Anda di halaman 1dari 9

Pancasila Sebagai Pegangan di Lingkungan Modern

Aminatussuhriah
2210536048

Di Jaman yang serba modern dengan banyaknya budaya luar yang masuk ke Indonesia
disertai dengan kemajuan teknologi, sehingga adanya nilai-nilai Pancasila yang mulai
terlupakan. Maka, berikut berupa pembahasan bagaimanakah cara kita sebagai masyarakat
Indonesia tetap berpegang teguh kepada Pancasila di lingkungan yang modern.

A. Pancasila
Pancasila dasar pedoman negara Indonesia yang berasal dari Bahasa Sansekerta,
yakni Panca yang memiliki arti lima dan Sila yang memiliki arti dasar. Pancasila
berarti lima dasar pedoman untuk hidup berbangsa dan bernegara rakyat Indonesia.
1. Sejarah Pancasila
Berdasarkan Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Pancasila oleh Dr.Misnal Munir
menjelaskan bahwa perumusan Pancasil dimulai dari sidang Badan Usaha-Usaha
Penyidik Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) sampai dengan pengesahan oleh
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Ahli sejarah, Sartono
Kartodirdjo, sebagaimana yang dikutip oleh Mochtar pabottinggi dalam
artikelnya yang berjudul Pancasila sebagai Modal Rasionalitas Politik (2006),
menenggarai bahwa benih nasionalisme sudah mulai tertanam kuat dalam
gerakan Perhimpoenan Indonesia yang sangat menekankan solidaritas dan
kesatuan bangsa. Perhimpoenan Indonesia menghimbau agar segenap suku
bangsa bersatu teguh menghadapi penjajahan dan keterjajahan. Kemudian,
disusul lahirnya Soempah Pemoeda 28 Oktober 1928 merupakan momen-momen
perumusan diri bagi bangsa Indonesia. Semuanya itu merupakan modal politik
awal yang sudah dimiliki tokoh-tokoh pergerakan sehingga sidang-sidang
maraton BPUPKI yang difasilitasi Laksamana Maeda, tidak sedikitpun ada
intervensi dari pihak penjajah Jepang. Para peserta sidang BPUPKI ditunjuk
secara adil, bukan hanya atas dasar konstituensi, melainkan juga atas dasar
integritas dan rekam jejak di dalam konstituensi masing-masing.
Perumusan Pancasila dimulai dari sidang pertama BPUPKI, BPUPKI dibentuk oleh
Pemerintah Penduduk Jepang pada tanggal 29 April 1945 dengan jumlah anggota
60 orang. Badan ini diketuai oleh dr. Rajiman Wedyodiningrat yang didampingi
oleh dua orang Ketua Muda (Wakil Ketua), yaitu Raden Panji Suroso dan
Ichibangase (orang Jepang). BPUPKI dilantik oleh Letjen Kumakichi Harada,
panglima tentara ke-16 Jepang di Jakarta, pada 28 Mei 1945. Sehari setelah
dilantik, 29 Mei 1945, dimulailah sidang yang pertama dengan materi pokok
pembicaraan calon dasar negara. Berikut rincian sidang beserta hasil sidang
BPUPKI :
• Sidang Pertama BPUPKI 29 Mei 1945
Pada tanggal 29 Mei 1945 Mohammad Yamin mendapatkan kesempatan
pertama untuk mengeluarkan gagasannya dalam menyampaikan lima sila
yang diusulkan menjadi asas dasar negara Indonesia, yaitu diantaranya :
1. Kebangsaan
2. Kemanusiaan
3. Ketuhanan
4. Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
• Sidang Kedua BPUPKI 31 Mei 1945
Pada sidang kedua, Supomo mengeluarkan gagasannya mengenai asas
dasar negara Indonesia, yaitu :
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan Lahir dan Batin
4. Musyawarah
5. Keadilan Rakyat
• Sidang 1 Juni 1945
Pada 1 Juni 1945, Soekarno memberikan buah pikirannya berupa pidato
tentang dasar negara Indonesia, yaitu :
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan
3. Mufakat dan Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan Yang Maha Esa

Hasil dari buah pikiran dari ketiga tokoh tersebut kemudian dibahas kembali oleh
Panitia Sembilan yang bentuk oleh BPUPKI yang terdiri dari :

1. Soekarno (Ketua)
2. Moh Hatta (Wakil Ketua)
3. Moh Yamin
4. Achmad Soebardjo
5. KH Wahid Hasyim
6. Abdul Kahar Muzakir
7. Abikoesno Tjokrosoejoso
8. Agus Salim
9. AA Maramis
Pada 22 Juni 1945 diselenggarakan sidang Panitia Sembilan yang menyelesaikan
rancangan Undang-Undang Dasar yang kemudian dikenal dengan Piagam Jakarta
(Jakarta Charter). Pada Piagam Jakarta terdapat lima butir yang menjadi bakal
dari Pancasila, yakni :

1. Ketuhanan dengan Kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-


pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawatratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Namun, pada sidang pada tanggal 18 Agustus 1945 Muhammad Hatta


menggagagaskan adanya perubahan pada sila pertama yang diubah menajadi
“Ketuhanan Yang Maha Esa” yang dipakai hingga sekarang. Pada tahun 1968
dalam instruksi Presiden No.12, Suharto sebagai Presiden Indonesia mengenai
rumusan Pancasila yang benar sesuai dengan yang kita ketahui hingga sekarang.

2. Fungsi dan Kedudukan Pancasila Pancasila


Berdasarkan TAP MPR No.III/MPR/2000 yang tertuang dalam pasal 1 Ayat (3),
yang berbunyi “Sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila sebagaimana
yang tertulis dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu Ketuhanan
Yang Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh Rakyat
Indonesia, dan batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945.” Dari TAP MPR
No.III/MPR/2000 dapat disimpulkan bahwa fungsi Pancasila merupakan sebagai
sumber hukum dasar Indonesia.
Sedangkan berdasarkan laman ppkn.co.id, Fungsi dan kedudukan Pancasila
adalah sebagai berikut :
a. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia
b. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia
c. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia
d. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia
e. Pancasila sebagai janji suci bangsa Indonesia pada waktu mendirikan negara
f. Pancasila sebagai tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia

Adapun tujuan dari Pancasila, yaitu :

a. Menghendaki bangsa yang religius yang taat kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Menjadi bangsa yang adil secara sosial dan ekonomi
c. Menjadi bangsa yang menghargai Hak Asasi Manusia
d. Menuwujdkan bangsa yang demokratis
e. Mewujudkan bangsa yang mencintai tanah air.

Dari fungsi dan tujuan pancasil diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pancasila
diciptakan untuk menjadi pegangan dan pedoman rakyat Indonesia dalam
menjalani kehidupan sehari- hari sehingga terbentuknya hubungan antara
sesama rakyat Indonesia yang saling menghargai, religius dan demokratis.

B. Pancasila Sebagai Pegangan di Lingkungan Modern


Dari pembahasan sejarah singkat Pancasila diatas dapat dilihat bahwa Pancasila telah
ada sejak tahun 1945. Nilai-nilai luhur Pancasila diharapkan tidak luntur seiring
berjalannya waktu dan pesatnya perkembangan teknologi. Berikut pembahasan sila-
sila dalam Pancasila yang harus dijadikan pegangan dalam kehidupan yang mana
nilai-nilai Pancasila mengikuti cara kita menyikapi lingkungan modern :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Berdasarkan TAP MPR No.I/MPR/2003 tentang Peninjauan terhadap Materi dan
Status Hukum Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR RI Tahun 1960 sampai
dengan Tahun 2002, berikut adalah butir-butir Pancasila dalam sila pertama :

a. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya serta ketakwaannya kepada


Tuhan Yang Maha Esa.

b. Warga Indonesia percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sesuai
dengan agama serta kepercayaannya masing-masing berlandaskan dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.

c. Mengembangkan rasa sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara


pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda kepada
Tuhan Yang Maha Esa.

d. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama serta


kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

e. Mengembangkan sikap rasa saling menghormati kebebasan melaksanakan


ibadah sesuai pada agama serta kepercayaannya masing-masing.

f. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan masalah
yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
g. Tidak melakukan pemaksaan suatu agama serta kepercayaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa terhadap orang lain.

Dari butir-butir Pancasila diatas dapat kita sesuaikan dengan lingkungan kita
yang sekarang, seperti mengontrol emosi dan saling menghargai satu sama lain
meskipun adaanya perbedaan keyakinan. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dapat
membuka mata kita bahwa meskipun adanya perbedaan keyakinan, kita sebagai
rakyat Indonesia dapat menjalankan ibadah masing-masing sesuai norma agama
yang berlaku di agama masing-masing dan tetap bepegangan tangan satu sama
lain. Dengan teknologi yang berkembang kita dapat melakukan hal positif tanpa
merendahkan kepercayaan yang lain, seperti tidak memaksakan orang dengan
kepercayaan yang berbeda mengikuti aturan dalam kepercayaan yang kita anut.

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Dapat TAP MPR yang sama, berikut butir-butir Pancasila pada sila Kemanusiaan
Yang Adil dan Beradab :

a. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan


martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

b. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak atau kewajiban asasi tiap


manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan,
kedudukan sosial, jenis kelamin, warna kulit ataupun hal lainnya.

c. Meningkatkan sikap tidak semena-mena kepada orang lain.

d. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa serta tepa selira.

e. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama umat manusia.

f. Berani dalam membela kebenaran serta keadilan.

g. Senang melakukan suatu kegiatan bersifat kemanusiaan.

h. Menjunjung sangat tinggi nilai-nilai kemanusiaan tersebut.

i. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama terhadap


bangsa lain.

j. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari semua umat manusia.

Dari butir-butir sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab diatas kita dapat
menyimpulkan bahwa di jaman yang serba teknologi seperti sekarang dengan
kebebasan mengemukakan pendapat, sebagai rakyat Indonesia yang perpegang
kepada Pancasila kita harus memberikan pendapat yang matang sehingga tidak
menyinggung ras, agama, maupun suku lain dan menghargai adanya perbedaan.
Kasus yang sering terjadi di masyarakat kita adalah kita yang mayoritas
terkadang begitu semena-mena kepada yang minoritas, sehingga banyak suara
minoritas yang sering tidak muncul ke permukaan. Pendapat saya dari kasus-
kasus yang menyimpang dari sila kedua Pancasila ini di karenakan oleh
pengetahuan dan lingkungan yang kurang mengaplikasikan Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari, yang menjadikan Pancasila hanya sebagai pembelajaran
dan bukan sebagai pegangan hidup.

3. Persatuan Indonesia

Berikut butir-butir Pancasila yang menjadi tumpuan kehidupan rakyat Indonesia


:

a. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan


keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi maupun golongan.

b. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa jika
dibutuhkan.

c. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.

d. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan serta bertanah air


Indonesia.

e. Menjunjung tinggi rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

f. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

g. Memelihara ketertiban dunia yang berasaskan kemerdekaan, perdamaian


abadi, dan keadilan sosial.

Dari butir-butir Pancasila diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa harus adanya
cinta tanah air dan pemanfaatan sumber daya alam dengan baik dan benar,
terlebih di jaman yang begitu banyaknya budaya luar yang masuk ke Indonesia.
Dengan menciptakan rasa nasionalisme yang tinggi tanpa menjatuhkan negara
dan budaya lain. Pada saat ini akan lebih mudah bagi kita untuk menikmati
produk luar negeri dengan dukungan teknologi yang semakin canggih, namun
dengan modernisasi teknologi itu pula kita dapat mengembangkan produk dalam
negeri dan memperkenalkannya di kancah Internasional. Dari sila Persatuan
Indonesia, ada hal yang bisa kita lakukan sebagai rakyat sipil yaitu seperti
mengikuti pemilihan umum, menggunakan dan mengembangkan produk dalam
negeri, memaksimalkan produksi sumber daya alam serta mengemukakan
pendapat yang dapat membangun negara.

4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan


DanPerwakilan

Ada 10 butir Pancasila sila ke-empat, yakni :

a. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia


mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.

b. Tidak boleh memaksakan kehendak kita terhadap orang lain.

c. Mengutamakan bersifat musyawarah didalam mengambil keputusan demi


kepentingan bersama.

d. Musyawarah demi mencapai mufakat meliputi pada semangat kekeluargaan.

e. Musyawarah dilaksanakan secara akal sehat dan sesuai dengan hati nurani
yang luhurnya.

f. Memberikan kepercayaan terhadap wakil-wakil yang dipercayai didalam


melaksanakan pemusyawaratan.

g. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai


hasil dari musyawarah.

h. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan


pribadi maupun golongan.

i. Dengan iktikad yang baik serta rasa tanggung jawab menerima dan
menjalankan hasil keputusan musyawarah.

j. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral


terhadap Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat serta martabat
manusia, nilai-nilai kebenaran serta keadilan didalam mengutamakan
persatuan dan kesatuan demi mencapai kepentingan bersama.

Dari sila ke-empat, kita dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan bersosial


media yang mana kita harus mengedepankan akal sehat sebelum mengeluarkan
pendapat. Dalam hak dan kewajiban rakyar Indonesia mempunyai hak dan
kewajiban yang sama, seperti dibidang pendidikan, kesehatan, mengeluarkan
pendapat dan mengerjakan kewajiban sebagai warga negara yakni membayar
pajak. Namun, banyak dari kita pasti melihat kenyataan bahwa terjadinya
kesenjangan sosial di Indonesia, baik dalam segi pendidikan maupun Kesehatan
yang belum merata. Masih banyak rakyat Indonesia yang belum memenuhi 12
tahun masa pendidikan dan Kesehatan yang terkendala oleh keuangan.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia


Berikut butir-butir Pancasila sila ke lima yang terdapat pada TAP MPR
No.I/MPR/2003 :
a. Mengembangkan perbuatan yang luhur, mencerminkan sikap serta
kekeluargaan dan kegotongroyongan
b. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama
c. Menghormati hak orang lain

d. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

e. Suka bekerja keras.

f. Suka memberi pertolongan kepada orang lain supaya dapat berdiri sendiri.

g. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan


kepentingan umum.

h. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan
gaya hidup mewah.

i. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan


terhadap orang lain.

j. Suka melakukan kegiatan pada rangka mewujudkan kemajuan yang merata


serta berkeadilan sosial.

k. Gemar menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat demi kemajuan
dan kesejahteraan bersama.

Dari butir-butir Pancasila sila kelima diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
rakyat Indonesia diharuskan memiliki rasa gotong royong, saling menghargai dan
tidak merugikan orang lain, sehingga terciptanya keadaan sosial yang merata.
C. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dan sejarah Pancasila serta bagaimana kita harus tetap
menjaga menjaga Pancasila sebagai pegangan hidup di jaman yang serba moderen,
dapat saya simpulkan bahwa Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang
dapat beradaptasi sesuai dengan kemajuan teknologi dan perubahan lingkungan
serta sikap manusia. Setiap sila dalam Pancasila mengatur dan meluruskan
permasalahan yang sering ditemui di lingkungan bermasyarakat, tergantung
bagaimana kita mengaplikasikan Pancasila tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Mudah diakui bahwa sudah banyak dari rakyat Indonesia yang mengetahui Pancasila
namun tidak mengaplikasikannya kedalam kehidupan sehari-hari. Kita sering
menemui perilaku yang melenceng dari nilai Pancasila itu sendiri, seperti
perundungan, semena-mena terhadap orang lain, tidak meratanya sosial ekonomi,
penyalahgunaan kekuasaan dan masih banyak lagi. Lalu, beriku cara kita tetap
berpegang teguh pada Pancasila dengan dikelilingi berbagai kasus tersebut :
1. Saling mengingatkan kepada lingkungan bahwa kita harus saling menghargai satu
sama lain.
2. Menggunakan sosial media dengan bijak
3. Membela yang benar, bukan membela yang dianggap benar
4. Menormalisasikan melaksanakan nilai luhur dan gotong royong
5. Memperbanyak ilmu dan mengplementasikannya ke kehidupan sehari-hari

D. Sumber
TAP MPR No.III/MPR/2000 tentang Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan
TAP MPR No.I/MPR/2003 tentang Peninjauan terhadap Materi dan Status Hukum
Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR RI Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002
Tjakrawerdaja,Subiakto.(2016).Sebuah Risalah Demokrasi Pancasila, Universitas
Trilogi Jakarta, Kalibata, Jakarta
Syamsudin,M.dkk. (2009), Pendidikan Pancasila: Menempatkan Pancasila Dalam
Konteks Keislaman dan Keindonesiaan, Total Media, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai