Anda di halaman 1dari 94

MAKALAH PSIKOLOGI ABNORMAL DAN

PSIKOPATOLOGI

FEEDING, EATING, SLEEP AWAKE DAN


ELIMINATION DISORDER

Dosen Pengampu :
Sukma Noor Akbar, M.Psi., Psikolog
Rahmi Fauziah, M.A, Psikolog
Jehan Safitri, M.Psi., Psikolog

Oleh Kelompok 2

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2019

1
DAFTAR NAMA DAN NIM KELOMPOK 2

N NAMA NIM
O
1 BUNGA ASRI DWI ARIANI 1710914320011

2 DHIKA GILANG ERLANGGA 171091431007

3 ISNA AISYAH AMINI 1710914320037


4 MUHAMMAD RIZAL FIKRI 1710914110019

5 NURSAPTA MAULINA 1710914120027

6 RAFIDA AMALIA 1710914220045

7 ZULYAMMA ZAHRO 1710914120037

2
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah atas kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, kami dapat

menyelesaikan materi Makalah Psikologi Abnormal dan Patologi dengan tema

Feeding-Eating, Sleep Awake, and Elimination Disorder. Atas dukungan yang di

berikan dalam penyusunan makalah ini,maka kami mengucapkan banyak terima

kasih

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk

maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin

masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat

mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi

kesempurnaan makalah ini.

Banjarbaru, 30 September 2019

Tim Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

NAMA KELOMPOK……………………………………………………...….....iii
DAFTAR ISI iv

BAB I (Pendahuluan) 5

1.1 Latar Belakang 5

1.2 Rumusan Masalah5

1.3 Tujuan Penulisan 6

BAB II (Pembahasan) 7

2.1 Feedinga and eating disorder 7


2.2 Elimination Disorder 38
2.3 Sleep Awake Disorder 51
BAB III (Penutup) 92

3.1 Kesimpulan 92
3.1 Saran………………………………….……………………………….93
DAFTAR PUSTAKA 94

4
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada dasarnya, gangguan tingkah laku anak atau remaja yang berulang dan
menetap dimana terjadi pelanggaran norma, diluar kebiasaan normal atau
peraturan setempat. Gangguan tersebut bisa terjadi dalam melakukan kebutuhan
sehari hari, seperti makan, tidur dan lain sebagainya sebagai aktivitas yang
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Salah satunya yaitu eating disorders atau gangguan makan adalah istilah
yang mengacu pada sekumpulan penyakit psikologis, yang biasanya ditandai
dengan kebiasaan makan yang tidak normal. Gangguan makan melibatkan
jumlah tidak normal pada makanan yang dikonsumsi (terlalu sedikit atau
terlalu banyak), atau sikap tidak normal terhadap kegiatan makan atau
makanan. Kebutuhan makan berlebih atau sangat kurang dapat merugikan
kesehatan pasien, baik fisik maupun mental, oleh karena itu dianggap sebagai
gangguan makan.

Gangguan makan yang paling sering dialami adalah bulimia nervosa


dan anorexia nervosa. Anorexia nervosa melibatkan pembatasan konsumsi
makanan dalam tingkat yang ekstrem, menyebabkan turunnya berat badan
secara ekstrem dan kelaparan. Hilangnya berat badan secara signifikan dapat
mengganggu (atau sepenuh memberhentikan) siklus menstruasi perempuan.
Sementara, bulimia nervosa, melibatkan gabungan antara makan berlebihan
kemudian membersihkannya. Pembersihan biasanya dilakukan dengan cara
olahraga berlebih, membuat diri sendiri muntah, menggunakan enema,
diuretik (memungkinkan ginjal mengekresikan urin lebih banyak), dan
konsumsi pencahar untuk mengosongkan usus.

Ada pula gangguan lain seperti sleep awake disorder, elimination disorder
dan feeding and eating disorder yang akan dibahas dalam makalah ini.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Feeding and eating disorder?
2. Apa saja criteria diagnosis dan penyebab Feeding and eating disorder?
3. Apa yang dimaksud dengan sleep awake disorder?
4. Apasaja criteria diagnosis untuk sleep awake disorder?
5. Apa yang dimaksud dengan elimination disorder?
6. Apa saja criteria diagnosis elimination disorder?

5
Tujuan
1. Mengetahui penjelasan mengenai feeding and eating disorder, sleep
awake disorder dan elimination disorder.
2. Mengetahui criteria diagnosis feeding and eating disorder, sleep awake
disorder, dan elimination disorder.
3. Mengetahui penyebab feeding and eating disorder, sleep awake disorder,
dan elimination disorder.

6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 FEEDING AND EATING DISORDER
1. PICA 307.52
 Pica Menurut DSM-V
Pica dalam DSM-V masuk sebagai bagian dari feeding and eating disorder,
dengan kriteria sebagai berikut :
a. Bertahan mengkonsumsi zat tidak tidak bernutrisi, bukan makanan lebih dari
satu period, paling tidak 1 bulan
b. Konsumsi zat bukan makanan, tidak bernutrisi ini tidak pantas ke level
perkembangan individu tersebut
c. Perilaku makan ini bukan bagian dari latar belakang budaya atau praktik
norma sosial
d. Jika perilaku makan ini muncul dalam konteks gangguan medis lainnya
(contoh, disabilitas intelektual [intellectual developmental disorder], autism
spectrum disorder, schizophrenia) atau kondisi medis (termasuk kehamilan),
hal ini cukup parah untuk menjamin penambahan perhatian klinis.

Coding Note : ICD-9-CIVI kode untuk pica adalah 307.52 dan itu digunakan
pada anak maupun dewasa. ICD-10-CM kode untuk pica adalah (F98.3) untuk
anak-anak dan (F50.8) untuk orang dewasa.
Spesifik Jika :
In Remission : Setelah bertemu kriteria penuh untuk pica, kriteria mungkin
tidak bertemu untuk periode waktu berkelanjutan.
Fitur Diagnostik :
Ciri penting dari pica adalah mengkonsumsi satu atau lebih zat bukan
makanan, tidak bernutrisi yang bertahan paling tidak lebih dari seperiode dari 1
bulan (Kriteria A) yang cukup parah untuk menjamin perhatian klinis.Tipikal zat
yang ditelan cenderung berbeda tiap usia dan kesediaan dan mungkin juga
mencakup kertas, sabun, baju, rambut, tali, wool, tanah, kapur, bedak talek, cat,
permen karet, logam, kerikil, arang atau batu bara, abu, tanah liat, kanji, atau es.

7
Istilah bukan makanan ini termask karena diagnosis dari pica tidak dapat
diaplikasikan pada konsumsi produk diet yang punya konten nutrisi rendah. Tidak
ada tipikal membenci makanan secara umum. Mengkonsumsi zat tidak bernutrisi,
bukan makanan yang tidak pantas untuk perkembangan (Kriteria B) dan bukan
bagian dari latar belakang budaya atau praktik norma sosial (Kriteria C). Usia
minimal adalah 2 tahun untuk diagnosis pica agar dapat mengecualikan
perkembangan normal memasukkan objek ke mulut oleh bayi yang akhirnya
tertelan. Mengkonsumsi zat bukan makanan, tidak bernutrisi dapat berupa fitur
terkait ganggan mental lain (contoh, intellectual disability [intellectual
developmental disorder], autism spectrum disorder, schizophrenia). Jika perilaku
makan ini muncul secara eksklusif dalam konteks gangguan mental lainnya,
diagnosis terpisah dari pica perlu dibuat hanya jika perilaku makan tersebut cukup
parah untuk menjamin perhatian klinis (Kriteria D).
Fitur Terkait Yang Mendukung Diagnosis :
Meskipun kurang dalam vitamin atau mineral (contoh, zinc, iron) telah
dilaporkan, seringkali tidak ditemukan abnormalitas biologi yang spesifik. Dalam
beberapa kasus, pica yang menjadi perhatian klinis hanya mengikuti kopmplikasi
medis umum (seperti, masalah mechanical bowel; obstruksi usus, seperti yang
dihasilkan dari bezoar; perforasi usus seperi toxoplasmosis dan toxocariasis yang
diakibatkan oleh menelan tinja atau kotoran; keracunan, akibat menelan cat
berbasis timbal).
Prevalensi :
Prevalensi dari pica tidak jelas. Antara individu dengan disabilitas intelektual,
prevalensi dari pica terlihat lebih tinggi dengan keparahan dari kondisinya.
Perkembangan dan Penyebab :
Onset dari pica dapat muncul saat masa kanak-kanak, remaja, ataupun
dewasa, akan tetapi onset masa kanak-kanak lebih sering dilaporkan. Pica dapat
muncul jika perkembangan anak-anak tidak normal, sedangkan pada dewasa, hal
ini lebih sering muncul dalam konteks disabilitas intelektual atau kehamilan, saat
keinginan spesifik (seperti, kapur atau es) mungkin muncul. Diagnosis dari pica
saat kehamilan hanya patut jika keinginan tersebut mengarah pada menelan zat

8
bukan makan, tidak bernutrisi yang berpotensi menimbulkan resiko medis.
Penyebab dari gangguan ini dapat mengindikasikan keadaan darurat medis
(seperti, obstruksi usus, penurunan berat badan akut, keracunan). Gangguan ini
berpotensi fatal tergantung pada zat yang ditelannya.
Faktor Risic dan Prognostic :
Lingkungan. Mengabaikan, kurang pengawasan, dan perkembangan yang
tertunda dapat meningkatkan resiko untuk kondisi ini.
Isu Diagnostik Berkaitan Dengan Budaya :
Dalam beberapa populasi, makan dari bumi atau yang lain seperti zat tidak
bernutrisi dipercaya sebagai bagian dari spiritual, obat, atau nilai sosial lainnya,
atau mungkin juga berupa dukungan budaya atau latihan norma sosial. Perilaku
seperti itu tidak masuk dalam diagnosis pica (Kriteria C).
Isu Diagnosis Terkait Jenis Kelamin :
Pica muncul pada laki-laki maupun wanita. Untuk wanita hal ini dapat
muncul saat kehamilan; meskipun bergitu, sedikit saja yang penyebab picanya
adalah periode postpartum.
Tanda Diagnostik :
Abdominal flat plate radiography, ultrasound, dan metode scanning lainnya
mungkin mengungkapkan obstruksi terkait pica. Tes darah dan tes laboratorium
lainnya dapat di gunakan pada beberapa level keracunan atau pada infeksi.
Konsekuensi Fungsional Dari Pica :
Pica dapat menyebabkan penurunan fungsi fisik yang signifikan, tapi hal ini
jarang menyebabkan penurunan fungsi sosial. Pica sering muncul dengan
gangguan yang berasosiasi dengan penurunan fungsi sosial.
Diagnosis Berbeda :
Mengkonsumsi zat bukan makanan, tidak bernutrisi mungkin muncul saat
gangguan mental lainnya (seperti, autism spectrum disorder, schizophrenia) dan
dalam Keline-Levin syndrome. Dalam beberapa contoh, diagnosis tambahan dari
pica akan diberikan hanya jika perilaku makan tersebut cukup bertahan lama dan
parah hingga menjamin perhatian klinis tambahan.

9
Anorexia Nervosa. Pica biasanya dapat dibedakan dari feeding and eating
disorders lainnya dengan zat bukan makanan, tidak bernutrisi yang
dikonsumsinya. Penting untuk diketahui, meskipun, beberapa anorexia nervosa
termasuk menelan zat bukan makanan, tidak bernutrisi seperti paper tissues,
sebagai saranan untuk mengontrol nafsu makan. Dalam kasus tersebut dimana zat
bukan makanan, tidak bernutrisi yang dikonsumsinya dengan maksud mengontrol
berat bedana, maka anorexia nervosa harus jadi diagnosis utama.
Factitious Disorder. Beberapa individu dengan factitious disorder mungkin
dengan sengaja menelan objek asing sebagai bagaian dari pola pemalsuan gejala
fisik. Seperti contoh tersebut, ada elemen penipuan yang konsisten di induksi
dengan sengaja sebagai cedera atau penyakit.
Perilaku Melukai Diri Sendiri Bukan Bunuh Diri Dalam Gangguan
Kepribadian.
Beberapa individu mungkin menelan benda yang berpotensi melukai (seperti,
pins, jarum, pisau) dalam konteks pola perilaku maladaptive yang diasosiasikan
dengan gangguan kepribadian atau perilaku melukai diri sendiri bukan bunuh diri.
Komorbiditas :
Gangguan yang paling sering berhubungan dengan pica adalah autism
spectrum disorder dan disabilitas intelektual (intellectual development disorder),
dan, atau ke derajat yang lebih rendah, schizophrenia dan obsessive-compulsive
disorder. Pica dapat diasosiasikan dengan trichotillomania (gangguan menarik
rambut) dan gangguan excoriation (menarik kulit). Dalam presentasi komorbid,
rambut atau kulit tersebut biasanya ditelan. Pica juga dapat berasosiasi dengan
avoidant/restrictive food intake disorder, terutama pada individu dengan
komponen sensori yang kuat untuk penampilan mereka. Saat individu diketahui
memiliki pica, assessment harus memasukkan pertimbangan kemungkinan dari
komplikasi gastrointestinal, keracunan, infeksi, dan rendahnya nutrisi.
 Penanganan Pica
a. Terapi lama
Menurut ADAManual Clinical Dietetics tahun 2000, Pica didefinisikan
sebagai kelainan psikobehavioral yang melibatkan keinginan-keinginan

10
(ngidam) yang abnormal untuk memakan sesuatu yang sebenarnya bukan
merupakan makanan yang lazim dikonsumsi seperti tanah, kapur, dan
sebagainya. Pica menjadi sebuah perhatian karena substansi-substansi yang
bukan merupakan makanan itu dikhawatirkan dapat menggantikan nutrisi-
nutrisi dari makanan yang sesungguhnya dan hal ini ias menjadi berbahaya.
Menurut Andrews, 1998 sebenarnya tidak ada suatu panduan yang spesifik
mengenai rencana terapi pada pica, tetapi pendekatan personal dan pemberian
edukasi serta saran-saran yang baik mengenai nutrisi yang seimbang pada
pasien pica menjadi suatu hal penting untuk upaya mengurangi keinginan-
keinginan mengkonsumsi benda-benda yang aneh sehingga dapat tercipta
keseimbangan nutrisi dalam tubuh. Rose, 2000 menyatakan bahwa
penatalaksanaan pasien pica dengan cara yang sama belum tentu
mendapatkan hasil yang sama, kesadaran dari praktisi kesehatan adalah hal
yang paling penting dalam manajemen pasien pica (Cunningham dan
Marcason, 2001).
a. Terapi Baru
1) Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (Farmakologis)
Terapi baru yang kemungkinan ias digunakan dan telah direkomendasikan
karena hasil yang memuaskan saat diuji coba pada pasien pica adalah terapi
farmakologis dengan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRi) dan
neuroleptic atipikal lain. Terapi baru ini bekerja dengan memblok reuptake
atau reabsorpsi serotonin oleh sel-sel saraf di otak. Beberapa jenis SSRi ini
antara lain adalah fluvoxamin, zimelidin, paroxetin, fluoxetin, dan citalopram
(Morrow, 2010).
2) Bupropion (Farmakologis)
Bupropion merupakan golongan obat dari aminoketone norepinephrine
and dopamine reuptake inhibitor yang terbukti ias digunakan sebagai terapi
pada gangguan pica yang persisten, kronik, dan mengalami ketergantungan
nikotin yang parah (Ginsberg, 2006). Intervensi perilaku pada pasien pica
dengan tujuan untuk mengalihkan perhatian, seperti menyusun ulang
llingkungannya, konseling, dan terapi-terapi perilaku yang lain tidak berhasil,

11
maka terapi farmakologis merupakan opsi selanjutnya seperti bupropion
(Ginsberg, 2006). Pada juli 2003, bupropion dikeluarkan dengan regimen 100
mg dua kali sehari ditambah dengan lamotrigin 200 mg tiga kali sehari,
gabapentin 600 mg tiga kali sehari, topiramat 200 mg tiga kali sehari,
zonisamide 300 mg, loratadin 10 mg/hari, naltrexon 50 mg/hari, propanolol
60 mg dua kali sehari, paroxetin 40 mg/hari, risperidone 3 mg dua kali sehari,
multivitamin setiap hari, dan vitamin E 800 IU dua kali sehari. Pada
penelitian yang telah dikakukan, pemberian bupropion selama 12 bulan,
pasien mengalami penurunan episode pica menjadi 6.25 kali setiap bulan, dan
penurunan iasn 0.9 kali episode per bulan dalam 11 bulan pemakaian obat
(Ginsberg, 2006).
3) Response Effort (Pendekatan perilaku)
Response effort merupakan salah satu terapi pada pica dengan pendekatan
metode perilaku. Pada terapi ini, yang dinilai adalah usaha pasien untuk
berusaha memakan sesuatu yang menjadi objek pica dan iasnative lain yang
bukan objek pica. Pada penelitian yang dilakukan oleh Piazza et al (2002),
penelitian ini menggunakan tiga orang yang mengalami gangguan kejiwaan
dan iasn ke klinik Neurobehavioral di Kennedy Krieger Institute. Pasien
pertama memiliki riwayat memakan kunci mobil, batu, tongkat penunjuk,
kotoran, sarung tangan, dan baterai. Pasien kedua memiliki riwayat memakan
batu, tongkat penunjuk, plastic, dan kotoran. Pasien ketiga memiliki riwayat
memakan batu, tongkat penunjuk, kotoran, pakaian, sabun, dan feces (Piazza,
2002). Penelitian dilakukan di ruang tertutup yang terbuat dari bahan yang
aman jika dimakan, lalu disimpan benda objek yang biasa dimakan (seperti
kunci mobil, kotoran, dll) dan benda lain yang menjadi iasnative), dari kedua
benda tersebut akan diletakkan sedemikian caranya sehingga pasien akan
menggunakan low effort atau high effort untuk menjangkau benda-benda
tersebut. Penelitian dilakukan dengan mengamati response effort pada pica
dan benda iasnative. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada usaha
untuk mendapatkan benda iasnative itu tinggi (high effort) sedangkan usaha
untuk mendapatkan objek pica mudah (low effort) maka pasien akan

12
menjangkau objek pica dan memakannya. Sehingga, jika kita menurunkan
usaha untuk menjangkau benda iasnative akan menurunkan frekuensi
kejadian pica. Pada keadaan objek pica mudah dijangkau (low effort)
misalnya benda-benda yang didapat bebas ketika sedang bermain; dan benda
iasnative disimpan susah untuk dijangkau (misalnya di saku seseorang di
sekitar anak) maka akan menurunkan kejadian pica. Sehingga kesimpulannya,
para orang tua atau yang merawat pasien pica harus ias menyimpan benda-
benda yang berbahaya untuk dimakan di tempat-tempat yang aman, dan
meletakkan benda-benda pengalih perhatian (benda iasnative) di tempat-
tempat yang menarik untuk pasien sehingga ias mengurangi frekuensi pica
pada pasien (Piazza, 2002).
4) Response Blocking
Response Blocking merupakan usaha yang dilakukan oleh individu yang
merawat atau menjaga pasien pica agar tidak mengambil benda (bukan
makanan) untuk dimakan. McCord dan Grosser (2005) melakukan penelitian
tentang response blocking pada pasien pica yang dilakukan selama 10 menit
selama 3 sampai dengan 5 hari setiap minggu. Pada penelitian ini, pasien
ditempatkan di ruangan tertutup yang di dalamnya terdapat kertas segi empat
yang dilekatkan ke lantai dan di atas kertas tersebut disimpan benda-benda
(bukan makanan) yang ias dimakan oleh pasien pica. Lalu ada seorang terapis
yang ada di ujung ruangan berjarak 3.1 m dari benda yang ada di atas lantai.
Pada percobaan pertama, terapis tidak bereaksi apa-apa (tidak
mencegah/mem-block) pasien saat akan mengambil benda di atas kertas.
Percobaan kedua, terapis mencegah ketika benda sudah berjarak 0.3 m dari
mulut pasien, pada percobaan ketiga, terapis mencegah pasien mengambil
benda di atas kertas (McCord dan Grosser, 2005). Pada penelitian ini
menunjukan bahwa jika pasien tidak dicegah maka pasien akan dengan
leluasa memakan benda-benda bukan makanan tersebut, walaupun dicegah,
tetapi jika dicegah saat makanan sudah diambil maka efeknya tidak efektif,
pasien tetap tidak mau menjatuhkan makanan tersebut. Hasil dari pencegahan
ini akan efektif jika perawat atau seseorang yang menjaga pasien mencegah

13
pasien mengambil benda-benda berbahaya untuk dimakan. Sehingga,
kesimpulannya adalah pencegahan tidak efektif jika dilakukan setelah pasien
mengambil benda untuk dimakan, tetapi harus dilakukan usaha untuk
mencegah pasien menjangkau benda-benda berbahaya untuk dimakan
tersebut (McCord dan Grosser, 2005).

2. RUMINATION DISORDER 307.53 (F98.21)


 Definisi Rumination Disorder
Gangguan ruminasi adalah kelainan yang ditandai dengan perilaku anak yang
mengeluarkan makanan dan mengunyah makanan tersebut kembali setelah ditelan
atau dicerna sebagian. Mereka biasanya kembali mengunyah dan menelan, namun
terkadang juga memuntahkan makanan tersebut. Perilaku ruminasi dapat terjadi
saat sedang menghabiskan makanan (mengulum makanan di dalam mulut) atau
setelah selesai makan. Perilaku ruminasi sudah menjadi gangguan makan yang
perlu diperhatikan ketika anak terus menerus mengulangi hal tersebut. Jika
sebelumnya belum pernah terjadi dan telah bertahan selama minimal satu bulan
(dengan frekuensi terjadinya minimal satu kali dalam sehari), maka hal tersebut
sudah dapat dikategorikan sebagai gangguan makan ruminasi. Gangguan ruminasi
dapat membaik dan hilang dengan sendirinya ketika anak beranjak dewasa. Tetapi
masih terdapat kemungkinan gangguan ruminasi terjadi pada remaja dan orang
dewasa, meski mereka cenderung menyembunyikannya. Gangguan ini pada
umumnya ditemukan pada anak berusia bayi hingga anak-anak, namun lebih
mungkin terjadi pada anak dengan gangguan kognitif.
 Rumination Disorder Menurut DSM-V
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5)
menetapkan kriteria ruminasi sebagai berikut:
a. Perilaku sudah terjadi dan bertahan minimal selama satu bulan.
b. Perilaku mengeluarkan dan mengunyah makanan kembali tidak berkaitan
dengan penyakit saluran cerna yang menyebabkan seseorang memuntahkan
makanan kembali seperti refluks asam lambung (GERD) dan pyloric stenosis.

14
c. Perilaku ruminasi tidak terjadi bersamaan dengan gangguan makan anoreksia
nervosa, bulimia nervosa, binge eating atau gangguan yang membatasi
makanan tertentu.
d. Jika perilaku ini terjadi sebagai akibat dari gangguan kesehatan mental dan
gangguan perkembangan saraf seperti disabilitas intelektual, gejala dari
gangguan makan ruminasi harus cukup serius untuk didiagnosis dan
mendapatkan penanganan independen.
 Gejala Dan Dampak Rumination Disorder
Terlepas dari terjadinya ruminasi disengaja atau tidak, gangguan makan ini
berkaitan dengan kerja fungsi saluran cerna seperti kontraksi dan relaksasi otot
dalam mencerna makanan. Anak yang melakukan ruminasi dapat mengalami
berbagai gejala, di antaranya:
a. Penurunan berat badan
b. Mengalami bau mulut
c. Kerusakan gigi
d. Sakit perut berulang
e. Gangguan mencerna makanan
f. Bibir tampak kering
g. Bibir terluka akibat gigitan

Jika tidak ditangani gangguan makan ruminasi juga dapat menyebabkan


masalah yang lebih serius:
a. Malnutrisi
b. Sering mengalami dehidrasi dan gangguan elektrolit
c. Gangguan pertumbuhan fisik
d. Gangguan dan infeksi saluran napas
e. Tersedak dan menyebabkan sesak napas
f. Pneumonia
g. Kematian

Secara tidak langsung perilaku mengeluarkan makanan juga dapat


memberikan tekanan pada otot bagian tubuh sehingga memicu rasa pegal dan

15
nyeri. Hal tersebut biasanya terjadi pada otot bagian punggung, sekitar kepala
bagian belakang, otot perut dan otot mulut.
 Penanganan Rumination Disorder

Penanganan tergantung pada konklusi dari gangguan itu sendiri, yang juga
mempertimbangkan usia dan kemampuan kognitif individu.
a. Behavior Therapy

Merubah kebiasaan dengan terapi behavior biasannya digunakan untuk


menangani individu yang tidak mengalami gangguan perkembangan. Individu
belajar untuk mengingat kapan gejala ruminasi dimulai sambil
menghembuskan dan mengeluarkan nafas menggunakan otot perut
(pernafasan diafragma). Pernafasan diafragma mencegah munculnya
kontraksi perut dan regurasi. Biofeedback adalah bagian dari terapi behavior
untuk gangguan ruminasi. Saat biofeedback membayangkan dapat membantu
individu belajar kemampuan pernafasan diafragma untuk mencegah regurasi.
Biasanya penanganan ini fokus untuk bekerja sama dengan orangtua atau
orang terdekat individu agar merubah lingkungan dan perilaku yang
menyebabkan munculnya gangguan ruminasi.
b. Obat-obatan

Jika ruminasi yang sering telah merusak esophagus maka inhibitor


pendorong proton seperti esomprazole (Nexium) atau omeprazole (prilosec)
mungkin harus diberikan. Pengobatan ini dapat melindungan esophagus
sampai terapi behavior berhasil mengurangi frekuensi regurasi. Beberapa
orang dengan gangguan ruminasi diberikan obat-obatan yang membantu perut
untuk relax setelah makan.
3. AVOIDANT/RESTRICTIVE FOOD INTAKE DISORDER 307.59
(F50.8)
1. Definisi

ARFID adalah salah satu jenis gangguan makan yang dijelaskan dalam
Diagnostic and Statistical Manual od Mental Disorder (DSM masuk dalam edisi

16
ke-5) yang mana individu yang mengalaminya memiliki kebiasaan untuk memilih
makanan hingga membuat nutrisi dan gizi dalam tubuhnya berkurang kemudian
membuatnya kehilangan berat badan. Gangguan ini sering dimulai saat bayi dan
anak-anak lalu bertahan hingga dewasa.
Bayi dengan ARFID biasanya akan terlihat marah saat diberi ASI bahkan
cendrung menarik diri dan apatis agar tidak diberi asupan gizi. Terkadang
interaksi antara orangtua-anak juga mengambil peran dalam gangguan ini, dimana
terdapat kesalahan tafsir orang tua terhadap perilaku anak atau bayi. Contohnya
orang tua salah memberikan makanan yang diinginkan oleh anak atau
menganggap perilaku anak/bayi sebagai penolakan.
Hal tersebut dapat membuat asupan gizi tidak terpenuhi kemudian
mempengaruhi emosional anak seperti mudah marah dan memperlambat tumbuh
kembang anak, inilah yang berperan dalam kesulitan makan pada anak. Faktor
temperamental (mudah marah) dan gangguan perkembang membuat anak/bayi
menjadi kurang respon terhadap makanan.
Kemudian bagaimana cara orang tua memberikan perhatian pada anak
juga mempengaruhi ARFID. Fungsi keluarga mempengaruhi emosional anak pada
makan. Jika orang tua menelantarakan atau melecehkan anak dalam mengasuh
anak (contoh stress saat makan bersama keluarga) maka disarankan untuk
menganti cara mengasuh anak karena hal tersebut dapat mempengaruhi kondisi
anak dan melibatkannya langsung pada gangguan ARFID.
Individu yang menderita ARFID biasa terjadi pada anak-anak dan lebih
besar kemungkinan terjadi pada masa tersebut daripada orang dewasa. Jika hal ini
juga berlanjut pada usia dewasa mereka maka kemungkinan besar akan kehidupan
sosial mereka. Namun kembali lagi, pemicu utama dari ARFID sangatlah
bervariasi mulai dari fisik, sosial, dan emosional.
Pada bayi, AFRID biasa ditandai dengan bayi yang mengantuk, tertekan,
dan gelisah menyusu sedangkan untuk anak-anak dan dewasa lebih sering
menghindari makan bahkan ada beberapa ciri yang mirip dengan depresi, bipolar,
kecemasan, namun hal ini biasa disebut dengan gangguan emosional
penghindaran makanan.

17
Ada beberapa banyak resiko pada individu yang menderita AFRID,
dimana akan berimbas pada pronostiknya. Faktor tersebut adalah emosional,
lingkungan, genetic dan fisiologis. Dimana individu dengan AFRID akan lebih
sering mengalami gangguan emosional seperti gangguan kecemasan, gangguan
spektrum autisme, gangguan obsesif-kompulsif, dan gangguan perhatian-defisit /
hiperaktif yang dapat meningkatkan risiko pada individu untuk menghindari atau
membatasiu makan. Pada lingkungan kecemasan keluarga juga mengambil peran
disebabkan oleh rasa cemas memperngaruhi kondisi individu untuk makan. Selain
itu genetic dan fisologis dari individu juga menjadi salah faktor, jika adanya
riwayat kondisi gastrointestinal, penyakit refluks gastroesofageal, muntah, dan
berbagai masalah medis lainnya yang dikaitkan dengan karakteristik feeding and
eating behaviors yang merupakan AFRID.
2. Kriteria Diagnosis
Berikut merupakan kriteria diagnosis dari ARFID yang terdapat pada
DSM V;
1. Gangguan memakan atau memberi makan misalnya tidak memiliki
minat terhadap makanan, menghindari makanan berdasarkan budaya,
dan perhatian konsekuensi momok terhadap makanan. Hal ini
membuat individu gagal memenuhi nutrisi dan energi pada tubuhnya.
Akan termasuk ke dalamnya jika memenuhi satu atau lebih dari
kriteria berikut;
a. Penurunan berat badan yang signifikan atau gagal mencapai berat
badan ideal pada usia anak-anak biasanya.
b. Kekurangan nutrisi yang signifikan.
c. Ketergantungan terhadap suplemen bernutrisi.
d. Gangguan yang ditandai oleh psikososial.
2. Gangguan yang tidak teridentifikasi disebabkan makanan yang tersedia
kurang dan budaya yang berbeda.
3. Gangguan makan tidak terjadi yang ekskusif selama anoreksia nervosa
ataupun bulimia nervosa, serta tidak ada perubahan bentuk tubuh dan
berat badan pada individu yang mengalami.

18
4. Gangguan makan ini tidak diikuti dengan gangguan medias atapun
gangguan mental lainnya. Ketika gangguan makan terjadi dalam
konteks kondisi atau gangguan yang lain, maka tingkat keparahan
gangguan makan itu akan meningkat secara rutin yang dikaotkan
dengan kondisi atau gangguan lainnya dimana akan menambah kondisi
medis.

Setelah semua kriteria ARFID terpenuhi, kriteria yang belum


terpenuhi akan terlihat diperiode yang berkelanjutan. AFRID harus
didiagnosis secara bersamaan hanya jika semua kriteria terpenuhi untuk
kedua gangguan dan gangguan makan adalah fokus utama untuk
intervensi.
 Masalah Diagnostik yang Direferensi Gender

AFRID pada umum terjadi pada laki-laki dan perempuan


khususnya pada masa bayi dan anak usia dini, tetapi AFRID yang
menyertai gangguan spektrum autisme memiliki keunggulan pada laki-
laki. AFRID berkaitan dengan sensitivitas sensoris yang berubah dapat
terjadi pada beberapa kondisi fisiologis, terutama kehamilan, tetapi
biasanya tidak ekstrem dan tidak memenuhi kriteria penuh untuk
gangguan tersebut.
 Diagnostik Pertanda

Diagnostik meliputi malnutrisi, berat badan rendah, keterlambatan


pertumbuhan, dan kebutuhan akan nutrisi buatan tanpa adanya kondisi
medis yang jelas selain asupan yang buruk.
 Diferensialiai Diagnosis

Kehilangan nafsu makan sebelum asupan terbatas adalah gejala


tidak spesifik yang dapat menyertai sejumlah diagnosis mental. Gangguan
asupan makanan avoidant / restriktif dapat didiagnosis bersamaan dengan
gangguan di bawah ini jika semua kriteria terpenuhi, dan gangguan makan
membutuhkan perhatian klinis khus Kondisi mental medis atau

19
komorbiditas yang mendasari dapat mempersulit pemberian makan dan
makan. Karena individu yang lebih tua, pasien pasca bedah, dan individu
yang menerima kemoterapi sering kehilangan nafsu makan, diagnosis
tambahan gangguan asupan makanan penghindaran / pembatasan
mengharuskan gangguan makan adalah fokus utama untuk intervensi.
Gangguan neurologis / neuromuskuler spesifik, struktural, atau
bawaan dan kondisi yang terkait dengan kesulitan makan. Kesulitan
makan sering terjadi pada sejumlah kondisi bawaan dan neurologis yang
sering terkait dengan masalah dengan struktur dan fungsi oral / esofagus /
faring, seperti hipotonia otot, penonjolan lidah, dan menelan yang tidak
aman.
Gangguan kelekatan reaktif : Beberapa derajat penarikan adalah
karakteristik kelainan kelekatan reaktif dan dapat menyebabkan gangguan
dalam hubungan pengasuh-anak yang dapat memengaruhi pemberian
makan dan asupan anak.
Gangguan spektrum autism : Individu dengan kelainan spektrum
autisme sering datang dengan perilaku makan yang kaku dan kepekaan
indera yang meningkat. Namun, fitur-fitur ini tidak selalu menghasilkan
tingkat gangguan yang akan diperlukan untuk diagnosis gangguan asupan
makanan penghindar / pembatasan.
Anorexia nervosa : Pembatasan asupan energi relatif terhadap
persyaratan yang mengarah ke berat badan rendah secara signifikan adalah
fitur inti dari anoreksia nervosa. Namun, orang-orang dengan anoreksia
nervosa juga menunjukkan rasa takut bertambah berat atau menjadi
gemuk, atau perilaku keukeh yang mengganggu kenaikan berat badan,
serta gangguan spesifik dalam kaitannya dengan persepsi dan pengalaman
berat dan bentuk tubuh mereka sendiri. Fitur-fitur ini tidak ada pada
AFRID dan kedua gangguan tersebut tidak harus didiagnosis secara
bersamaan.
Gangguan obsesif-kompulsif : Individu dengan gangguan obsesif-
kompulsif dapat hadir dengan menghindari atau membatasi asupan

20
sehubungan dengan keasyikan dengan makanan atau perilaku makan
ritual.
Gangguan depresi berat : Pada gangguan depresi mayor, nafsu
makan mungkin dipengaruhi sedemikian rupa sehingga individu-individu
hadir dengan asupan makanan yang dibatasi secara signifikan, biasanya
dalam kaitannya dengan asupan energi keseluruhan dan sering dikaitkan
dengan penurunan berat badan. Biasanya kehilangan nafsu makan dan
pengurangan terkait pengurangan asupan dengan resolusi masalah suasana
hati.
Gangguan spektrum skizofrenia : Individu dengan skizofrenia,
gangguan delusi, atau gangguan psikotik lainnya dapat menunjukkan
perilaku makan yang aneh, menghindari makanan tertentu karena
keyakinan delusi, atau manifestasi lain dari asupan yang menghindar atau
membatasi. Dalam beberapa kasus, kepercayaan delusi dapat berkontribusi
pada kekhawatiran tentang konsekuensi negatif dari menelan makanan
tertentu

3. Penangganan Gangguan
Untuk penderita dengan AFRID dalam penangangannya
diperlukan Cognitive-Behavior Therapy untuk membantu pasien
menormalkan pola makan mereka. CBT juga dapat membantu para
penderita menangangani rasa cemas mereka tentang apa yang mereka
makan.

21
4. ANOREXIA NERVOSA
A. Definisi

Anorexia nervosa adalah gangguan makan yang ditandai dengan rasa takut
yang berlebihan bila berat badan bertambah dan terdapat gangguan persepsi pada
bentuk tubuh. Penderita biasa memiliki obsesi terhadap tubuh yang kurus dan
melakukan berbagai cara agar mendapatkan tubuh yang ideal.
Penyebab dari gangguan Anorexia Nervosa sendiri tidak dapat dipastikan
sebelumnya. Namun banyak penyebab yang diperkirakan oleh pengarugh acuan
fisik, masalah emosional, dan bahkan tekanan sosial di masyarakat (tidak percaya
diri dengan bentuk tubuh dan tuntutan idealisme). Gen dan hormone pun dapat
mempengaruh seseorang terkan Anorexia Nervosa.
Kode ICD-9-CM untuk anoreksia nervosa adalah 307.1, yang diberikan
terlepas dari subtipe. Kode ICD-10-CM tergantung pada subtipe (lihat di bawah).
Tentukan apakah:
1. (F50.01) Jenis pembatas: Selama 3 bulan terakhir, individu tersebut
tidak terlibat dalam episode berulang perilaku makan atau
membersihkan pesta (mis., Muntah yang diinduksi sendiri atau
penyalahgunaan obat pencahar, diuretik, atau enema). Subtipe ini
menjelaskan presentasi di mana penurunan berat badan dicapai
terutama melalui diet, puasa, dan / atau olahraga berlebihan.
2. (F50.02) Jenis pesta makan / pembersihan: Selama 3 bulan
terakhir, individu tersebut telah terlibat dalam episode berulang
perilaku makan atau pembersihan pesta (mis., Muntah yang
diinduksi sendiri atau penyalahgunaan obat pencahar, diuretik, atau
enema).

Kriteria A (berat badan rendah) belum terpenuhi untuk periode yang


berkelanjutan, tetapi Kriteria B (takut akan berat badan atau menjadi gemuk atau
perilaku yang mengganggu kenaikan berat badan) atau Kriteria C (gangguan
persepsi diri tentang berat dan bentuk ) masih bertemu.

22
Dalam remisi penuh: Setelah kriteria penuh untuk anoreksia nervosa
sebelumnya terpenuhi, tidak ada kriteria yang dipenuhi untuk periode waktu yang
berkelanjutan.
Tingkat keparahan minimum didasarkan, untuk orang dewasa, pada indeks
massa tubuh saat ini (BMI) (lihat di bawah) atau, untuk anak-anak dan remaja,
pada persentil BMI. Kisaran di bawah ini berasal dari kategori Organisasi
Kesehatan Dunia untuk ketipisan pada orang dewasa; untuk anak-anak dan
remaja, persentil BMI yang sesuai harus digunakan. Tingkat keparahan dapat
ditingkatkan untuk mencerminkan gejala klinis, tingkat kecacatan fungsional, dan
kebutuhan akan pengawasan.
Ringan: BMI> 17kg / m2
Sedang: BM116-16,99 kg / m ^
Parah: BM115-15,99 kg / m ^
Ekstrim: BMI <15 kg / m ^
Sebagian besar individu dengan binge-eating / purging type anorexia
nervosa yang juga mengeluarkan makanan melalui muntah diinduksi sendiri atau
penyalahgunaan obat pencahar, diuretik, atau enema. Beberapa individu dengan
subtipe anoreksia nervosa ini tidak makan berlebihan tetapi melakukan
pengeluaran makanan secara teratur setelah mengonsumsi sejumlah kecil
makanan. Crossover antara subtipe selama gangguan tidak jarang terjadi; Oleh
karena itu, deskripsi subtipe harus digunakan untuk menggambarkan gejala saat
ini daripada perjalanan memanjang.
B. Kriteria Diagnosa

Berikut merupakan kriteria diagnosis dari Anorexia Nervosa menurut


DSM-V, yaitu :
A. Pembatasan energi secara relatif terhadap persyaratan, yang
mengarah pada tubuh yang sangat rendah dalam konteks usia, jenis kelamin,
lintasan perkembangan, dan kesehatan fisik. Berat badan yang sangat rendah
didefinisikan sebagai berat yang kurang dari normal minimal untuk anak-anak dan
remaja atau kurang dari yang minimal yang diharapkan.

23
B. Ketakutan yang besar untuk menambah berat badan atau menjadi
gemuk, penderita merasa terganggu dengan kenaikan berat badan, meskipun
dengan kenaikan berat badan yang sangat rendah.
C. Gangguan dengan cara di mana berat badan atau bentuk tubuh
seseorang dialami, pengaruh berat atau bentuk tubuh yang tidak semestinya pada
evaluasi diri, atau kurangnya pengakuan akan keseriusan berat badan rendah saat
ini.
 Fitur Diagnostik

Ada tiga fitur penting dari anoreksia nervosa: pembatasan asupan energi
persisten; Ketakutan yang intens untuk menambah berat badan atau menjadi
gemuk, atau perilaku gigih yang mengganggu kenaikan berat badan; dan
gangguan pada berat atau bentuk yang dirasakan sendiri.
Kriteria A: Individu mempertahankan berat badan yang di bawah tingkat
minimal normal untuk usia, jenis kelamin, lintasan perkembangan, dan kesehatan
fisik. Bobot tubuh individu sering kali memenuhi kriteria ini setelah penurunan
berat badan yang signifikan, tetapi di antara anak-anak dan remaja, kemungkinan
ada kegagalan untuk membuat kenaikan berat badan yang diharapkan atau
mempertahankan lintasan perkembangan yang normal (Ketika tumbuh tinggi)
daripada kehilangan berat badan.
Kriteria ini mensyaratkan bahwa berat individu rendah secara signifikan
(Kurang dari normal minimal atau, untuk anak-anak dan remaja, kurang dari yang
diharapkan minimal). Penilaian berat dapat menjadi tantangan karena rentang
berat normal berbeda di antara individu, dan ambang batas yang berbeda telah
diterbitkan yang mendefinisikan status ketipisan atau kekurangan berat badan.
Indeks massa tubuh (BMI; dihitung sebagai berat dalam kilogram / tinggi dalam
meter ^) adalah ukuran yang berguna untuk menilai berat badan untuk tinggi.
Untuk orang dewasa, BMI 18,5 kg / m ^ telah digunakan oleh Pusat Pengendalian
dan Pencegahan Penyakit (CDC) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai
batas bawah dari berat badan normal. Oleh karena itu, sebagian besar orang
dewasa dengan BMI lebih dari atau sama dengan 18,5 kg / m ^ tidak akan

24
dianggap memiliki berat badan yang sangat rendah. Di sisi lain, BMI yang lebih
rendah dari 17,0 kg / m ^ telah dipertimbangkan oleh WHO untuk
mengindikasikan ketipisan sedang atau berat; oleh karena itu, seseorang dengan
BMI kurang dari 17,0 kg / m ^ kemungkinan akan dianggap memiliki berat badan
yang rendah secara signifikan. Orang dewasa dengan BMI antara 17,0 dan 18,5 kg
/ m ^, atau bahkan di atas 18,5 kg / m, dapat dianggap memiliki berat badan yang
sangat rendah jika riwayat klinis atau informasi fisiologis lainnya mendukung
penilaian ini.
Untuk anak-anak dan remaja, menentukan persentil BMI-untuk-usia
berguna (lihat, misalnya, kalkulator persentil BMI untuk anak-anak dan remaja.
Adapun untuk orang dewasa, tidak mungkin untuk memberikan standar yang pasti
untuk menilai apakah berat badan anak atau remaja) secara signifikan rendah, dan
variasi dalam lintasan perkembangan di antara kaum muda membatasi kegunaan
pedoman numerik sederhana. CDC telah menggunakan BMI-untuk-usia di bawah
persentil ke-5 sebagai yang menunjukkan kekurangan berat badan, namun anak-
anak dan remaja dengan BMI di atas tolok ukur ini mungkin dinilai kurang berat
secara signifikan mengingat kegagalan untuk mempertahankan lintasan
pertumbuhan yang diharapkan. Singkatnya, dalam menentukan apakah Kriteria A
terpenuhi, dokter harus mempertimbangkan pedoman numerik yang tersedia, serta
tubuh individu, riwayat berat badan, dan gangguan fisiologis apa pun.
Kriteria B: Individu dengan kelainan ini biasanya menunjukkan rasa takut
yang kuat akan bertambahnya berat badan atau menjadi gemuk, biasanya berat
badan tidak berkurang. Bahkan, kekhawatiran tentang kenaikan berat badan dapat
meningkat bahkan saat berat badan turun. Individu yang lebih muda dengan
anoreksia nervosa, serta beberapa orang dewasa, mungkin tidak mengenali atau
mengakui ketakutan akan kenaikan berat badan. Dengan tidak adanya penjelasan
lain untuk berat badan yang sangat rendah, inferensi klinis diambil dari riwayat
agunan, data pengamatan, temuan fisik dan laboratorium, atau kursus longitudinal
yang mengindikasikan rasa takut kenaikan berat badan atau mendukung perilaku
persisten yang mencegahnya dapat digunakan untuk menetapkan Kriteria. B.

25
Kriteria C : Pengalaman dan signifikansi berat dan bentuk tubuh terdistorsi
pada individu-individu ini. Beberapa individu merasa kelebihan berat badan
secara global. Yang lain menyadari bahwa mereka kurus tetapi masih khawatir
bahwa bagian-bagian tubuh tertentu, terutama perut, bokong, dan paha, "terlalu
gemuk." Mereka mungkin menggunakan berbagai teknik untuk mengevaluasi
ukuran atau berat badan mereka, termasuk penimbangan yang sering, pengukuran
obsesif pada bagian-bagian tubuh, dan penggunaan cermin secara terus-menerus
untuk memeriksa area yang dianggap "lemak".
Harga diri individu dengan anoreksia nervosa sangat tergantung pada
persepsi mereka terhadap bentuk dan berat badan. Penurunan berat badan sering
dipandang sebagai pencapaian yang mengesankan dan tanda disiplin diri yang luar
biasa, sedangkan kenaikan berat badan dianggap sebagai kegagalan kontrol diri
yang tidak dapat diterima. Meskipun beberapa individu dengan gangguan ini
mungkin mengakui kurus, mereka sering tidak mengenali implikasi medis serius
dari keadaan kekurangan gizi mereka.
Seringkali, individu dibawa ke perhatian profesional oleh anggota
keluarga setelah penurunan berat badan yang nyata (atau kegagalan untuk
membuat kenaikan berat badan yang diharapkan) telah terjadi. Jika individu
mencari bantuan sendiri, biasanya karena kesusahan akibat gejala sisa somatik dan
psikologis kelaparan. Jarang bagi seorang individu dengan anoreksia nervosa
mengeluh penurunan berat badan per se. Faktanya, individu dengan anoreksia
nervosa sering kurang wawasan atau menyangkal masalah. Oleh karena itu sering
penting untuk memperoleh informasi dari anggota keluarga atau sumber lain
untuk mengevaluasi riwayat penurunan berat badan dan gejala penyakit lainnya
 Fitur Terkait Diagnosis Pendukung

Semi-kelaparan anoreksia nervosa dan purging behavior yang kadang-


kadang terkait dengannya, dapat mengakibatkan kondisi medis yang signifikan
dan berpotensi mengancam jiwa disebabkan penggunaan obat-obatan atau cara
mengeluarkan makanan tersebut. Ketika berat badannya sangat rendah, banyak
orang dengan anoreksia nervosa memiliki tanda-tanda dan gejala depresi seperti

26
suasana hati yang tertekan, penarikan sosial, lekas marah, susah tidur, dan
berkurangnya minat untuk berhubungan seks. Karena ciri-ciri ini juga diamati
pada individu tanpa anoreksia nervosa yang secara signifikan kekurangan gizi,
banyak fitur depresi mungkin sekunder dari sekuele fisiologis semi-kelaparan,
meskipun mereka juga cukup parah untuk memerlukan diagnosis tambahan
gangguan depresi mayor.
 Prevalensi Prevalensi

12 bulan anorexia nervosa pada wanita muda adalah sekitar 0,4%. Kurang
diketahui tentang prevalensi di antara laki-laki, tetapi anorexia nervosa jauh lebih
jarang terjadi pada laki-laki daripada perempuan, dengan populasi klinis
umumnya mencerminkan sekitar 10: 1 rasio perempuan terhadap laki-laki.
 Faktor Risiko dan Prognostik
1. Emosional : Individu yang mengalami gangguan kecemasan atau
menunjukkan sifat-sifat obsesif di masa kanak-kanak berisiko lebih
tinggi terkena anoreksia nervosa.
2. Lingkungan : Variabilitas historis dan lintas budaya dalam
prevalensi anoreksia nervosa mendukung hubungannya dengan
budaya dan pengaturan di mana ketipisan dihargai. Pekerjaan dan
pekerjaan yang mendorong ketipisan, seperti pemodelan dan atletik
elit, juga dikaitkan dengan peningkatan risiko.
3. Genetik dan fisiologis : Ada peningkatan risiko anoreksia nervosa
dan bulimia nervosa di antara kerabat biologis tingkat pertama dari
individu dengan gangguan tersebut. Peningkatan risiko gangguan
bipolar dan depresi juga telah ditemukan di antara kerabat tingkat
pertama dari individu dengan anoreksia nervosa, terutama kerabat
individu dengan tipe pesta makan / membersihkan. Tingkat
konkordansi untuk anoreksia nervosa pada kembar monozigot
secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kembar
dizigotik. Berbagai kelainan otak telah dijelaskan pada anoreksia
nervosa menggunakan teknologi pencitraan fungsional (pencitraan

27
resonansi magnetik fungsional, tomografi emisi positron). Sejauh
mana temuan ini mencerminkan perubahan yang terkait dengan
malnutrisi versus kelainan primer yang terkait dengan gangguan
tidak jelas.

 Diagnostik Kelainan laboratorium

Berikut dapat diamati pada anoreksia nervosa; kehadiran mereka dapat


meningkatkan kepercayaan diagnostik.
1. Hematologi : Leukopenia sering terjadi, dengan hilangnya semua tipe sel
tetapi biasanya dengan limfosit yang jelas. Anemia ringan dapat terjadi,
serta trombositopenia dan, jarang, masalah perdarahan.
2. Kimia serum : Dehidrasi dapat dicerminkan oleh kadar nitrogen urea darah
yang meningkat. Hiperkolesterolemia sering terjadi. Tingkat enzim hati
dapat meningkat. Hipomagnesemia, hipozincemia, hipofosfatemia, dan
hyperamylasemia kadang-kadang diamati. Muntah yang diinduksi sendiri
dapat menyebabkan alkalosis metabolik (peningkatan serum bikarbonat),
hipokloremia, dan hipokalemia; penyalahgunaan pencahar dapat
menyebabkan asidosis metabolik ringan.
3. Kelenjar endokrin : Kadar tiroksin serum (T4) biasanya dalam kisaran
rendah-normal; kadar triiodothyronine (T3) menurun, sedangkan kadar T3
terbalik meningkat. Wanita memiliki kadar estrogen serum yang rendah,
sedangkan pria memiliki kadar testosteron serum yang rendah.
4. Elektrokardiografi : Sinus bradikardia sering terjadi, dan, jarang, aritmia
dicatat. Perpanjangan signifikan dari interval QTc diamati pada beberapa
individu. Massa tulang. Kerapatan mineral tulang yang rendah, dengan
area spesifik osteopenia atau osteoporosis, sering terlihat. Risiko fraktur
meningkat secara signifikan.
5. Elektroensefalografi : Abnormalitas difus, yang mencerminkan
ensefalopati metabolik, dapat terjadi akibat gangguan cairan dan elektrolit

28
yang signifikan. Pengeluaran energi istirahat. Sering ada pengurangan
yang signifikan dalam pengeluaran energi istirahat.
6. Tanda dan gejala fisik : Banyak tanda fisik dan gejala anoreksia nervosa
yang disebabkan oleh kelaparan. Amenore umumnya hadir dan tampaknya
menjadi indikator disfungsi fisiologis. Jika ada, amenore biasanya
merupakan konsekuensi dari penurunan berat badan, tetapi pada sebagian
kecil individu itu sebenarnya bisa mendahului penurunan berat badan.
Pada wanita prapubertas, menarche mungkin tertunda. Selain amenore,
mungkin ada keluhan konstipasi, sakit perut, intoleransi dingin, lesu, dan
energi berlebih.
C. Penangangan Gangguan
Psikoterapi yang dianjuran dalam masalah Anorexia
Nervosa adalah Cognitive-Behavior Therapy. Tujuannya untuk
mengembalikan pola makan normal penderita agar mampu
menambah berat badan. Terapi ini juga membantu penderita
mengubah pola pikir dan perilaku penderita yang tidak sehat serta
membangun kepercayaan diri bentuk tubuh.
5. Bullimia Nervousa

Bulimia nervosa adalah penyakit kejiwaan serius yang ditandai dengan


episode makan berulang (konsumsi makanan dalam jumlah besar yang tidak
normal dalam waktu singkat), segera diikuti oleh muntah yang dipicu sendiri,
puasa, olahraga berlebihan dan / atau penyalahgunaan obat pencahar, enema atau
diuretik.
Bulimia nervosa berbeda dari gangguan pesta makan karena episode pesta
dikaitkan dengan rasa kehilangan kontrol dan segera diikuti oleh perasaan
bersalah dan malu, yang kemudian membawa orang tersebut ke perilaku
kompensasi yaitu untuk segera membersihkan diri dari makanan yang baru saja
mereka makan. makan.
Seseorang dengan bulimia nervosa biasanya mempertahankan berat rata-
rata, atau mungkin sedikit di atas atau di bawah berat rata-rata untuk tinggi badan

29
mereka, yang sering membuatnya kurang dikenali daripada kasus serius anoreksia
nervosa.
Bulimia nervosa
Kriteria diagnostik pada DSM V
1. Episode berulang makan pesta. Apakah episode pesta makan ditandai oleh
keduanya
a. Sebuah. Makan dalam periode waktu yang terpisah (mis., Dalam periode 2
jam) jumlah makanan yang pasti lebih besar dari apa yang kebanyakan
orang makan dalam periode waktu yang sama dalam kondisi yang sama
b. Perasaan kurang bisa mengendalikan pemanasan selama episode (mis.,
Merasa bahwa seseorang tidak bisa berhenti makan atau mengendalikan
apa atau berapa banyak yang dimakan)
2. Perilaku kompensasi yang tidak diawali secara berulang untuk mendapatkan
berat kembali, seperti muntah yang diinduksi sendiri, penyalahgunaan pencahar,
diuretik, atau obat lain, puasa atau olahraga berlebihan
3. Makan pesta dan perilaku kompensasi yang tidak pantas keduanya terjadi, rata-
rata, setidaknya sekali seminggu selama 3 bulan
4. Evaluasi diri terlalu dipengaruhi oleh bentuk dan berat badan
5. Gangguan tidak terjadi secara eksklusif selama episode anoreksia nervosa
Khususnya itu
Dalam remisi parsial: setelah kriteria penuh untuk bulimia nervosa sebelumnya
mer, beberapa tetapi tidak semua, kriteria telah dipenuhi untuk periode waktu
yang berkelanjutan
Dalam remisi penuh: setelah kriteria penuh untuk bulimia nervosa sebelumnya
dipenuhi, tidak ada kriteria yang dipenuhi untuk periode waktu yang
berkelanjutan
Tentukan tingkat keparahan saat ini:
Tingkat keparahan minimum didasarkan pada frekuensi perilaku kompensasi yang
tidak sesuai. Tingkat dapat ditingkatkan untuk mencerminkan gejala lain dan
tingkat kecacatan fungsional

30
Pertengahan: Dalam episode 1-3 Rata-rata perilaku pembatasan yang tidak tepat
per minggu
Sedang: Rata-rata 4 - 7 episode cempensatory tidak pantas per minggu
Parah: rata-rata 8-13 episode tidak layak per minggu
Ekstrem: rata-rata 14 episode episode atau lebih yang tidak sesuai untuk setiap
minggunya

Beberapa tanda dan gejala bulimia nervosa yang lebih umum adalah:
1. Kesulitan dengan aktivitas yang melibatkan makanan
2. Kesendirian karena isolasi diri dan keengganan untuk mengembangkan
hubungan pribadi
3. Perilaku menipu yang berkaitan dengan makanan
4. Takut akan ketidaksetujuan orang lain jika penyakitnya diketahui
5. Perubahan suasana hati, perubahan kepribadian, ledakan emosi atau
depresi
6. Melukai diri sendiri, penyalahgunaan zat atau upaya bunuh diri
7. Kepekaan terhadap referensi tentang berat atau penampilan
8. Bersalah, jijik pada diri sendiri, membenci diri sendiri
9. Kegelisahan
10. Depresi
11. Sering pergi ke kamar mandi, terutama setelah makan
12. Penghindaran makanan, perilaku diet (ini mungkin disebabkan oleh
rasa takut untuk menambah berat badan dan mungkin juga untuk
menghindari ritual yang tidak menyenangkan yaitu membersihkan
sesudahnya)
13. Fluktuasi berat

Tanda dan efek fisik bulimia nervosa:


Bulimia nervosa mempengaruhi pikiran dan tubuh dalam banyak cara:
1. Otak - keasyikan dengan makanan dan berat badan, harga diri rendah,
kecemasan, depresi

31
2. Mulut - erosi email gigi, rahang bengkak, bau mulut, penyakit gusi,
kerusakan gigi
3. Tenggorokan / kerongkongan - sakit tenggorokan kronis, gangguan
pencernaan, mulas, refluks, meradang atau pecahnya kerongkongan
4. Jantung - detak jantung tidak teratur atau lambat, henti jantung, gagal
jantung, tekanan darah rendah, pingsan, pusing
5. Perut dan usus - bisul, sakit, perut pecah, masalah usus, sembelit, diare,
kram
6. Hormon - menstruasi yang tidak teratur atau tidak ada, hilangnya libido,
infertilitas
7. Ginjal - dehidrasi
8. Kulit - kapalan pada buku jari, kulit kering
9. Otot - kelelahan, kram disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit,
kelelahan, kelesuan

Pemulihan
Pemulihan penuh dari bulimia nervosa memungkinkan. Namun seringkali
orang hidup dengan bulimia selama bertahun-tahun sebelum terdeteksi atau
mereka mencari bantuan, yang dapat membuat siklus lebih sulit untuk dipecahkan.
Jika Anda mengenali tanda-tanda bulimia nervosa dalam diri Anda atau
seseorang yang Anda kenal, yang terbaik adalah mencari bantuan profesional
sesegera mungkin. Lebih sering orang-orang dengan bulimia dapat diperlakukan
sebagai pasien rawat jalan, mereka dapat mengatasi penyakit mereka dengan
bantuan seorang psikolog sementara masih menjalani kehidupan sehari-hari,
daripada dirawat di rumah sakit. Bekerja dengan seorang psikolog dapat
membantu orang yang mengalami bulimia untuk mengembangkan strategi koping
dan mengatasi akar penyebab penyakit mereka, seperti harga diri rendah dan citra
tubuh yang buruk.
6. Binge Eating Disorder

32
Binge eating disorder adalah penyakit psikologis yang ditandai dengan
sering mengonsumsi makanan dalam jumlah berlebihan, sering kali saat tidak
lapar.
Binges mewakili gangguan yang memungkinkan seseorang untuk
menghindari berpikir tentang akar masalah mereka yang sebenarnya. Perasaan
bersalah, jijik, dan depresi sering kali mengikuti episode pesta berlebihan.
Gangguan makan pesta tidak sama dengan makan berlebihan, karena berulang dan
lebih serius.
Gangguan makan pesta mirip dengan tetapi tidak sama dengan bulimia
nervosa. Di mana orang yang mengalami bulimia nervosa akan mengambil bagian
dalam kegiatan pembersihan setelah pesta berlebihan (seperti muntah yang
diinduksi sendiri, puasa, olahraga berlebihan dan / atau penyalahgunaan obat
pencahar, enema atau diuretik), gangguan makan pesta ditandai dengan tidak
adanya pembersihan, meskipun mengalami perasaan bersalah, malu, dan
kebencian yang sama setelahnya.
Kriteria Diagnostik Dalam DSM V
1. Episode berulang makan pesta. Episode pesta makan ditandai oleh kedua hal
berikut
Sebuah.
a. Makan, dalam periode waktu yang terpisah (mis., Dalam periode 2 jam),
jumlah makanan yang pasti lebih besar dari apa yang kebanyakan orang
akan makan dalam periode waktu yang sama dalam kondisi yang sama
b. Perasaan kurang bisa mengendalikan makan selama episode (mis.,
Perasaan bahwa seseorang tidak bisa berhenti makan atau mengendalikan
apa atau berapa banyak yang dimakan seseorang
2. Episode pesta-makan dikaitkan dengan tiga atau lebih dari yang berikut ini
Sebuah.
a. Makan jauh lebih cepat dari biasanya
b. Makan sampai merasa kenyang
c. Makan makanan dalam jumlah besar saat tidak merasa lapar secara fisik

33
d. Makan sendirian karena merasa diliputi oleh seberapa banyak orang
makan
e. Merasa jijik dengan diri sendiri, depresi, atau sangat kesulitan setelah
menangkal
f. Kesulitan nyata tentang pesta makan hadir
g. Pesta makan terjadi, rata-rata, setidaknya sekali seminggu 3 bulan
h. Pesta makan tidak terkait dengan penggunaan berulang perilaku
kompensasi yang tidak sesuai seperti pada bullimia norvosa dan tidak
terjadi secara eksklusif selama terjadinya bullimia nervosa atau anoreksia
nervosa
Khususnya itu
Dalam remisi parsial: Setelah kriteria penuh untuk gangguan pesta makan
sebelumnya dipenuhi pesta makan terjadi pada frekuensi rata-rata kurang dari satu
episode per minggu untuk periode waktu yang berkelanjutan
Dalam pemulihan penuh: Setelah kriteria penuh untuk gangguan makan
sebelumnya terpenuhi, tidak ada kriteria yang dipenuhi untuk periode waktu yang
berkelanjutan

Tingkat keparahan saat ini:


Tingkat keparahan minimum didasarkan pada frekuensi episode makan
berlebihan. Tingkat keparahan dapat ditingkatkan untuk mencerminkan gejala lain
dan tingkat kecacatan fungsional
Ringan: 1-3 episode pesta per minggu
Sedang: 4-7 episode pesta per minggu
Parah: 5-13 episode pesta per minggu
Ektrem: 14 episode pesta atau lebih per minggu

Beberapa tanda dan gejala gangguan pesta makan yang lebih umum adalah:
1. Perasaan yang sangat lemah tentang kontrol terhadap perilaku makan
2. Makan lebih cepat dari biasanya

34
3. Periode makan yang tidak terkendali, impulsif atau terus menerus
dimana seseorang dapat mengkonsumsi ribuan kalori, seringkali
sampai merasa tidak nyaman penuh
4. Makan saat tidak lapar secara fisik
5. Episode makan pesta berulang, yang sering menghasilkan perasaan
malu atau bersalah
6. Makan secara rahasia
7. Menghindari situasi sosial, terutama yang melibatkan makanan
8. Makan jumlah 'normal' dalam pengaturan sosial, dan makan berlebihan
saat sendirian
9. Harga diri rendah dan malu atas penampilan fisik
10. Merasa sangat tertekan, kesal dan cemas selama dan setelah episode
pesta makan
11. Takut akan ketidaksetujuan orang lain
12. Upaya mencelakakan diri atau bunuh diri
13. Terlalu sensitif terhadap referensi tentang berat atau penampilan
14. Bersalah, jijik pada diri sendiri
15. Depresi dan / atau kecemasan

Tanda-tanda fisik dan efek gangguan makan pesta


Gangguan pesta makan mempengaruhi pikiran dan tubuh dalam banyak
cara:
1. Otak - keasyikan dengan makanan dan berat badan, harga diri rendah,
kecemasan, depresi
2. Mulut - erosi email gigi, rahang bengkak, bau mulut, penyakit gusi,
kerusakan gigi
3. Tenggorokan / kerongkongan - sakit tenggorokan kronis, gangguan
pencernaan, mulas, refluks, meradang atau pecahnya kerongkongan
4. Jantung - detak jantung tidak teratur atau lambat, henti jantung, gagal
jantung, tekanan darah rendah, pingsan, pusing

35
5. Perut dan usus - bisul, sakit, perut pecah, masalah usus, sembelit,
diare, kram
6. Hormon - menstruasi yang tidak teratur atau tidak ada, hilangnya
libido, infertilitas
7. Ginjal - dehidrasi
8. Kulit - kapalan pada buku jari, kulit kering
9. Otot - kelelahan, kram disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit,
kelelahan, kelesuan

Gangguan makan pesta hanya baru-baru ini diberikan definisi individu,


yang sebelumnya jatuh di bawah payung "gangguan makan lainnya". Namun,
seperti semua kelainan makan lainnya, ini harus ditanggapi dengan serius dan
ditangani dengan bantuan dokter umum atau psikolog.
Sementara banyak orang mengaitkan kelainan makan dengan penurunan
berat badan, orang dengan kelainan pesta makan mungkin mengalami kenaikan
berat badan akibat binges. Ini tidak berarti Anda tidak boleh mencari pengobatan -
ingat, orang-orang dari semua ukuran, bentuk dan penampilan dapat memiliki
gangguan makan dan perawatan akan membantu Anda untuk mengatasi alasan
utama mengapa binging terjadi.

7. Unspecified feeding or eating disorder 307.50 (F50.9)

Kategori ini berlaku untuk presentasi di mana gejala karakteristik


gangguan makan dan makan itu menyebabkan tekanan atau gangguan signifikan
secara klinis di bidang sosial, pekerjaan, atau lainnya yang penting Berfungsi
mendominasi tetapi tidak memenuhi kriteria penuh untuk semua gangguan dalam
makan dan makan gangguan kelas diagnostik. Kategori gangguan makan dan
makan yang tidak spesifik digunakan dalam situasi di mana dokter memilih untuk
tidak menentukan alasan mengapa kriteria tidak terpenuhi untuk makan dan
makan tertentu gangguan, dan termasuk presentasi di mana ada informasi yang

36
cukup untuk membuat lebih spesifik diagnosis (mis., dalam pengaturan ruang
gawat darurat)
8. Other specified feeding or eating disorder 307.59 (F50.8)

Kategori ini berlaku untuk presentasi di mana gejala karakteristik


gangguan makan dan makan yang menyebabkan kesulitan atau gangguan klinis
yang signifikan secara sosial, pekerjaan, atau bidang penting lainnya di Indonesia
Berfungsi mendominasi tetapi tidak memenuhi kriteria penuh untuk semua
gangguan dalam makan dan makan gangguan kelas diagnostik. Kategori
gangguan makan atau makan tertentu lainnya digunakan dalam situasi di dimana
dokter memilih untuk mengkomunikasikan alasan spesifik bahwa presentasi tidak
memenuhi kriteria untuk gangguan makan dan makan tertentu. Ini dilakukan
dengan merekam “pemberian makanan tertentu lainnya atau kelainan makan
”diikuti oleh alasan spesifik (mis., bulimia nervosa frekuensi rendah). Contoh
presentasi yang dapat ditentukan menggunakan penunjukan "ditentukan lain"
termasuk berikut:
1. Anorexia nervosa atipikal: Semua kriteria untuk anoreksia nervosa terpenuhi,
kecuali bahwa meskipun penurunan berat badan yang signifikan, berat individu
berada dalam atau di atas kisaran normal.
2. Bulimia nervosa (frekuensi rendah dan / atau durasi terbatas): Semua kriteria
untuk bulimia nervosa terpenuhi, kecuali bahwa pesta makan dan perilaku
kompensasi yang tidak pantas terjadi, pada rata-rata, kurang dari sekali seminggu
dan / atau kurang dari 3 bulan.
3. Gangguan makan berlebihan (frekuensi rendah dan / atau durasi terbatas):
Semua kriteria untuk makan berlebihan Gangguan terpenuhi, kecuali pesta makan
terjadi, rata-rata, kurang dari sekali seminggu dan / atau kurang dari 3 bulan.
4. Gangguan Pembersihan: Perilaku pembersihan berulang untuk memengaruhi
berat atau bentuk (mis., Yang disebabkan sendiri muntah, penyalahgunaan obat
pencahar, diuretik, atau obat lain) jika tidak ada pesta makan.
5. Sindrom makan malam: Episode makan malam yang berulang, sebagaimana
dimanifestasikan dengan makan sesudahnya bangun dari tidur atau dengan

37
konsumsi makanan yang berlebihan setelah makan malam. Ada kesadaran dan
mengingat makan. Makan malam tidak lebih baik dijelaskan oleh pengaruh luar
seperti perubahan dalam siklus bangun tidur individu atau oleh norma-norma
sosial setempat. Makan malam menyebabkan kesulitan dan / atau penurunan
fungsi yang signifikan. Pola makan yang tidak teratur tidak demikian lebih baik
dijelaskan dengan gangguan pesta-makan atau gangguan mental lainnya, termasuk
penggunaan narkoba, dan tidak disebabkan oleh kelainan medis lain atau akibat
dari pengobatan.

2.2 ELIMINATION DISORDER


Semua gangguan elimination disorders adalah penghapusan urin atau fases
yang tidak tepat, biasanya gangguan ini pertama kali didiagnosis pada masa
kanak-kanak atau remaja. Kelompok gangguan ini termasuk ketidak sanggupan
mengatur kencing, melakukan buang air kecil dan besar di tempat yang tidak
pantas secara berulang-ulang dan yang termalas. Subtipe digunakan untuk
membedakan pada malam hari dari siang hari (yaitu, saat jam bangun tidur) tidak
berguna ketidak sanggupan mengatur kencing dan atau tidak adanya sembelit dan
inkontinensia overflow (kondisi ketika seseorang tidak benar-benar
mengosongkan kandung kemih saat buang air, sehingga sisa urine dapat
merembes keluar tanpa disadari untuk yang termalas. Meskipun ada persyaratan
usia minimum untuk diagnosis kedua gangguan, didasrkan pada usia
perkembangan dan tidak hanya pada usia kronologis. Kedua gangguan ini bisa
bersifat penurut atau tidak disengaja. Meskipun gangguan ini biasanya terjadi
secara terpisah, kejadian bersamaan juga dapat diamati.

Ketidak sanggupan mengatur kencing


Karakteristik diagnostik :
a. berulang-ulang kencing di tempat tidur atau pakaian, apakah tanpa disengaja
atau disengaja.
b. perilaku ini signifikan secara klinis terwujud setidaknya dua kali seminggu
selama tiga bulan berturut-turut atau adanya tekanan atau gangguan klinis yang

38
signifikan dalam bidang sosial, akademik (pekerjaan), atau bidang fungsi penting
lainnya.
c. usia kronologis setidaknya 5 tahun (atau tingkat perkembangan setara).
d. perilaku ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (misalnya diuretik,
obat antipsikotik) atau kondisi medis lainnya (misalnya diabetes, spina bifida,
gangguan kejang).
Hanya malam hari : bagian dari urin hanya selama tidur malam hari.
Hanya siang hari : Aliran urin saat terjaga.
Malam hari dan siang hari : Kombinasi dari dua subtipe diatas.

Subtipe
Subtipe ketidak sanggupan mengatur kencing hanya malam hari, kadang
disebut sebagai ketidak sanggupan mengatur kencing monosimptomatik, adalah
subtipe yang paling umum dan melibatkan tidak dapat menahan kencing hanya
selama tidur malam hari, biasanya semala sepertiga pertama malam. Subtipe siang
hari saja terjadi tanpa ketidak sanggupan mengatur kencing di malam hari dan
dapat disebut sebagai tidak dapat menahan kencing. Seseorang dengan subtipe ini
dapat dibagi menjadi dua kelompok. Seseorang dengan tidak dapat menahan
kencing desakan “memiliki gejala desakan mendadak dan ketidak stabilan
detrusor” sedangkan, seseorang dengan penundaan kencing secara tidak sadar
menunda desakan berkemih sampai ketidak sanggupan menahan kencing. Subtipe
malam hari dan siang hari dikenal sebagai enuresis nonmonosimptomatik.

Fitur Diagnostik
Fitur penting dari ketidak sanggupan mengatur kencing adalah berulang-
ulang berkemih di siang hari ataupun dimalam hari di tempat tidur atau pakaian.
Paling sering kencing adalah tidak disengaja, tetapi kadang mungkin disengaja.
Untuk memenuhi syarat untuk diagnosis ketidak sanggupan mengatur kencing,
gejala ini setidaknya terjadi dua kali seminggu selama 3 bulan berturut-turut atau
harus menyebabkan tekanan signifikan atau gangguan klinis, sosial (pekerjaan),
atau bidang fungsi penting lainnya. Seseorang harus mencapai usia kronologis

39
minimal 5 tahun atau anak-anak dengan keterlambatan perkembangan, usia
mental setidaknya 5 tahun. Tidak sanggup menahan kencing tidak disebabkan
oleh efek fisiologis suatu zat (misalnya diuretik, obat antipsikotik) atau kondisi
medis lainnya (misalnya diabetes, spina bifida, gangguan kejang.

Fitur Terkait Diagnosis Pendukung


Selama ketidak sanggupan mengatur kencing malam hari, kadang kencing
terjadi selama tidur gerakan mata cepat (REM), dan anak mungkin mengingat
mimpi yang melibatkan tindakan buang air kecil. Selama siang hari (diurnal)
ketidak sanggupan mengatur kencing, anak tersebut menunda kencing hingga
tidak sanggup lagi menahan kencing, kadang karena keengganan untuk
menggunakan toilet sebagai akibat dari kecemasan sosial atau keasyikan dengan
kegiatan sekolah atau bermain. Peristiwa enuretik paling sering terjadi pada sore
hari di hari sekolah dan mungkin dikaitkan dengan gejala perilaku yang
menggangu. Ketidak sanggupan mengatur kencing biasanya bertahan selama
pengobatan infeksi terkait.

Prevalence
Prevalensi ketidak sanggupan mengatur kencing adalah 5% - 10% di
antara anak berusia 5 tahun, 3% - 5% di antara anak berusia 10 tahun, dan sekitar
1% diantara seseorang yang berusia 15 tahun atau lebih.

Pengembangan dan Kursus


Dua jenis rangkaian ketidak sanggupan mengatur kencing telah
dideskripsikan: tipe “Primer”, seseorang tidak pernah mendirikan ketidak
sanggupan menahan kencing, dan tipe “Sekunder” gangguan berkembang setlah
periode ketidak sanggpan menahan kencing menetap. Tidak ada perbedaan dalam
prevalensi gangguan mental komordibitas anatar kedua jenis. Menurut definisi,
ketidak sanggupan mengatur kencing primer dimulai pada usia 5 tahun. waktu
paling umum untuk timbulnya ketidak sanggupan mengatur kencing sekunder
adalah anatar usia 5 tahun dan 8 tahun, tetapi dapat terjadi kepan saja. setelah usia

40
5 tahun, angka remisi spontan adalah 5% - 10% pertahun. Kebanyakan anak
dengan gangguan terjadi oleh remaja benua, tetapi dalam sekitar 1% dari kasus
kelainan berlanjut sampai dewasa. Ketidak sanggupan mengatur kencing disiang
hari jarang terjadi setelah usia 9 tahun. walaupun kadang, secara substansial lebih
umum pada mereka yang juga memiliki ketidak sanggupan mengatur kencing
pada malam hari. Ketika ketidak sanggupan mengatur kencing berlanjut hingga
akhir masa kanak-kanak atau remaja, frekuensi ketidak sanggupan menahan
kencing dapat meningkat, sedangkan ketidak sanggupan menahan kencing pada
anak usia dini biasanya dikaitkan dengan frekuensi malam yang menurun.

Faktor Risiko dan Prognostik


Lingkungan. Sejumlah faktor predisposisi untuk ketidak sanggupan mengatur
kencing telah disarankan, termasuk pelatihan toilet yang tertunda atau lemah dan
stres psikososial.
Genetik dan Fisiologis. Ketidak sanggupan mengatur kencing telah dikaitkan
dengan keterlambatan dalam pengembangan ritme sirkandia normal produksi urin,
dengan hasil poliuria malam hari atau abnormalitas sensitivitas reseptor
vasopresin pusat, dan berkurangnya kapasitas kandung kemih fungsional dengan
hiperreaktivitas kandung kemih (sindrom kandung kemih tidak stabil). Ketidak
sanggupan mengatur kencing pada malam hari adalah kelainan genetik heterogen.
Heritabilitas telah ditunjukkan dalam analisis keluarga, kembar, dan segregasi.
Risiko untuk ketidak sanggupan mengatur kencing malam hari pada masa kanak-
kanak adalah sekitar 3,6 kali lebih tinggi pada keturunan ibu yang kebiasaan
mengompol 10,1 kali lebih tinggi di hadapan ketidak sanggupan menahan kencing
paternal. Besarnya risiko untuk ketidak sanggupan mengatur kencing malam hari
dan ketidak sanggupan menahan kencing disiang hari serupa dimana kondisi
keluarnya fases secara tidak sengaja.

Masalah Diagnostik Terkait Budaya


Ketidak sanggupan mengatur kencing telah dilaporkan di berbagai negara
eropa, afrika, dan asia serta amerika serikat. Pada tingkat nasional, tingkat

41
prevalensi sangat mirip, dan ada kesamaan besar dalam lintas perkembangan yang
ditemukan di berbagai negara. Ada tingkat ketidak sanggupan mengatur kencing
yang sangat tinggi di panti asuhan dan lembaga perumahan lainnya. Kemungkinan
terkait dengan mode dan lingkungan di mana pelatihan toilet terjadi.

Masalah Diagnostik Terkait Gender


Ketidak sanggupan mengatur kencing malam hari lebih sering terjadi pada
pria. Ketidak sanggupan menahan kencing di siang hari lebih sering terjadi pada
wanita. Resiko relatif memiliki anak yang mengembangkan ketidak sanggupan
mengatur kencing lebih besar untuk ayah yang sebelumnya memiliki kebiasaan
berkemih dari pada ibu yang sebelumnya memiliki kebiasaan berkemih.

Konsekuensi Fungsional Enuresis


Jumlah gangguan yang terkait dengan ketidak sanggupan mengatur
kencing adalah fungsi dari pembatasan kegiatan sosial anak (misalnya tidak
memenuhi syarat untuk tidur jauh) atau pengaruhnya terhadap harga diri anak,
tingkat pengasingan sosial oleh teman sebaya, dan kemarahan, hukuman, dan
penolakan dari pihak pengasuh.

1. Enuresis (F98.0)
DIAGNOSTIC CRITERIA
A. Buang air kecil secara berulang di kasur atau di celana secara tidak sengaja
ataupun disengaja.
B. Tingkah laku ini adalah secara klinis ditunjukkan dengan frekuensi paling
sedikit dua kali dalam seminggu selama 3 bulan berturut-turut atau adanya
gangguan signifikan secara klinis atau gangguan dalam bidang sosial, akademik.
C. Usia kronoligis anak berada pada usia 0 bulan sampai usia 5 tahun.
D. Perilaku tersebut tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (misalnya,
obat diuretik, antipsikotik) atau kondisi medis lainnya (misalnya, Diabetes,
spinabifida, gangguan kejang).

42
Tetapkan apabila:
 Nocturnal (malam hari): terjadi saat anak tidur di malam hari
 Diurnal (siang hari) : terjadi saat anak terjaga dari tidurnya
 Nocturnal dan diurnal: kombinasi dari keduanya

Subtypes
Enuresis nocturnal disebut enuresis monosimtomatik. Subtipe yang paling
umum dan melibatkan diri yang tidak bisa menahan air seni selama tidur malam
hari, biasanya pada sepertiga malam pertama. Enuresis Diurnal terjadi selain saat
terjadinya enuresis nocturnal dan dapat menunjukkan tidak bisa menahan air seni.
Individu dengan subtipe ini dapat dibagi menjadi dua kelompok. Individu yang
tidak bisa menahan air seni dengan memiliki gejala desakan mendadak dan
ketidakstabilan detrusor, sedangkan individu yang "menunda penangguhan"
dengan secara sadar menunda desakan berkemih sampai pada akhirnya tidak bisa
menahan. Subtipe noctumal-dan-diurnal sering disebut juga sebagai enuresis
nonmonosimptomatik.

Diagnostic Features
Fitur esensial dari enuresis adalah buang air kecil secara berulang-ulang di
siang hari atau di malam hari ke tempat tidur atau pakaian (Kriteria A). Seringkali
buang air kecil itu tidak disengaja, tapi kadang-kadang hal itu mungkin disengaja.
Untuk memenuhi syarat diagnosis enuresis, buang air kecil harus terjadi
setidaknya dua kali seminggu selama paling sedikit 3 bulan berturut-turut atau
harus menyebabkan gangguan atau penurunan signifikan secara klinis di bidang
sosial, akademis (pekerjaan), atau bidang fungsi penting lainnya (Kriteria B ).
Individu harus telah mencapai usia di mana kontinuitas diharapkan (yaitu, usia
kronologis minimal 5 tahun atau, untuk anak-anak dengan penundaan
perkembangan, usia mental minimal 5 tahun) (Kriteria C). Ketidakmampuan
menahan buang air kecil ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (mis.,
Obat diuretik, antipsikotik) atau kondisi medis lainnya (misalnya diabetes, spina
bifida, gangguan kejang) (Kriteria D).

43
Associated Features Supporting Diagnosis
Enuresis nokturnal, terkadang buang air kecil ini terjadi saat tidur dengan
gerakan yang cepat (REM), dan anak mungkin mengingat mimpi yang melibatkan
kegiatan buang air kecil. Selama enuresis siang hari (diurnal), anak tersebut
berhenti buang air kecil sampai terjadi rasa yang tidak bisa ditahan, kadang karena
keengganan untuk menggunakan toilet sebagai akibat kecemasan sosial atau
keasyikan dengan aktivitas sekolah atau bermain. Kejadian enuretik paling sering
terjadi pada sore hari di hari sekolah dan mungkin terkait dengan gejala perilaku
yang mengganggu. Enuresis biasanya bertahan setelah pengobatan yang tepat
untuk infeksi terkait.

Prevalence
Biasanya enuresis terjadi diantara 5-10% pada anak usia 5 tahun, 3-5%
terjadi diantara anak usia 10 tahun, dan sekitar 1% terjadi diantara individu yang
berusia 15 tahun atau orang tua.

Development and Course


Dua jenis enuresis telah dijelaskan : tipe "primer", di mana individu
tersebut tidak pernah menemukan kontinuitas ketika buang air kecil, dan tipe
"sekunder", di mana gangguan tersebut berkembang setelah masa kontinuitas
buang air kecil yang mapan. Tidak ada perbedaan prevalensi gangguan mental
komorbid antara kedua tipe tersebut. Menurut definisi, enuresis primer dimulai
pada usia 5 tahun. Waktu yang paling umum untuk awitan enuresis sekunder
adalah antara usia 5 dan 8 tahun, namun dapat terjadi kapan saja. Setelah usia 5
tahun, tingkat remisi spontan adalah 5% -10% per tahun. Sebagian besar anak-
anak dengan gangguan ini menjadi benua pada masa remaja, namun pada sekitar
1% kasus, kelainan ini berlanjut sampai dewasa. Enuresis diurnal jarang terjadi
setelah usia 9 tahun. Sementara inkontinensia diurnal sesekali tidak jarang terjadi
pada masa kanak-kanak tengah, hal ini secara substansial lebih umum terjadi pada
mereka yang juga memiliki enuresis nokturnal persisten. Ketika enuresis berlanjut

44
hingga masa kanak-kanak atau remaja, frekuensi inkontinensia meningkat,
sedangkan kontinuitas pada anak usia dini biasanya dikaitkan dengan penurunan
frekuensi malam basah.

Risk and Prognostic Factors


Lingkungan.
Sejumlah faktor predisposisi enuresis telah disarankan, termasuk toilet
training yang tertunda atau lemah dan stres psikososial.
Genetik dan fisiologis.
Enuresis dikaitkan dengan keterlambatan dalam pengembangan ritme
sirkadian normal produksi urine, dengan menghasilkan poliuria nokturnal atau
kelainan sensitivitas reseptor vasopresin sentral, dan mengurangi kapasitas
kandung kemih fungsional dengan hiperaktifitas kandung kemih (sindrom
kandung kemih yang tidak stabil). Enuresis nokturnal adalah kelainan genetik
heterogen. Heritabilitas telah ditunjukkan dalam analisis keluarga, kembar, dan
segregasi. Risiko enuresis nokturnal pada masa kanak-kanak sekitar 3,6 kali lebih
tinggi pada keturunan ibu-ibu enuretik dan 10,1 kali lebih tinggi dengan adanya
inkontinensia urin pada ayah. Skala risiko untuk enuresis nokturnal dan
inkontinensia diurnal serupa.

Culture-Related Diagnostic Issues


Enuresis telah dilaporkan lebah di berbagai negara Eropa, Afrika, Asia dan
juga di Amerika Serikat. Pada tingkat nasional, tingkat prevalensi sangat mirip,
ada kesamaan besar dalam perkembangan lintasan yang ditemukan di berbagai
negara. Ada tingkat enuresis yang sangat tinggi di panti asuhan dan institusi
perumahan lainnya, kemungkinan terkait dengan cara dan lingkungan di mana
toilet training dilakukan.

Gender-Related Diagnostic Issues


Enuresis nokturnal lebih sering terjadi pada pria. Enuresis diurnal lebih
sering terjadi pada wanita. Resiko memiliki anak yang enuresis relatif lebih besar

45
untuk anak yang memiliki ayah yang enuresis daripada ibu yang sebelumnya
enuresis.

Funtional Consequences Of Enuresis


Jumlah kerusakan yang terkait dengan enuresis adalah fungsi dari
pembatasan pada kegiatan sosial anak (mis., tidak memenuhi syarat untuk kamp
tidur) atau pengaruhnya terhadap harga diri anak, tingkat dari kegiatan sosial
seperti dikucilkan oleh teman sebaya, dan kemarahan, hukuman, dan penolakan
dari pihak pengasuh.

Differential Diagnosis
Neurogenic kandung kemih atau kondisi medis lainnya. Diagnosis
enuresis tidak dilakukan dengan adanya kandung kemih neurogenik atau kondisi
medis lain yang menyebabkan poliuria atau urgensi (misalnya, diabetes melitus
atau diabetes insipidus yang tidak diobati) atau selama kemih akut infeksi saluran.
Namun, diagnosisnya kompatibel dengan kondisi seperti itu jika inkontinensia
urin hadir secara teratur sebelum pengembangan kondisi medis lain atau jika tetap
bertahan setelah institusi perawatan yang tepat untuk kondisi medis. Efek samping
obat. Enuresis dapat terjadi selama pengobatan dengan obat antipsikotik, diuretik,
atau obat lain yang dapat menyebabkan inkontinensia. Dalam kasus ini, diagnosis
tidak boleh dilakukan secara terpisah namun dapat dicatat sebagai efek samping
obat. Namun, diagnosis enuresis dapat dilakukan jika inkontinensia urin hadir
secara rutin sebelum pengobatan dengan obat.

Comorbidity
Meski kebanyakan anak dengan enuresis tidak memiliki gangguan mental
komorbid, prevalensinya. Gejala perilaku komorbid lebih tinggi pada anak-anak
dengan enuresis dibandingkan pada anak-anak tanpa enuresis. Keterbatasan
perkembangan, termasuk kemampuan berbicara, bahasa, belajar, dan motorik.
Keterlambatan, juga hadir di sebagian anak-anak dengan enuresis. Encopresis,
berjalan dalam tidur, dan gangguan tidur dapat terjadi. Infeksi saluran kemih lebih

46
sering terjadi pada anak-anak dengan enuresis, terutama subtipe diurnal,
dibanding pada mereka yang berstatus benua.

2. Encopresis (F98.1)
DIAGNOSTIC CRITERIA
A. Buang air besar di tempat yang tidak sepantasnya (seperti, pakaian, lantai)
secara berulang-ulang, secara sengaja maupun tidak disengaja.
B. Terjadi minimal satu kali dalam sebulan selama tiga bulan berturut-turut.
C. Usia kronologis minimal 4 tahun (atau setara dengan level perkembangan).
D. Perilaku tidak diakibatkan oleh zat yang merupakan efek fisiologis (seperti,
obat pencahar) atau kondisi medis lainnya kecuali mekanisme yang melibatkan
sembelit.
Tetapkan apabila:
 Dengan konstipasi dan tidak tertahankan: ada bukti konstipasi pada
pemeriksaan fisik atau catatan sejarah.
 Tanpa konstipasi dan tidak tertahankan: tidak ada bukti kontipaso pada
pemeriksaan fisik atau catatan sejarah.

Subtypes
Feses dengan subtipe konstipasi dan tidak tertahankan merupakan
karakteristik yang terbentuk kurang baik, dan kebocoran dapat tidak menentu atau
terus menerus, terjadi paling sering saat siang hari dan jarang selama tidur. Hanya
bagian dari kotoran yang dilewati saat buang air kecil, dan inkontinensia sembuh
setelah pengobatan sembelit. Sedangkan subtipe Tanpa konstipasi dan tidak
tertahankan, feses memiliki bentuk yang normal dan konsisten, dan sebentar-
sebentar keluar. Feses disimpan di tempat yang menonjol. Hal ini biasanya
diasosiasikan dengan kehadiran oppositional defiant disorder (ODD) atau conduct
disorder (CD) atau mungkin merupakan konsekuensi dari masturbasi anal. Buang
air besar tanpa konstipasi lebih sering terjadi daripada buang air besar dengan
konstipasi.

47
Diagnostic Features
Ciri penting dari encopresis adalah buang air besar di tempat yang tidak
sepantasnya seperti pakaian atau lantai (Kriteria A). Kebanyakan dilakukan secara
tidak sengaja tetapi terkadang juga disengaja. Kejadian ini harus berlangusng
minimal satu bulan sekali selama tiga bulan (kriteria B), dan usia kronologis anak
minimal 4 tahun (atau untuk anak dengan perkembangan yang tertunda, usia
mental minimal 4 tahun) (kriteria C). Kejadian membuang air besar ini tidak
boleh disebabkan oleh efek fisiologis atau zat tertentu seperti pencahar atau
kondisi medik lainnya kecuali melalui mekanisme sembelit (kriteria D). Apabila
bagian dari feses tidak disengaja, seringkali berhubungan dengan konstipasi,
impaksi, dan penahanan dengan luapan selanjutnya. Konstipasi terjadi karena
alasan psikologis (misalnya kecemasan untuk buang air besar di tempat tertentu,
pola umum dari kecemasan atau perilaku oposisi (oppositional behavior), yang
kemudian menjadi menahan buang air besar. Predisposisi fisiologis terhadap
konstipasi meliputi dinamika buang air besar yang tidak efektif atau paradoks,
dengan kontraksi daripada relaksasi sfingter eksternal. Ciri penting dari encopresis
adalah buang air besar di tempat yang tidak sepantasnya seperti pakaian atau
lantai (Kriteria A). Kebanyakan dilakukan secara tidak sengaja tetapi terkadang
juga disengaja. Kejadian ini harus berlangusng minimal satu bulan sekali selama
tiga bulan (kriteria B), dan usia kronologis anak minimal 4 tahun (atau untuk anak
dengan perkembangan yang tertunda, usia mental minimal 4 tahun) (kriteria C).
Kejadian membuang air besar ini tidak boleh disebabkan oleh efek fisiologis atau
zat tertentu seperti pencahar atau kondisi medik lainnya kecuali melalui
mekanisme sembelit (kriteria D). Apabila bagian dari feses tidak disengaja,
seringkali berhubungan dengan konstipasi, impaksi, dan penahanan dengan luapan
selanjutnya. Konstipasi terjadi karena alasan psikologis (misalnya kecemasan
untuk buang air besar di tempat tertentu, pola umum dari kecemasan atau perilaku
oposisi (oppositional behavior), yang kemudian menjadi menahan buang air besar.
Predisposisi fisiologis terhadap konstipasi meliputi dinamika buang air besar yang
tidak efektif atau paradoks, dengan kontraksi daripada relaksasi sphincter
eksternal atau dasar panggul saat berusaha buang air besar. Dehidrasi yang terkait

48
dengan penyakit demam, hipotiroidisme, atau efek samping obat juga dapat
menyebabkan sembelit. Setelah sembelit telah berkembang, hal itu mungkin
dipersulit oleh anal fissure, buang air besar yang menyakitkan, dan penahanan
feses lebih lanjut. Konsistensi tinja bisa bervariasi. Pada beberapa individu, tinja
adalah konsistensi normal atau mendekati normal. Pada individu lain-seperti
mereka yang tidak mengeluarkan feses terus menerus akibat menahan feses-itu
mungkin cair.

Associated Features Supporting Diagnosis


Anak dengan encopresis sering merasa malu dna berharap untuk
menghindari situasi (seperti perkemahan, sekolah) yang dapat membuatnya
menjadi memalukan. Jumlah gangguan adalah fungsi efek dari self esteem anak,
derajat pengucilan oleh teman sebayanya, dan amarah, hukuman, dan penolakan
dari caregivernya. Noda yang dihasilakn oleh feses dapat disengaja atau tidak,
merupakan hasil dari usaha anak membersihkan atau menyembunyikan feses yang
tanpa sengaja dilewati. Ketika penahanan dilakukan dengan sengaja, terdapat
kemungkinan adanya oppositional defiant disorder atau conduct disorder. Banyak
anak dengan encopresis dan konstipasi kronis juga memiliki gejala enuresis dan
mungkin berhubungan dengan refluks urin di kandung kemih atau ureter yang
dapat menyebabkan infeksi saluran kemih kronis, gejala yang mungkin
berhubungan dengan pengobatan sembelit.

Prevalence
Diperkirakan kurang lebih 1% dari anak usia 5 tahun mengalami
encopresis, dan lebih banyak terjadi pada laki-laki dariapda perempuan.
Development and Course Encopresis tidak didiagnosa sampai anak mencapai usia
kronologis minimal 4 tahun (anak dengan perkembangan tertunda, usia mentalnya
minimal 4 tahun). Toilet training yang tidak memadai dan tidak konsisten dan
stress psikososial (misalnya, masuk sekolah, kelahiran saudara kandung) dapat
menjadi penyebabnya. Dua jenis tipe telah dijelaskan: tipe "primer", di mana
individu tersebut tidak pernah menemukan pembatasan buang air besar, dan tipe

49
"sekunder", di mana gangguan tersebut berkembang setelah masa pembatasan
buang air besar menetap. Encopresis dapat bertahan, dengan eksaserbasi
intermiten, selama bertahun-tahun.

Risk and Prognostic Factors


Genetik dan fisiologis. Buang air yang menyakitkan dapat menyebabkan
sembelit dan siklus perilaku menahan yang membuat encopresis lebih mungkin
terjadi. Penggunaan beberapa obat (misalnya, antikonvulsan, penekan batuk)
dapat meningkatkan konstipasi dan membuat encopresis lebih mungkin terjadi.

Diagnostic Markers
Selain pemeriksaan fisik, pencitraan gastrointestinal (mis., Radiograf
perut) mungkin informatif untuk menilai tinja yang ditahan dan gas di usus besar.
tes tambahan, seperti barium enema dan anorektal manography, dapat digunakan
untuk membantu menyingkirkan kondisi medis lainnya, seperti penyakit
Hirschsprung.

Differential Diagnostic
Diagnosis encopresis dengan adanya kondisi medis lain hanya sesuai jika
mekanisme melibatkan sembelit yang tidak dapat dijelaskan oleh kondisi medis
lainnya. Penahanan feses yang terkait dengan kondisi lain medis (misalnya, diare
kronis, spina bifida, stenosis anal) tidak akan menjamin diagnosis DSM-5 dari
encopresis.

Comorbidity
Infeksi saluran kemih dapat terjadi sejalan dengan encopresis dan lebih
sering terjadi pada wanita.

50
2.3 SLEEP WAKE DISORDER

1. INSOMNIA DISORDER

Insomnia adalah gangguan tidur ketika penderita kedutan untuk tidur atau
kesulitan untuk hidup tertidur. Atau dengan kata lain gangguan tidur yang
membuat penderita merasa belum cukup tidur pada saat terbangun
Ada tiga macam insomnia yaitu :
1. Transiet Insomnia

Gangguan tidur yang hanya terjadi selama beberapa malam.


2. Insomnia Jangka Pendek

Gangguan tidur dua atau empat Minggu mengalami kesulitan tidur.


3. Insomnia Kronis

Gangguan tidur yang dialami hampir setiap malam selama sebulan lebih.
Diagnosis
Pasien dengan berbagai penyakit termasuk sindrom fase tidur tertunda
sering salah didiagnosis sebagai Insomnia.
Untuk mendiagnosis insomnia, dilakukan penilaian terhadap :
1. Pola tidur penderita sakit jiwa.
2. Pemakaian obat-obatan, alkohol, atau obat terlarang.
3. Tingkatan stres psikis.
4. Riwayat medis
5. Aktivitas fisik

Penyebab Insomnia
Insomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala yang
memiliki berbagai penyebab. Penyebabnya seperti kelainan emosional,kelainan
fisik dan pemakaian obat-obatan. Sulit tidur sering terjadi, baik pada usia muda
maupun usia lanjut. Insomnia seringkali timbul bersamaan dengan gangguan
emosional, seperti kecemasan, kegelisahan, depresi atau ketakutan.

51
Dengan bertambahnya usia, waktu tidur cenderung berkurang. Stadium
tidur juga berubah. Dimana stadium 4 menjadi lebih pendek dan pada akhirnya
menghilang. Dan kemudian pada semua stadium lebih banyak terjaga. Perubahan
ini, walaupun normal, sering membuat orang tua berfikir bahwa mereka tidak
cukup tidur.

Pola terbangun pada dini hari lebih sering ditemukan pada usia lanjut.
Beberapa orang tertidur secara normal tetapi terbangun beberapa jam kemudian
dan sulit untuk tertidur kembali. Kadang mereka tidur dalam keadaan gelisah dan
merasa belum puas tidur. Terbangun pada dini hari, pada usia berapapun,
merupakan pertanda dari depresi. Orang yang pola tidurnya terganggu dapat
mengalami irama tidur yang terbalik. Mereka tertidur bukan pada waktunya tidur
dan bangun pada saatnya tidur.
Penyebab insomnia sering terjadi sebagai akibat dari:
1. Jet lag (terutama jika bepergian dari timur ke barat).
2. Bekerja pada malam hari.
3. Sering berubah-ubah jam kerja.
4. Penggunaan alkohol yang berlebihan.
5. Efek samping obat (kadang-kadang).
6. Kerusakan pada otak (karena ensefalitis, stroke, penyakit Alzheimer).
7. Kadang seseorang sulit tidur hanya karena badan dan otaknya tidak lelah.

Gejala
Penderita yang mengalami kesulitan untuk tidur akan merasakan kelelahan
di sepanjang harinya. Awal proses tidur pada pasien insomnia mengacu pada
latensi yang berkepanjangan dari waktu akan tidur sampai tertidur.
Dalam Insomnia psiko-fisiologis, penderita mungkin mengeluh perasaan
cemas, tegang, khawatir, atau mengingat secara terus-menerus. Masalah pada
masa lalu atau pada masa depan juga membuat mereka berbaring di tempat tidur
terlalu lama tanpa tertidur.
Pada insomnia akut, dimungkinkan ada suatu peristiwa yang memicu
trauma. Seperti kematian atau penyakit yang menyerang orang yang dicintai. Hal

52
ini dapat dikaitkan dengan timbulnya insomnia. Pola ini dapat menjadi tetap dari
waktu ke waktu. Penderita dapat mengalami insomnia, berulang dan terus-
menerus. Semakin keras usaha penderita mencoba untuk tidur, maka semakin sulit
pula dia tertidur.Tempat tidur akhirnya dipandang sebagai medan perang.
Seseorang mungkin memiliki masalah insomnia jika beberapa dari hal-hal
berikut terjadi pada Anda :
1. Sering tidak dapat tidur, tidur tidak nyenyak ataupun bangun terlalu dini.
2. Merasa lelah dan tertekan pada waktu pagi atau malam hari.
3. Memiliki lingkaran gelap dan membengkak di sekitar kantung mata anda.
4. Tertidur di pesta atau setelah makan malam di rumah orang.
5. Kurang aktif dan memiliki sedikit hubungan sosial.
6. Merasa seperti kehilangan fokus perhatian yang membuat anda tidak dapat
merespon rangsangan dari luar.
7. Sensitif terhadap hal sepele.
8. Sangat sensitif terhadap rangsangan internal seperti sakit perut (maag) atau
kejang-kejang.
9. Takut menghadapi malam hari karena anda susah tidur.
10. Mudah tersinggung atas hal-hal yang tidak penting.
11. Mengkonsumsi obat-obat tidur dalam beberapa bulan terakhir.
12. Menggunakan rokok, alkohol atau obat-obatan untuk menenangkan diri
atau untuk tidur.
13. Kecanduan obat-obatan, terutama yang mengandung zat penenang.

Pengobatan
Pengobatan insomnia tergantung kepada penyebab dan beratnya insomnia.
Orang tua yang mengalami perubahan tidur karena bertambahnya usia. Hal itu
biasanya tidak memerlukan pengobatan, karena perubahan tersebut adalah normal.
Penderita insomnia hendaknya tetap tenang dan santai beberapa jam sebelum
waktu tidur tiba. Ciptakanlah suasana yang nyaman di kamar tidur. Buat cahaya
yang redup dan tidak berisik.
Gangguan tidur insomnia merupakan gangguan yang belum serius jika
Anda mengalaminya kurang dari sepuluh hari. Untuk mengatasi gangguan ini, kita

53
dapat menggunakan teknik-teknik relaksasi dan pemrograman bawah sadar. Yang
penting kita harus dapat menjaga keseimbangan frekuensi gelombang otak agar
sesering mungkin berada dalam kondisi relaks dan meditatif. Sehingga ketika kita
harus tidur kita tidak mengalami kesulitan untuk menurunkan gelombang otak ke
frekuensi delta.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah insomnia antara
lain :
 Dengan obat untuk mengurangi stres
 Dengan obat tidur
 Hipnoterapi
 Berolah raga teratur
 Hindari makan dan minum terlalu banyak menjelang tidur
 Tidurlah Adam lingkungan yang nyaman
 Lakukan aktivitas relaksasi secara rutin

2. HYPERSOMNOLANCE DISORDER

Hypersomnolence adalah kondisi dimana seseeorang mengalami episode


kantuk yang signifikan, bahkan setelah memiliki 7 jam atau lebih dari kualitas
tidur.Istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan hipersomnensi meliputi
kantuk di siang hari yang berlebihan.
Gejala
Pada orang-orang dengan hypersomnolence, rasa kantuk yang berlebihan
bukan karena gangguan medis atau pengobatan yang mendasarinya. Gejala utama
hypersomnolence adalah rasa kantuk yang berlebihan, meskipun seseorang tidur 7
jam setiap malam. Gejala lain termasuk:
1. tertidur beberapa kali di siang hari
2. tidur siang untuk mengatasi kantuk tetapi tidak bangun dengan segar
3. tidur lebih dari 9 jam tetapi tidak merasa istirahat
4. kesulitan bangun dari tidur
5. merasa bingung atau agresif ketika mencoba untuk bangun

54
Tidur berlebihan dapat menyebabkan masalah di tempat kerja, sekolah, atau
untuk kegiatan sehari-hari lainnya.

Hipersomnolensi memiliki tiga kategori: akut, subakut, dan persisten.


1. hipersomnolensi akut , berlangsung 1 bulan atau kurang
2. hipersomnolensi subakut , berlangsung 1 hingga 3 bulan
3. hipersomnolensi persisten , berlangsung lebih dari 3 bulan

Hypersomnolence mirip dengan gangguan tidur lain yang dikenal sebagai


narkolepsi di mana orang mengalami episode kantuk di siang hari. Namun, orang-
orang dengan narkolepsi sering menggambarkan episode kantuk sebagai
"serangan." Sebaliknya, episode hipersomnolensi cenderung muncul secara
bertahap.
Penyebab
Para peneliti masih bekerja untuk mengidentifikasi interaksi apa di otak
yang menyebabkan hypersomnolance. Mungkin saja orang mengalami
peningkatan bahan kimia otak yang diketahui menyebabkan kantuk. Peningkatan
ini bisa bertindak seperti pil tidur.
Meskipun para peneliti belum mengidentifikasi zat atau molekul spesifik
yang mungkin terlibat dalam hipersomnolensi, mereka percaya itu berinteraksi
dengan zat yang disebut y-aminobutyric acid (GABA), yang bertanggung jawab
untuk meningkatkan tidur di otak. Obat penenang yang digunakan dalam operasi
bekerja pada zat GABA yang sama untuk membuat seseorang tertidur selama
operasi.
Faktor risiko untuk seseorang yang mengalami hipersomnensi meliputi:
1. menekankan
2. konsumsi alkohol yang berlebihan
3. riwayat infeksi virus sebelumnya
4. riwayat trauma kepala sebelumnya
5. riwayat keluarga hipersomnolen
6. riwayat medis depresi , penyalahgunaan zat, gangguan bipolar , penyakit
Alzheimer , atau penyakit Parkinson

55
Walaupun ini adalah faktor risiko yang diketahui dan kontributor potensial
terhadap kondisi ini, beberapa orang mungkin mengalami hipersomnensi tanpa
alasan yang diketahui. Hipersomnolensi tanpa sebab yang diketahui disebut
hipersomnolensi idiopatik, yang memengaruhi sekitar 0,01 hingga 0,02 persen
populasi.
Diagnosa
Hypersomnolence adalah salah satu dari beberapa gangguan yang
dijelaskan dalam kategori "gangguan tidur-bangun" dari Manual Diagnostik dan
Statistik Gangguan Mental, Edisi Kelima . Kondisi lain dalam kategori ini
termasuk gangguan mimpi buruk, sindrom kaki gelisah , dan gangguan tidur
terkait pernapasan.

Dokter sering mendiagnosis hipersomnensi dengan mengesampingkan


kemungkinan penyebab lain dari kantuk yang berlebihan. Seorang dokter akan
bertanya tentang gejala-gejala seseorang, yang mungkin termasuk:
 Kapan Anda pertama kali melihatnya?
 Apakah ada yang memperburuk mereka? Apakah ada yang membuat
mereka lebih baik?
 Apa kondisi medis lain yang sedang Anda rawat?
 Apa pola tidurmu?
 Seperti apa lingkungan tidur Anda?

Seorang dokter juga akan meninjau obat apa pun yang mungkin diminum
seseorang untuk membantu mengidentifikasi apakah ini dapat menyebabkan
kantuk di siang hari.
Dokter juga dapat merekomendasikan studi tidur. Ini melibatkan menginap
semalam di "laboratorium tidur" di mana seseorang terhubung ke berbagai
monitor, termasuk oksimeter pulsa, elektrokardiogram, dan monitor gelombang
otak. Peralatan ini membantu dokter memutuskan apakah kantuk di siang hari
seseorang dapat disebabkan oleh gangguan tidur, seperti apnea tidur obstruktif .

56
Jika tidak ada tanda-tanda gangguan yang mendasari atau penyebab medis,
dokter dapat mendiagnosis seseorang dengan hipersomnensi.
Pengobatan
Menetapkan rutinitas sebelum tidur, dan membatasi gangguan sebelum
tidur, dapat membantu mengataasi hipersomnensi. Stimulan paling sering
diresepkan untuk mengobati hipersomnolen. Contoh obat-obatan ini termasuk:
 amfetamin
 methylphenidate
 modafinil

Obat tambahan yang digunakan untuk mengobati hipersomnolensi


meliputi klonidin, levodopa, bromokriptin, antidepresan , dan inhibitor
monoamine oksidase (MAOI).

Selain obat-obatan, dokter mungkin merekomendasikan untuk membuat


perubahan pada "kebersihan tidur" seseorang untuk membantu mereka
mendapatkan tidur malam yang nyenyak.
Contoh dari perubahan ini termasuk:
 Menghindari zat stimulan sebelum tidur, seperti kafein dan nikotin.
 Minum alkohol hanya dalam jumlah sedang. Meskipun alkohol dapat
membuat seseorang merasa mengantuk, meminumnya secara berlebihan
dapat menyebabkan kualitas tidur yang buruk.
 Menghindari makanan yang menyebabkan mulas atau berdampak pada
pencernaan. Contohnya termasuk makanan yang dibuat dengan krim
lemak tinggi, makanan yang digoreng, makanan pedas, buah jeruk, dan
minuman berkarbonasi.
 Menggunakan isyarat pencahayaan visual untuk membedakan antara siang
dan malam. Ini bisa termasuk terkena banyak cahaya luar di siang hari,
dan membuat ruangan menjadi lebih gelap sebelum tidur.

57
 Menetapkan rutinitas sebelum tidur yang membuat seseorang merasa
rileks dan membantu memberi isyarat kepada tubuh mereka bahwa inilah
saatnya untuk tidur. Contohnya termasuk mandi atau membaca buku.
 Mengubah lingkungan tidur agar lebih nyaman. Ini termasuk pendinginan
ruangan hingga antara 60 ° F-67 ° F, menghindari cahaya dari sumber
buatan, termasuk ponsel dan komputer, dan tidur di kasur yang nyaman.
3. NARCOLEPSY

Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang memengaruhi kendali


terhadap aktivitas tidur. Penderita narkolepsi mengalami rasa kantuk pada siang
hari dan bisa tiba-tiba tertidur tanpa mengenal waktu dan tempat.
Penyebab
Penyebab narkolepsi belum diketahui secara pasti. Namun, sebagian besar
penderita narkolepsi memiliki kadar hipokretin rendah. Hipokretin adalah zat
kimia dalam otak yang membantu mengendalikan waktu tidur. Penyebab
rendahnya hipokretin diduga akibat sistem imun yang menyerang sel-sel sehat
(autoimun). Berikut ini kondisi yang dapat memicu timbulnya proses autoimun
tersebut, hingga akhirnya mengarah pada narkolepsi.
 Perubahan hormon, terutama pada masa pubertas atau menopause.
 Stres.
 Perubahan pola tidur secara tiba-tiba.
 Infeksi, seperti infeksi bakteri streptokokus atau infeksi flu babi.
 Kelainan genetik.

Narkolepsi juga dapat disebabkan oleh kerusakan bagian otak yang


menghasilkan hipokretin akibat penyakit lain, seperti:
 Tumor otak.
 Cedera kepala.
 Ensefalitis atau peradangan otak.
 Multiple sclerosis.

Gejala

58
Gejala narkolepsi dapat muncul secara tiba-tiba atau berkembang secara
perlahan selama bertahun-tahun. Gejala yang umumnya terjadi meliputi:
 Rasa kantuk yang berlebihan pada siang hari. Penderita narkolepsi selalu
mengantuk pada siang hari, sulit untuk tetap terjaga, dan sulit
berkonsentrasi.
 Serangan tidur. Serangan tidur menyebabkan penderita narkolepsi tertidur
di mana saja dan kapan saja secara tiba-tiba. Jika narkolepsi tidak
terkendali, serangan tidur bisa berlangsung selama beberapa kali dalam
sehari.
 Katapleksi atau melemahnya otot secara tiba-tiba yang ditandai dengan:
1. Tungkai terasa lemas.
2. Penglihatan ganda.
3. Kepala lunglai dan rahang turun.
4. Bicara cadel.

Hilangnya kendali otot bersifat sementara dan biasanya dipicu oleh emosi
tertentu, seperti terkejut, marah, senang, atau tertawa. Penderita narkolepsi
biasanya mengalami serangan katapleksi 1-2 kali dalam setahun.
Katapleksi dapat berlangsung selama beberapa detik hingga beberapa
menit.

 Ketindihan atau sleep paralysis. Kondisi ini terjadi ketika penderita tidak
mampu bergerak atau berbicara selama sementara saat hendak terbangun
atau mulai tertidur.
 Halusinasi. Penderita narkolepsi terkadang dapat melihat atau mendengar
sesuatu yang tidak nyata, terutama saat akan tidur atau bangun tidur.
 Gangguan ingatan. Penderita narkolepsi terkadang lupa aktivitas apa yang
baru dilakukannya.
 Sakit kepala.
 Depresi.

Diagnosiss Narkolepsi

59
Sebagai langkah awal diagnosis, dokter akan memeriksa riwayat kesehatan
penderita dan keluarga penderita. Kemudian, dokter akan bertanya tentang
kebiasaan tidur dan gejala yang dialami.
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan lanjutan
dengan menggunakan beberapa metode untuk mendeteksi tingkat keparahan
gejala. Metode diagnosis tersebut meliputi:
 Epworth sleepiness scale (ESS), sebuah kuesioner yang digunakan untuk
menilai besarnya kemungkinan pasien tertidur ketika melakukan aktivitas
yang berbeda, seperti ketika duduk, membaca, atau menonton televisi.
Kemungkinan sesorang menderita narkolepsi dilihat dari skor kuesioner
tersebut.
 Polisomnografi. Dokter akan memantau aktivitas listrik organ tubuh
pasien seperti otak (elektroensefalografi), jantung (elektrokardiografi), otot
(elektromiografi), dan mata (elektrookulografi) saat pasien tidur, dengan
memasang elektroda di permukaan tubuh pasien.
 Multiple sleep latency test (MSLT), digunakan untuk mengetahui berapa
lama waktu yang dibutuhkan oleh pasien untuk tertidur pada siang hari.
Pasien akan diminta beberapa kali untuk tidur di siang hari dan diukur
berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pasien mulai tertidur, serta
dinilai juga fase tidurnya. Jika pasien dapat tidur dengan mudah dan
memasuki fase tidur rapid eye movement (REM) dengan cepat, maka
pasien kemungkinan besar menderita narkolepsi.
 Pengukuran tingkat hipokretin. Pemeriksaan kadar hipokretin dilakukan
dengan menggunakan sampel cairan otak dan saraf tulang belakang (cairan
serebrospinal) yang diambil melalui prosedur pungsi lumbar (lumbar
puncture), yaitu menyedot cairan dari tulang punggung bagian bawah
dengan menggunakan jarum.

Pengobatan
Belum ada obat untuk menyembuhkan narkolepsi. Tujuan pengobatan
hanya untuk mengendalikan gejala, sehingga aktivitas penderita tidak terganggu.

60
Untuk narkolepsi ringan, pengobatan dapat dilakukan dengan mengubah pola
kebiasaan tidur. Namun, jika gejala yang muncul cukup parah, maka penderita
perlu diberikan obat-obatan. Selain tingkat keparahan, memberikan obat-obat
akan mempertimbangkan faktor lain, seperti usia, riwayat kesehatan sebelumnya,
kesehatan secara keseluruhan, efek samping yang mungkin ditimbulkan, dan
pilihan pasien.
Beberapa jenis obat yang digunakan untuk meredakan narkolepsi meliputi:
 Stimulan, obat untuk merangsang sistem saraf pusat, sehingga membantu
penderita tetap terjaga pada siang hari. Dokter akan memberikan stimulan
jenis methylphenidate.
 Antidepresan trisiklik. Obat antidepresan, seperti amitriptyline, membantu
meredakan gejala katapleksi atau hilang kendali otot.
 Anti depresan jenis selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) atau
serotonin and norepinephrine reuptake inhibitor (SNRIs). Obat ini
berfungsi untuk menekan waktu tidur, membantu meringankan gejala
katapleksi, halusinasi, dan ketindihan atau sleep paralysis.

BREATHING_RELATED SLEEP DISORDER


1. OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA HYPOPNEA

Obstructive sleep apnea (OSA) adalah gangguan tidur yang membuat


Anda berhenti bernapas untuk sementara saat Anda tidur. Ini merupakan
gangguan tidur yang serius. Gangguan ini dapat terjadi sampai 30 kali dalam satu
jam, saat Anda tidur di malam hari. Anda bahkan mungkin tidak akan mengingat
atau menyadari bahwa hal ini terjadi. Akibatnya, kualitas tidur tidaklah cukup
untuk membuat Anda enerjik dan produktif pada hari berikutnya.
Kondisi kesehatan ini sangatlah umum terjadi. OSA lebih sering terjadi
pada pria daripada wanita. OSA dapat menyerang pasien pada usia berapa pun.
Hal ini dapat dikendalikan dengan mengurangi faktor risiko Anda. Diskusikanlah
dengan dokter Anda untuk informasi lebih lanjut.
Tanda-tanda dan gejala
Gejala yang umum dari obstructive sleep apnea adalah:

61
 mendengkur dengan keras dalam waktu yang lama hampir setiap harinya
 tersedak, mendengus atau terengah-tengah saat tidur
 berhenti bernapas secara mendadak
 kelelahan, mengantuk sepanjang hari
 mulut kering dan sakit tenggorokan pada pagi berikutnya
 hipertensi

Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas.


Jika Anda memiliki kekhawatiran akan gejala tertentu, konsultasikanlah pada
dokter Anda.
Penyebab
Obstructive sleep apnea terjadi saat otot di belakang tenggorokan rileks
dan memblokir saluran napas. Saat terjadi pemblokiran udara sebagian atau
sepenuhnya, kadar oksigen dalam darah dapat menurun dikarenakan penghentian
pernapasan (10-20 detik). Kurangnya oksigen menyebabkan otak Anda menjadi
panik dan membangunkan tubuh untuk bernapas kembali.
Pengobatan
OSA didiagnosis melalui serangkaian pemeriksaan dan tes. Dokter akan
menanyakan mengenai riwayat keluarga dan bagaimana pasien menjalani
kehidupan sehari-hari. Berikutnya adalah pemeriksaan fisik untuk memeriksa
kelainan di belakang tenggorokan. Dokter juga mungkin mengukur keliling leher
dan pinggang Anda, dan memeriksa tekanan darah Anda. Polysomnography dan
tes home sleep apnea digunakan untuk mendeteksi obstructive sleep apnea.
Pengobatan utama untuk OSA adalah perubahan gaya hidup menjadi lebih
sehat, namun bisa dibantu dengan metode pengobatan berikut:
 Pengobatan continuous positive airway pressure (CPAP). Ini merupakan
lini depan pengobatan. CPAP dianjurkan untuk gejala moderat sampai
berat sebagai pengobatan yang paling efektif.
 Variable positive airway pressure (VPAP). Pengobatan ini lebih sering
digunakan pada pasien dengan kondisi pernapasan yang serius.

62
 EPAP nasal. Ini merupakan pengobatan yang biasa digunakan pada kasus
OSA ringan.
2. CENTRAL SLEEP APNEA

Central sleep apnea adalah gangguan di mana pernapasan berulang kali


terhenti dan mulai saat tidur. CSA terjaadi karena otak tidak mengirimkan sinyal
yang tepat ke otot yang mengontrol pernapasan.
Penyebab
Tanda dan gejala umum apnea tidur sentral meliputi:

 Kebangkitan tiba-tiba disertai dengan napas pendek


 Nafas pendek yang lega dengan duduk
 Kesulitan tidur (insomnia)
 Rasa kantuk di siang hari yang berlebihan (hypersomnia)
 Nyeri dada di malam hari
 Kesulitan berkonsentrasi
 Perubahan suasana hati
 Sakit kepala pagi
 Keruh
 Toleransi yang lebih rendah untuk berolahraga

Meskipun mendengkur menunjukkan beberapa tingkat obstruksi aliran


udara, mendengkur juga dapat terdengar di hadapan apnea tidur sentral. Namun,
mendengkur mungkin tidak sama menonjolnya dengan apnea tidur sentral seperti
halnya dengan apnea tidur konstruktif
Penyebab
CSA terjadi ketika otak Anda gagal mengirimkan sinyal ke otot-otot pernapasan
Anda. CSA dapat disebabkan oleh sejumlah kondisi yang memengaruhi
kemampuan batang otak Anda - yang menghubungkan otak Anda dengan sumsum
tulang belakang Anda dan mengendalikan banyak fungsi seperti detak jantung dan
pernapasan - untuk mengontrol pernapasan Anda.

63
Pengobatan

Diagnosa utama yang dilakukan oleh dokter spesialis tidur ketika


menentukan jenis apnea tidur disebut polisomnografi. Prosesnya melibatkan
analisa kinerja jantung, paru-paru, dan otak selama sedang tidur. Pengujian ini
bisa berlangsung semalaman. Bila Anda didiagnosa menderita OSA selama
separuh malam awal, maka Anda harus menghabiskan separuh malam selanjutnya
menggunakan alat CPAP.

Dokter juga akan menyarankan pengujian dengan alat pencitraan pada otak
dan jantung saat mendiagnosa kondisi Anda. Pada kasus seperti itu, Anda juga
disarankan menemui neurolog (ahli saraf) atau kardiolog (ahli jantung),
khususnya bila terdapat masalah pada kedua daerah tersebut.

Ketika mengobati CSA yang disebabkan kelainan, kelainan tersebut harus


diobati terlebih dahulu. Ada kesempatan bahwa mengobati kelainan tersebut, juga
akan mengobati CSA. Apabila CSA disebabkan oleh obat-obatan, mengurangi
penggunaan obat atau menggantinya dengan obat yang lain, akan menyembuhkan
CSA.

Selain mengobati penyakit dan mengurangi obat-obatan, pasien juga harus


menggunakan alat CPAP untuk mengurangi gejala CSA. Pada beberapa kasus,
alat CPAP sendiri dapat mengobati CSA.

Selain CPAP, kemungkinan dokter menyarankan penggunaan alat


Adaptive servo-ventilation (ASV) atau Bi-level positive airway pressure (BPAP),
terutama bila CPAP tidak dapat memberikan hasil yang diharapkan. ASV mirip
dengan CPAP, tetapi mampu membantu pasien yang tidak dapat bernapas selama
beberapa detik yang telah ditentukan. BPAP juga bekerja dengan cara yang sama,
namun tekanan yang diberikan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan pasien.

64
Pengobatan lainnya termasuk mengirimkan oksigen tambahan ketika
pasien sedang tidur, dan meresepkan obat-obatan tertentu seperti asetazolamid dan
teofilin.

3. SLEEP RELATED HYPOVENTILATION

Sleep-Related Hypoventilation adalah jenis gangguan pernapasan terkait


tidur. Gangguan hipoventilasi melibatkan pernapasan lambat yang tidak normal
selama tidur, juga dikenal sebagai depresi pernapasan. Bagi kebanyakan orang,
otak, otot, dan saraf bekerja bersama untuk mengatur pernapasan saat tidur. Pada
orang dengan gangguan hipoventilasi terkait tidur, sistem ini tidak berfungsi
dengan baik. Ketika bernafas terlalu lambat saat tidur, oksigen darah menurun dan
karbon dioksida dapat menumpuk di dalam tubuh.
Gejala
Gejalanya antara lain :
 Sering terbangun di malam hari
 Napas pendek di malam hari
 Kelelahan siang hari
 Perubahan suasana hati
 Kurang fokus dan konsentrasi
 Kapasitas latihan berkurang

Diagnosis
Gangguan hipoventilasi yang berhubungan dengan tidur dapat didiagnosis
menggunakan analisis gas darah, yang mengukur kadar karbon dioksida dan
oksigen dalam darah. Studi tidur semalam juga dapat dilakukan untuk mengukur
aktivitas otak, jantung dan paru-paru selama tidur.
Pengobatan
Perawatan untuk gangguan hipoventilasi yang berhubungan dengan tidur
sering melibatkan perawatan faktor-faktor yang mendasarinya seperti obesitas,
masalah tiroid, atau penghalang jalan nafas. Obat-obatan yang dikenal sebagai

65
stimulan pernapasan dapat membantu memperbaiki saluran udara yang terlalu
sempit yang dapat menyebabkan hipoventilasi.
Dalam beberapa kasus, hipoventilasi dapat diobati dengan alat tekanan
jalan nafas positif seperti terapi tekanan jalan nafas positif terus menerus atau
terapi tekanan udara positif bilevel (BPAP).
4. CIRCADIAN RHYTHM SLEEP-WAKE DISORDERS

Gangguan ini semua melibatkan masalah dalam waktu ketika


seseorangtidur dan bangun. Tubuh manusia memiliki jam sirkadian utama di pusat
kendaliotak dikenal sebagai nukleus suprachiasmatic (SCN). Jam internal ini
mengaturwaktu ritme tubuh seperti suhu dan kadar hormon. Circadian
primerritme yang dikendalikan oleh jam tubuh ini adalah siklus tidur-bangun. Jam
sirkadianberfungsi dalam siklus yang berlangsung sedikit lebih lama dari 24
jam.Jam sirkadian "diatur" terutama oleh isyarat visual tentang cahaya dan
kegelapandikomunikasikan di sepanjang jalur dari mata ke SCN. Ini menjaga
waktudisinkronkan ke hari 24 jam. Isyarat waktu lain, yang dikenal sebagai
zeitgebers , juga dapat memengaruhiwaktu jam. Isyarat ini termasuk jadwal
makan dan olahraga. Ritme sirkadiandan sensitivitas mereka terhadap isyarat
waktu dapat berubah seiring bertambahnya usia seseorang.Setiap gangguan tidur
ritme sirkadian melibatkan salah satu dari dua masalah ini:
 Mengalami kesulitan memulai tidur.
 Anda kesulitan mempertahankan tidur, sering terbangun di malam hari.
 Anda cenderung bangun terlalu pagi dan tidak dapat kembali tidur.
 Tidur Anda tidak restoratif atau berkualitas buruk.

Jenis Gangguan
 Gangguan fase tidur tertunda (DSP):

DSP terjadi ketika seseorang secara teratur tidur dan bangun lebih dari
duajam lebih lambat dari yang dianggap normal. Orang dengan DSP cenderung
menjadi “tipe malam”yang biasanya tetap terjaga sampai jam 1 pagi atau lebih
dan bangun di pagi hari atau sesudahnyasore. Jika bisa tidur pada jam yang lebih

66
disukai secara teratur, aorang dengan DSP akan memiliki pola tidur yang sangat
stabil. DPS lebih umumdi antara remaja dan dewasa muda dengan prevalensi yang
dilaporkan 7-16%. iniDiperkirakan bahwa DPS terlihat pada sekitar 10% pasien
dengan kronisinsomnia di klinik tidur. Riwayat keluarga positif dapat hadir
disekitar 40% individu dengan DPS.
 Gangguan fase tidur lanjut (ASP):

ASP terjadi ketika seseorang secara teratur tidur dan bangun beberapa
jamlebih awal dari kebanyakan orang. Orang dengan ASP cenderung menjadi
“tipe pagi” yangbiasanya bangun jam 2 pagi sampai jam 5 pagi dan tidur antara
jam 6 sore sampai jam 9 malampm Jika bisa tidur pada waktu awal yang disukai
secara teratur, seseorangdengan ASP akan memiliki pola tidur yang sangat stabil.
ASP mempengaruhi sekitar 1% padaorang dewasa setengah baya dan lebih tua
dan meningkat dengan bertambahnya usia.
 Gangguan jet lag:

Jet lag terjadi ketika perjalanan jauh dengan pesawat terbang dengan cepat
menempatkan seseorang di waktu laindaerah. Di lokasi baru ini, orang tersebut
harus tidur dan bangun pada waktu-waktu itutidak selaras dengan jam tubuhnya.
Tingkat keparahan masalah meningkat denganjumlah zona waktu yang dilintasi.
Tubuh cenderung memiliki lebih banyak masalahmenyesuaikan dengan perjalanan
ke timur daripada ke perjalanan ke barat. Jet lag memengaruhi semua kelompok
umur.Namun, pada orang tua, gejalanya mungkin lebih jelas dan lajupemulihan
mungkin lebih lama daripada orang dewasa muda. Kurang tidur,posisi duduk yang
tidak nyaman berkepanjangan, kualitas dan tekanan udara, stres danpenggunaan
kafein dan alkohol yang berlebihan dapat meningkatkan keparahan insomnia
dangangguan kewaspadaan dan fungsi yang terkait dengan perjalanan
transmeridian. Jet lag adalah akondisi sementara dengan gejala yang dimulai kira-
kira satu hingga dua harisetelah perjalanan udara melintasi setidaknya dua zona
waktu. Paparan cahaya saat tidak pantaswaktu dapat memperpanjang waktu
penyesuaian dengan menggeser ritme sirkadian diberlawanan arah
 Gangguan kerja shift:

67
Gangguan kerja shift terjadi ketika jam kerja seseorang dijadwalkan
selamaperiode tidur normal. Rasa kantuk selama shift kerja adalah hal biasa, dan
berusaha untuk melakukannyatidur di siang hari ketika kebanyakan orang lain
bangun bisa menjadi perjuangan. Bergeser-jadwal kerja termasuk shift malam,
shift pagi dan shift bergilir.Tergantung pada jenis shift, preferensi diurnal atau
sirkadian dapat memengaruhikemampuan untuk menyesuaikan untuk shift kerja.
Misalnya, individu digambarkan sebagai pagi harijenis muncul untuk
mendapatkan tidur siang yang lebih pendek setelah shift malam. Orang
dengankomorbiditas medis, psikiatris dan gangguan tidur lainnya seperti sleep
apnea danindividu dengan kebutuhan kuat akan jam tidur yang stabil mungkin
memiliki risiko tertentu.
 Irama tidur-bangun yang tidak teratur:

Gangguan ini terjadi ketika seseorang memiliki siklus tidur-bangun yang


tidak ditentukan. Itutidur seseorang terfragmentasi menjadi serangkaian tidur
siang yang terjadi sepanjang 24 jam. Penderita mengeluh insomnia kronis, rasa
kantuk yang berlebihan atau keduanya. Sebuah irama sirkadian rendah atau tidak
teratur pola tidur-bangun dapat dilihat diasosiasi dengan gangguan neurologis
seperti demensia dan pada anak denganketerbelakangan mental.
Pengobatan
 Perubahan gaya hidup:

Orang dapat mengatasi gangguan tidur ritme sirkadian tertentu dengan


lebih baikhal-hal seperti menyesuaikan eksposurnya ke siang hari, membuat
perubahan dalam pengaturan waktunyarutinitas harian mereka, dan tidur siang
penjadwalan strategis• Kebersihan tidur:Instruksi ini membantu pasien
mengembangkan kebiasaan tidur yang sehat dan mengajarkannya kepadahindari
memperburuk masalah dengan mencoba mengobati sendiri dengan obat-obatan
ataualkohol.
 Terapi cahaya terang:

68
Terapi ini menyinkronkan jam tubuh dengan mengekspos mata ke tingkat
yang amancahaya intens, terang untuk jangka waktu singkat di waktu-waktu
strategis.
 Obat-obatan:

Hipnotis dapat diresepkan untuk meningkatkan kualitas tidur atau


stimulanmempromosikan kewaspadaan
 Melatonin:

Hormon ini diproduksi oleh otak pada malam hari dan tampaknya
berperan dalammempertahankan siklus tidur-bangun. Mengambil melatonin pada
waktu dan dosis yang tepatdapat meringankan gejala beberapa gangguan tidur
ritme sirkadian.

PARASOMNIAS
1. NON-RAPID EYE MOVEMENT SLEEP AROUSAL DISORDERS
Kriteria diagnosis
A. Episode berulang tidak sepenuhnya bangun dari tidur, biasanya terjadi selama
tiga episode pertama major sleep, disertai dengan salah satu dari berikut:
1. Sleepwalking: episode berulang bangun dari kasur selama tidur dan berjalan.
Sementara sleepwalking, individu memiliki pandangan kosong; relatif tidak
responsive usaha lain untuk berkomunikasi dengan dia; dan dapat terbangun
hanya dengan kesulitan besar.
2. Sleep terror: episode berulang dari terror arousals yang tiba-tiba dari tidur,
biasanya mulai dengan jeritan panik. Ada ketakutan dan tanda-tanda autonomic
arousal, seperti mydriasis, takikardia, nafas tersengal dan berkeringat, selama
setiap episode. Ada sikap relatif usaha lain untuk kenyamanan individu selama
episode.
B. Tidak ada atau sedikit (misalnya, hanya satu adegan visual) mimpi yang
diingat.
C. Amnesia untuk episode ini hadir.

69
D. Episode menyebabkan penderitaan klinis yang signifikan atau gangguan sosial,
pekerjaan, atau fungsi area penting yang lain.
E. Gangguan ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis dari zat atau obat (misalnya,
penyalahgunaan obat, pengobatan).
F. Gangguan mental dan medis tidak menjelaskan episode sleepwalking atau sleep
terror.
Catatan Pengkodean: untuk ICD-9-CM, kode 307.46 untuk semua subtipe. ICD-
10-cm, kode didasarkan pada subtipe.
Menentukan apakah:
307.46 jenis Sleepwalking (F51.3)
Spesifik jika:
With sleep-related eating
With sleep-related sexual behavior (sexomnia)
307.46 (F51.4) Sleep terror type
Fitur diagnostik
Fitur penting dari non rapid eye movement (NREM) sleep arousal disorder adalah
mengulangi terjadinya arousals lengkap, biasanya berlangsung selama tiga
episode pertama major sleep (kriteria A), yang biasanya singkat, berlangsung 1-10
menit, tetapi mungkin berlarut-larut, berlangsung hingga 1 jam. Durasi maksimal
peristiwa tidak diketahui. Mata biasanya terbuka selama peristiwa ini. Banyak
individu menunjukan kedua subtipe arousals pada kesempatan yang berbeda, yang
menggarisbawahi pokok patofisiologi. Subtipe mencerminkan berbagai derajat
simultan terjadinya terjaga dan tidur NREM, mengakibatkan perilaku kompleks
yang timbul dari tidur dengan berbagai tingkat sadar kesadaran, aktivitas motorik,
dan aktivasi otonom.
Fitur penting dari sleepwalking adalah episode berulang dari perilaku motor
kompleks dimulai saat tidur, termasuk bangun dari tempat tidur dan berjalan
(kriteria Al). Sleepwalking episode dimulai selama setiap tahap tidur NREM,
paling sering selama slowwave sleep dan karena itu paling sering terjadi selama
ketiga malam. Selama episode, individu telah mengurangi kewaspadaan dan
responsif, tatapan kosong dan sikap untuk komunikasi dengan orang lain atau

70
upaya dari orang lain untuk membangunkan individu. Jika terbangun selama
episode (atau bangun pagi hari berikutnya), individu memiliki ingatan terbatas.
Setelah episode, mungkin awalnya ada periode kebingungan singkat atau
kesulitan mengorientasikan, diikuti oleh pemulihan penuh fungsi kognitif dan
perilaku yang sesuai.
Ciri penting sleep terror adalah terjadinya berulang bangun dari tidur, biasanya
diawali dengan berteriak panik atau menangis (kriteria A2). Sleep terror biasanya
dimulai selama tiga episode awal major sleep dan berlangsung 1-10 menit, tapi
mungkin bertahan jauh lebih lama, terutama pada anak. Episode yang disertai oleh
autonomic arousal yang mengesankan dan manifestasi perilaku dari ketakutan.
Selama episode, individu sulit untuk terbangun atau tenang. Jika individu
terbangun setelah sleep terror, sedikit atau tidak ada mimpi, atau hanya terpisah-
pisah, satu gambar, teringat. Selama episode khas sleep terror, individu tiba-tiba
duduk di tempat tidur menjerit atau menangis, dengan ekspresi ketakutan dan
tanda-tanda kecemasan intens (misalnya, takikardia, nafas terengah, berkeringat,
dilation of the pupils). Individu mungkin sedih dan biasanya tidak responsif
terhadap upaya orang lain untuk membangunkan atau menenangkannya. Sleep
terror juga disebut "night terrors" atau "pavor nocturnus.”
Fitur-fitur terkait yang mendukung Diagnosis
Sleepwalking episode dapat mencakup berbagai perilaku. Episode mungkin
dimulai dengan kebingungan: individu mungkin hanya duduk di tempat tidur,
melihat sekitar, atau mengambil selimut atau sprei. Perilaku ini kemudian menjadi
semakin kompleks. Individu dapat benar-benar meninggalkan tempat tidur dan
berjalan ke lemari, dari kamar, dan bahkan dari bangunan. Individu dapat
menggunakan kamar mandi, makan, berbicara, atau terlibat dalam perilaku yang
lebih kompleks. Berjalan dan upaya untuk melarikan diri beberapa ancaman yang
jelas juga dapat terjadi. Kebanyakan perilaku selama sleepwalking episode rutin
dan low complexity. Namun, kasus membuka pintu dan bahkan mengoperasikan
mesin (mengemudi mobil) telah dilaporkan. Sleepwalking juga dapat mencakup
perilaku yang tidak pantas (misal, umumnya, buang air kecil di lemari atau
keranjang sampah). Kebanyakan episode berlangsung selama beberapa menit

71
sampai setengah jam tapi mungkin menjadi lebih berlarut-larut. Lantaran tidur
adalah keadaan relatif analgesia, cedera yang dideritanya sewaktu sleepwalking
mungkin tidak disadari sampai bangun dengan benar.
Ada dua "specialized" bentuk sleepwalking: terkait dengan sleep-related eating
dan terkait dengan sleep-related sexual behavior (sexsomnia atau sleep sex).
Individu dengan terkait dengan sleep-related eating pengalaman yang tidak
diinginkan episode berulang dari makan dengan berbagai tingkat Amnesia, mulai
dari kesadaran penuh kesadaran tanpa kemampuan untuk tidak makan. Selama
episode ini, makanan tidak pantas mungkin tertelan. Orang dengan sleep-related
behavior mungkin menemukan bukti mereka makan pada pagi berikutnya. Dalam
sexsomnia, berbagai tingkat aktivitas seksual (misalnya, masturbasi, membelai,
meraba-raba, hubungan seksual) terjadi sebagai perilaku kompleks yang bangun
dari tidur tanpa kesadaran sepenuhnya. Kondisi ini lebih umum pada laki-laki dan
dapat mengakibatkan masalah serius pada hubungan interpersonal atau
Medikolegal konsekuensi.
Selama episode khas sleep terror, sering ada rasa takut luar biasa, dengan suatu
keharusan untuk melarikan diri. Meskipun potongan gambaran mimpi yang jelas
mungkin terjadi, urutan storylike mimpi (seperti dalam mimpi buruk) tidak
dilaporkan. Paling sering, individu tidak bangun sepenuhnya, tetapi kembali tidur
dan memiliki amnesia untuk episode pada bangun dipagi berikutnya. Biasanya
hanya satu episode akan terjadi pada setiap satu malam. Kadang-kadang beberapa
episode dapat terjadi pada interval sepanjang malam. Peristiwa ini jarang muncul
selama tidur siang hari.

Prevalensi
Terisolasi atau jarang NREM sleep arousal disorders sangat umum di populasi
umum. Dari 10% sampai 30% anak-anak mempunyai setidaknya satu episode
sleepwalking, dan 2-3% sering sleepwalk. Prevalensi gangguan sleepwalking,
ditandai dengan episode berulang dan gangguan atau kesulitan, jauh lebih rendah,
mungkin dalam kisaran l %-5_%. Prevalensi sleepwalking episode (bukan

72
sleepwalking disorder) adalah 1,0% - 7,0% di kalangan orang dewasa, dengan
mingguan bulanan episode yang terjadi di 0,5-0,7%. Prevalensi seumur hidup
sleepwalking pada orang dewasa adalah 29,2%, dengan prevalensi sleepwalking
3.6% tahun masa lalu. Prevalensi sleep terror di populasi umum tidak diketahui.
Prevalensi sleep terror episode (sebagai lawan dari gangguan sleep terror, di mana
ada kekambuhan dan kesusahan atau gangguan) adalah sekitar 36,9% pada usia 18
bulan, 19.7% pada usia 30 bulan dan 2,2% pada orang dewasa.
Pengembangan dan Lapangan
NREM sleep arousal disorder terjadi paling sering pada masa kanak-kanak dan
berkurang frekuensinya dengan bertambahnya usia. Onset tidur sambil berjalan
pada orang dewasa dengan sebelumnya tidak ada sejarah sleepwalking pada anak-
anak harus mencari etiologi yang spesifik, seperti obstructive sleep apnea,
nocturnal seizures atau efek obat.
Risiko dan faktor-faktor prognostik
Lingkungan. Penggunaan obat penenang, kurang tidur, gangguan jadwal tidur-
bangun, kelelahan,dan stres fisik atau emosional meningkatkan kemungkinan
episode. Demam dan kekurangan tidur dapat menghasilkan peningkatan frekuensi
NREM sleep arousal disorder.
Genetik dan fisiologis. Riwayat Keluarga untuk sleepwalking atau sleep terror
dapat terjadi sampai 80% dari orang-orang yang sleepwalk. Risiko sleepwalking
meningkat (menjadi sebanyak 60% keturunan) ketika kedua orang tua memiliki
riwayat gangguan. Individu dengan sleep terror sering memiliki riwayat keluarga
positif sleep terror atau sleepwalking, dengan setinggi peningkatan 10 kali dalam
prevalensi dari kerabat biologis. Sleep terror jauh lebih umum di monozygotic
kembar dibandingkan dengan dizygotic kembar. Pewarisan tidak diketahui.
Diagnostik masalah terkait gender
Kegiatan kekerasan atau seksual selama episode sleepwalking lebih cenderung
terjadi pada orang dewasa. Makan selama episode sleepwalking lebih sering
terlihat pada wanita. Sleepwalking terjadi lebih sering pada wanita selama masa
kanak-kanak tetapi lebih sering pada laki-laki selama masa dewasa. Anak-anak
yang lebih tua dan orang dewasa menyediakan ingatan gambar mengerikan yang

73
terkait dengan sleep terror daripada anak-anak muda, yang lebih mungkin untuk
memiliki amnesia atau laporan hanya samar-samar rasa takut lebih rinci. Pada
anak-anak, sleep terror lebih umum pada pria dibandingkan pada wanita. Di antara
orang dewasa, perbandingan jenis kelamin adalah sama.
Tanda-tanda diagnostik
NREM sleep arousal disorder timbul dari setiap tahap tidur NREM tetapi yang
paling sering dari NREM nyenyak (lambat-gelombang tidur). Mereka paling
mungkin untuk muncul dalam ketiga episode pertama malam dan tidak sering
terjadi selama tidur siang hari. Selama episode, polysomnogram mungkin
mengaburkan dengan gerakan artefak. Dalam ketiadaan artefak tersebut,
electroencephalogram biasanya menunjukkan aktivitas frekuensi theta atau alpha
selama episode, menunjukkan arousal parsial atau lengkap.
Polysomnography dalam hubungannya dengan pemantauan audiovisual dapat
digunakan untuk dokumen episode sleepwalking. Dalam ketiadaan benar-benar
menangkap peristiwa selama rekaman polysomnographic, ada tidak ada fitur
polysomnographic yang dapat berfungsi sebagai penanda untuk berjalan dalam
tidur. Kurang tidur dapat meningkatkan kemungkinan menangkap peristiwa.
Sebagai sebuah kelompok, individu yang sleepwalk menunjukkan ketidakstabilan
nyenyak NREM, tapi tumpang tindih dalam temuan dengan individu yang tidak
sleepwalk cukup besar untuk menghalangi penggunaan indikator ini dalam
membangun diagnosis. Tidak seperti arousals dari tidur REM terkait dengan
mimpi buruk, di mana ada peningkatan denyut jantung dan respirasi sebelum
arousal, NREM sleep arousals dari sleep terror dimulai drastis dari tidur, tanpa
perubahan otonom antisipatif. Arousals terkait dengan aktivitas otonom yang
mengesankan, dengan dua kali lipat atau tiga kali lipat dari denyut jantung.
Patofisiologi kurang dipahami, tetapi tampaknya ada ketidakstabilan ditahap yang
lebih dalam dari tidur NREM. Absen menangkap peristiwa selama studi tidur
formal, tidak ada indikator yang dapat diandalkan kecenderungan
polysomnographic untuk mengalami sleep terror.
Konsekuensi fungsional Non REM Sleep Arousal Disorder

74
Untuk diagnosis NREM sleep arousal disorder yang harus dibuat, individu atau
rumah tangga anggota harus mengalami penderitaan klinis yang signifikan atau
gangguan, meskipun gejala parasomnia dapat terjadi kadang-kadang dalam
populasi nonclinical dan akan tahan untuk diagnosis. Malu tentang episode dapat
merusak sosial hubungan. Dapat menghasilkan isolasi sosial atau kesulitan kerja.
Penentuan "disorder" tergantung pada sejumlah faktor, yang mungkin berbeda
secara individual dan akan tergantung pada frekuensi peristiwa, potensi untuk
kekerasan atau perilaku yang merugikan, malu, atau gangguan/penderitaan
anggota rumah tangga lainnya. Penentuan tingkat keparahan terbaik dibuat
berdasarkan sifat atau konsekuensi perilaku bukan hanya pada frekuensi. NREM
sleep arousal disorder dapat mengakibatkan cedera serius pada individu atau
untuk seseorang yang mencoba untuk konsol individu. Cedera lain terbatas orang-
orang di dekat; individu yang tidak "sought out”. Biasanya, tidur sambil berjalan
pada anak-anak dan orang dewasa ini tidak terkait dengan gangguan mental yang
signifikan. Untuk individu dengan terkait dengan sleep-related eating behavior,
tanpa sadar mempersiapkan atau makan makanan selama waktu tidur mungkin
menciptakan masalah seperti kurangnya kontrol diabetes, berat badan, cedera
(terpotong dan gosong), atau konsekuensi dari makan yang berbahaya atau racun.
NREM sleep arousal disorder jarang dapat mengakibatkan perilaku kekerasan atau
merugikan dengan implikasi forensik.

Diferensial Diagnosis
Nightmare Disorder. Berbeda dengan individu dengan NREM sleep arousal
disorder, individu dengan gangguan mimpi buruk biasanya membangunkan
dengan mudah dan sepenuhnya, laporan mimpi seperti cerita yang jelas menyertai
episode, dan cenderung memiliki episode lainnya kemudian di malam hari.
NREM sleep arousal disorder terjadi selama tidur NREM, sedangkan mimpi
buruk biasanya terjadi selama tidur REM. Orangtua dari anak-anak dengan
NREM sleep arousal disorder dapat menyalahartikan sebagai mimpi buruk.
Breathing-related sleep disorder. Pernapasan gangguan selama tidur juga dapat
memproduksi confusional arousals dengan amnesia berikutnya. Namun, gangguan

75
tidur pernapasan yang terkait juga ditandai dengan gejala khas mendengkur,
pernapasan berhenti, dan kantuk di siang hari. Dalam beberapa individu,
gangguan tidur pernapasan yang terkait yang mungkin memicu episode
sleepwalking.
REM sleep behavior disorder. REM sleep behavior disorder mungkin sulit untuk
membedakan dari NREM sleep arousal disorder.REM sleep behavior disorder
ditandai oleh episode gerakan terkemuka, kompleks, sering melibatkan cedera
pribadi yang timbul dari tidur. Berbeda dengan NREM sleep arousal disorder,
REM sleep behavior disorder terjadi selama tidur REM. Individu dengan REM
sleep behavior disorder terbangun dengan mudah dan Laporan lebih rinci dan
hidup impian konten daripada individu dengan NREM sleep arousal disorder.
Mereka sering melaporkan bahwa mereka "act out dream”.

Parasomnia overlap syndrome. Parasomnia overlap syndrome terdiri dari klinis


dan polysomnographic fitur sleepwalking dan REM sleep behavior disorder.
Sleep-related seizure. Beberapa jenis kejang dapat menghasilkan episode sangat
tidak biasa perilaku yang terjadi didominasi atau eksklusif selama tidur. Nocturnal
seizures dapat meniru NREM sleep arousal disorder tetapi cenderung menjadi
lebih stereotypic di alam, terjadi beberapa kali setiap malam, dan menjadi lebih
cenderung terjadi dari tidur siang hari. Kehadiran terkait dengan tidur kejang tidak
menghalangi kehadiran NREM sleep arousal disorder. Terkait dengan tidur kejang
harus digolongkan sebagai bentuk epilepsi.
Alcohol-induced blackout. Alcohol-induced blackout mungkin terkait dengan
sangat perilaku kompleks dalam ketiadaan keracunan. Mereka tidak melibatkan
kehilangan kesadaran tetapi agak mencerminkan gangguan terisolasi memori
selama episode minum. Perilaku ini dapat dibedakan dari orang-orang terlihat di
NREM sleep arousal disorder.
Dissociative amnesia, dengan dissociative fugue. Dissociative fugue mungkin
sangat sulit untuk dibedakan dari sleepwalking. Tidak seperti semua parasomnias
lain, nokturnal dissociative Fugue muncul dari kurun waktu terjaga saat tidur,

76
daripada drastis dari tidur tanpa terjaga. Sejarah berulang kecil fisik atau
pelecehan seksual biasanya hadir (tapi mungkin sulit untuk diperoleh).
Pura-pura sakit atau perilaku sukarela lain yang terjadi selama terjaga. Seperti
dengan dissociative Fugue, pura-pura sakit atau perilaku sukarela lain yang terjadi
selama terjaga timbul dari terjaga.
Gangguan panik. Serangan panik dapat juga menyebabkan tiba-tiba terbangun
dari tidur NREM disertai dengan fearfulness, tapi episode ini bangun dengan
cepat tanpa kebingungan, amnesia, atau aktivitas motorik khas NREM sleep
arousal disorder.
Obat-induced perilaku kompleks. Perilaku serupa dengan yang dalam NREM
sleep arousal disorder yang dapat disebabkan oleh penggunaan, atau penarikan
dari zat atau obat (misalnya, benzodiazepin nonbenzodiazepine sedatif-hipnotik
opiat, kokain, nikotin, antipsikotik, antidepresan trisiklik, hidrat klor). Perilaku
seperti itu mungkin timbul dari periode tidur dan mungkin sangat kompleks.
Patofisiologi yang mendasarinya tampaknya amnesia relatif terisolasi. Dalam
kasus tersebut, zat/obat-induced gangguan tidur, jenis parasomnia, harus dapat
didiagnosis (Lihat "Substance/Medication- Disebabkan tidur Disorder "kemudian
dalam bab ini).

Night eating disorder. Bentuk gangguan makan yang terkait dengan tidur
sleepwalking adalah untuk menjadi dibedakan dari simdrom makan malam, di
mana ada penundaan di ritme sirkadian konsumsi makanan dan asosiasi dengan
insomnia dan/atau depresi.
Penyerta
Pada orang dewasa, ada hubungan antara tidur sambil berjalan dan major episode
depresi dan gangguan obsesif-kompulsif. Anak-anak atau orang dewasa dengan
sleep terror mungkin mengalami peningkatan nilai untuk depresi dan kecemasan
pada kepribadian kesediaan.
Penanganan
Dapat dengan secara farmakologi, non farmakologi, konseling dan psikoterapi,
serta sleep hygiene.

77
2. Nighmare Disorder 307.47 (F51.5)
Kriteria Diagnostik 307.47(F51.5)
A. Kejadian yang berulang berkepanjangan, dsyphoric yang berkepanjangan,
dan mimpi yang dapat diingat dengan mudah yang biasanya melibatkan
upaya untuk menghindari ancaman untuk keselamatan, keamanan, atau
integritas fisik dan yang biasanya terjadi ketika babak kedua dari major
sleep episode
B. Dalam terbangun dari dsyphoric dreams, sang individu cepat menjadi
berorientasi dan waspada
C. Gangguan tidur menyebabkan gangguan yang signifikan secara klinis atau
penurunan dalam sosial, pekerjaan, atau area penting dari penggunaan.
D. Gejala mimpi buruk tidak disebabkan oleh efek fisiologi dari suatu zat
(misalkan penyalahgunaan narkoba, obat-obatan)
E. Kehadiran gangguan mental dan medis tidak cukup menjelaskan keluhan
dominan mimpi dysphoric.

Spesifik jika:
gejala saat tidur
Spesifik jika:
Terkait dengan gangguan diluar tidur termasuk gangguan penggunaan zat
Terkait dengan kondisi medis lainnya
Terkait dengan gangguan tidur lainnya
Catatan pengodean: The Code 307.47 (F51.5) berlaku untuk semua tiga point.
Kode juga relevan terkait dengan gangguan mental, kondisi medis, atau
gangguan tidur lainnya setelah kode dari mimpi buruk. Untuk menunjukan
assosiasi.
Spesifik jika:
 Akut: Durasi periode mimpi buruk adalah 1 bulan atau kurang.
 Subakut: Durasi periode mimpi buruk lebih dari 1 bulan tetapi kurang dari
6 bulan.

78
 Persistent: Durasi periode mimpi buruk adalah 6 bulan atau lebih.

Tentukan keparahan saat ini:


Keparahan dapat dinilai berdasarkan frekuensi mimpi buruk yang terjadi:
 Ringan: Kurang dari satu episode per minggu rata-rata.
 sedang: Satu atau lebih episode per minggu tetapi kurang dari setiap
malam.
 Parah: Episode setiap malam.

Fitur Diagnostik
Mimpi buruk biasanya panjang, rumit, cerita seperti urutan imaji mimpi itu
tampak nyata dan yang memicu kecemasan, ketakutan, atau emosi dysphoric
lainnya. Konten mimpi buruk biasanya berfokus pada upaya untuk menghindari
atau mengatasi bahaya yang akan terjadi tetapi mungkin melibatkantema yang
membangkitkan emosi negatif lainnya. Mimpi buruk terjadi setelah pengalaman
traumatis dapat mereplikasi situasi yang mengancam ('mimpi buruk replikatif’),
tetapi kebanyakan tidak. Saat bangun, mimpi buruk sangat diingat dan dapat
dijelaskan secara detail. Mereka muncul hampir secara eksklusif selama rapid eye
movement (REM) tidur dan dapat terjadi secara keseluruhan tidur tetapi; lebih
mungkin di paruh kedua episode tidur utama ketika bermimpi lebih panjang dan
lebih intens. Faktor-faktor yang meningkatkan intensitas REM dini hari, seperti
tidur fragmentasi atau deprivasi, jet lag, dan obat-obat REM-sensitif, mungkin
memfasilitasi mimpi buruk di awal malam, termasuk saat tidur.
Mimpi buruk biasanya berakhir dengan kebangkitan dan cepat kembali
kewaspadaan penuh. Namun, emosi dysphoric dapat bertahan ke dalam kesadaran
dan berkontribusi untuk kesulitan kembali untuk tidur dan kesusahan siang hari
yang abadi. Beberapa mimpi buruk, yang dikenal sebagai “mimpi buruk”
mungkin tidak menyebabkan kebangkitan dan diingat hanya kemudian. Jika
mimpi buruk terjadi selama sleeponset Periode REM (hypnagogic), emosi
dysphoric sering disertai dengan rasa terjaga dan tidak dapat bergerak secara
sukarela {isolated sleep paralysis).
Fitur Terkait Pendukung Diagnosis

79
Otonom-otonom ringan, termasuk berkeringat, takikardia, dan takipnea, dapat
menjadi ciri mimpi buruk. Gerakan tubuh dan vokalisasi bukan karakteristik
karena REM hilangnya tonus otot rangka terkait tidur, tetapi perilaku tersebut
dapat terjadi dalam situasi stres emosional atau fragmentasi tidur dan gangguan
stres pasca trauma (PTSD). Ketika berbicara atau emoting terjadi, biasanya
peristiwa singkat mengakhiri mimpi buruk. Individu dengan mimpi buruk sering
memiliki risiko yang jauh lebih besar untuk keinginan bunuh diri dan upaya
bunuh diri, bahkan ketika gender dan penyakit mental diperhitungkan.
Prevalensi
Prevalensi mimpi buruk meningkat sejak masa kanak-kanak hingga remaja. Dari
1,3% menjadi 3,9% orang tua melaporkan bahwa anak-anak prasekolah mereka
mengalami mimpi buruk “sering“ atau “selalu” Prevalensi meningkat dari usia 10
hingga 13 untuk pria dan wanita tetapi terus meningkat untuk usia 20-29 untuk
wanita (sementara menurun untuk pria), ketika bisa dua kali lebih tinggi untuk
wanita seperti untuk pria. Prevalensi menurun terus dengan usia untuk kedua jenis
kelamin, tetapi jenis kelamin perbedaan tetap ada. Di antara orang dewasa,
prevalensi mimpi buruk setidaknya setiap bulan adalah 6%, sedangkan prevalensi
untuk mimpi buruk sering adalah l% -2%. Perkiraan sering menggabungkan
idiopatik dan mimpi buruk pasca trauma tanpa pandang bulu.
Pengembangan dan Kursus
Mimpi buruk sering dimulai antara usia 3 dan 6 tahun tetapi mencapai puncak
prevalensi dan keparahan di akhir remaja atau awal masa dewasa. Mimpi buruk
kemungkinan besar muncul pada anak-anak terkena stres psikososial akut atau
kronis dan dengan demikian tidak dapat menyelesaikan secara spontan. Dalam
minoritas, sering mimpi buruk bertahan hingga dewasa, menjadi hampir seumur
hidup . Meskipun konten mimpi buruk tertentu mungkin mencerminkan usia
individu, ciri-ciri utama dari gangguan ini adalah sama di seluruh kelompok umur.
Risiko dan Faktor Prognostik
Emosional. Orang-orang yang mengalami mimpi buruk melaporkan lebih sering
merugikan di masa lalu peristiwa, tetapi belum tentu trauma, dan sering
menampilkan gangguan kepribadian ataudiagnosis psikiatri.

80
Lingkungan. Kurang tidur atau fragmentasi, dan jadwal tidur-bangun yang tidak
teratur yang mengubah waktu, intensitas, atau kuantitas tidur REM, dapat
menempatkan individu pada risiko mimpi buruk.
Genetik dan fisiologis. Studi kembar telah mengidentifikasi efek genetik pada
disposisi untuk mimpi buruk dan kemunculannya dengan parasomnia lain
(misalnya, sleeptalking). Pengubah mata kuliah. Adaptive parental bedside
behaviors, seperti menenangkan anak yang mengikuti mimpi buruk, dapat
melindungi terhadap mengembangkan mimpi buruk kronis.
Masalah Diagnostik Terkait Budaya
Signifikansi yang dikaitkan dengan mimpi buruk dapat bervariasi berdasarkan
budaya, dan kepekaan terhadap keyakinan tersebut dapat memfasilitasi
pengungkapan.
Masalah Diagnostik Terkait Gender
Wanita dewasa melaporkan mengalami mimpi buruk lebih sering daripada pria
dewasa. Mimpi buruk memiliki konten berbeda berdasarkan jenis kelamin, pada
wanita dewasa cenderung melaporkan tema pelecehan seksual atau orang yang
dicintai menghilang / sekarat, dan laki-laki dewasa cenderung melaporkan tema
fisik agresi atau perang / teror.
Diagnostik masalah terkait gender
Laporan perempuan dewasa yang memiliki mimpi buruk lebih sering daripada
laki-laki dewasa. Mimpi buruk merupakan konten yang berbeda dengan seks,
dengan wanita dewasa cenderung melaporkan tentang pelecehan seksual atau dari
orang yang dicintai menghilang/mati, dan laki-laki dewasa cenderung melaporkan
fisik agresi atau perang/teror.
Tanda-tanda diagnostik
Penelitian Polysomnographie menunjukkan tiba-tiba terbangun dari tidur REM,
biasanya selama pertengahan malam, sebelum laporan dari mimpi buruk. Jantung,
pernapasan, dan gerakan mata dapat mempercepat atau meningkatkan variabilitas
sebelum bangun. Mimpi buruk yang diiikuti peristiwa traumatis juga mungkin
timbul selama non - REM (NREM), terutama tahap 2, tidur. Khas tidur individu
dengan mimpi buruk agak terganggu (misalnya, dikurangi efisiensi, kurang

81
slowwave tidur, banyak terbangun), dengan gerakan periodik kaki lebih sering
dalam tidur dan relative sistem saraf simpatik aktivasi setelah kurang tidur REM.
Konsekuensi fungsional gangguan Nightmare
Mimpi buruk menyebabkan lebih signifikan stres subjektif daripada pembuktian
sosial atau gangguan pekerjaan. Namun, jika sering terbangun atau
mengakibatkan menghindari tidur, individu mungkin mengalami ngantuk
berlebihan di siang hari, konsentrasi yang buruk, depresi, kecemasan, atau mudah
marah. Pada masa kanak-kanak sering mimpi buruk (misalnya, beberapa kali per
minggu), dapat menyebabkan signifikan stres untuk orang tua dan anak.
Diagnosis berbeda
Sleep terror disorder. Nightmare disorder dan sleep terror disorder termasuk
bangun atau parsial terbangun dengan ketakutan dan aktivasi otonom, tetapi dua
gangguan tersebut berbeda. Nightmare yang biasanya terjadi kemudian di malam
hari, selama tidur REM, dan memproduksi dengan tajam, seperti cerita, dan jelas
ingat mimpi; mild autonomic arousal; dan benar-benar bangun. Sleep terror
biasanya muncul dalam tiga episode pertama malam hari selama Tahap 3 atau 4
NREM tidur dan menghasilkan tidak ingat mimpi atau gambar tanpa kualitas
cerita. Terror membawa kepada bangun parsial yang membuat individu, bingung,
dan hanya sebagian responsif dan dengan substantial autonomic arousal. Biasanya
ada amnesia untuk di pagi hari.
Gangguan perilaku rem tidur. Kehadiran kompleks motor aktivitas selama mimpi
menakutkan harus meminta evaluasi lebih lanjut untuk REM sleep behaviour
disorder, yang terjadi biasanya antara laki-laki usia menengah akhir dan, tidak
seperti nightmare disorder, terkait dengan mimpi kekerasan sering merekonstruksi
dan sejarah nokturnal cedera. Mimpi REM sleep behaviour disorder digambarkan
oleh pasien sebagai mimpi buruk tetapi dikendalikan oleh obat yang sesuai.
Berkabung. Dysphoric mimpi mungkin terjadi selama berkabung tetapi biasanya
melibatkan kehilangan dan kesedihan dan diikuti oleh refleksi diri dan wawasan,
daripada kesusahan, pada saat bangun.

82
Narkolepsi. Mimpi buruk yang sering menjadi keluhan di narkolepsi, tetapi
kehadiran kantuk berlebihan dan cataplexy membedakan kondisi ini dari
Nightmare disorder.
Nocturnal seizure. Kejang mungkin jarang terwujud sebagai mimpi buruk dan
harus dievaluasi dengan polysomnography dan video berulang
electroencephalography. Kejang nokturnal biasanya melibatkan aktivitas motorik
stereotip. Terkait mimpi buruk, jika mengingat. sering berulang-ulang di alam
atau mencerminkan fitur epileptogenic seperti konten aura harian (misalnya, tidak
termotivasi ketakutan), phosphenes, atau ictal imajiner. Disorder of arousal,
terutama arousals membingungkan, juga dapat hadir.
Breathing-related sleep disorder. Breathing-related sleep disorder dapat
menyebabkan terbangun dengan arousal otonom, tapi ini tidak biasanya disertai
dengan mengingat mimpi buruk.
Gangguan panik. Serangan-serangan yang timbul selama tidur dapat
menghasilkan tiba-tiba terbangun dengan arousal otonom dan ketakutan, tetapi
mimpi buruk biasanya tidak dilaporkan dan gejala mirip dengan serangan panik
yang timbul selama terjaga.
Sleep-related dissociative disorder. Individu mungkin ingat aktual fisik atau
trauma emosional sebagai "mimpi" selama electroencephalography-documented
awakening.
Penggunaan obat atau substansi. Banyak zat/obat-obatan dapat memicu mimpi
buruk, termasuk dopaminergics; Beta-adrenergic antagonis dan antihypertensives
lainnya; amfetamin, kokain dan obat perangsang lain; antidepresan; penghentian
Merokok bantu; dan melatonin. Penarikan obat tidur REM-penekan (misalnya,
antidepresan) dan alkohol dapat menghasilkan pantulan tidur REM disertai
dengan mimpi buruk. Jika mimpi buruk cukup parah untuk menjamin perhatian
klinis independen, diagnosis zat /medication-induced sleep disorder harus
dipertimbangkan.
Komorbiditas
Mimpi buruk dapat komorbid dengan beberapa kondisi medis, termasuk penyakit
jantung koroner, kanker, parkinson, dan nyeri, dan dapat menyertai perawatan

83
medis, seperti hemodialisis, atau berhenti dari penyalahgunaan obat atau zat.
Mimpi buruk sering terjadi komorbid dengan gangguan mental lainnya, termasuk
PTSD; gangguan insomnia; skizofrenia; psikosis; gangguan mood, kecemasan,
penyesuaian, dan kepribadian; dan kesedihan saat berkabung. Diagnosis gangguan
mimpi buruk bersamaan seharusnya hanya dipertimbangkan ketika perhatian
klinis sendiri dibenarkan (yaitu Kriteria A-C terpenuhi). Kalau tidak, diagnosis
tidak terpisah diperlukan. Kondisi ini harus terdaftar di bawah komorbiditas yang
tepat penentu kategori. Namun, gangguan mimpi buruk dapat didiagnosis sebagai
gangguan yang terpisah di individu dengan PTSD jika mimpi buruk secara
temporer tidak berhubungan dengan PTSD (yaitu, sebelumnya gejala PTSD
lainnya atau menetap setelah gejala PTSD lainnya telah teratasi).
Mimpi buruk biasanya merupakan REM sleep behaviour disorder, PTSD, dan
gangguan stres akut, tetapi gangguan mimpi buruk dapat secara mandiri
dikodekan jika mimpi buruk didahului kondisi dan frekuensi atau keparahannya
memerlukan perhatian klinis sendiri. Belakangan dapat ditentukan dengan
menanyakan apakah mimpi buruk adalah masalah sebelum timbulnya gangguan
lain dan apakah mereka berlanjut setelah gejala lain telah berkurang.
Penanganan
Konseling, obat-obatan

3. Rapid Eye Movement Sleep Behavior Disorder 327.42 (G47.52)


Kriteria Diagnostik 327.42 (G47.52)
A. Episode berulang gairah saat tidur berhubungan dengan vokalisasi dan / atau
kompleks perilaku motorik.
B. Perilaku ini timbul saat tidur dengan gerakan mata cepat (REM) tidur dan
karena itu biasanya terjadi lebih dari 90 menit setelah awitan tidur, lebih
sering terjadi pada bagian selanjutnya dari periode tidur, dan jarang terjadi
pada siang hari
C. Setelah terbangun dari episode ini, individu benar-benar terjaga, waspada,
dan tidak bingung atau bingung.
D. Salah satu dari berikut ini:

84
 REM tidur tanpa atonia pada rekaman polisomnografi.\
 Suatu riwayat yang menunjukkan gangguan perilaku tidur REM dan
sinucleinopathy yang sudah mapan diagnosis (misalnya, penyakit
Parkinson, multiple system atrophy).
E. Perilaku menyebabkan gangguan atau gangguan klinis yang signifikan secara
sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lainnya (yang mungkin termasuk
cedera pada diri sendiri atau pasangan tidur).
F. Gangguan ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (mis. A obat
pelecehan, pengobatan) atau kondisi medis lainnya.
G. Gangguan mental dan medis yang ada bersamaan tidak menjelaskan episode.

4. Restless Legs Syndrome 333.94 (G25.81)


Kriteria Diagnostik 333.94 (G25.81)
A. Suatu dorongan untuk menggerakkan kaki, biasanya disertai oleh atau sebagai
respons terhadap sensasi tidak nyaman dan tidak menyenangkan di kaki,
ditandai oleh semua hal berikut:
1. Dorongan untuk menggerakkan kaki dimulai atau memburuk selama
periode istirahat atau tidak aktif.
2. Dorongan untuk menggerakkan kaki sebagian atau sama sekali lega
dengan gerakan.
3. Dorongan untuk menggerakkan kaki lebih buruk di malam hari atau di
malam hari daripada siang hari, atau terjadi hanya di malam hari atau di
malam hari.
B. Gejala pada Kriteria A terjadi setidaknya tiga kali per minggu dan bertahan
paling lama 3 bulan.
C. Gejala pada Kriteria A disertai dengan tekanan atau penurunan signifikan
pada sosial, pekerjaan, pendidikan, akademik, perilaku, atau bidang penting
lainnya berfungsi.
D. Gejala di Kriteria A tidak berkaitan dengan gangguan mental atau kondisi
medis lainnya (misalnya, artritis, edema kaki, iskemia perifer, kram kaki) dan

85
tidak termasuk kondisi perilaku yang bisa dimengerti (misalnya, tidak
nyaman terkait posisi, kebiasaan menghentakkan kaki).
E. Gejala ini tidak ada kaitannya dengan efek psikologis dari penyalahgunaan
obat atau pengobatan (misalnya, akathisia).

Substance/Medication-Induced Sleep Disorder


Definisi
Gangguan tidur sangat parah yang disebabkan oleh zat-zat atau obat-obat tertentu
seperti Alcohol, Caffeine, Cannabis, Opioid, Sedative, Hypnotic, Anxiolytic,
Amphetamine, Cocaine, Tobacco
Kriteria Diagnostik
A. Gangguan terkemuka dan parah dalam tidur.
B. terdapat bukti dari riwayat , pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium dari
(1) dan (2) hal berikut:
1. Gejala dalam Kriteria A dikembangkan selama atau segera setelah
keracunan zat atau setelah penarikan dari atau paparan obat.
2. zat / obat yang terlibat dalam penggunaan ini mampu menghasilkan
gejala dalam kriteria A.
C. Gangguan ini tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan tidur yang tidak
disebabkan zat/ obat.
bukti dari sebuah gangguan tidur yang independen dapat meliputi:
Gejala yang timbul karena penggunaan zat / obat-obatan bertahan untuk waktu
yang cukup lama (misalnya, sekitar 1 bulan) setelah penghentian penarikan akut
atau intoksikasi berat atau ada bukti lain yang menunjukkan keberadaan gangguan
tidur yang tidak diseabkan oleh non-zat / obat (misalnya, riwayat berulang episode
zat / obat terkait).
D. Gangguan tidak terjadi secara eksklusif selama delirium.
E. Gangguan menyebabkan penderitaan atau gangguan klinis yang signifikan
dalam bidang sosial, pekerjaan, atau fungsi penting.
Diagnostic Features

86
Fitur penting dari gangguan tidur obat/ zat adalah gangguan tidur parah
yang cukup berat untuk menjadi perhatian klinis independen (Kriteria A) dan
yang dinilai akan terutama terkait dengan efek farmakologis dari suatu zat (yaitu,
penyalahgunaan obat-obatan, paparan toksin) (Kriteria B). Tergantung pada
substansi yang terlibat, salah satu dari empat jenis gangguan tidur dilaporkan.
jenis insomnia dan siang jenis kantuk yang paling umum, sedangkan tipe
parasomnia terlihat kurang sering. Jenis campuran yang dicatat ketika lebih dari
satu jenis tidur yang berhubungan dengan gangguan gejala hadir dan tidak
mendominasi. Gangguan tidak harus lebih baik dijelaskan oleh gangguan tidur
lain (Kriteria C). Zat / obat-induced gangguan tidur dibedakan dari gangguan
insomnia atau gangguan yang berhubungan dengan berlebihan kantuk di siang
hari dengan mempertimbangkan onset dan. Untuk penyalahgunaan obat, harus ada
bukti intoksikasi atau penarikan dari sejarah, pemeriksaan fisik, atau temuan
laboratorium. Zat / gangguan tidur karena terinduksi obat-obatan hanya muncul
dalam hubungan dengan intoksikasi atau penghentian / penarikan negara,
sedangkan gangguan tidur lainnya mungkin mendahului timbulnya penggunaan
narkoba atau terjadi selama masa pantang berkelanjutan. Sebagai negara
penghentian / penarikan untuk beberapa zat dapat berlarut-larut, timbulnya
gangguan tidur dapat terjadi 4 minggu setelah penghentian penggunaan narkoba,
dan gangguan mungkin memiliki fitur atipikal gangguan tidur lainnya (misalnya,
usia atipikal pada onset atau kursus). diagnosis tidak dibuat jika gangguan tidur
hanya terjadi selama delirium (Kriteria D). Gejala harus menyebabkan distress
klinis signifikan atau penurunan bidang sosial, pekerjaan, atau penting berfungsi
(Kriteria E). Diagnosis ini harus dibuat bukan diagnosis keracunan bahan atau zat
penarikan hanya ketika gejala dalam kriteria A mendominasi pada gambar klinis
dan ketika gejala menjamin perhatian klinis independen.
Fitur Terkait Mendukung Diagnosis
Selama periode penggunaan zat/obat, keracunan, atau penarikan, orang
sering mengeluh suasana hati yang burk, termasuk depresi dan kecemasan, mudah
tersinggung, gangguan kognitif, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, dan
kelelahan.

87
gangguan tidur parah dan berat dapat terjadi dalam hubungan dengan
pemakaian beberapa jenis zat / obat-obatan berikut: alkohol; kafein; ganja; opioid;
sedatif, hipnotik, atau anxiolytics; stimulan (termasuk kokain); dan lainnya (atau
tidak diketahui) zat. Beberapa obat yang dapat menyebabkan gangguan tidur yaitu
agonis adrenergik dan antagonis, agonis dopamin dan antagonis, agonis kolinergik
dan antagonis, agonis serotonergik dan antagonis, antihistamin, dan kortikosteroid
Intervensi
1. Farmakologi
Terapi farmakologi atau terapi medis biasa dilakukan oleh tenaga medis
(dokter) dengan memberikan pasien atau klien obat-obatan yang dapat
menurunkan pengaruh dari obat-obatan atau minuman yang telah
dikonsumsi klien sebelumnya.
2. Non-Farmakologi
Intervensi dengan penanganan non-farmakologis merupakan intervensi
cognitive behavioral therapy (CBT) untuk mengubah pemikiran yang
difungsional.
 Sleep Hygiene
Berjutuan untuk memberikan lingkungan dan kondisi yang kondusif untuk
tidur dan merupakan aspek yang mutlak dimanipulasi pada tatalaksana
gangguan tidur. Merubah kebiasaan sehari-hari yang dapat mengganggu jam
tidur.
 Terapi Pengontrolan Stimulus
Memutus siklus masalah yang sering dikaitkan dengan kesulitan memulai
atau jatuh tidur. Klien diinstruksikan untuk menggunakan tempat tidur
hanya untuk tidur, sex, dan tidak untuk kerja atau kegiatan yang
menstimulus atau meningkatkan kecemasan.
 Sleep Restriction Therapy
Pembatasan waktu ditempat tidur yang dapat membantu
mengkonsolidasikan tidur. Terapi ini bermanfaat untuk pasien yang
berbaring ditempat tidur tanpa bisa tidur. Klien diinstruksi untuk membatasi
waktu ditempat tidur sekitar 4 jam dari waktu tidur.

88
 Terapi Relaksasi (Biofeedback)
Terapi hipnosis diri, relaksasi progresif dan latihan nafas yang dalam
sehingga terjadi keadaan relaks yang cukup efektif untuk memperbaiki
tidur. Bentuknya berupa bangun pada jam yang sama setiap hari,
menghindari berbagai aktifitas menjelang tidur.

5. OTHER SPECIFIED INSOMNIA DISORDER 780.52 (G47.09)


Kategori ini berlaku untuk presentasi di mana gejala karakteristik dari gangguan
insomnia yang menyebabkan distress klinis signifikan atau penurunan bidang
sosial, pekerjaan, atau penting berfungsi mendominasi tetapi tidak memenuhi
kriteria penuh untuk gangguan insomnia atau salah satu gangguan di tidur- yang
bangun gangguan kelas diagnostik. Kategori gangguan susah tidur lain yang
ditentukan digunakan dalam situasi di mana dokter memilih untuk berkomunikasi
alasan tertentu yang presentasi tidak memenuhi kriteria untuk gangguan susah
tidur atau gangguan tidur-bangun tertentu. Hal ini dilakukan dengan merekam
“lain gangguan susah tidur ditentukan” diikuti dengan alasan tertentu (misalnya,
“singkat gangguan susah tidur”).
Contoh presentasi yang dapat ditentukan dengan menggunakan “lainnya yang
ditentukan” penunjukan adalah sebagai berikut:
1. singkat gangguan susah tidur: durasi kurang dari 3 bulan.
2. Terbatas untuk tidur-menyegarkan: Keluhan dominan adalah-
menyegarkan tidur ditemani dengan gejala tidur lain seperti sulit tidur atau
tetap tertidur.

6. Unspecified Insomnia Disorder 780.52 (G47.00)


Kategori ini berlaku untuk presentasi yang di mana karakteristik gejala dari
insomnia yang menyebabkan distress atau gangguan klinis yang signifikan dalam
bidang sosial, pekerjaan, atau fungsi penting yang dominan tetapi tidak
memenuhi seluruh kriteria untuk gangguan insomnia atau salah satu gangguan
pada kelas diagnostik gangguan sleep-wake. Kategori unspecified insomnia
disorder digunakan pada situasi dimana dokter memilih untuk tidak menentukan

89
alasan bahwa kriteria tersebut tidak terpenuhi untuk gangguan insomnia, dan
termasuk presentasi yang menghasilkan cukup informasi untuk membuat
diagnosis yang lebih spesifik.
Penanganan : Terapi perilaku kognitif (CBT), Pharmacological Treatment

7. Other Specified Hypersomnolence Disorder 780.54 (G47.19)

Kategori ini berlaku untuk presentasi di mana gejala karakteristik


hypersomnolence gangguan yang menyebabkan distres atau gangguan yang
signifikan secara klinis di bidang sosial, pekerjaan, atau area penting lainnya
berfungsi mendominasi tetapi tidak memenuhi kriteria penuh untuk gangguan
hipersomnolen atau salah satu gangguan pada gangguan tidur-bangun diagnostik
kelas. Kategori gangguan hipersomnolensi spesifik lainnya digunakan dalam
situasi di yang dokter memilih untuk mengkomunikasikan alasan spesifik yang
dilakukan presentasi tidak memenuhi kriteria untuk gangguan hypersomnolence
atau gangguan tidur-bangun tertentu. Ini dilakukan dengan merekam "gangguan
hipersomnolensi spesifik lainnya" yang diikuti oleh spesifik alasan (misalnya,
"hipersomnolensi durasi singkat," seperti dalam sindrom Kieine-Levin).

8. Unspecified Hypersomnolonce Disorder 780.54 (G47.10)


Kategori ini berlaku untuk presentasi yang di mana karakteristik gejala dari
hipersomnolensi yang menyebabkan distress atau gangguan klinis yang signifikan
dalam bidang sosial, pekerjaan, atau fungsi penting yang dominan tetapi tidak
memenuhi seluruh kriteria untuk gangguan hipersomnolensi atau salah satu
gangguan pada kelas diagnostik gangguan sleep-wake. Kategori unspecified
hypersomnolence disorder digunakan pada situasi dimana dokter memilih untuk
tidak menentukan alasan bahwa kriteria tersebut tidak terpenuhi untuk gangguan
insomnia, dan termasuk presentasi yang menghasilkan informasi yang cukup
untuk membuat diagnosis yang lebih spesifik.
Penanganan : menggunakan obat-obatan.

90
9. Other Specified Sleep-Wake Disorder 780.59 (G47.8)

Kategori ini berlaku untuk presentasi di mana gejala karakteristik tidur-


bangun gangguan yang menyebabkan tekanan atau gangguan klinis yang
signifikan dalam sosial, pekerjaan, atau area penting lainnya berfungsi
mendominasi tetapi tidak memenuhi kriteria lengkap untuk semua gangguan di
kelas diagnostik gangguan tidur-bangun dan tidak memenuhi syarat untuk
diagnosis dari gangguan insomnia tertentu lainnya atau gangguan hipersomnolensi
spesifik lainnya. Itu kategori gangguan tidur-bangun lainnya digunakan dalam
situasi di mana dokter memilih untuk mengkomunikasikan alasan spesifik bahwa
presentasi tidak memenuhi kriteria untuk gangguan tidur-bangun tertentu. Ini
dilakukan dengan merekam "lainnya yang ditentukan gangguan tidur-bangun
"diikuti oleh alasan spesifik (misalnya," aras berulang selama cepat gerakan mata
tidur tanpa polisomnografi atau riwayat penyakit Parkinson atau lainnya
synucleinopathy. Jadi untuk kriteria ini, misalkan ada 5 kriteria dia hanya masuk
1-2 kriteria tpi tidak semuanya masuk, jadi hanya mendominasi saja tidak masuk.

10. Unspecified Sleep-Wake Disorder 780.59 (G47.9)

Kategori ini berlaku untuk presentasi di mana gejala karakteristik tidur-bangun


gangguan yang menyebabkan tekanan atau gangguan klinis yang signifikan dalam
sosial, pekerjaan, atau Daerah penting lainnya berfungsi mendominasi tetapi tidak
memenuhi kriteria lengkap untuk semua gangguan di kelas diagnostik gangguan
tidur-bangun dan tidak memenuhi syarat untuk diagnosis gangguan insomnia yang
tidak ditentukan atau gangguan hipersomnolensi yang tidak spesifik. Kategori
gangguan tidur-bangun yang tidak spesifik digunakan dalam situasi di mana
dokter memilih tidak untuk menentukan alasan bahwa kriteria tidak dipenuhi
untuk gangguan tidur-bangun yang spesifik, dan termasuk presentasi di mana ada
informasi yang tidak mencukupi untuk membuat diagnosis yang lebih spesifik.

91
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Eating disorder (kelainan kebiasaan makan) adalah suatu kelainan atau
gangguan yang terjadi pada kebiasaan makan seseorang yang disebabkan oleh
beberapa hal.
1. Pica adalah gangguan makan yang didefinisikan sebagai konsumsi benda-benda
atau zat-zat yang bukan makanan dan tidak bernutrisi secara terus-menerus selama
setidaknya satu bulan pada usia yang tidak sesuai dengan perkembangan.
2. Rumination syndrome adalah suatu kondisi di mana individu berulang kali
meludahkan (memuntahkan) makanan yang sudah tercerna atau tercerna sebagian
dari dalam perut untuk kemudian dikunyah kembali, dan entah ia akan kembali
menelan makanannya atau membuangnya.
3. Bulimia merupakan gangguan perilaku makan yang ditandai dengan episode
berulang dari makan berlebihan atau biasa disebut dengan binge eating dan
kemudian diikuti dengan pembersihan diri dari makanan yang dimakannya.
4. Anoreksia nervosa adalah gangguan perilaku makan yang ditandai dengan
ketakutan berlebih terhadap berat badan sehingga mereka cenderung untuk
membatasi asupan makannya dengan cara melakukan diet yang sangat ketat.

Elimination disorder sebuah gangguan dimana seseorang sulit untuk


mengatur atau mengontrol buang air kecil ataupun buang air besar dengam ciri-
ciri buang air kecil dan buang air besar ditempat yang tidak sepantasnya (seperti
pakaian, lantai) secara berulang-ulang disengaja maupun tidak. Tingkah laku ini
secara klinis ditunjukan dengan frekuensi paling sedikit dua kali dalam seminggu
selama berturut-turut dalam 3 bulan. Usia kronologisnya untuk yang uneris 5
tahun sedangkan yang Encopresis minimal 4 tahun. Perilaku ini tidak diakibatkan
oleh zat yang merupakan efek psikiologis. Seperti obat diuretik, dan obat
pencahar.

Gangguan tidur merupakan segala bentuk kondisi ketika secara kuantitas


maupun kualitas, proses tidur secara baik dan sempurna seseorang tidak terpenuhi.
1. Insomnia adalah kondisi di mana Anda merasa sangat sulit untuk tidur, sulit
untuk tidur nyenyak, atau keduanya..
2. Hypersomnia adalah suatu kondisi yang menyebabkan seseorang terlalu
mengantuk di siang hari atau menghabiskan waktu terlalu lama untuk tertidur.
3. Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang memengaruhi kendali terhadap
aktivitas tidur. Penderita narkolepsi mengalami rasa kantuk pada siang hari dan
bisa tiba-tiba tertidur tanpa mengenal waktu dan tempat.

Gangguan pernapasan terkait tidur atau gangguan pernapasan saat tidur


ditandai dengan pernapasan tidak normal selama tidur. Mereka dikelompokkan
menjadi apnea tidur obstruktif (OSA), apnea tidur sentral, hipoventilasi terkait
tidur, dan gangguan hipoksemia terkait tidur.

92
1. Obstructive sleep apnea (OSA) adalah gangguan tidur yang membuat Anda
berhenti bernapas untuk sementara saat Anda tidur.
2. Central sleep apnea adalah gangguan di mana pernapasan berulang kali terhenti
dan mulai saat tidur.
3. Sleep-Related Hypoventilation adalah jenis gangguan pernapasan terkait tidur.
Gangguan hipoventilasi melibatkan pernapasan lambat yang tidak normal selama
tidur, juga dikenal sebagai depresi pernapasan. Bagi kebanyakan orang, otak, otot,
dan saraf bekerja bersama untuk mengatur pernapasan saat tidur.
4. Circadian rtythm sleep wake disorders Sleep-Related Hypoventilation adalah
jenis gangguan pernapasan terkait tidur. Gangguan hipoventilasi melibatkan
pernapasan lambat yang tidak normal selama tidur, juga dikenal sebagai depresi
pernapasan. Bagi kebanyakan orang, otak, otot, dan saraf bekerja bersama untuk
mengatur pernapasan saat tidur.

Parasomnia adalah sekumpulan gangguan tidur yang menyebabkan suatu


kejadian atau pengalaman yang tidak diinginkan, yang terjadi saat kita baru
tertidur, sudah terlelap, atau saat terbangun dari tidur.
1. Non-rapid eye movement sleep arousal disorders, yaitu dimana seseorang tidak
sepenuhnya bangun dari tidur yang biasanya terjadi selama tiga episode pertama
major seleep. Contoh gangguan ini sleep walking, sleep teror.
2. Nightmare disorders merupakan kondisi yang menyebabkan seseorang diliputi
oleh perasaan cemas, tertekan, takut, bahkan teror saat tidur.
3. Rapid eye movement sleep behavior disorders gairah berulang saat tidur
berhubungan dengan vokalisasi dan atau kompleks perilaku motorik.
4. Restless legs syndrome (RLS), atau sering disebut sebagai Penyakit Willis-
Ekbom (Willis-Ekbom disease), adalah kondisi neurologis yang menyebabkan
orang memiliki keinginan tidak terkontrol untuk menggerakkan kaki mereka,
biasanya karena rasa tidak nyaman pada kaki.

Saran
Pembahasan dalam makalah ini mengharapkan pembaca agar dapat lebih
memahami mengenai berbagai macam jenis gangguan yang terdapat dalam
gangguan makan, tidur, dan juga eliminasi. Kami sepenuhnya sadar dalam
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, kami sangat mengharapkan
kritikan dan saran dari pembaca untuk bisa lebih menyempurnakan makalah kami.

93
DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of


Mental Disorders Fifth Edition (DSM-5). London: American Psychiatric
Publishing

94

Anda mungkin juga menyukai