Anda di halaman 1dari 21

Materi Pilar Negara ( PANCASILA ) TWK SKD CPNS

a. Sejarah Lahirnya Indonesia

Istilah Pancasila berasal dari bahasa Sansakerta, terdiri dari dua kata yakni
‘panca’ dan ‘sila’. Panca berarti lima, sedangkan sila berarti prinsip atau
asas. Sehingga pengertian pancasila adalah lima prinsip atau asas
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bagi Indonesia. Dengan
kata lain, Pancasila adalah ideologi dasar negara Republik Indonesia.

Sejarah perumusan Pancasila dimulai dari sidang BPUPKI dan Piagam Jakarta
dan kemudian disahkan lewat sidang PPKI. Tanggal 1 Juni kemudian diperingati
sebagai Hari Lahirnya Pancasila.

Pada awalnya, terdapat beberapa usulan dalam penyusunan dasar negara


yakni dari Mohammad Yamin, Soepomo dan Soekarno pada sidang BPUPKI
tersebut ditampung dan kemudian dibahas lagi. Dibentuklah panitia kecil untuk
membahas rumusan dasar negara Indonesia lebih lanjut yang bernama Panitia
Sembilan yang beranggotakan 9 orang. Namanama anggota Panitia Sembilan
terdiri dari Soekarno (ketua), Mohammad Hatta (wakil ketua), Achmad Soebarjo,
Mohammad Yamin, H. Agus Salim, Wachid Hasyim, Abdoel Kahar Moezakir,
Abikoesno Tjokrosoejoso dan Alexander Andries Maramis

Panitia yang beranggotakan sembilan orang ini berhasil merumuskan naskah


Rancangan Pembukaan UUD yang dikenali sebagai Piagam Jakarta. Adapun
rumusan Pancasila yang termaktub dalam Piagam Jakarta adalah sebagai berikut:

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-


pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksan dalam
permusaywaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

BPUPKI kemudian mengadakan sidang kedua dengan beberapa


agenda, salah satunya adalah untuk membahas hasil kerja Panitia Sembilan.
Akhirnya dihasilkan sejumlah kesepakatan termasuk kesepakatan dasar
negara Indonesia yakni Pancasila seperti yang tertuang dalam Piagam
Jakarta.

Indonesia kemudian memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17


Agustus 1945. Sehari setelahnya diadakan sidang PPKI. PPKI adalah
singkatan dari Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, yang dibentuk
untuk menggantikan tugas BPUPKI setelah dibubarkan pada 7 Agustus 1945.

Sidang PPKI diadakan selama tiga kali, yakni pada tanggal 18 Agustus, 19
Agustus dan 22 Agustus 1945. Pada sidang pertama PPKI, diputuskan perubahan
pada sila pertama yang semula berbunyi ‘Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya’, kemudian diubah menjadi
‘Ketuhanan Yang Maha Esa’. Usulan ini disampaikan oleh Mohammad Hatta.
Sehingga kemudian bunyi teks Pancasila menjadi sebagai berikut:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Putusan mengenai rumusan Pancasila ini kemudian ditetapkan kembali lewat


instruksi presiden nomor 12 thun 1968 oleh presiden Soeharto untuk menegaskan
pembacaan, penulisan atau pengucapan teks pancasila.

Pada tanggal 1 Juni 2016, presiden Joko Widodo kemudian menetapkan tanggal 1
Juni sebagai Hari Lahir Pancasila dan ditetapkan juga sebagai hari libur
nasional. Keputusan ini ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 24
Tahun 2016.

b. Kedudukan dan Fungsi Pancasila

Dari berbagai macam kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai titik pusat pembahasan
adalah kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia.
Secara yuridis ketatanegaraan, Pancasila adalah dasar Negara Republik Indonesia
sebagaimana terdapat pada Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang kelahirannya ditempa dalam proses perjuangan
kebangsaan Indonesia sehingga perlu dipertahankan dan diaktualisasikan.
Namun, perlu dipahami bahwa asal mula Pancasila sebagai dasar Negara
Indonesia adalah digali dari unsur-unsur yang berupa nilai-nilai yang terdapat pada
bangsa Indonesia yang berupa pandangan hidup bangsa Indonesia. Oleh karenanya,
kedudukan dan fungsi Pancasila yang pokok terdapat dua macam, yaitu sebagai Dasar
Negara Republik Indonesia dan sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.
Berikut penjelasannya.

1. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa

Pandangan hidup yang terdiri atas kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur adalah
suatu wawasan yang menyeluruh terhadap kehidupan. Pandangan hidup berfungsi
sebagai kerangka acuan, baik untuk menata kehidupan diri pribadi maupun dalam
interaksi antarmanusia dalam masyarakat serta alam sekitarnya. Pandangan
hidup bangsa dapat disebut sebagai ideologi bangsa (nasional), dan pandangan
hidup Negara dapat disebut sebagai ideologi Negara.

Sebagai intisari dari nilai budaya masyarakat Indonesia maka Pancasila


merupakan cita- cita moral bangsa yang memberikan pedoman dan kekuatan
rohaniah bagi bangsa untuk berperilaku luhur dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

2. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dapat dirinci sebagai berikut:

1. Pancasila sebagai dasar Negara merupakan sumber dari segala sumber


hukum (Sumber tertib hukum) Indonesia.
2. Meliputi suasana kebatinan (Geistlichenhintergrund) dari Undang-Undang
Dasar 1945.
3. Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar Negara (baik hukum
dasar tertulis maupun tidak tertulis).
4. Mengharuskan UUD mengandung isi yang mewajibkan pemerintah
memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
5. Merupakan sumber semangat bagi UUD 1945 bagi penyelenggara Negara

3. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia


Baca Juga

 Makna Tiap Alinea Pembukaan UUD Tahun 1945


 Rangkuman Materi BAHASA INDONESIA TWK SKD CPNS 07
 Kumpulan Materi TWK SKD CPNS Terbaru

Pancasila sebagai ideologi bangsa dan Negara Indonesia berakar pada pandangan
hidup dan budaya bangsa. Karena ciri khas Pancasila memiliki kesesuaian
dengan bangsa Indonesia

c. Pengamalan Nilai-nilai dalam Pancasila

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

> Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan


Yang Maha Esa.

> Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang
adil dan beradab.

> Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk


agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.

> Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

> Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

> Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.

> Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.

> Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.

3. Persatuan Indonesia

> Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan


bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.

> Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.

> Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

> Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.


4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan

> Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.

> Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.

> Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan


bersama.

> Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

> Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.

> Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

> Menghormati hak orang lain.

> Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.

> Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap
orang

lain.

©
Home
Materi Pilar Negara ( Undang-Undang Dasar 1945 ) TWK SKD CPNS

A. Hakikat Konstitusi

Pengertian Konstitusi

Dalam arti sempit

Konstitusi adalah hukum dasar yang memuat aturan pokok atau aturanaturan dasar
negara.

Dalam arti luas

Konstitusi adalah keseluruhan sistem aturan yang menetapkan dan mengatur


kehidupan kenegaraan melalui sistem pemerintahan negara dan tata hubungan secara
timbal balik antarlembaga negara dan antara negara dengan warga negara.

B. Macam-Macam Konstitusi

Macam-macam konstitusi sebagai berikut.

1. Konstitusi tertulis disebut Undang-Undang Dasar.

2. Konstitusi tidak tertulis disebut konvensi.


C. Sifat Konstitusi

Sifat konstitusi berdasarkan jumlah pasalnya sebagai berikut.

A. Fleksibel (luwes)

Artinya, pasal-pasal dalam konstitusi jumlahnya sedikit sehingga mudah diubah dan
disesuaikan dengan perkembangan zaman.

B. Rigid (kaku)

Artinya, pasal-pasal dalam konstitusi jumlahnya banyak dan sulit diubahubah.

D. Konstitusi yang Pernah Berlaku di Indonesia

Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia adalah sebagai berikut.

1. Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945)

 UUD 1945 atau UUD Proklamasi, berlaku pada 18 Agustus 1945 - 27 Desember
1949.
 UUD 1945 ditetapkan dan disahkan oleh PPKI pada 18 Agustus 1945.
 Pada saat ditetapkan, sistematika UUD 1945 terdiri dari:

Pembukaan

Ada empat alinea.

Batang tubuh, terdiri dari:

ada 16 bab,

37 pasal,

4 ayat aturan peralihan, dan

2 ayat aturan tambahan.

 Penjelasan, terdiri dari:

penjelasan umum, dan

penjelasan khusus (pasal demi pasal).

 Bentuk negara Indonesia adalah kesatuan, berdasarkan Pasal 1 Ayat (1) UUD
1945.
 Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik, berdasarkan Pasal 1 Ayat (1)
UUD 1945.
 Sistem pemerintahan adalah kabinet presidensial. Presiden sebagai kepala
negara sekaligus sebagai kepala pemerintahan. Dalam menjalankan tugasnya,
presiden dibantu oleh wakil presiden dan para menteri.

2. Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) 1949

 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat 1949 (UUD RIS 1949)


berlaku pada 27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950.
 Sistematika UUD RIS 1949 terdiri dari sebagai berikut.

Mukadimah
Terdiri dari empat alinea.

Batang tubuh, terdiri dari:

6 bab, dan

197 pasal.

 Bentuk negara Indonesia adalah serikat atau federasi.


 Bentuk pemerintah Indonesia adalah republik, berdasarkan Pasal 1 Ayat (2)
Konstitusi RIS.
 Sistem pemerintahan adalah kabinet parlementer. Presiden sebagai kepala
negara dan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan.

3. Undang-Undang Dasar Sementara 1950 (UUDS 1950)

 UUDS 1950 berlaku pada 17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959.


 Sistematika UUDS 1950 terdiri dari:

Mukadimah, terdiri dari empat alinea.

Bab I : Negara Republik Indonesia

Bab II : Alat-alat kelengkapan negara

Bab III : Tugas alat-alat kelengkapan negara

Bab IV : Pemerintahan dan daerah-daerah swapraja

Bab V : Konstituante

Bab VI : Perubahan, ketentuan-ketentuan peralihan, dan ketentuan-ketentuan penutup

 Bentuk negara Indonesia adalah kesatuan, berdasarkan Pasal 1 Ayat (1) UUDS
1950.
 Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik, berdasarkan Pasal 1 Ayat (1)
dan Mukadimah alinea IV UUDS 1950.
 Sistem pemerintahan adalah kabinet parlementer dengan demokrasi liberal yang
masih bersifat semu. Berdasarkan sistem ini, DPR dapat membubarkan kabinet,
sedangkan presiden memiliki kedudukan yang kuat dan dapat membubarkan
DPR.

4. UUD 1945 hasil Dekret Presiden

 UUD 1945 hasil Dekret Presiden disebut juga UUD 1945 periode kedua, berlaku
pada 5 Juli 1959-2000.

 Gagalnya Badan Konstituante dalam menetapkan rancangan Undang-Undang


Dasar berdampak pada keadaan politik yang tidak stabil sehingga pada tanggal
5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekret Presiden. Salah satu isi
dekret tersebut memberlakukan kembali UUD 1945.

 Ketentuan mengenai bentuk negara, bentuk pemerintahan, pembagian


kekuasaan, dan sistem pemerintahan sama seperti yang tercantum dalam UUD
1945.
5. UUD 1945 hasil amandemen

 UUD 1945 hasil amandemen berlaku dari tahun 2000 sampai sekarang.
Sistematika UUD 1945 Amandemen terdiri dari:
Pembukaan, ada empat alinea.
Batang tubuh, terdiri dari:
37 pasal, dan
16 bab.
 Beberapa perubahan mendasar dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, antara
lain:
- Kedudukan yang sejajar dan proporsional antara Presiden dan DPR.
- Masa jabatan presiden diatur dengan tegas, yaitu maksimal dapat dipilih untuk dua
kali masa jabatan.
- Dilaksanakannya otonomi daerah.
- Penyelenggaraan pemilu oleh lembaga nonpemerintahan yang netral dan mandiri.
E. Penyimpangan Terhadap Konstitusi
Berikut adalah berbagai penyimpangan terhadap konstitusi yang pernah terjadi di
Indonesia.
1. UUD 1945
Baca Juga
 Soal TIU TES DERET HITUNG SKD CPNS Jawaban Buka Tutup 04
 Soal TIU TES DERET HITUNG SKD CPNS Jawaban Buka Tutup 03
 Soal TIU TES DERET HITUNG SKD CPNS Jawaban Buka Tutup 02
 Kekuasaan presiden tidak terbatas
Masa awal proklamasi dianggap sebagai masa peralihan sehingga pada masa ini,
kekuasaan presiden sangat luas. Selain menjalankan kekuasaan eksekutif, presiden
juga menjalankan kekuasaan MPR dan DPR.

 Di samping presiden, hanya ada wakil presiden dan KNIP sebagai pembantu
presiden.
 Pergantian sistem kabinet presidensial menjadi kabinet parlementer menjadikan
para menteri diangkat dan bertanggung jawab kepada parlemen/DPR.
2. Penyimpangan terhadap UUD RIS 1949
 Penyimpangan bentuk negara Bentuk negara serikat bertentangan dengan
konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia.
 Pergantian UUD 1945 menjadi UUD RIS.
 Pemerintahan parlementer tidak sesuai dengan semangat UUD 1945.
3. Penyimpangan terhadap UUDS 1950
 Persaingan tidak sehat
Dengan ditetapkannya demokrasi liberal, ditafsirkan sebagai kebebasan mutlak bagi
setiap individu dan partai politik sehingga timbulnya persaingan tidak sehat yang

mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.


 lnstabilitas nasional
Terjadinya instabilitas nasional akibat dari sering berganti-gantinya kabinet sehingga
program program yang disusun sebelumnya tidak berjalan.
4. Penyimpangan terhadap UUD 1945 periode 1959-1965 (Orde Lama)

 Presiden membubarkan. DPR Presiden membubarkan DPR karena tidak


menyetujui RAPBN yang disusulkan pemerintah.
 Penetapan pidato presiden yang berjudul Penemuan Kembali Revolusi
Kita/Manifesto Politik Republik Indonesia (Manipol) menjadi GBHN yang bersifat
tetap oleh MPRS.
 Pengangkatan presiden seumur hidup

 Pengangkatan presiden seumur hidup melalui Tap MPR No.Ill/ MPRS/1963.


 Rangkap jabatan Pimpinan lembaga tinggi dan tertinggi negara diangkat sebagai
menteri negara.
 Kekuasaan presiden tidak terbatas Kekuasaan presiden melebihi wewenang
yang ditetapkan dalam UUD 1945.
 Tidak berjalannya hak bujet DPR karena pemerintah tidak mengajukan
rancangan undangundang APBN untuk mendapatkan persetujuan DPR.
5. Penyimpangan terhadap UUD 1945 periode 1965 (Orde Baru)
Berikut adalah penyimpangan terhadap UUD 1945 periode 1965, yaitu pada masa orde
baru sampai munculnya Gerakan Reformasi 1998.
 Sistem demokrasi yang dijalankan bersifat feodalisme.
 Pembatasan aspirasi
Kebebasan berbicara terutama yang berkaitan dengan arah kebijakan pemerintah
dibungkam.
 Ekonomi kerakyatan tidak berjalan
Ekonomi kerakyatan berubah menjadi ekonomi kapitalisme, monopoli oleh negara
berubah menjadi monopoli oleh keluarga.
 Supremasi hukum tidak berjalan Supremasi hukum berubah menjadi supremasi
kekuasaan presiden.
 Lembaga legislatif tidak berjalan Lembaga legislatif tidak mewakili rakyat bahkan
tidak Inspiratif karena hasil rekayasa politik.
 Bermunculnya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
F. Amandemen UUD 1945
Amandemen adalah penambahan atau perubahan pada sebuah konstitusi yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari naskah aslinya.

1. Kesepakatan dasar dalam mengamandemen UUD 1945


 Tidak mengubah Pembukaan UUD 1945.
 Tetap mempertahankan bentuk nyata Negara Kesatuan Republik Indonesia.
 Tetap mempertahankan sistem presidensial.
 Penjelasan UUD 1945 yang bersifat normatif dimasukkan ke dalam pasal-pasal.
 Perubahan dilakukan secara "addendum"
2. Tujuan amandemen UUD 1945
 Memenuhi tuntutan-tuntutan reformasi.
 Untuk merevisi ulang UUD 1945.
 Agar isi UUD 1945 lebih jelas setelah diamandemen.

3. Perbaikan dan perubahan (amandemen UUD 1945) yang dimaksud adalah:


 Adanya pembatasan-pembatasan atas kekuasaan Presiden di Indonesia.
 Memperkuat dan menegaskan kembali peran kekuasaan legislatif di Indonesia.
 Mencantumkan Hak Asasi Manusia Indonesia.
 Menegaskan kembali hak dan kewajiban negara ataupun warga negara.
 Otonomi daerah dan hakhak rakyat di daerah.
 Perbaruan lembaga-lembaga negara sehingga tidak ada lagi istilah lembaga
tertinggi negara dan lembaga tinggi negara.
4. Tahap-tahap amandemen UUD 1945
1. Tahap pertama
 Diputuskan dalam Sidang MPR pada 19 Oktober 1999.
 Menyangkut 5 persoalan pokok:
1. Perubahan tentang lembaga pemegang kekuasaan membuat undang-undang.
2. Perubahan masa jabatan presiden.

3. Perubahan tentang hak prerogatif presiden.


4. Perubahan tentang fungsi menteri.
5. Perubahan redaksional.
 9 pasal yang diamandemen adalah: Pasal 5,7,9, 13, 14, 15, 17, 20, dan 21.
2. Tahap kedua
 Diputuskan dalam Sidang MPR pada 18 Agustus 2000.
 Menyangkut pengaturan mengenai:
1. Wilayah negara.
2. Hak-hak asasi manusia.
3. DPR.
4. Pemerintahan Daerah.
5. Pertahanan dan keamanan.
6. Lambang negara.
7. Lagu kebangsaan.
 5 bab dan 25 pasal yang diamandemen adalah:

 Bab IXA, X, XA, XII, dan XV.


 Pasal 18, 18A, 18B, 19, 20, 20A, 22A, 22B, 25E, 26, 27, 28A, 28B, 28C, 28D,
28E, 28F, 28G, 28H, 281, 28J, 30, 36B, 36C, dan 36A.
3. Tahap ketiga
 Diputuskan dalam Sidang MPR pada 9 November 2001.
 Berkenaan dengan 16 persoalan pokok, meliputi:
1. Kedaulatan rakyat.
2. Tugas MPR.
3. Syarat-syarat Presiden dan Wakil Presiden.
4. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung.
5. Pemberhentian Presiden.
6. Presiden berhalangan tetap.

7. Kekosongan Wakil Presiden.


8. Perjanjian internasional.
9. Kementerian negara.

10. Pemilihan umum.


11. APBN, pajak, dan keuangan negara.
12. Komisi Yudisial.
13. Mahkamah Konstitusi.
 3 bab dan 22 pasal yang diamandemen adalah:
1. Bab VIIA, VIIB, dan VIIIA.
2. Pasal 1, 3, 6, 6A, 7A, 78, 7C, 8, 11, 17, 22C, 22D, 22E, 23, 23A, 23C, 23E, 23F,
23G, 24, 24A, 24B, dan 24C.
4. Tahap keempat
 Diputuskan dalam Sidang MPR pada 10 Agustus 2002.
 Berkenaan dengan persoalan sebagai berikut.
1. Komposisi keanggotaan MPR.
2. Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.
3. Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat menjalankan kewajiban dalam masa
4. jabatan secara bersamaan.
5. Dewan Pertimbangan yang bertugas memberi nasihat Presiden.
6. Mata uang.
7. Bank sentral.
8. Badan-badan lain dalam kekuasaan kehakiman.
9. Pendidikan.
10. Kebudayaan.
 2 bab dan 13 pasal yang diamandemen adalah:
1. Bab XIII, dan XIV.
2. Pasal 2, 6A, 8, 11, 16, 23B, 23O, 24, 31, 32, 33, 34, dan 37.
Rangkuman setelah 4 kali amandemen UUD 1945
1. Sebanyak 25 butir tidak diubah.
2. 46 butir diubah atau ditambah dengan ketentuan lainnya.

3. Secara keseluruhan, saat ini berjumlah 199 butir ketentuan, 174 ketentuan baru.

© Materi Pilar Negara ( Undang-Undang Dasar 1945 ) TWK SKD CPNS


Source: https://www.mandandi.com/2020/11/materi-pilar-negara-undang-undang-
dasar.html

Home › Materi TWK › NKRI › Pilar Negara › SKD › tes CPNS


Materi Pilar Negara ( NKRI ) TWK SKD CPNS
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
Para pendiri bangsa (the founding fathers) sepakat memilih bentuk negara
kesatuan karena bentuk negara kesatuan itu dipandang paling cocok bagi bangsa
Indonesia yang memiliki berbagai keanekaragaman, untuk mewujudkan paham
negara integralistik (persatuan) yaitu negara hendak mengatasi segala paham
individu atau golongan dan negara mengutamakan kepentingan umum.
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang dibentuk
berdasarkan semangat kebangsaan (nasionalisme) oleh bangsa Indonesia yang
bertujuan melindungi segenap bangsa dan seluruh tampah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan sebuah negara yang berada
di bumi belahan bagian timur di Benua Asia tepatnya Asia bagian tenggara.
Indonesia diapit oleh dua samudera yaitu samudera pasifik
dan samudera hindia dengan iklim teropis serta letak astronomis 6o lintang utara
– 11o lintang selatan dan 95o bujur timur – 141o bujur timur.
Indonesia juga dilewati oleh dua pegunungan muda dunia yakni disebelah barat
dengan Mediterania serta sebelah timur dengan Pegunungan Sirkum Pasifik.
Mempunyai tiga zona waktu yang berbeda yaitu Waktu Indonesia Barat (WIB), Waktu
Indonesia Tengah (WITA), dan Waktu Indonesia Timur (WIT). Serta tercatat
sebagai Negara kepulauan terbesar yang ada di dunia dengan total luas wilayahnya
sebesar 1.904.569 KM2.
Selain itu, Indonesia juga memiliki identitas resmi sebagai suatu negara,
diantaranya :
1. Indonesia Raya sebagai Lagu kebangsaan.
2. Bendera Merah Putih sebagai Bendera Kebangsaan.
3. Burung Garuda sebagai simbol Kebangsaan.
4. Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan Kebangsaan.

a. Terbentuknya NKRI
1. Pembentukan dan Perkembangan Awal NKRI
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memiliki sifat sebagai
berikut:
Sejak pagi hari pada tanggal 17 Agustus 1945 telah diadakan persiapan- persiapan
di rumah Ir. Soekarno di Pegangsaan Timur 56 untuk menyambut proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Lebih kurang 1000 orang telah hadir untuk
menyaksikan peristiwa yang maha penting itu. Pada pukul 10 kurang lima
menit Hatta datang dan langsung masuk ke kamar Soekarno. Kemudian
kedua pemimpin itu menuju ke ruang depan, dan acara segera dimulai tepat
pada jam 10 sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Soekarno

membacakan naskah proklamasi yang sudah diketik dan ditandatangani bersama


dengan Moh. Hatta.

Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan, pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI


mengadakan sidangnya yang pertama. Dalam sidang itu mereka menghasilkan
beberapa keputusan penting berikut:
 Mengesahkan UUD yang sebelumnya telah dipersiapkan oleh Dokuritsu Junbi
Cosakai (yang sekarang dikenal dengan nama UUD 1945)
 Memilih Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil
presiden.
 Dalam masa Peralihan Presiden untuk sementara waktu akan dibantu oleh
sebuah Komite Nasional.
Pada tanggal 19 Agustus 1945, Presiden dan wakil presiden memanggil
beberapa anggota PPKI beserta golongan cendekiawan dan pemuda untuk
membentuk “Komite Nasional Indonesia Pusat” (KNIP).
Baca Juga
 Kumpulan Materi TIU SKD CPNS Terbaru
 Materi TIU NUMERIK PERBANDINGAN KUANTITATIF tes SKD CPNS
 Materi TIU NUMERIK DERET ANGKA tes SKD CPNS
KNIP akan berfungsi sebagai Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), sebelum
terbentuknya DPR hasil pilihan rakyat. Sejak hari itu sampai awal September,
Presiden dan wakil Presiden membentuk kabinet yang sesuai dengan UUD 1945
dipimpin oleh Presiden sendiri dan mempunyai 12 departemen serta menentukan
wilayah RI dari Sabang sampai Merauke yang dibagi menjadi 8 propinsi yang
masing- masing dikepalai oleh seorang Gubernur. Propinsipropinsi itu adalah
Sumatra, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan
Sunda Kecil (Bali dan Nusa Tenggara).
2. Tujuan NKRI
Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terdapat dalam Pembukaan
Undang Undang Dasar 1945 alinea keempat yaitu “Kemudian daripada itu untuk
membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”.
sehingga tersirat tujuan negara yaitu:
 melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
 memajukan kesejahteraan umum,
 mencerdaskan kehidupan bangsa,

 ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,


perdamaian abadi, dan keadilan sosial
b. Konsep Negara Kesatuan Menurut UUD 1945
 Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 mengukuhkan keberadaan Indonesia sebagai Negara Kesatuan dan
menghilangkan keraguan terhadap pecahnya Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
 Pasal-pasal dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 telah memperkukuh prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
dan tidak sedikit pun mengubah Negara Kesatuan Republik Indonesia
menjadi negara federal.
 Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai bentuk final negara bagi
bangsa Indonesia. Hal ini ditegaskan dengan menyatakan bahwa Pasal 1
ayat 1 tidak dapat diubah.
 Pasal-pasal Undang-Undang Dasar yang menyebutkan tentang Negara
Kesatuan Republik Indonesia dalam lima Pasal, yaitu: Pasal 1 ayat (1), Pasal 18
ayat (1), Pasal 18B ayat (2), Pasal 25A dan pasal 37 ayat (5).
 Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang merupakan naskah asli mengandung prinsip bahwa ”Negara Indonesia
ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik.” Pasal ini merupakan
naskah asli yang tidak dilakukan perubahan.
 Pada 13 Desember 1957 pemerintah Indonesia mengeluarkan Deklarasi
Djuanda. Deklarasi itu menyatakan: “Bahwa segala perairan di sekitar,
di antara, dan yang menghubungkan pulau-pulau yang termasuk dalam
daratan Republik Indonesia, dengan tidak memandang luas atau
lebarnya, adalah bagian yang wajar dari wilayah daratan Negara
Republik Indonesia dan dengan demikian merupakan bagian daripada
perairan pedalaman atau perairan nasional yang berada di bawah kedaulatan
Negara Republik Indonesia.
 Penentuan batas laut 12 mil yang diukur dari garis-garis yang
menghubungkan titik terluar pada pulau-pulau Negara Republik Indonesia akan
ditentukan dengan undang- undang.”
 Sebelumnya, pengakuan masyarakat internasional mengenai batas laut
teritorial hanya sepanjang 3 mil laut terhitung dari garis pantai pasang surut
terendah.
 Deklarasi Juanda menegaskan bahwa Indonesia merupakan satu kesatuan
wilayah Nusantara. Laut bukan lagi sebagai pemisah, tetapi sebagai
pemersatu bangsa Indonesia. Prinsip ini kemudian ditegaskan melalui
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4/ PRP/1960 tentang
Perairan Indonesia

c. Pengertian Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia


Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia merupakan awal dibentuknya Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Negara Indonesia yang diproklamasikan oleh
para pendiri negara adalah negara kesatuan. Pasal 1 ayat (1) UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan, ”Negara Indonesia adalah negara
kesatuan yang berbentuk republik”.
Para pendiri negara menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan yang
diwujudkan dalam kehidupan bangsa Indonesia. Para pendiri negara telah mewariskan
nilai-nilai persatuan dan kesatuan dalam Pancasila dan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945 mengatur persatuan dan kesatuan dalam beberapa ketentuan, yaitu sebagai
berikut:
1. Sila ke-3 Pancasila, ”Persatuan Indonesia”;
2. Pembukaan UUD 1945 alinea IV, ”... Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada ... persatuan Indonesia ...”;
3. serta Pasal 1 ayat (1) UUD 1945, ”Negara Indonesia adalah negara kesatuan
yang berbentuk Republik”.
Konstitusi negara Indonesia juga secara tegas mengakui dan menghormati
satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat istimewa dan masyarakat hukum
adat serta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Adapun yang dimaksud dengan masyarakat hukum adat adalah masyarakat
hukum adat atau adat istiadat seperti desa, marga, nagari, gampong, huta, dan huria.
Kesatuan-kesatuan masyarakat hukum yang telah disebutkan, selain dihormati dan
diakui dalam sistem pemerintahan negara Indonesia juga mempunyai hak hidup
yang sederajat dengan kesatuan pemerintahan

lain seperti kabupaten, kota dan provinsi. Hal ini dipertegas kembali dalam
Pasal 18B ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi,
”Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Dengan


demikian, berdasarkan ketentuan pasal ini, negara mengakui dan menghormati
hak-hak masyarakat hukum adat seperti desa, marga, nagari, gampong, huta, dan
huria.
Dalam perkembangannya, mengingat luasnya wilayah negara, urusan
pemerintahan yang semakin kompleks, dan jumlah warga negara yang makin
banyak dan heterogen maka dilaksanakan azas otonomi dan tugas perbantuan.
Pasal 18, 18A, dan 18B UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menegaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara
kesatuan dengan sistem pemerintahan daerah yang berasaskan desentralisasi,
dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

Majelis Permusyawartan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) menyatakan


bahwa ada tujuh prinsip yang menjadi paradigma dan arah politik yang mendasari
pasal-pasal 18, 18A, dan 18B, yaitu sebagai berikut:
 Prinsip daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
 Prinsip menjalankan otonomi seluas-luasnya.
 Prinisp kekhususan dan keragaman daerah.
 Prinsip mengakui dan menghormati kesatuan masyarakat hukum adat
beserta hak-hak tradisionalnya.
 Prinsip mengakui dan menghormati pemerintahan daerah yang bersifat
khusus dan istimewa.
 Prinsip badan perwakilan dipilih langsung dalam suatu pemilihan umum.

 Prinsip hubungan pusat dan daerah dilaksanakan secara selaras dan adil.
Pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada daerah diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. Pemberian otonomi
daerah ini dilaksanakan berdasarkan prinsip negara kesatuan sehingga otonomi
daerah merupakan subsistem dari negara kesatuan. Dalam negara kesatuan
kedaulatan hanya ada pada pemerintah pusat dan tidak ada pada daerah.
Pemerintahan daerah dalam negara kesatuan merupakan satu kesatuan dengan
pemerintahan nasional. Oleh karena itu, walaupun daerah diberikan kewenangan
otonomi seluas luasnya akan tetapi tanggung jawab akhir tetap berada di tangan
pemerintah pusat.
d. Peran Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
1. Kemerdekaan bangsa Indonesia merupakan hasil perjuangan rakyat di
seluruh wilayah Indonesia.
2. Seluruh rakyat berjuang bersama untuk merebut hak bangsa yang diambil
oleh penjajah. Semenjak kedatangan bangsa Barat berawal dengan
melakukan perdagangan di Indonesia.
3.[1.]
4.[2.] Namun dengan perubahan sikap bangsa Barat yang ingin menguasai dan
menjajah Indonesia, maka semenjak itu perjuangan bangsa Indonesia untuk
mempertahankan hak tidak pernah kunjung padam. Kedatangan bangsa
Portugis, Belanda, dan Jepang di wilayah Indonesia yang diteruskan
dengan penjajahan, mendapat perlawanan dari bangsa Indonesia di
berbagai daerah. Perlawanan selama penjajahan Portugis antara lain:
perlawanan rakyat Maluku dipimpin oleh Sultan Harun, perlawanan rakyat
Demak menyerang Malaka dipimpin oleh Pati unus dan menyerang Sunda
5.[3.]

6.[4.] Kelapa dipimpin oleh Falatehan. Selama penjajahan Belanda banyak


perlawanan antara lain perlawanan rakyat Aceh dipimpin oleh Tjut Nyak
Dien, Teuku Umar, Panglima Polem, dan yang lain. Perlawanan rakyat di
Sumatra Utara dipimpin oleh Raja Sisingamangaraja XII.
Perlawanan di daerah Jawa dengan tokohnya seperti Sultan Ageng Tirtayasa,
Sultan Agung, dan Pangeran Diponegoro. Di Kalimantan rakyat melawan
penjajahan dipimpin oleh Pangeran Antasari, perlawanan rakyat Sulawesi dengan
tokoh Sultan Hasanudin dan Maluku dipimpin oleh Pattimura, serta perlawanan
rakyat Bali dipimpin oleh I Gusti Ketut Jelantik.

Materi Pilar Negara ( BHINNEKA TUNGGAL IKA ) TWK SKD CPNS


a. Sejarah Bhinneka Tunggal Ika
Istilah Bhinneka Tunggal Ika dikenal pertama kalinya pada zaman Majapahit di era
kepemimpinan Wisnuwardhana. Perumusan dari semboyan Bhineka Tunggl Ika
dilakukan oleh Mpu Tantular di dalam kitab Sutasoma. Pada dasarnya,
semboyan tersebut merupakan pernyataan kreatif dalam usaha untuk
mengatasi keanekaragaman kepercayaan dan juga keagamaan. Hal itu juga
dilakukan karena sehubungan dengan usaha bina Negara kerajaan Majapahit
pada waktu itu. Di dalam kitab Sutasoma sendiri, Bhineka Tunggl Ika lebih ditekankan
untuk perbedaan dalam hal kepercayaan serta keaneragaman agama yang ada di
kalangan rakyat Majapahit.

Semboyan Bhineka Tunggl Ika, memberikan nilai yang inspiratif di dalam system
pemerintahan Indonesia pada masa kemerdekaan. Semboyan tersebut juga mampu
menumbuhkan semangat persatuan dan kesatuan di dalam NKRI. Namun sebagai
semboyan NKRI, konsep yang ada di dalam Bhineka Tunggl Ika tak hanya
menyangkut perbedaan agama dan kepercayaan yang menjadi fokus
utama.Namun dijadikan semboyan dalam artian yang lebih luas yaitu seperti
perbedaan suku, bangsa, budaya (adat-istiadat), beda pulau, dan tentunya agama dan
juga kepercayaan untuk menuju persatuan dan kesatuan Negara.
Berbicara tentang lambang dari negara Indonesia, Lambang yang tergambar

Garuda Pancasila lengkap dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika pada


cakarnya ditetapkan secara resmi menjadi salah satu bagian NKRI. Yaitu
melalui Peraturan Pemerintahan Nomor 66 Tahun 1951 pada 17 Oktober 1951 serta
telah diundang – undangkan di tanggal 28 Oktober 1951 sebagai Lambang
Negara.
b. Prinsip Bhinneka Tunggal Ika
Common Denominator
Di dalam negara Indonesia, kita telah mengetahui bahwa ada 5 macam agama di
dalamnya, namun hal tersebut sampai saat ini tak lantas menjadi celaan agama satu
dengan lainnya.

Karena sesuasi dengan prinsip semboyan yang pertama, perbedaan di dalam


agama tersebut harus kita cari common denominatornya atau dengan kata lain
mencari persamaan di dalam perbedaan tersebut. Sehingga masyarakat
Indonesia dapat hidup dalam keanekaragaman dan juga kedamaian dengan
terdapatnya kesamaan di dalam perbedaan tersebut. Begitu juga pada aspek yang
lain, sehingga segala macam perbedaan tersebut tetap bersatu di dalam bingkai NKRI.

Tidak Bersifat Sektarian dan Enklusif


Maksud dari prinsip yang kedua yakni bahwasannya seluruh warga negara
Indonesia tidak dibenarkan menganggap dirinya atau kelompoknya merupakan orang
yang paling benar, paling hebat, atau paling diakui. Pandangan sectarian dan
enklusif harus dihapuskan dari bangsa ini karena akan menimbulkan banyak
konfik yang disebabkan kecemburuan, kecurigaan, sikap yang berlebihan serta
egois dan tidak mau memperhitungkan keberadaan kelompok atau pribadi lain.
Dengan Bhinneka Tunggal Ika yang memiliki sifat inklusif yang berarti kebersamaan,
jadi semua kelompok yang ada harus saling memupuk rasa persaudaraan dan
tetapi haruslah hidup berdampingan satu sama lain. Serta kelompok mayoritas tidak
diperkenankan untuk memaksakan kehendaknya kepada kelompok lainnya.
Tidak Bersifat Formalistis
Dalam artian, semboyan negara kita tidak hanya menunjukan sikap yang kaku dan
semu, tetapi justru menonjolkan sifat yang menyeluruh atau universal. Dilandasi
dengan rasa kasih-sayang, hormat, percaya, serta rukun antar sesama.
Sebab, dengan cara tersebutlah keanekaragaman bisa disatukan dalam
bingkai ke-Indonesiaan yang damai.
Bersifat Konvergen
Bersifat konvergen yang berarti bila negara telah dilanda masalah mengenai
keragaman bukan untuk dibesar-besarkan, melainkan dicari titik temu yang dapat
membuat segala macam kepentingan menjadi satu. Hal tersebut dapat dicapai jika
terdapat sikap toleran, saling percaya, rukun, non sectarian, serta inklusif

c. Implementasi Bhinneka Tunggal Ika


Perilaku Inklusif
Seseorang harus dapat menganggap bahwa dirinya masuk kedalam suatu
populasi yang luas, sehingga sifat sombong atau melihat dirinya melebihi dari yang
lain tidak muncul. Berlaku juga di suatu kelompok. Kepentingan bersama harus selalu
diutamakan daripada hanya untuk keuntungan kepentingan pribadi atau
kelompoknya dibanding kelompok lainnya. Dengan tercapainya mufakat, semua
elemen di dalamnya akan merasa puas dan senang. Karena setiap kelompok yang
berbeda mempunyai perannya masing-masing dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara

Mengakomodasi Sifat Prulalistik


Baca Juga
 Soal TWK SKD CPNS Jawaban Buka Tutup 06
 Soal TWK SKD CPNS Jawaban Buka Tutup 05
 Soal TWK SKD CPNS Jawaban Buka Tutup 04
Dilihat dari keberadaan keragaman yang ada di dalamnya, Indonesia merupakan
bangsa dengan tingkat prulalistik terbesar yang ada di dunia. Hal ini lah yang
menjadikan negara Indonesia disegani oleh bangsa lain yang ada di dunia, namun jika
hal ini tidak dikelola dengan baik, bukan tidak mungkin akan ada disintegrasi di
dalam bangsa. Suku bangsa, bahasa, adat, agama, ras serta budaya di Indonesia
jumlahnya sangatlah banyak. Sikap toleran, kasih sayang, saling menghormati,
menjadi kebutuhan wajib untuk segenap rakyat Indonesia agar terciptanya masyarakat
yang tenteram dan damai.
Tidak Mencari Menangnya Sendiri
Perbedaan pendapat memang hal yang lumrah kita temui di dalam kehidupan
sehari-hari. Terlebih lagi dengan diberlakukannya sistem demokrasi yang dimana
menuntut rakyatnya untuk mengungkapkan
pendapatnya masing-masing. Oleh karenanya, sikap saling hormat antar
sesama merupakan hal yang sangat penting.
Dari sifat Bhinneka Tunggal Ika yang konvergen haruslah benar-benar nyata ada di
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta jauhkan sifat divergen untuk
kepentingan bersama.
Musyawarah untuk Mufakat
Pentingnya mencapai mufakat dalam musyawarah memang mejadi kunci
kerukunan hidup di negara Indonesia. Segala perbedaan dicari solusi tengahnya
untuk mencari inti kesamaan sehingga segala macam gagasan yang timbul akan
diakomodasikan dalam kesepakatan.

Dilandasi Rasa Kasih Sayang dan Rela Berkorban


Sesuai dengan pedoman yang menyebutkan bahwa sebaik-baiknya manusia adalah
yang bermanfaat untuk manusia lainnya, rasa rela berkorban haruslah ada dan
diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Rasa itulah yang akan terbentuk dengan
dilandasinya rasa salin kasih mangasihi, dan juga sayang menyayangi. Menjauhi rasa
benci sebab hanya akan memicu konflik di dalam kehidupan bermasyarakat.
d. Arti Penting Memahami Keberagaman dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika
Kondisi kewilayahan negara Indonesia sebagai negara kepulauan, dapat
menyebabkan terjadinya perpecahan bangsa (disintegrasi). Sejarah telah
membuktikan bahwa pemerintah Indonesia pernah menghadapi
persoalan adanya daerah yang ingin memisahkan diri dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Selain kondisi kewilayahan, aspek sosial budaya menunjukkan bahwa masyarakat


Indonesia diwarnai oleh berbagai macam perbedaan. Kondisi sosial budaya yang
demikian menjadikan kehidupan bangsa Indonesia menyimpan potensi terjadinya
konflik. Kenyataan juga menunjukkan, bahwa dalam kehidupan bangsa Indonesia
sering terjadi konflik antar-kelompok masyarakat yang dilatarbelakangi oleh
perbedaan-perbedaan tersebut. Kenyataan terjadinya konflik perlu manjadikan
perhatian bagi semua komponen bangsa agar dapat tetap mem pertahankan persatuan
dan kesatuan bangsa.
Atas dasar dua alasan tersebut, maka penting sekali memahami keberagaman dalam
masyarakat Indonesia yang ditujukan untuk mengusahakan dan mempertahankan
persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keberagaman
masyarakat Indonesia memiliki dampak positif sekaligus dampak negatif bagi
diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Dampak positif memberikan manfaat
bagi perkembangan dan kemajuan, sedangkan dampak negatif mengakibatkan
ketidakharmonisan bahkan kehancuran bangsa dan negara.
Bhinneka Tunggal Ika mengandung makna meskipun bangsa Indonesia terdiri atas
beraneka ragam suku bangsa, adat istiadat, ras dan agama namun keseluruhannya itu
merupakan satu kesatuan, yaitu bangsa dan negara Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika
merupakan semboyan negara Indonesia sebagai dasar untuk mewujudkan
persatuan dan kesatuan Indonesia, dimana kita harus menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari seperti hidup saling menghargai antara masyarakat yang satu
dengan yang lainnya tanpa memandang suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat,
warna kulit dan lain-lain. Tanpa adanya kesadaran sikap dan perilaku untuk
mewujudkan
Bhinneka Tunggal Ika pasti akan terjadi perpecahan di dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara karena setiap orang hanya akan hanya mementingkan diri
atau daerahnya sendiri daripada kepentingan bangsa dan negara.
e. Perilaku Toleran terhadap Keberagaman Suku, Agama, Ras, dan
Antargolongan

Sikap toleran berarti menahan diri, bersikap sabar, membiarkan orang berpendapat
lain, dan berhati lapang terhadap orang-orang yang memiliki pendapat
berbeda. Toleransi sejati didasarkan sikap hormat terhadap martabat manusia, hati
nurani, dan keyakinan, serta keikhlasan sesama apa pun agama, suku, golongan,
ideologi atau pandangannya
1. Perilaku Toleran dalam Kehidupan Beragama
Pemerintah Indonesia mengakui enam agama yang ada di Indonesia. Agama
tersebut adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu.
Jaminan negara terhadap warga negara untuk memeluk dan beribadah diatur dalam
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 29 ayat (2) yang berbunyi, ”Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing
dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.

Oleh karena itu, bentuk perilaku kehidupan dalam keberagaman agama di


antaranya diwujudkan dalam bentuk sebagai berikut:
 Melaksanakan ajaran agama yang dianutnya dengan baik dan benar.
 Menghormati agama yang diyakini orang lain.
 Tidak memaksakan keyakinan agama yang dianutnya kepada orang lain.
 Toleran terhadap pelaksanaan ibadah yang dianut pemeluk agama lain.

2. Perilaku Toleran terhadap Keberagaman Suku dan Ras di Indonesia


Perbedaan suku dan ras antara manusia yang satu dengan manusia yang lain
hendaknya tidak menjadi kendala dalam membangun persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia maupun dalam pergaulan dunia. Perbedaan kita dengan orang lain
tidak berarti bahwa orang lain lebih baik dari kita atau kita lebih baik dari orang lain.
Baik dan buruknya penilaian orang lain kepada kita bukan karena warna kulit, rupa
wajah dan bentuk tubuh melainkan karena baik dan buruknya dalam berperilaku.
Oleh karena itu, sebaiknya kita berperilaku baik kepada semua orang tanpa
memandang berbagai perbedaan tersebut.
Berikut contoh perilaku toleran terhadap keberagaman Suku dan Ras di Indonesia
 Tidak memandang rendah suku atau budaya yang lain
 Tidak menganggap suku dan budayanya paling tinggi dan paling baik.
 Menerima keragaman suku bangsa dan budaya sebagai kekayaan bangsa
yang tak ternilai harganya.
 Lebih mengutamakan Negara daripada kepentingan daerah atau suku
masing-masing
3. Perilaku Toleran terhadap Keberagaman Sosial Budaya
Kehidupan sosial dan keberagaman kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia
tentu menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Kita tentu harus bersemangat untuk
memelihara dan menjaga kebudayaan bangsa Indonesia. Bagi seorang pelajar,
perilaku dan semangat kebangsaan dalam mempertahankan keberagaman budaya
bangsa dapat dilaksanakan dengan :

 Mengetahui keanekaragaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia;

 Mempelajari dan menguasai salah satu seni budaya sesuai dengan


minat dan kesenangannya;
 Merasa bangga terhadap budaya bangsa sendiri;
 Menyaring budaya asing yang masuk ke dalam bangsa Indonesia

Anda mungkin juga menyukai