7. Sidang PPKI
Hasil Sidang PPKI 18 Agustus 1945
1. Mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945
2. Memilih Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Mohammad Hatta sebagai wakil
3. Dibentuk Komite Nasional untuk membantu tugas Presiden sementara, sebelum
dibentuknya MPR dan DPR.
Sidang PPKI 19 Agustus 1945
1. Pembagian wilayah, terdiri atas 8 provinsi.
2. Membentuk Komite Nasional (Daerah).
3. Menetapkan 12 departemen dengan menterinya yang mengepalai departemen dan 4
menteri negara.
Sidang PPKI ke-3 22 Agustus 1945
1. Pembentukan Komite Nasional.
2. Membentuk Partai Nasional Indonesia.
3. Pembentukan Badan Keamanan Rakyat.
sila ke 4
1. Menghindari aksi “Walk Out” dalam suatu musyawarah.
2. Menghargai hasil musyawarah. Ikut serta dalam pemilihan umum, pilpres, dan pilkada.
3. Memberikan kepercayaan kepada wakil wakil rakyat yang telah terpilih dan yang
menjadi wakil rakyat juga harus mampu membawa aspirasi rakyat.
4. Tidak memaksakan kehendak kita kepada orang lain.
5. Menghormati dan menghargai pendapat orang lain.
sila ke 5
o Suka melakukan perbuatan dalam rangka mewujudkan kemajuan dan keadilan sosial.
o Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan
suasana kekluargaan dan kegotongroyongan.
o Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
o Menghormati hak-hak orang lain.
o Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
o Tidak bersifat boros, dan suka bekerja keras
o Tidak bergaya hidup mewah.
24. Tantangan terhadap system etika pancasila pada zaman orde lama
1. Tantangan terhadap system etika Pancasila pada zaman orde Lama berupa sikap
otoriter dalam pemerintahan sebagaimana yang tercermin dalam penyelenggaraan
negara yang menerapkan system demokrasi terpimpin. Hal tersebut tidak sesuai
dengan system etika Pancasila yang lebih menonjolkan semangat musyawarah
untuk mufakat.
2. Tantangan terhadap system etika Pancasila pada zaman orde Baru terkait dengan
masalah NKK (Nepotisme, Kolusi, dan Korupsi) yang merugikan
penyelenggaraan negara. Hal tersebut, tidak sesuai dengan keadilan social karena
nepotisme, kolusi, dan korupsi hanya menguntungkan segelintir orang atau
kelompok tertentu,
3. Tantangan terhadap system etika Pancasila pada zaman Reformasi berupa eforia
kebebasan berpolitik sehingga mengabaikan norma-norma moral. Misalnya,
munculnya anarkisme yang memaksakan kehendak dengan mengatasnamakan
kebebasan berdemokrasi.
30. Ketentuan ekonomi dalam UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945
Bunyi pasal 33 UUD 1945 sebagai berikut : ayat (1) berbunyi; Perekonomian disusun
sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan, ayat (2); Cabang-cabang produksi
yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh
Negara, ayat (3) menyebutkan ; Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, ayat
(4), Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan
prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional dan ayat (5); Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam
undang-undang.
31. System pertahanan dan keamanan rakyat semesta
Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta adalah sistem pertahanan negara yang dianut
oleh Indonesia. Sesuai Undang-Undang RI No 34 Tahun 2004, Hankamrata adalah sistem
pertahanan yang bersifat semesta, yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah dan
sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan
diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, berkesinambungan dan berkelanjutan untuk
menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan
lRepublik Indonesia dan melindungi keselamatan segenap bangsa dari setiap ancaman.
35. Kesepakatan dasar dalam amandemen UUD Negara Republik Indonesia tahun1945
Tidak mengubah pembukaan UUD 1945 karena di dalam pembukaan UUD
1945 terdapat staatsidee (dasar/ideologi) berdirinya NKRI, dasar negara, dan cita-cita
negara. PembukaanUUD 1945 memuat dasar filosofis dan dasar normatif yang mendasari
seluruh pasal dalam UUD 1945.
36. Perubahan positif dari amandemen UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945
UUD 1945 tidak lagi menimbulkan pasal pasal yang multitafsir.
UUD 1945 lebih sesuai dengan perkembangan zaman yang terus berubah
UUD 1945 menjadi lebih relevan dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa.
UUD 1945 memberikan hak kepada warga negara untuk memilih dalam pemilu,
sehingga makin terciptanya negara yang berdemokrasi