DOSEN PENGAMPU :
Disusun Oleh :
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah pada mata kuliah
Psikologi Abnormal.
Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas pada mata kuliah Psikologi
Abnormal dengan judul “Gangguan Makan dan Somatoform”. Selain membuat makalah ini,
kami juga membuat presentasi dalam bentuk power point dengan judul yang sama.
Terlepas dari itu semua, kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan
dalam penyusunan kalimatnya. Oleh karena itu kami akan dengan lapang dada menerima
segala macam kritik dan saran baik itu dari dosen maupun dari teman-teman sekalian agar
kami dapat memperbaiki diri kedepannya.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman,
serta khususnya kelompok kami sendiri.
Kelompok 4
1
Daftar Isi
2.3.5 Pica..........................................................................................................................
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Dalam satu di antara banyak negara, terdapat beberapa orang yang secara sengaja
membuat diri mereka sendiri lapar, bahkan terkadang sampai meninggal. Mereka terobsesi
dengan berat badan dan bermaksud untuk mencapai citra tubuh yang terlalu kurus. Ada juga
yang memiliki siklus dimana mereka makan banyak dan kemudian berkeinginan untuk
menghilangkan kelebihan makan mereka, antara lain dengan memuntahkannya. Pola yang
yang disfungsional ini adalah dua tipe utama dari gangguan makan, yaitu anoreksia nervosa
(anorexia nervosa) dan bulimia nervosa. Ganguan makan (eating disorder) memiliki
karakteristik pola makan yang terganggu dan cara yang maladaptif dalam mengontrol berat
badan. Seperti gangguan psokologis lainnya, anoreksia dan bulimia sering disertai dengan
berbagai bentuk psikopatologi, termasuk depresi, gangguan kecemasan dan gangguan
penyalahgunaan Zat. Untuk dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman akan gangguan
makan tersebut, maka kami buat makalah ini yang membahas tentang gangguan makan lebih
lanjut.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Gangguan makan adalah gangguan berat pada makan. Beberapa ahli mengatakan
bahwa dieting disorder (gangguan diet) adalah istilah yang lebih akurat, karena ketakutan
menambah berat badan dan obsesi mengurangi berat badan sering menjadi fitur sentral
gangguan makan. DSM IV TR mendaftar dua tipe gangguan makan yaitu anoreksia nervosa
dan bulimia nervosa.
a. Karakteristik jelas pada anoreksia nervosa adalah emasiasi (kekurusan) ekstrem,
atau secara lebih teknis menolak untuk mempertahankan berat badan yang paling
tidak normal. Istilah anorexia secara harfiah berarti “kehilangan nafsu makan”
tetapi hal ini merupakan nama yang salah kaprah. Pada penderita anoreksia
nervosa merasa lapar, tetapi membiarkan dirinya kelaparan. Beberapa yang
mengidap gangguan ini akan membiarkan dirinya kelaparan sampai mati.
b. Bulimia Nervosa ditandai oleh episode bing-eating berulang kali, yang diikuti
oleh perilaku kompensatorik yang tidak semestinya, seperti muntah yang
diinduksi sendiri, penyalahgunaan pencahar atau olahraga eksesif. Makna harfiah
dari istilah bulimia adalah “ox appetitie” (cukup lapar untuk melahap seekor
kerbau). Akan tetapi para penderita bulimia nervosa biasanya mempunyai nafsu
makan normal
Secara paradoksal, masalahnya sering kali merupakan akibat dari berusaha menjaga
berat badan di bawah titik normal, sebuah upaya yang mengakibatkan pergulatan
berkelanjutan dengan binge-eating dan usaha untuk mengompensasinya. Kebanyakan
penderita melihat bing-eating sebagai kegagalan mengontrol, padahal sebenarnya itu adalah
reaksi alamiah tubuh terhadap rasa lapar yang disebabkan oleh penekanan berat badan yang
tidak alamiah (Keel et al. 2007).
Anoreksia maupun bulimia 10 kali lipat lebih sering dijumpai pada perempuan
dibanding laki-laki, dan mereka paling lazim berkembang dikalangan perempuan pada umur
belasan dan awal dua puluhan tahun. Meningkatnya insiden dikalangan orang mudaf
merefleksikan fokus intenst pada penampilan fisik perempuan muda dan kesulitan yang
dialami oleh banyak remaja putri dalam menyesuaikan diri dengan perubahan cepat pada
bentuk dan berat badan yang dimulai bersama pubertas (Field & Kitos,2010).
4
b. Prevalensi gangguan makan meningkat, ketika gambaran tentang perempuan
ideal semakin menekankan kekurusan ekstrem.
c. Perempuan muda sangat berkemungkinan untuk mengembangkan gangguan
makan selama masa remaja dan dewasa muda, umur dimana budaya kita
memberikan penekanan besar pada penampilan kecantikan, dan kekurusan.
d. Gangguan makan bahkan lebih lazim lagi di kalangan perempuan muda yang
bekerja di bidang-bidang yang menekankan berat badan dan penampilan, seperti
model, penari balet, dan pesenam.
2. FAKTOR PSIKOLOGIS
5
terokupasi dengan social self mereka, bagaimana mereka tampil di depan publik
dan bagaimana orang lain memersepsi dan mengevaluasi dirinya.
Perempuan penderita bulimia nervosa atau pencitraan tubuh negatif
melaporkan public self consciousness, kecemasan sosial, dan ketidakjujuran yang
tinggi. Mereka juga memperlihatkan peningkatan dalam self critism (kritis
terhadap diri sendiri) dan kemunduran dalam suasana perasaan menyusul
interaksi sosial negatif. Pendek kata, para penderita gangguan makan sering
menggantungkan self-esteem pada orang lain.
6
sering kali dimulai dengan die untuk mengurangi beberapa pon saja, namun
dietnya menjadi tidak terkendali, dan mengurangi berat badan akhirnya menjadi
fokus kuncinya. Berat badan menjadi sangat kurang dari rentang normal dan
sering kali anjlok ke tingkat rendah yang berbahaya.
4. Berhenti Menstruasi
Amonerrhea (amenore), tidak hadirnya siklus menstruasi selama tiga kali
berurut-turut menjadi simtom selanjutnya anoreksia nervosa. Amenore biasanya
adalah reaksi terhadap hilangnya lemak tubuh dan perubahan-perubahan fisik
terkait. Tidak adanya minat seksual juga merupakan salah satu reaksi lazim
terhadap kehilangan berat badan dalam jumlah besar.
5. Komplikasi Medis
Anoreksia nervosa dapat menyebabkan sejumlah komplikasi medis. Para
penderita anoreksia biasanya mengeluhkan tentang kontipasi, nyeri perut,
intoleransi terhadap dingin, dan kelesuan. Sebagian keluhan ini berasal dari efek
semi-kelaparan pada tekanan darah da suhu tubuh, yang keduanya mungkin
berada di bawah normal. Selain itu, kulit menjadi kering dan pecah-pecah, dan
sebagian orang mengalami lanugo, rambut halus di wajah atau batang tubuhnya.
Ini dapat menimbulkan anemia, infertilitas, gagal fungsi ginjal, kesulitan-kesulitan
kardiovaskular, erosi gigi, dan osteopenia. Anoreksia nervosa dapat dimulai
dengan keinginan yang nampak tidak merugikan, tetapi gangguan makan itu dapat
mengakibatkan masalah kesehatan serius, termasuk kematian.
7
seperti suasana-perasaan sedih, iritabilitas, insomnia, menarik diri secara sosial,
dan berkurangnya minat pada seks.
2.3.2 Bulimia
2.3.2.1 Definisi Bulimia Nervosa
Bulimia nervosa adalah kelainan cara makan yang dimana biasanya seseorang
memiliki kebiasan makan yang berlebihan dan terjadi secara terus menerus. Bulimia
biasanya lebih sering dialami oleh wanita, biasanya kelainan ini merupakan bentuk
penyiksaan terhadap diri sendiri, dimana biasanya orang yang menderita bulimia
nervosa akan membuat dirinya memuntahkan makanan yang telah mereka makan.
8
1) Berat badan biasanya diperhatikan dalam kisaran normal.
2) Perhatian yang berlebihan terhadap bentuk tubuh dan juga berat badan.
3) Makan berlebihan kemudian memuntahkannya dan kemudian dapat
menghasilkan komplikasi medis yang seirus.
4) Biasanya mempengaruhi wanita muda Eropa-Amerika
2.3.4 Obesitas
Obesitas adalah suatu kondisi dengan kelebihan lemak pada tubuh disebabkan
oleh makan yang secara berlebihan atau terus menerus. Obesitas dikelompokkan
sebagai gangguan medis kronis, bukan gangguan psikologis. Obesitas juga merupakan
faktor resiko terbesar untuk penyakit kronis yang secara potensial membahayakan
jiwa seperti sakit jantung, diabetes, dan beberapa bentuk kanker.
9
2.3.4.2 Gejala Obesitas
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri
punggung bawah dan memperburuk osteoarthritis (terutama di daerah pinggul, lutut
dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit. Seseorang yang
menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relative lebih sempit
dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang
secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak.
2.3.5 Pica
2.3.5.1 Definisi Pica
Kebiasaan makan benda yang tidak bisa dimakan (tidak lazim dimakan), yang
tidak memiliki nutrisi dan nilai gizinya.
CBT atau yang dikenal dengan Terapi Kognitif Behavior adalah terapi yang berpusat
pada perubahan pola pikir kemudian diubah cara bertingkah laku pada klien. Adapun
prosedur dalam Terapi Kognitif Behaviour adalah 5 sesi untuk penanganannya. Menurut teori
CBT Indonesia, memerlukan 5 sesi pertemuan yang secara sitematis dan terencana, meliputi:
10
Sesi 2 : Mencari emosi negatif, pikiran otomatis dan keyakinan utama yang berhubungan
dengan gangguan.
Sesi 3 : Menyusun rencana intervensi dengan memberikan konsekwensi positif-konsekwensi
kepada klien dan significant person
Sesi 4 : Formulasi status, fokus terapi, intervensi tingkah laku lanjutan
Sesi 5 : Pencegahan Relapse
Upaya – upaya pencegahan yang lebih sukses tidak memfokuskan secara langsung
pada pencitraan tubuh atau gangguan makan. Sebuah contoh penting pendekatan tersebut
adalah “dissonance intervention” yang partisipannya menyelesaikan tuga-tugas yang tidak
konsisten dengan ideal tubuh kurus, misalnya mendiskusikan bagaimana cara membantu
“gadis-gadis yang lebih muda” agar tidak menjadi terobsesi dengan penampilan mereka.
Pendekatan sehat yang disebutkan terakhir menekankan manfaat makan dengan baik dan
olahraga.
Suatu studi penting menempatkan secara acak 481 gadis remaja ke salah satu diantara
kedua program pencegahan ini (masing-masing melibatkan tiga pertemuan kelompok yang
masing-masing berdurasi satu jam) atau kelompok asesmen saja (kelompok kontrol tanpa
penanganan) atau menulis tentang masalah-masalah emosional selama tiga jam. Hasil – hasil
menunjukan perbaikan akibat salah satu atau kedua intervensi dalam kaitannya ketidakpuasan
tubuh, internalisasi ideal tubuh kurus, diet, binge-eating / purging satu bulan setelah
intervensi, dan dengan tingkat yang lebih terbatas, pada tindak lanjut 6 dan 12 bulan.
Hal yang penting, hasil-hasil untuk intervensi disonansi telah direplika dalam sebuah
setting “dunia nyata”. Disamping itu, kelompok-kelompok disonansi yang dipimpin oleh
remaja sebaya dalam kelompok-kelompok perempuan juga memperilhatkan efek-efek positif.
Psikolog dan masyarakat harus menempuh jalan panjang untuk menolong para perempuan
11
dan laki-laki untuk menemukan keseimbangan yang tepat antara makan terlalu sedikit dan
terlalu banyak, terobsesi dengan penampilan, dan lalai dengan kesehatan.
Kata somatoform berasal dari bahasa Yunani "soma" yang berarti "tubuh". Dalam
gangguan ini, orang memiliki simtom fisik yang mengingatkan pada gangguan fisik, namun
tidak ada abnormalitas organik yang dapat ditemukan sebagai penyebabnya. Lebih dari itu,
ada bukti, atau beberapa alasan yang dapat dipercaya,bahwa simtom tersebut merefleksikan
faktor atau konflik psikologi.
Dengan kata lain gangguan somatoform yaitu suatu kelompok gangguan yang
ditandai oleh keluhan tentang masalah atau simtom fisik yang tidak dapat dijelaskan oleh
penyebab kerusakan fisik.
Gangguan nyeri ditandai dengan adanya sakit parah sebagai fokus perhatian
pasien . kategori gangguan somatoform yang mencakup berbagai pasien dengan
berbagai penyakit, termasuk sakit kepala kronis, masalah punggung, arthritis, nyeri
otot dan kram, atau nyeri panggul. Dalam beberapa kasus nyeri pasien tampaknya
sebagian besar karena faktor psikologis, namun dalam kasus lain rasa sakit berasal
dari suatu kondisi medis serta psikologi pasien.
12
Merupakan keluhan yang berlebihan/dibesar-besarkan tentang kekurangan
tubuh. Penyebab dari gangguan ini belum diketahui secara pasti, namun diperkirakan
faktor budaya atau sosial mempengaruhi. Misalnya adanya konsep bahwa perempuan
cantik adalah yang memiliki hidung yang mancung, seorang individu yang
mengalami gangguan dismorfik tubuh bisa jadi akan menghabiskan waktu berjam-
jam di depan cermin untuk mengamati kekurangan hidungnya atau bisa jadi ia akan
mengeluarkan biaya berapapun untuk memperbaiki hidungnya dengan cara operasi
plastik.
3. Hipokondriasis
Yakni ketakutan akan penyakit serius. Kecemasan yang dialami oleh seorang
penderita hipokondria bukan hanya sekedar meyakininya saja melainkan juga disertai
dengan tindakan, penderita hipokondria akan selalu menanggapi keluhan-keluhn fisik
dengan sangat serius dan menyimpulkan bahwa dia menderita penyakit tertentu. Misal
ketika menderita batuk, penderita hipokondria akan menganggap bahwa ia mengalami
penyakit TBC atau kanker paru, sehingga ia akan terus memeriksakan dirinya ke
dokter dan tidak mempercayai hasil lab, sekalipun hasil tersebut sudah sangat akurat.
4. Gangguan konversi
13
5. Gangguan Somatisasi
Gangguan ini bersifat kronis (muncul selama beberapa tahun dan terjadi
sebelum usia 30 tahun) dan berhubungan dengan stres psikologis yang signifikan,
hendaya dalam kehidupan sosial dan pekerjaan serta upaya mencari pertolongan
medis yang berlebihan.
Gangguan somatisasi sering disertai oleh gangguan mental yang lain, seperti
gangguan kepribadian, cemas, fobia, dll.
Jika gangguan somatisasi disertai dengan gangguan yang lain maka terapi
psikofarmakologis penting untuk diterapkan dengan disertai pengawasan, sebab penderita
ini cenderung mengkonsumsi obat secara berlebihan.
14
masalah muncul di pikiran kamu, pakailah cara ini karna fakta mengatakan bahwa
kecemasan berlebihan sebagian besar tidak pernah terjadi. Menunda hanya cara untuk
mengatasi pikiran negatif. Sifat alami dari pikiran manusia adalah menciptakan
masalah dan mencemaskannya. Teknik ini adalah cara mengatasi kecemasan
berlebihan yang paling mudah.
2. Ambil Tindakan
Rasa cemas membuat kita lumpuh oleh ketakutan. Daripada hanya
mencemaskannya saja, pikirkan dengan hati-hati langkah yang bisa diambil untuk
menghindari masalah tersebut. Misalnya, ketika kamu mencemaskan masalah
keuangan, pikirkan cara untuk mengurangi pengeluaran, cara meningkatkan
pendapatan dsb. Cara mengatasi kecemasan bukan dengan hanya merasakannya dan
seolah tidak berdaya. Ambilah tindakan, Beberapa masalah tidak boleh diabaikan dan
butuh tindakan, sebagian lagi tidak memerlukan tindakan apa-apa karena hanya
merupakan imajinasi belaka.
Ketika kita sering memikirkan sesuatu, kemungkinan besar hal tersbut akan
terwujud. Jika kita khawatir akan membuat kesalahan, peluang kesalahan tersebut bisa
terjadi semakin besar. Oleh karena itu, berhati-hatilah dengan apa yang kamu
pikirkan. Ingat tentang kekuatan pikiran. Daripada memikirkan hal yang negatif,
pikirkan cara mendapatkan jalan keluar dari masalah.
4. Kendalikan Pikiran
Kita sering khawatir tentang penilaian orang lain terhadap diri kita. Kita
khawatir tidak dapat memenuhi harapan orang lain. Pemikiran seperti ini yang
membuat diri angkuh karena terus-menerus mencari penghargaan dan kekaguman dari
orang lain. Diperlukan kepercayaan diri yang tinggi dan ketenangan batin untuk tidak
khawatir terhadap penilaian orang lain.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, kami dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
3. Somatoform yaitu suatu kelompok gangguan yang ditandai oleh keluhan tentang
masalah atau simtom fisik yang tidak dapat dijelaskan oleh penyebab kerusakan
fisik.
16
DAFTAR PUSTAKA
Nevid, Jeffrey S., Spencer A. Rathus dan Beverly Greene. 2002. Psikologi Abnormal: edisi
kelima jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Krisnani, Hetty., Meilany, B.S., Destia, P. 2017. Prosiding Penelitian & Pengabdian Kepada
Masyarakat, 4(3), 390-447.
17