (PPDGJ III). Definisi lain dari bulimia nervosa
adalah suatu gangguan makan yang memiliki karakteristik makan berlebihan yang
berulang diikuti oleh pembangkitan keinginan untuk memuntahkannya, diikuti oleh
perhatian yang berlebihan terhadap berat badan dan bentuk tubuh. Sebagian besar
penderita adalah wanita, sangat peduli akan bentuk tubuh dan berat badan dan
termasuk golongan sosial- ekonomi menengah ke atas. Mengeluarkan makanan
yang dimakan ini bisa melalui muntah yang biasanya diinduksi dengan obat
pencahar, selain itu juga dengan mengeluarkannya lewat kencing dengan
menggunakan obat diuretik. BN dibagi dalam dua bentuk yaitu purging dan
nonpurging:
a) Pada tipe purging, individu tersebut memuntahkan kembali makanan secara
sengaja atau menyalahgunakan obat pencahar, diuretik atau enema.
b) Pada tipe nonpurging, individu tersebut menggunakan cara lain selain cara
yang digunakan pada tipe purging, seperti berpuasa atau beriadah secara
berlebihan.
2. Komplikasi Fisik Bulimia Nervosa
a) kelelahan sebagai akibat dehidrasi
b) gangguan pencernaan yang disebabkan oleh muntah
c) penyalahgunaan pencahar,
d) menstruasi yang tidak teratur
e) masalah gangguan kesuburan dan masalah jantung yang diakibatkan oleh
penyalahgunan ipecac.
f) pembengkakan kelenjar liur yang disebakan oleh muntah-muntah dan erosi
enamel yang diakibatkan oleh regurgitasi asam lambung.
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV (DSM-
IV) terdapat beberapa ciri-ciri utama bulimia nervosa yaitu sebagai berikut:
1) Mengalami periode binge-eating yang berulang kali yang ditandai dengan
dua kriteria berikut:
a) Memakan makanan dalam jumlah yang besar (jauh lebih besar dari
normal) dalam satu periode waktu tertentu dengan jarak waktu yang
cukup dekat, misal setiap dua jam sekali.
b) Memiliki rasa tidak dapat mengontrol perilaku makan berlebihan saat
episode berikut berlangsung.
2) Melakukan tindakan kompensasi untuk mencegah peningkatan berat badan,
seperti muntah dengan sengaja, penyalahgunaan laksatif, diuretik atau obat
lainnya, berpuasa serta olahraga berlebihan.
3) Terjadinya binge-eating dan tindakan kompensitori yang tidak baik setiap
dua kali seminggu selama tiga bulan.
4) Terlalu mengutamakan berat badan dan bentuk tubuh dalam mengevaluasi
diri.
5) Gangguan ini tidak muncul secara ekslusif pada episode anorexia nervosa.
3. Faktor Penyebab Gangguan Makan Bulimia Nervosa
Tidak diketahui secara pasti alasan seseorang bisa mengalami bulimia.
Namun, beberapa faktor risiko terkait masalah psikologis, seperti keinginan
memiliki tubuh langsing, kritikan dari orang lain, tuntutan pekerjaan dan juga
masalah kesehatan tertentu dapat menyebabkan seseorang mengidap bulimia.
Terdapat beberapa faktor yang memicu bulimia nervosa. Faktor tersebut
meliputi:
1) Masalah psikologis, seperti rendah diri, depresi, stres, ingin selalu tampil
sempurna (perfeksionisme), alami gangguan stres pasca trauma (PTSD),
serta gangguan obsesif kompulsif (OCD).
2) Usia, bulimia lebih sering menimpa remaja hingga dewasa.
3) Faktor keturunan, jika salah satu anggota keluarga inti mengidap bulimia,
maka seseorang berisiko lebih tinggi untuk mengalami kelainan yang
sama.
4) Berjenis kelamin perempuan. Menurut penelitian, kondisi bulimia lebih
sering dialami oleh wanita ketimbang pria.
5) Tuntutan sosial, misalnya remaja yang merasa harus menurunkan berat
badan karena terpengaruh teman-temannya.
6) Tuntutan profesi, contohnya model yang harus langsing atau atlet yang
harus menjaga berat badan dengan ketat.

c. Binge-Eating Disorder (BED)


1. Definisi Binge-Eating Disorder (BED)
Gangguan makan berlebihan (BED) adalah gangguan makan yang ditandai
dengan episode berulang dari makan sejumlah besar makanan (sering sangat cepat
dan ke titik ketidak nyamanan) perasaan kehilangan kontrol selama makan tersebut
mengalami rasa malu, tertekan atau bersalah setelah itu dan tidak teratur
menggunakan langkah-langkah kompensasi yang tidak sehat. Episode binge sering
timbul pada waktu yang sama setiap hari atau timbul sebagai akibat rangsangan
emosional seperti depresi, jemu, atau marah dan kemudian diikuti oleh periode
puasa berkepanjangan (Soetjiningsih, 2004).
2. Bukti BED
a) hilangnya sejumlah besar makanan dalam periode waktu yang singkat atau
banyak bungkus kosong yang menunjukkan konsumsi sejumlah besar
makanan.
b) perilaku makanan Secretive, termasuk makan diam-diam (misalnya, makan
sendirian atau di dalam mobil, bersembunyi pembungkus) dan mencuri,
bersembunyi, atau penimbunan makanan.
c) Gangguan dalam perilaku makan normal, termasuk makan sepanjang hari
dengan tidak ada waktu makan direncanakan melewatkan makan atau
mengambil porsi kecil makanan saat makan teratur terlibat dalam puasa
sporadis atau diet berulang dan mengembangkan ritual makanan (misalnya,
hanya makan makanan atau makanan kelompok tertentu [misalnya, bumbu],
mengunyah berlebihan, tidak membiarkan makanan menyentuh)
d) Dapat melibatkan pembatasan ekstrim dan kekakuan dengan makanan dan
diet periodik dan / atau puasa.
e) Memiliki periode yang tidak terkendali, impulsif, atau terus-menerus makan
di luar titik perasaan tidak nyaman penuh, tetapi tidak membersihkan.
f) Membuat jadwal gaya hidup atau ritual untuk membuat waktu untuk sesi
pesta.
Menurut DSM-IV (Wardlaw & Hampl, 2007 dalam Erdianto, 2009) kriteria
diagnosis untuk para penderita BED, yaitu:
1) Adanya episode binge eating yang berulang kali. Episode tersebut ditandai
dengan dua kriteria berikut:
a) Makan dengan periode waktu yang tetap (contoh: tiap 2 jam) dengan
porsi yang jelas lebih besar daripada porsi makan kebanyakan orang
dalam periode dan situasi yang sama.
b) Adanya perasaan tidak dapat mengendalikan porsi makan saat episode
tersebut berlangsung (contoh: merasa tidak dapat berhenti makan, atau
tidak dapat mengendalikan pada atau berapa banyak porsi yang
dimakan).
2) Adanya 3 atau lebih dari 5 gejala berikut :
a) Makan lebih cepat daripada biasanya.
b) Makan hingga merasa tidak nyaman karena kekenyangan.
c) Makan dalam porsi yang besar walaupun secara fisik merasa tidak lapar.
d) Makan sendirian karena merasa malu akibat jumlah porsi yang
dimakan.
e) Merasa jijik/muak, tertekan atau bersalah terhadap diri sendiri setelah
episode binge-eating tersebut.
3) Merasa sangat kecewa karena tidak mampu mengendalikan porsi makan.
4) Episode binge-eating berlangsung setidaknya 2 hari seminggu dalam 6
bulan.
5) Episode ini tidak terjadi selama riwayat anoreksia nervosa atau bulimia
nervosa.

2.3. Akibat dari Gangguan Makan yang Berkepanjangan


a) hipotensi kronis,
b) bradikardia
c) hipotermia
d) pembengkakan kelenjar liur,
e) anemia
f) dehidrasi
g) alkalosis
h) hipokloremia dapat dilihat.
i) Ruptur lambung

2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Makan


a) Genetik
Secara umum peneliti menunjukkan bahwa kelompok kembar identik memiliki
insiden mengalami gangguan makan yang lebih tinggi daripada mereka yang kembar
identik. Diperkirakan hal ini terjadi karena kembar identuk memiliki DNA yang sama
(Wardlaw,2002 dalam Syafiq dan Tantiani, 2013)
b) Usia
Gangguan makan sering terjadi pada usia remaja dikarenakan jumlah stressor yang
sangat fantastis yang dihadapi pada usia tersebut terutama pada remaja putri.
c) Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil perolehan informasi bahwa gangguan makan seperti anurexia
nervosa dan bulimia nervosa lebih umum terjadi pada perempuan daripada laki-laki.
d) Pengetahuan
Pengetahuan sangat berpengaruh terhadap terjadinya gangguan makan. Pengetahuan
tentang kesehatan yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi gaya hidupnya dan
secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap perilaku makan seseorang tersebut.
e) Rasa Percaya Diri
Rasa percaya diri yang rendah berkontribusi pada terjadinya penyimpangan citra
tubuh dan citra tubuh yang keliru tidak dapat sepenuhnya dikoreksi sebelum masalah
percaya diri dibereskan. Penelitian cross-sectional yang dilakukan oleh Neumark-
Sztainer dan Peter (2000) menjelaskan bahwa tingkat percaya diri yanag rendah
memiliki hubungan yang siknifikan dengan diet dan gangguan makan.

2.5. Contoh Kasus Gangguan Makan


Nina adalah seorang remaja yang berusia 15 tahun yang mengalamai penurunan berat
badan secara drastis dalam kurun waktu enam bulan. Nina tampak sangat kurus sekali, dan
Nina tampak tidak pernah ikut makan bersama dengan keluarganya setiap waktu makan.
Meski selalau bersemangat membantu ibunya masak di dapur. Secara diam-diam Nina
membuat daftar kalori dari setiap makanan yang biasa dimasak di keluarganya. Beberapa
kali ibu melihat Nina hanya makan sayur mentah, tahu, dan juga sereal tanpa susu. Prestasi
Nina disekolah tampak baik-baik saja; nilai Nina juga masih menjadi yang terbaik diantara
kedua saudaranya, setiap hari Nina selalu bergerak untuk olahraga, bahkan saat belajar di
rumah Nina selalu melakukan sit-up atau berlari-lari di dalam kamarnya. Nina memilih
tetap berada di rumah walaupun teman-temanya tidak berhenti mengajaknya keluae
sekedar untuk duduk-duduk di café atau bermaindi rumah temanya yang lain. Hal yang
paling aneh menurut keluarganya, Nina selalu marah ketika diajak untu ikut makan
bersama. Ibu selalu mengingatkan Nina untuk makan, tetapi Nina selalu marah dan
membentak ibunya untuk tidak ikut campur soal makannya. Nina selalu mengatakan bahwa
ia selalu baik-baik saja, tetapi tampaknya ia makin tertekan dari hari ke hari.
Dari ulasan di atas, mungkin sebagian orang berpikir bahwa kasus tersebut biasanya
terjadi pada mereka yang suka memilih makanan, mengagap memang masanya seseorang
makan lebih banyak atau lebih sedikit. Kasus seperti ini dianggap mungkin akan berakhir
dengan sendirinya seiring waktu berlalu. Pada remaja perempuan yang sedang dalam masa
puber, perilaku-perilaku makan semacam itu dapat dianggap hanya sebagai usaha untuk
diet karena mereka sedang berada dalam masa sangat memperhatikan penampilan dan
perilaku tubuh.
Perlu diketahui bahwa perilaku makan yang buruk seperti itu bukan merupakan hal
yang biasa. Perilaku tersebut disebut sebagai gangguan makan (aeting disorder).
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Gangguan makan adalah sikap yang berbeda terhadap makanan yang menyebabkan
seseorang mengubah perilaku dan kebiasaan makannya. Yang dapat menjadi kondisi serius
yang berdampak negative bagi kesehatan, emosi, dan kemampuan seseorang dalam berbagai
era kehidupan yang penting. Gejala gangguan makan bervariasi tergantung dari jenis gangguan
yang dialami seperti Anoreksia nervosa dan Bulmia nervosa.

Gangguan makan dapat muncul dengan berbagai hal, salah satunya masalah emosi dan
psikologi. Yang memicu pengidap mengalami kondisi gangguan makan, pengidap mungkin
memiliki kepercayaan diri yang rendah, perfeksionis, ataupun hubungan yang terganggu
dengan anggota keluarga atau teman. Gangguan makan juga bisa dipicu oleh keadaan
pengalaman buruk misalnya seperti pelecehan seksual, intimidasi, atau kehilangan orang
terdekatnya.
DAFTA RPUSTAKA

Aminudin dan Karyanti. 2019. Cyberbullying & Body Shaming. Yogyakarta: K-Media.

Amalia, Hanna dkk. 2021. Psikopatologi Anak dan Remaja. Aceh: Syiah Kuala University Press.

Patrisia, Ineke dkk.2020. Asuhan Keperawatan Pada Kebutuhan Dasar Manusia. Medan: Yayasan Kita
Menulis.

Laila, Nur Najmi. (2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Makan pada Remaja

di Madrasah Aliyah Pembangunan. Skripsi. Jakarta: UIN Jakarta.

Krisnani, Hetty, Meilanny Budiarti Santoso dan Destin Putri. (2017). Gangguan Makan Anorexia
Nervosa dan Bulimia Nervosa pada Remaja. Jurnal, 4(3), hlm. 402-403.

Krisnani, Hetty, dkk. 2017. Gangguan Makan Anorexia Nervosa dan Bulimia Nervosa pada Remaja,
hlm. 390-447.

Wilfley Denise E., Monica E. Bishop, G. Terence Wilson, W. Stewart Agras. Classification of Eating
Disorders: Toward DSM-V. Int J Eat Disord 2007; 40: S123-S129.

https://repository.usu.ac.id/handle/123456789/63004?show=full

Anda mungkin juga menyukai