“Gangguan Stomatoform”
Dosen Pembimbing :
Fadillah, M.pd
Di Susun Oleh :
Muhammad Hafizh 2311100019
Elvizar Widodo 2311100009
Amla Risky 2311100093
BANDA ACEH
2023/2024
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................................ii
BAB I..................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................................1
BAB II.................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.................................................................................................................................2
A. Gejala Gangguan Makan dan Gangguan Somatoform..........................................................3
B. Penyebab Gangguan Makan dan Gangguan Somatofrom.....................................................4
C. Jenis Gangguan Makan dan Gangguan Somatoform.............................................................5
D. Penanganan Gangguan Makan dan Gangguan Somatoform.................................................7
BAB III.............................................................................................................................................12
PENUTUP........................................................................................................................................12
A. Kesimpulan..........................................................................................................................12
B. Saran....................................................................................................................................12
Daftar Pustaka...............................................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan makan merupakan kebiasaan makan yang abnormal dimana ditandai dengan
kekurangan atau kelebihan konsumsi makanan sehingga menyebabkan penurunan kesehatan
fisik dan emosional individu. Hal ini semakin banyak dijumpai dan menjadi masalah di
seluruh dunia. Penyebab ganguan makan adalah kompleks dan masih tidak dipahami
sepenuhnya dan mencakup banyak individu terutama golongan remaja perempuan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Gangguan Makan dan Gangguan Somatoform?
2. Bagaimana Gejala Gangguan Makan dan Gangguan Somatoform?
3. Apa Penyebab Gangguan Makan dan Gangguan Somatoform?
4. Apa Jenis Gangguan Makan dan Gangguan Somatoform?
5. Bagaimana Penanganan Gangguan Makan dan Gangguan Somatoform?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Gangguan Makan dan Gangguan Somatoform
2. Untuk mengetahui gejala dari Gangguan Makan dan Gangguan Somatoform
3. Untuk mengetahui penyebab dari Gangguan Makan dan Gangguan Somatoform
4. Untuk mengetahui jenis dari Gangguan Makan dan Gangguan Somatoform
5. Untuk mengetahui penanganan Gangguan Makan dan Gangguan Somatoform
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Gangguan Makan dan Gangguan Somatoform
1) Gangguan Makan
Gangguan makan ditandai dengan ekstrem. Gangguan makan muncul ketika
seseorang mengalami gangguan parah dalam tingkah laku makan, seperti mengurangi
kadar makanan dengan ekstrem atau makan terlalu banyak yang ekstrem, atau perasaan
menderita atau keprihatinan tentang berat atau bentuk tubuh yang ekstrem. Seseorang
dengan gangguan makan mungkin berawal dari mengkonsumsi makanan yang lebih
sedikit atau lebih banyak daripada biasa, tetapi pada tahap tertentu, keinginan untuk
makan lebih sedikit atau lebih banyak terus menerus di luar keinginan (American
Psychiatric Association [APA], 2005).
Gangguan makan biasanya berkembang selama masa remaja atau dewasa
awal.Namun, mereka bisa mulai di masa kecil, juga. Wanita jauh lebih rentan. Hanya
sekitar 5% sampai 15% dari orang dengan anoreksia atau bulimia adalah laki-laki.
Gangguan makan pada anak-anak dan remaja dapat menyebabkan sejumlah masalah
fisik yang serius dan bahkan kematian.
2) Gangguan Somatoform
Kata somatoform diambil dari bahasa Yunani, yang bearti “tubuh”. Dalam gangguan
somatoform orang memiliki simtom fisik yang mengingatkan pada gangguan fisik,
namun tidak ada abnormalitas organik yang dapat ditemukan sebagaimana penyebabnya.
Menurut DSM-IV ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala
fisik yang berlang-ulang disertai dengan permintaan pemeriksaaan medic, meskipun
sudah berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan juga sudah dijelaskan oleh dokternya
bahwa tidak ditemukan kelainan yang menjadi dasar keluhannya. Penderita juga
menyangkal dan menolak untuk membahas kemungkinan kaitan antara keluhan fisiknya
dengan problem atau konflik dalam kehidupan yang dialaminya, bahkan meskipun
didapatkan gejala- gejala anxietas dan depresi.
Kadang kala, sejumlah simtom muncul dalam bentuk yang lebih tidak biasa, seperti
“kelumpuhan” pada tangan atau kaki yang tidak konsisten dengan kerja sistem saraf.
2
Dalam kasus-kasus lain, orang berfokus pada keyakinan bahwa mereka menderita
penyakit yang serius, namun tidak ada bukti abnormalitas fisik yang dapat ditemukan.
3
Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut:
Anoreksia terbagi kepada dua jenis. Dalam jenis restricting-tye anorexia, individu
tersebut menurunkan berat badan dengan berdiet sahaja tanpa makan Universitas
Sumatera Utara berlebihan (binge eating) atau muntah kembali (purging). Mereka
5
terlalu mengehadkan konsumsi karbohidrat dan makan mengandung lemak. Manakala
pada tipe binge-eating/purging, individu tersebut makan secara berlebihan kemudian
memuntahkannya kembali secara segaja (APA, 2005).
Kebanyakan orang dengan Anoreksia Nervosa itu melihat diri mereka sebagai
orang dengan kelebihan berat badan, padahal sebenarnya mereka menderita kelaparan
atau malnutrisi. Kebanyakan pasien dengan Anoreksia itu memiliki masalah psikiatri
dan macam-macam penyakit fisik, termasuk depresi, ansietas, perilaku terasuk
(obsessive), penyalahgunaan zat, komplikasi kardiovaskular dan neurologis, dan
perkembangan fisik yang terhambat.
b. Bulimia Nervosa
Bulimia merupakan bahasa latin dari sebuah kata Yunani boulimia, yang artinya
“extreme hunger” alias lapar yang amat sangat, mereka cenderung makan dalam
jumlah banyak dalam waktu yang singkat, seperti orang yang kelaparan, dan
selanjutnya sebagai “kompensasi” dari pola makannya tersebut, mereka akan
melakukan berbagai cara supaya berat badan mereka tidak bertambah meski mereka
sudah makan banyak. Bulimia nervosa merupakan gangguan psikologis yang
menyebabkan terjadinya gangguan pola makan ditandai dengan makan yang
berlebihan dan diikuti dengan muntah yang dirangsang sendiri. Bulimia nervosa harus
dibedakan dari gangguan depresif, walaupun penderita bulimia sering mengalami
gejala-gejala depresi.
2) Jenis gangguan Somatoform
Menurut DSM-IV terdapat beberapa jenis gangguan somatofrom, sebagai berikut :
a. Gangguan Somatis
Gangguan ini dicirikan dengan adanya keluhan-keluhan fisik yang bermacam-
macam yang tidak dapat dijelaskan atas dasar kelainan fisik, yang sudah berlangsung
sediktinya 2 tahun. Biasanya penderita gangguan somatis tidak mau menerima
nasehat atau penjelasan dari bebrapa dokter bahwa tidak ada kelainan fisik yang dapat
menjelaskan keluhan-keluhannya.
Orang dengan gangguan somatis biasanya merasa terganggu oleh simtom itu
sendiri. Gangguan somasitis melibatkan fokus yang ekstrem dan berlangsung lama
6
pada berbagai gejala fisik majemuk yang tidak memiliki penyebab medis yang jelas.
7
b. Hipokondrik
Dalam psikopatologi, hypokondriasis (hipokondriasis) memiliki akar yang sudah
tua. Bagi orang yunani, “hypochondrya” adalah daerah di bawah tulang iga, dan
organ organ yang ada di wilayah ini mempengaruhi keadaan mental. Sebagai contoh
gangguan usus dan perut pernah dianggap sebagai bagian sidroma hipokondriakal.
hipokondriasis ditandai dengan kecemasan dan ketakutan memiliki penyakit serius.
Dengan demikian, masalah esensialnya adalah kecemasan, tetapi pengekspresianya
berbeda dengan gangguan-gangguan kecemasan lainya. Orang dengan gangguan
hipokondrik memfokuskan keluhannya pada fungsi-fungsi jasmaniah normal seperti
detak jantung atau pernapasan dan system pencernaan. Individu penderita
hipokondrik mengalami sensasi-sensasi fisik yang lumrah dialami semua orang, tetapi
mereka dengan cepat memfokuskan perhatiannya pada sensasi-sensasi ini. Hampir
kebanyakan orang bersepakat bahwa hipokondrik itu pada dasarnya sebuah disorder
of cognition or perseption (gangguan kognisi dan persepsi) dengan kontribusi
emosional yang kuat.
9
CBT merupakan salah satu bentuk psikoterapi yang bertujuan untuk
membantu klien menjadi lebih sehat dalam pikiran dengan mengubah bagaimana cara
klien berpikir (kognitif). CBT memfokuskan pada terapi klien kognitif yang
diharapkan dapat memperbaiki perilaku pasien. Terapi ini menganggap bahwa
kesulitan-kesulitan emosional berasal dari pikiran atau keyakinan yang salah yang
dapat menyebabkan perilaku yang tidak produktif. CBT bertujuan untuk membantu
klien dalam mengidentifikasi pola pikirnya atas situasi atau masalah. Terapi ini lebih
berfokus pada masalah saat ini dan sekarang yang diharapkan dapat tertanam dalam
diri klien dalam menghadapi suatu situasi yang sama pada masa mendatang. Terapi
ini tidak memfokuskan pada kasus yang menyebabkan klien distress atau bergejala
dimasa lampau, tetapi lebih mencari jalan untuk menarik keadaan pikiran klien yang
menetap sekarang.
Adapun beberapa teknik yang dapat digunakan dalam terapi kognitif perilaku
sebagai berikut :
1. Teknik relaksasi
Teknik ini dilakukan berdasar pada asumsi bahwa individu dapat secara
sadar untuk belajar menjelaskan otot-ototnya sesuai dengan keinginannya melalui
suatu cara yang sistematis. Ada bermacam-macam teknik relaksasi, salah satunya
yaitu teknik relaxtation via letting go agar subjek mampu melepaskan ketegangan
dan akhirnya mencapai keadaan tanpa ketegangan. Diharapkan subjek belajar
menyadari ketegangannya dengan mengurang dan menghilangkan ketegangan
otot tersebut.
Selain itu dilatihkan pula teknik differential relaxtation yang mengajarkan
kepada subjek ketrampilan untuk merilekskan otot-otot yang tidak mendukung
aktivitas yang dilakukan, karena dalam keadaan cemas seluruh otot cenderung
tegang, walau otot tersebut kurang berperan dalam aktivitas tertentu.
2. Meditation
Meditasi artinya memusatkan pikiran pada satu objek tertentu saja. Objek
yang paling sering digunakan adalah pernapasan. Dalam meditasi pikiran
diarahkan untuk benar-benar sadar (mindfulness) pada satu objek saja sehingga
gangguan dari pikiran yang kacau dapat dihilangkan dan meningkatkan
kosentrasi.
10
Adapun beberapa teknik kognitif perilaku dalam perspektif islam sebagai
berikut :
1. Mendirikan sholat
Sholat, merupakan alat untuk menyelesaikan masalah, seperti yang
tercantum dalam surat Al-Baqarah ayat 45-46 :
2. Membaca Al-Qur’an
Pembacaan Al-Qur’an dapat dilakukan secara terpisah di luar sholat. Bagi
umat islam, Al-Qur’an merupakan petunjuk yang dapat memberikan jalan
keluar dari masalah yang dihadapinya. Dengan membaca Al-Qur’an hati
seseorang akan menjadi tenang karena mengingat Allah. Al-Qur’an
merupakan alat penyembuh dan penawar dari berbagai penyakit. Dalam Al-
Qur’an dinyatakan dalam surat Yunus ayat 57 dan Al-Isra’ ayat 82 :
Artinya : “Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah
kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.”
11
3. Membaca doa
Islam juga mengajrkan umatnya uuntuk berdoa meminta pertolongan
langsung kepada Allah. Dalam keadaan sulit, seorang muslim diajarkan untuk
kembali kepada Allah, melakukan koreksi diri dan meminta ampun kepada
Allah. Setelah itu, umat islam harus berusaha untuk memperbaiki dirinya.
Doa merupakan alat komunikasi dengan Allah yang dapat memberikan
dukungan dalam menghadapi konflik. Doa dapat memberikan ketenangan.
Stres merupakan hasil kurangnya ketenangan internal karena konflik di dalam
diri manusia yang mendorong gangguan eksternal pada perilaku dan
kesehatan. Ketenangan internal hanya dapat diraih dengan percaya kepada
Allah yang Maha Perkasa, mengingatnya sesering mungkin dan memohon
pertolongan dan pengampunan pada waktu sulit.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Simtom penentu anoreksia nervosa termasuk kelaparan ekstrem, persepsi yang terganggu
tentang tubuh sendiri, ketakutan intens berat badan bertambah dan terhentinya menstruasi
(pada perempuan). Simtom penentu bulimia nervosa adalah binge-eating dan perilaku
kompensatorik (purging atau olahraga eksesif), rasa kehilangan control selama binge, dan
fokus yang tidak semestinya pada berat badan dan bentuk badan. Tidak ada penanganan yang
jelas-jelas efektif untuk anoreksia nervosa, yang mungkin membutuhkan penanganan rawat
inap, meskipun suatu bentuk terapi keluarga baru menawarkan janji, paling tidak di kalangan
remaja. Terapi perilaku kognitif adalah penanganan lini-pertama yang efektif untuk bulimia.
Kata somatoform diambil dari bahasa Yunani, yang bearti “tubuh”. Dalam gangguan
somatoform orang memiliki simtom fisik yang mengingatkan pada gangguan fisik, namun
tidak ada abnormalitas organik yang dapat ditemukan sebagaimana penyebabnya. Adapun
terapi untuk penanganan gangguan somatoform dengan Terapi Kognitif-Perilaku (Cognitive
Behavioral Therapy) dengan menggunakan teknik relaksasi dan meditasi
B. Saran
Makalah yang telah tersusun ini masih banyak kekurangan atau dapat dikatakan jauh dari
kata sempurna, tetapi kami sebagai tim penyusun makalah yang telah menjadi tugas kami ini
sepenuhnya mengucapkan syukur . kami selaku tim penyusun makalah ini mengharapkan
supaya makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat untuk diri kami sendiri dan orang lain,
tidak lupa kami mengharapkan partispasi dari dosen pengampu, teman- teman pembaca agar
menyalurkan partisipasinya untuk memeberikan saran ataupun kritikan yang membangun
yang dapat memberikan kami sebagai tim penyusun motivasi supaya hari esok menjadi lebih
baik. Aamiin.
13
Daftar Pustaka
1) Oltmans, T., Emery R., 2013. Psikologi Abnormal (buku kedua). Terjemahan Edisi VII.
Penerbit Pustaka Belajar. Yogyakarta.
2) V. Mark Durand, dkk, Psikologi Abnormal (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2006)
3) Maslim Rusdi. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujuka Ringkas dari PPDGJ
III, Jakarta: PT Nuh Jaya.
4) Yusuf, David., 2017. "PERBEDAAN TINGKAT STRES DAN GEJALA SOMATIK
ANTARA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KEPERAWATAN DI
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA." FK Unika Widya
Mandala. Surabaya.
5) JEFFREY S. NEVID, dkk, PSIKOLOGI ABNORMAL (Jakarta: ERLANGGA)
6) (http://etheses.uin-malang.ac.id/2208/6/08410097_Bab_2.pdf. Diakses pada tanggal 26
Februari 2020)
7) (https://docplayer.info/52433742-37-3-anorexia-nervosa.html. Diakses pada tanggal 27
Februari 2020)
14