Anda di halaman 1dari 30

PANCASILA

Pancasila adalah pilar ideologis negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari bahasa
Sanskerta: "pañca" berarti lima dan "śīla" berarti prinsip atau asas. Pancasila
merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat
Indonesia.

Lima ideologi utama penyusun Pancasila merupakan lima sila Pancasila. Ideologi utama
tersebut tercantum pada alinea keempat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945:

*Ketuhanan yang Maha Esa

*Kemanusiaan yang adil dan beradab

*Persatuan Indonesia

*Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,


serta

*Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Sekalipun terjadi perubahan isi dan urutan lima sila Pancasila yang berlangsung dalam beberapa
tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun 1945, tanggal 1 Juni diperingati bersama
sebagai hari lahirnya Pancasila.

Sejarah perumusan dan lahirnya Pancasila


Artikel utama: Rumusan-rumusan Pancasila

Perisai Pancasila yang menampilkan lima lambang Pancasila.


Pidato pertama Ir. Soekarno mengenai Pancasila pada 1 Juni 1945

Pada tanggal 1 Maret 1945, dibentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia,
yang diketuai oleh Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat. Dalam
pidato pembukaannya, Dr. Radjiman mengajukan pertanyaan kepada anggota-anggota sidang
bahwa apa dasar Negara Indonesia yang akan kita bentuk ini.[1]
Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat usulan-usulan
pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia. Muhammad Yamin merumuskan Lima Dasar saat berpidato pada 29 Mei 1945. Rumusan
tersebut di antaranya: perikebangsaan, perikemanusiaan, periketuhanan, perikerakyatan, dan
kesejahteraan rakyat.[2] Ia mengatakan bahwa kelima sila yang dirumuskan itu berakar pada sejarah,
peradaban, agama, dan hidup ketatanegaraan yang telah lama berkembang di Indonesia.
Namun, Mohammad Hatta, dalam memoarnya, meragukan pidato Yamin tersebut.[3]
Pancasila oleh Soekarno yang dikemukakan pada tanggal 1 Juni 1945 dalam pidato spontannya
yang kemudian dikenal dengan judul Lahirnya Pancasila.[4] Soekarno mengemukakan gagasan
dasar negaranya, yang ia namakan "Pancasila".[5] Gagasan tersebut di antaranya: kebangsaan
Indonesia atau nasionalisme, kemanusiaan atau internasionalisme, mufakat atau demokrasi,
kesejahteraan sosial, serta ketuhanan yang berkebudayaan.[butuh rujukan] Nama "Pancasila" diucapkan
oleh Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni itu, katanya:[6]
Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan
ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan
petunjuk seorang teman kita ahli bahasa – namanya ialah Pancasila. Sila artinya asas atau dasar,
dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi.

Sebelum sidang pertama itu berakhir, dibentuk suatu panitia kecil untuk merumuskan kembali
Pancasila sebagai dasar Negara berdasarkan pidato yang diucapkan Soekarno pada tanggal 1 Juni
1945, serta menjadikan dokumen tersebut sebagai teks untuk memproklamasikan Indonesia
Merdeka. Dari panitia kecil tersebut, dipilih sembilan orang yang dikenal dengan Panitia Sembilan,
untuk menyelenggarakan tugas tersebut. Rencana mereka disetujui pada tanggal 22 Juni 1945,
yang kemudian diberi nama Piagam Jakarta.
Setelah rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi, beberapa dokumen
penetapannya ialah:

 Rumusan Pertama: Piagam Jakarta (Jakarta Charter) – tanggal 22 Juni 1945


 Rumusan Kedua: Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 -–tanggal 18 Agustus 1945
 Rumusan Ketiga: Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat – tanggal 27 Desember
1949
 Rumusan Keempat: Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara – tanggal 15 Agustus 1950
 Rumusan Kelima: Rumusan Pertama menjiwai Rumusan Kedua dan merupakan suatu
rangkaian kesatuan dengan Konstitusi (merujuk Dekret Presiden 5 Juli 1959)
Pada tanggal 1 Juni 2016, presiden Joko Widodo telah menandatangani Keputusan Presiden
(Keppres) Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila sekaligus menetapkannya sebagai
hari libur nasional yang berlaku mulai tahun 2017.[7]

Hari Kesaktian Pancasila


Artikel utama: Hari Kesaktian Pancasila
Pada tanggal 30 September 1965, terjadi suatu peristiwa yang dinamakan Gerakan 30
September (G30S). Insiden ini sendiri masih menjadi perdebatan di tengah lingkungan akademisi
mengenai siapa penggiatnya dan apa motif di belakangnya. Akan tetapi, otoritas militer dan
kelompok keagamaan terbesar saat itu menyebarkan kabar bahwa insiden tersebut merupakan
usaha PKI mengubah unsur Pancasila menjadi ideologi komunis, untuk membubarkan Partai
Komunis Indonesia, dan membenarkan peristiwa Pembantaian di Indonesia 1965–1966.
Pada hari itu, enam jenderal dan satu kapten serta berberapa orang lainnya dibunuh oleh oknum-
oknum yang digambarkan pemerintah sebagai upaya kudeta. Gejolak yang timbul akibat G30S
sendiri pada akhirnya berhasil diredam oleh otoritas militer Indonesia. Pemerintah Orde Baru
kemudian menetapkan 30 September sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September G30S dan
tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.

Fungsi dan kedudukan Pancasila


Berikut ini adalah beberapa fungsi dan kedudukan Pancasila bagi negara kesatuan Republik
Indonesia.[8]

1. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia: sebagai nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat
bangsa Indonesia melalui penjabaran instrumental sebagai acuan hidup yang merupakan
cita-cita yang ingin dicapai serta sesuai dengan napas jiwa bangsa Indonesia dan karena
Pancasila lahir bersama dengan lahirnya bangsa Indonesia.
2. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia: merupakan bentuk peran dalam
menunjukan adanya kepribadian bangsa Indonesia yang dapat di bedakan dengan bangsa
lain, yaitu sikap mental, tingkah laku, dan amal perbuatan bangsa Indonesia
3. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia: merupakan kristalisasi
pengalaman hidup dalam sejarah bangsa Indonesia yang telah membentuk sikap, watak,
perilaku, tata nilai norma, dan etika yang telah melahirkan pandangan hidup.
4. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia: untuk mengatur tatanan kehidupan bangsa
Indonesia dan negara Indonesia, yang mengatur semua pelaksanaan sistem
ketatanegaraan Indonesia sesuai Pancasila.
5. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum bagi negara Republik
Indonesia:[9] sebagai segala sumber hukum di negara Indonesia karena segala kehidupan
negara Indonesia berdasarkan Pancasila, itu juga harus berlandaskan hukum. Semua
tindakan kekuasaan dalam masyarakat harus berlandaskan hukum.
6. Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia pada waktu mendirikan negara:
karena pada waktu mendirikan negara Pancasila adalah perjanjian luhur yang disepakati
oleh para pendiri negara untuk dilaksanakan, pelihara, dan dilestarikan.
7. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia: karena dalam Pancasila,
mengandung cita-cita dan tujuan negara Indonesia adalah menjadikan Pancasila sebagai
patokan atau landasan pemersatu bangsa.

Butir-butir pengamalan Pancasila


Berdasarkan Ketetapan MPR No.II/MPR/1978[10]
1. Ketuhanan Yang Maha Esa

1. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Hormat menghormati dan bekerja sama antar pemeluk agama dan penganut-penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing.
4. Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaan kepada orang lain.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

1. Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama
manusia.
2. Saling mencintai sesama manusia.
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7. Berani membela kebenaran dan keadilan.
8. Mengembangkan sikap menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain, karena bangsa
Indonesia adalah bagian dari seluruh umat manusia.
3. Persatuan Indonesia

1. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di


atas kepentingan pribadi atau golongan.
2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
3. Cinta tanah air dan bangsa.
4. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.
5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal
Ika.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan
perwakilan

1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.


2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4. Meliputi semangat kekeluargaan untuk mencapai mufakat dalam musyawarah.
5. Menerima dan melaksanakan hasil musyawarah dengan iktikad yang baik dan lapang dada.
6. Melakukan musyawarah dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran
dan keadilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

1. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana


kekeluargaan dan gotong-royong.
2. Bersikap adil.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak-hak orang lain.
5. Suka menolong kepada orang lain.
6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
7. Tidak bersifat boros.
8. Tidak bergaya hidup mewah dan berfoya-foya.
9. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
10. Suka bekerja keras.
11. Menghargai dan mengapresiasi hasil karya orang lain.
12. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Berdasarkan ketetapan MPR no. I/MPR/2003
Sila pertama

Bintang

1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang


Maha Esa.
2. Percaya dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Menghargai dan bekerja sama dengan pemeluk agama lain dengan kepercayaan yang
berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada
orang lain.
Sila kedua

Rantai
1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengakui persamaan derajat, kewajiban, dan hak asasi setiap manusia tanpa membeda-
bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna
kulit, dan sebagainya.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5. Tidak bersikap semena-mena terhadap orang lain.
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
Sila ketiga

Pohon Beringin

1. Mampu menempatkan persatuan dan kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa
dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
2. Sanggup rela berkorban demi kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
3. Mengembangkan rasa cinta tanah air dan bangsa.
4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial.
6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika
7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Sila keempat

Kepala Banteng

1. Sebagai warga dan masyarakat negara Indonesia, setiap manusia memiliki kedudukan, hak,
dan kewajiban yang sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4. Menjalankan musyawarah dengan semangat kekeluargaan.
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
6. Menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah dengan iktikad baik dan rasa
tanggung jawab.
7. Mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan dalam
musyawarah.
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
9. Keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan
keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dapat dipercayai untuk melaksanakan
pemusyawaratan.
Sila kelima

Padi dan Kapas

1. Mengembangkan sikap perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan gotong-royong.
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang
lain.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan, gaya hidup mewah,
dan berfoya-foya.
8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan dan
pihak umum.
9. Gemar bekerja keras.
10. Mengapresiasi hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan
bersama.
11. Gemar melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.

Penafsiran
Seorang Panglima[siapa?] Kodam I/Bukit Barisan menggambarkan Pancasila sebagai
bentuk sosialisme religius.[11]

Kritikan
International Humanist telah mengkritik sila pertama karena tidak mendefinisikan hak
untuk atheisme.[12]
Kritik terhadap Pancasila dilarang oleh Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), sebab
Pancasila terdapat dalam lambang negara Indonesia. Menurut UU no. 24 tahun 2009 pasal
68,[13] penghinaan terhadap Pancasila dapat diberikan sanksi maksimal 5 tahun penjara atau denda
maksimal 500 juta rupiah.
Pada tahun 2018, Muhammad Rizieq Shihab didakwa berdasarkan 154a dan 320 KUHP atas
penghinaan terhadap ideologi dan fitnah negara.[14][15]

Psikologi Pancasila
Sikap dan perilaku ber-Pancasila diharapkan dari setiap warga negara Indonesia. Psikologi sebagai
ilmu jiwa dan tingkah laku berperan dalam menjelaskan dan meramalkan sikap dan perilaku ini
melalui riset empiris. Sejumlah studi tentang psikologi Pancasila telah dilakukan di Indonesia. Studi
paling awal tentang uji psikometris validitas konkuren keber-Pancasila-an menghasilkan bukti bahwa
pengukuran perilaku untuk Sila pertama hingga Sila kelima Pancasila bersesuaian masing-masing
dengan pengukuran (1) sikap terhadap Tuhan, (2) identifikasi dengan kemanusiaan, (3) patriotisme,
(4) dukungan terhadap prinsip-prinsip demokrasi, dan (5) humanitarianisme.[16] Pengukuran keber-
Pancasila-an juga sejalan dengan keutamaan karakter berupa transendensi, kemanusiaan,
keberanian, kendali diri, dan keadilan.[17] Hasil studi psikologis juga menunjukkan bahwa identitas
religius bukan melunturkan melainkan menguatkan keber-Pancasila-an remaja Indonesia.[

Sejarah perumusan dan lahirnya Pancasila


Artikel utama: Rumusan-rumusan Pancasila

Perisai Pancasila yang menampilkan lima lambang Pancasila.

Pidato pertama Ir. Soekarno mengenai Pancasila pada 1 Juni 1945


Pada tanggal 1 Maret 1945, dibentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia,
yang diketuai oleh Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat. Dalam
pidato pembukaannya, Dr. Radjiman mengajukan pertanyaan kepada anggota-anggota sidang
bahwa apa dasar Negara Indonesia yang akan kita bentuk ini.[1]
Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat usulan-usulan
pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia. Muhammad Yamin merumuskan Lima Dasar saat berpidato pada 29 Mei 1945. Rumusan
tersebut di antaranya: perikebangsaan, perikemanusiaan, periketuhanan, perikerakyatan, dan
kesejahteraan rakyat.[2] Ia mengatakan bahwa kelima sila yang dirumuskan itu berakar pada sejarah,
peradaban, agama, dan hidup ketatanegaraan yang telah lama berkembang di Indonesia.
Namun, Mohammad Hatta, dalam memoarnya, meragukan pidato Yamin tersebut.[3]
Pancasila oleh Soekarno yang dikemukakan pada tanggal 1 Juni 1945 dalam pidato spontannya
yang kemudian dikenal dengan judul Lahirnya Pancasila.[4] Soekarno mengemukakan gagasan
dasar negaranya, yang ia namakan "Pancasila".[5] Gagasan tersebut di antaranya: kebangsaan
Indonesia atau nasionalisme, kemanusiaan atau internasionalisme, mufakat atau demokrasi,
kesejahteraan sosial, serta ketuhanan yang berkebudayaan.[butuh rujukan] Nama "Pancasila" diucapkan
oleh Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni itu, katanya:[6]
Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan
ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan
petunjuk seorang teman kita ahli bahasa – namanya ialah Pancasila. Sila artinya asas atau dasar,
dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi.

Sebelum sidang pertama itu berakhir, dibentuk suatu panitia kecil untuk merumuskan kembali
Pancasila sebagai dasar Negara berdasarkan pidato yang diucapkan Soekarno pada tanggal 1 Juni
1945, serta menjadikan dokumen tersebut sebagai teks untuk memproklamasikan Indonesia
Merdeka. Dari panitia kecil tersebut, dipilih sembilan orang yang dikenal dengan Panitia Sembilan,
untuk menyelenggarakan tugas tersebut. Rencana mereka disetujui pada tanggal 22 Juni 1945,
yang kemudian diberi nama Piagam Jakarta.
Setelah rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi, beberapa dokumen
penetapannya ialah:

 Rumusan Pertama: Piagam Jakarta (Jakarta Charter) – tanggal 22 Juni 1945


 Rumusan Kedua: Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 -–tanggal 18 Agustus 1945
 Rumusan Ketiga: Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat – tanggal 27 Desember
1949
 Rumusan Keempat: Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara – tanggal 15 Agustus 1950
 Rumusan Kelima: Rumusan Pertama menjiwai Rumusan Kedua dan merupakan suatu
rangkaian kesatuan dengan Konstitusi (merujuk Dekret Presiden 5 Juli 1959)
Pada tanggal 1 Juni 2016, presiden Joko Widodo telah menandatangani Keputusan Presiden
(Keppres) Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila sekaligus menetapkannya sebagai
hari libur nasional yang berlaku mulai tahun 2017.[7]

Hari Kesaktian Pancasila


Pada tanggal 30 September 1965, terjadi suatu peristiwa yang dinamakan Gerakan 30
September (G30S). Insiden ini sendiri masih menjadi perdebatan di tengah lingkungan akademisi
mengenai siapa penggiatnya dan apa motif di belakangnya. Akan tetapi, otoritas militer dan
kelompok keagamaan terbesar saat itu menyebarkan kabar bahwa insiden tersebut merupakan
usaha PKI mengubah unsur Pancasila menjadi ideologi komunis, untuk membubarkan Partai
Komunis Indonesia, dan membenarkan peristiwa Pembantaian di Indonesia 1965–1966.
Pada hari itu, enam jenderal dan satu kapten serta berberapa orang lainnya dibunuh oleh oknum-
oknum yang digambarkan pemerintah sebagai upaya kudeta. Gejolak yang timbul akibat G30S
sendiri pada akhirnya berhasil diredam oleh otoritas militer Indonesia. Pemerintah Orde Baru
kemudian menetapkan 30 September sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September G30S dan
tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.

Fungsi dan kedudukan Pancasila


Berikut ini adalah beberapa fungsi dan kedudukan Pancasila bagi negara kesatuan Republik
Indonesia.[8]

1. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia: sebagai nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat
bangsa Indonesia melalui penjabaran instrumental sebagai acuan hidup yang merupakan
cita-cita yang ingin dicapai serta sesuai dengan napas jiwa bangsa Indonesia dan karena
Pancasila lahir bersama dengan lahirnya bangsa Indonesia.
2. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia: merupakan bentuk peran dalam
menunjukan adanya kepribadian bangsa Indonesia yang dapat di bedakan dengan bangsa
lain, yaitu sikap mental, tingkah laku, dan amal perbuatan bangsa Indonesia
3. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia: merupakan kristalisasi
pengalaman hidup dalam sejarah bangsa Indonesia yang telah membentuk sikap, watak,
perilaku, tata nilai norma, dan etika yang telah melahirkan pandangan hidup.
4. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia: untuk mengatur tatanan kehidupan bangsa
Indonesia dan negara Indonesia, yang mengatur semua pelaksanaan sistem
ketatanegaraan Indonesia sesuai Pancasila.
5. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum bagi negara Republik
Indonesia:[9] sebagai segala sumber hukum di negara Indonesia karena segala kehidupan
negara Indonesia berdasarkan Pancasila, itu juga harus berlandaskan hukum. Semua
tindakan kekuasaan dalam masyarakat harus berlandaskan hukum.
6. Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia pada waktu mendirikan negara:
karena pada waktu mendirikan negara Pancasila adalah perjanjian luhur yang disepakati
oleh para pendiri negara untuk dilaksanakan, pelihara, dan dilestarikan.
7. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia: karena dalam Pancasila,
mengandung cita-cita dan tujuan negara Indonesia adalah menjadikan Pancasila sebagai
patokan atau landasan pemersatu bangsa.

Butir-butir pengamalan Pancasila


Berdasarkan Ketetapan MPR No.II/MPR/1978[10]
1. Ketuhanan Yang Maha Esa

1. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Hormat menghormati dan bekerja sama antar pemeluk agama dan penganut-penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing.
4. Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaan kepada orang lain.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

1. Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama
manusia.
2. Saling mencintai sesama manusia.
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7. Berani membela kebenaran dan keadilan.
8. Mengembangkan sikap menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain, karena bangsa
Indonesia adalah bagian dari seluruh umat manusia.
3. Persatuan Indonesia

1. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di


atas kepentingan pribadi atau golongan.
2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
3. Cinta tanah air dan bangsa.
4. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.
5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal
Ika.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan
perwakilan

1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.


2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4. Meliputi semangat kekeluargaan untuk mencapai mufakat dalam musyawarah.
5. Menerima dan melaksanakan hasil musyawarah dengan iktikad yang baik dan lapang dada.
6. Melakukan musyawarah dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran
dan keadilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

1. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana


kekeluargaan dan gotong-royong.
2. Bersikap adil.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak-hak orang lain.
5. Suka menolong kepada orang lain.
6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
7. Tidak bersifat boros.
8. Tidak bergaya hidup mewah dan berfoya-foya.
9. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
10. Suka bekerja keras.
11. Menghargai dan mengapresiasi hasil karya orang lain.
12. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Berdasarkan ketetapan MPR no. I/MPR/2003
Sila pertama
Bintang

1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang


Maha Esa.
2. Percaya dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Menghargai dan bekerja sama dengan pemeluk agama lain dengan kepercayaan yang
berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada
orang lain.
Sila kedua

Rantai

1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengakui persamaan derajat, kewajiban, dan hak asasi setiap manusia tanpa membeda-
bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna
kulit, dan sebagainya.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5. Tidak bersikap semena-mena terhadap orang lain.
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
Sila ketiga

Pohon Beringin
1. Mampu menempatkan persatuan dan kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa
dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
2. Sanggup rela berkorban demi kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
3. Mengembangkan rasa cinta tanah air dan bangsa.
4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial.
6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika
7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Sila keempat

Kepala Banteng

1. Sebagai warga dan masyarakat negara Indonesia, setiap manusia memiliki kedudukan, hak,
dan kewajiban yang sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4. Menjalankan musyawarah dengan semangat kekeluargaan.
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
6. Menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah dengan iktikad baik dan rasa
tanggung jawab.
7. Mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan dalam
musyawarah.
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
9. Keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan
keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dapat dipercayai untuk melaksanakan
pemusyawaratan.
Sila kelima

Padi dan Kapas

1. Mengembangkan sikap perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan gotong-royong.
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang
lain.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan, gaya hidup mewah,
dan berfoya-foya.
8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan dan
pihak umum.
9. Gemar bekerja keras.
10. Mengapresiasi hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan
bersama.
11. Gemar melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.

Penafsiran
Seorang Panglima[siapa?] Kodam I/Bukit Barisan menggambarkan Pancasila sebagai
bentuk sosialisme religius.[11]

Kritikan
International Humanist telah mengkritik sila pertama karena tidak mendefinisikan hak
untuk atheisme.[12]
Kritik terhadap Pancasila dilarang oleh Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), sebab
Pancasila terdapat dalam lambang negara Indonesia. Menurut UU no. 24 tahun 2009 pasal
68,[13] penghinaan terhadap Pancasila dapat diberikan sanksi maksimal 5 tahun penjara atau denda
maksimal 500 juta rupiah.
Pada tahun 2018, Muhammad Rizieq Shihab didakwa berdasarkan 154a dan 320 KUHP atas
penghinaan terhadap ideologi dan fitnah negara.[14][15]

Psikologi Pancasila
Sikap dan perilaku ber-Pancasila diharapkan dari setiap warga negara Indonesia. Psikologi sebagai
ilmu jiwa dan tingkah laku berperan dalam menjelaskan dan meramalkan sikap dan perilaku ini
melalui riset empiris. Sejumlah studi tentang psikologi Pancasila telah dilakukan di Indonesia. Studi
paling awal tentang uji psikometris validitas konkuren keber-Pancasila-an menghasilkan bukti bahwa
pengukuran perilaku untuk Sila pertama hingga Sila kelima Pancasila bersesuaian masing-masing
dengan pengukuran (1) sikap terhadap Tuhan, (2) identifikasi dengan kemanusiaan, (3) patriotisme,
(4) dukungan terhadap prinsip-prinsip demokrasi, dan (5) humanitarianisme.[16] Pengukuran keber-
Pancasila-an juga sejalan dengan keutamaan karakter berupa transendensi, kemanusiaan,
keberanian, kendali diri, dan keadilan.[17] Hasil studi psikologis juga menunjukkan bahwa identitas
religius bukan melunturkan melainkan menguatkan keber-Pancasila-an remaja Indonesia.
BPUPKI merupakan organisasi yang dibentuk sebagai persiapan kemerdekaan Indonesia
sekaligus sejumlah syarat yang harus dipenuhinya sebagai negara merdeka, sebagaimana
dilansir dari buku Pasti Bisa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMP/MTs
Kelas VII karya Tim Ganesha Operation.

.
Pancasila dirumuskan dalam sidang pertama BPUPKI yang dilaksanakan pada 29 Mei hingga 1
Juni 1945. Dalam sidang tersebut, pembahasannya berkaitan dengan dasar negara Indonesia.
Soepomo, Moh. Yamin, dan Soekarno menyampaikan beberapa usulan tentang falsafah atau
dasar negara Indonesia.
Penyampaian tersebut didasarkan pada arahan Ketua BPUPKI, Radjiman Wedyodiningrat pada
pidato pembukaan sidang. Radjiman mengatakan bahwa untuk mendirikan negara yang
merdeka, maka dibutuhkan suatu dasar negara.

3 Tokoh yang Mengusulkan Rumusan Dasar Negara


1. Moh. Yamin
Moh. Yamin menyampaikan usulan dasar negara secara tertulis pada ketua sidang dan secara
lisan. Usulan tersebut disampaikan pada 29 Mei 1945.
Usulan lisan:
1. Peri Kebangsaan.
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan, dan
5. Kesejahteraan Rakyat

Usulan tertulis:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan persatuan Indonesia
3, Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

2. Soepomo
Tokoh selanjutnya yang berperan penting dalam perumusan Pancasila adalah Soepomo. Pada
tanggal 31 Mei 1945, ia menyampaikan usulannya.
Menurutnya, negara Indonesia merdeka adalah negara yang dapat mempersatukan semua
golongan dan paham perseorangan, serta mempersatukan diri dengan berbagai lapisan rakyat.
Selanjutnya, di bawah ini usulan dasar negara menurut Soepomo.
1. Persatuan (Unitarisme)
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat
Soepomo turut menegaskan bahwa negara Indonesia merdeka bukan negara yang menyatukan
dirinya dengan golongan terbesar dalam masyarakat serta tidak menyatukan dirinya dengan
golongan paling kuat (golongan politik atau
ekonomi yang paling kuat).
3. Ir. Soekarno
Soekarno menyampaikan pidato mengenai dasar negara Indonesia merdeka pada 1 Juni 1945.
Ia memberikan usulan yang berbentuk Philosophische Grondslag atau Weltanschauung, yaitu
fundamen, filsafat, pikiran, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya demi mendirikan negara yang
kekal abadi.
Soekarno mengatakan usulan dasar negara dengan sebutan Panca Dharma. Lalu, dengan
anjuran para ahli bahasa, rumusan dasar negara yang diusulkan Soekarno ini dinamakan
Pancasila.
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasional atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial, dan
5. Ketuhanan Yang Maha Esa

Penetapan Pancasila Sebagai Dasar Negara


Pancasila ditetapkan sebagai dasar negara pada 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada sidang pengesahan UUD 1945. Dalam sidang tersebut,
PPKI mengesahkan UUD 1945 yang di mana terdapat rumusan Pancasila sebagai dasar
negara pada alinea keempat pembukaan UUD 1945.
Bunyi Pancasila sebagaimana disahkan dalam konstitusi adalah sebagai berikut:
1. Ketuhanan yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Penetapan Pancasila Sebagai Dasar Negara
Pancasila ditetapkan sebagai dasar negara pada 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada sidang pengesahan UUD 1945. Dalam sidang tersebut,
PPKI mengesahkan UUD 1945 yang di mana terdapat rumusan Pancasila sebagai dasar
negara pada alinea keempat pembukaan UUD 1945.

Bunyi Pancasila sebagaimana disahkan dalam konstitusi adalah sebagai berikut:


1. Ketuhanan yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
ada tanggal 22 Juni 1945 sembilan tokoh nasional yang disebut Panitia Sembilan berhasil
menyusun sebuah naskah piagam yang dikenal dengan Piagam Jakarta.

Di dalam naskah Piagam Jakarta tepatnya pada alinea keempat tercantum rumusan Pancasila.
Rumusan pada sila pertama menuai kritik dari berbagai pihak karena memiliki narasi yang
cukup berbeda dari Pancasila yang kini menjadi falsafah hidup bangsa Indonesia.

Berikut rumusan Pancasila dalam naskah Piagam Jakarta yang menuai kontroversi:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Beberapa tokoh perwakilan dari Indonesia Timur menyatakan keberatan dengan sila pertama
dalam rumusan tersebut. Pasalnya, rakyat Indonesia tidak hanya berasal dari kalangan muslim
saja. Hal itulah yang menjadi salah satu latar belakang perubahan rumusan sila pertama
Pancasila menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa".
Latar belakang pembentukan BPUPKI Posisi Jepang yang semakin terdesak karena Perang
Asia Pasifik pada akhir 1944 melatarbelakangi dibentuknya BPUPKI. Ketika posisi Jepang
terdesak, rakyat Indonesia pun semakin gencar melakukan pemberontakan untuk menuntut
kemerdekaan. Dalam kondisi tersebut, Jepang pun memutuskan membentuk BPUPKI sebagai
wujud memenuhi janji untuk memberikan kemerdekaan kepada rakyat Indonesia. Namun,
Jepang sebenarnya memiliki motif lain dalam pembentukan BPUPKI, yaitu menarik simpati
rakyat Indonesia dan mempertahankan sisa-sisa kekuatan mereka. Dengan membentuk
BPUPKI, Jepang berupaya membuat pribumi percaya bahwa mereka adalah pembebas
Indonesia dari penjajahan pemerintah kolonial Belanda dan Sekutu. Bukan hanya itu, Jepang
juga masih berharap Indonesia bersedia membantu mereka dalam Perang Asia Pasifik
melawan Sekutu. Tujuan BPUPKI Pembentukan BPUPKI oleh Jepang memiliki tujuan berikut
ini: Menarik simpati rakyat Indonesia untuk membantu Jepang dalam melawan sekutu. Kala itu,
Jepang menjanjikan kemerdekaan dan melaksanakan politik kolonial pada 1 Maret 1945.
Mempelajari dan menyelidiki sesuatu yang berhubungan dengan pembentukan negara
Indonesia merdeka atau mengenai tata pemerintahan Indonesia merdeka. Anggota BPUPKI
BPUPKI beranggotakan 67 orang yang terdiri dari 60 orang Indonesia dan tujuh orang Jepang
sebagai pengawas. Adapun BPUPKI terdiri dari dua badan, yakni Badan Perundingan atau
Badan Persidangan dan Kantor Tata Usaha atau Sekretariat. Badan perundingan diisi oleh
seorang kaico (ketua), dua orang fuku kaico (ketua muda atau wakil ketua), dan 60 orang iin
atau anggota. Ketua BPUPKI adalah Radjiman Wedyodiningrat, sedangkan jabatan wakil ketua
dipegang oleh Hibangase Yosio (Jepang) dan Soeroso. Adapun dalam perjalanannya, BPUPKI
membentuk panitia sembilan dengan diketuai Sukarno. Anggota panitia sembilan ini diambil dari
panitia kecil yang dibentuk dalam sidang pertama BPUPKI. Anggota panitia sembilan terdiri
dari: Ir. Sukarno (ketua) Drs. Mohammad Hatta (wakil ketua) Mr. Alexander Andries Maramis
(anggota) Abikoesno Tjokrosoejoso (anggota) Abdoel Kahar Moezakir (anggota) H. Agus Salim
(anggota) Mr. Achmad Soebardjo (anggota) Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim (anggota) Mr.
Mohammad Yamin (anggota) Baca juga: Sjafruddin Prawiranegara dan Assaat, Presiden
Indonesia yang Kerap Terlupa Tugas BPUPKI Tugas utama BPUPKI adalah mempelajari dan
menyelidiki hal penting yang berhubungan dengan berbagai hal menyangkut pembentukan
negara Indonesia. Selain itu, BPUPKI juga memiliki beberapa tugas lain, meliputi: Membahas
Dasar Negara Indonesia. Sesudah sidang pertama, BPUPKI membentuk reses selama satu
bulan. Membentuk Panitia Kecil (panitia delapan) yang bertugas menampung saran-saran dan
konsepsi dari para anggota. Membantu panita sembilan bersama panita kecil. Panita sembilan
menghasilkan Jakarta Charter atau Piagam Jakarta. Sidang BPUPKI Selama perjalanannya,
BPUPKI melakukan sidang sebanyak dua kali, yakni pada 29 Mei 1945-1 Juni 1945 dan 10-17
Juli 1945. Sidang pertama BPUPKI berlangsung di Gedung Chuo Sangi In, Jalan Pejambon 6,
Jakarta. Gedung Chuo Sangi In sekarang menjadi Gedung Pancasila. Dalam sidang pertama
BPUPKI yang dimulai pada 29 Mei 1945 dan berakhir pada 1 Juni 1945, dibahas perumusan
Dasar Negara Indonesia. Terdapat 39 tokoh yang berpidato tentang dasar negara di sepanjang
sidang pertama BPUPKI. Akan tetapi, dalam buku Naskah Persiapan UUD hasil suntingan Moh
Yamin, hanya disebutkan pidato dari tiga tokoh, yakni Bung Karno, Yamin, dan Soepomo.
Dalam buku-buku sejarah yang ada selama ini, sering kali disebutkan lima asas dasar negara
dalam Pancasila merupakan usulan dari Moh Yamin, Soepomo, dan Soekarno. Namun,
penulisan sejarah tentang perumusan Pancasila tersebut tidaklah benar. Pancasila adalah hasil
usulan Soekarno. Adapun Moh Yamin dan Soepomo diketahui tidak pernah mengusulkan asas
dasar negara yang termuat dalam Pancasila. Dalam sidang BPUPKI pada 29 Mei 1945, Moh
Yamin hanya mengusulkan tiga dasar, yaitu permusyawaratan, perwakilan dan kebijaksanaan.
Tiga nilai yang diusulkan Moh Yamin kemudian dimasukkan ke dalam sub-bab sila
perikerakyatan yang tertulis di Naskah Persiapan UUD. Dalam penulisan sejarah masa Orde
Baru, Moh Yamin disebut turut mengusulkan lima dasar negara, yakni: Peri kebangsaan Peri
kemanusiaan Peri ketuhanan Peri kerakyatan Kesejahteraan rakyat Akan tetapi, lima dasar
negara yang dituliskan Moh Yamin itu bukanlah isi pidato yang dia sampaikan dalam sidang
BPUPKI pada 29 Mei 1945. Kelima dasar negara itu merupakan teks draf pembukaan UUD
yang ditulis Yamin atas perintah Soekarno untuk keperluan rapat Panitia Sembilan pada 22 Juni
1945. Demikian pula dengan Soepomo yang ternyata tidak mengusulkan dasar negara dalam
pidatonya di Sidang BPUPKI pada 31 Mei 1945. Dalam buku-buku pelajaran sejarah ditulis
bahwa Soepomo mengusulkan lima dasar negara, yakni: Persatuan Kekeluargaan
Keseimbangan lahir dan batin Musyawarah Keadilan rakyat Padahal dalam Risalah Sidang
BPUPKI-PPKI yang ditulis pada 1995, Soepomo dalam pidatonya, hanya mengajukan teori
negara integralistik sebagai jalan tengah antara teori negara individual (liberal) dan komunistik.
Ia tidak pernah mengusulkan lima dasar negara. Adapun lima dasar negara itu diambil secara
acak dari pidato Soepomo semasa Orde Baru. Oleh karena itu, sudah jelas bahwa Pancasila
merupakan buah pemikiran Soekarno seorang diri. Soekarno mengungkapkan usulan lima asas
dasar negara yang kemudian disebut sebagai Pancasila dalam pidatonya di sidang BPUPKI
pada 1 Juni 1945. Itulah mengapa tanggal 1 Juni 1945 ditetapkan sebagai hari lahir Pancasila.
Berikut ini lima asas Pancasila sebagai dasar negara usulan Soekarno: Kebangsaan Indonesia
Internasionalisme atau Perikemanusiaan Mufakat atau Demokrasi Kesejahteraan Sosial
Ketuhanan yang Maha Esa Menurut Sukarno, kelima asas yang diusulkannya itu dapat diperas
menjadi Trisila atau Tiga Sila, yaitu: Sosionasionalisme Sosiodemokrasi Ketuhanan dan
Kebudayaan Setelah itu, pada 10-17 Juli 1945, BPUPKI kemudian menggelar sidang kedua di
Gedung Chuo Sangi In. Sidang kedua BPUPKI menghasilkan rancangan Undang-Undang
Dasar (UUD) Negara yang disetujui pada 16 Juli 1945. Adapun isi rancangan UUD 1945
adalah: Pernyataan Indonesia merdeka Pembukaan yang memuat Pancasila Batang tubuh
UUD yang tersusun atas pasal-pasal Tersusunnya rancangan UUD pun mengakhiri tugas
BPUPKI. BPUPKI kemudian dibubarkan pada 17 Agustus 1945 seiring dengan selesainya
sidang kedua. Setelah itu, BPUPKI melapor kepada Jepang dan dibentuk Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Arti Lambang Garuda Pancasila

Lambang Garuda Pancasila merupakan lambang negara yang terdiri atas kumpulan lambang-
lambang yang memiliki arti dan makna tersurat maupun tersirat. Berikut ulasannya:

1. Burung Garuda

Lambang Pancasila adalah Garuda Pancasila yang berwujud Burung Garuda. Burung Garuda
merupakan raja dari segala burung yang juga dikenal sebagai Burung Sakti Elang Rajawali.

Burung Garuda melambang kekuatan dan gerak yang dinamis yang terlihat dari sayapnya yang
mengembang, siap terbang ke angkasa.

Dengan sayapnya yang mengembang siap terbang ke angkasa, melambangkan dinamika dan
semangat untuk menjunjung tinggi nama baik bangsa dan negara Indonesia.
2. Cengkraman Kaki Burung Garuda

Kedua kaki Burung Garuda yang kokoh mencengkeram pita putih yang bertuliskan seloka yang
berbunyi: Bhinneka Tunggal Ika. Seloka ini diambil dari buku buku Sutasoma, karangan Empu
Tantular.

Bhinneka Tunggal Ika, berarti "berbeda-beda tetapi satu jua". Slogan ini menjadi kekuatan
bangsa Indonesia yang memiliki perbedaan suku, agama, budaya, dan sebagainya.

3. Warna Emas

Warna pokok dari Burung Garuda, adalah kuning emas. Warna kuning emas melambangkan
keagungan. Bangsa Indonesia senantiasa menjunjung tinggi martabat bangsa yang bersifat
agung dan luhur.

4. Jumlah Bulu

Jumlah bulu yang berada pada Garuda Pancasila terkait dengan kelahiran Negara Kesatuan
Republik Indonesia, di antaranya:

- Bulu pada sayap kanan dan kiri, masing-masing berjumlah 17 helai (menunjukkan tanggal 17)

- Bulu ekor berjumlah delapan helai (menunjukkan bulan 8 atau Agustus).

- Di bawah kalung perisai yang menghubungkan dengan ekor terdapat bulu berjumlah 19 dan
bulu pada leher berjumlah 45 (menunjukkan angka tahun 1945)

Angka-angka yang menunjuk tanggal 17 Agustus 1945 ini bermakna historis untuk membangun
proses penyadaran bagi setiap warga negara Indonesia agar menghargai waktu dan selalu
mengingat sejarahnya.

5. Perisai

Perisai merupakan lambang perjuangan dan perlindungan, karena perisai sering dibawa ke
medan perang oleh para prajurit untuk melindungi diri dari serangan musuh.

Garis melintang yang membagi perisai menjadi ruang atas dan bawah melambangkan garis
Khatulistiwa yang memang membelah Kepulauan Indonesia.

Perisai yang merupakan lambang perjuangan dan perlindungan ini terbagi atas lima bagian,
yang masing-masing melambangkan sila-sila dalam Pancasila.
Arti lambang Pancasila

Arti Lambang Sila Ke-1

Bunyi sila pertama: Ketuhanan yang Maha Esa.

Bintang menjadi simbol sila pertama yang menggambarkan sebuah cahaya, seperti cahaya
kerohanian yang berasal dari Tuhan kepada setiap manusia.

Di bagian bintang, terdapat latar berwarna hitam. Latar tersebut melambangkan warna alam
yang asli yang memiliki Tuhan, bukanlah sekadar rekaan manusia, tetapi sumber dari segalanya
dan telah ada sebelum segala sesuatu di dunia ini ada.

Arti Lambang Sila Ke-2

Bunyi sila kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

Rantai pada simbol sila kedua terdiri atas mata rantai yang berbentuk segi empat dan lingkaran
yang saling berkaitan membentuk lingkaran.

Keterkaitan itu memiliki makna bahwa bangsa Indonesia saling terkait erat, saling bahu-
membahu, dan saling membutuhkan.

Arti Lambang Sila Ke-3

Bunyi sila ketiga: Persatuan Indonesia.

Pohon Beringin merupakan pohon besar yang bisa digunakan oleh banyak orang sebagai
tempat berteduh di bawahnya.

Hal tersebut dikorelasikan sebagai Negara Indonesia, di mana semua rakyat Indonesia dapat
'berteduh' di bawah naungan Negara Indonesia.

Tak hanya itu saja, pohon beringin memiliki sulur dan akar yang menjalar ke segala arah. Hal ini
dikorelasikan dengan keragaman suku bangsa yang menyatu di bawah nama Indonesia.
Arti Lambang Sila Ke-4

Bunyi sila keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan.

Kepala Banteng memiliki filosofi sebagai hewan sosial yang suka berkumpul, seperti halnya
musyawarah, di mana orang-orang berdiskusi untuk melahirkan suatu keputusan.

Arti Lambang Sila Ke-5

Bunyi sila kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Lambang padi dan kapas merupakan simbol pangan dan sandang yang menyiratkan makna
bahwa syarat utama negara yang adil ialah yang bisa mencapai kemakmuran untuk rakyatnya
secara merata.

Itulah arti lambang Pancasila beserta makna dan bunyinya. Yuk detikers lestarikan sikap dan
budaya Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

* Kepala Burung Garuda yang menoleh ke kanan mungkin karena pemikiran orang zaman dahlu
yang ingin Indonesia menjadi negara yang benar dan bermaksud agar Indonesia tidak
menempuh jalan yang salah. Dan anggapan bahwa arah ke kanan adalah arah yang baik lah
yang membuat kepala Garuda dibuat menghadap ke kanan.

3. Warna Emas

Warna pokok dari Burung Garuda, adalah kuning emas. Warna kuning emas memiliki makna
keagungan. Bangsa Indonesia senantiasa menjunjung tinggi martabat bangsa yang bersifat
agung dan luhur

Sayap yang mengembang dalam posisi siap terbang melambangkan dinamika dan semangat
untuk menjunjung tinggi nama baik bangsa dan negara Indonesia.

Berdasarkan catatan Museum Nasional Indonesia, lambang negara Indonesia banyak


terinspirasi dari arca Garuda Wisnu yang ditemukan di Trawas, Jawa Timur. Garuda merupakan
kendaraan atau wahana Dewa Wisnu dalam agama Hindu. Garuda digambarkan bertubuh
emas, berwajah putih, dan bersayap merah

Siapa yang Merumuskan Garuda Pancasila? Sejarah mencatat bahwa Sultan Hamid II atau yang
memiliki nama asli Syarif Abdul Hamid Alkadrie adalah orang yang merancang lambang negara
Indonesia. Putra sulung Sultan Pontianak ke-6 ini ditunjuk sebagai Menteri Negara Zonder
Portofolio pada tahun 1949.
Siapa yang Merumuskan Garuda Pancasila? Sejarah mencatat bahwa Sultan Hamid II atau yang
memiliki nama asli Syarif Abdul Hamid Alkadrie adalah orang yang merancang lambang negara
Indonesia. Putra sulung Sultan Pontianak ke-6 ini ditunjuk sebagai Menteri Negara Zonder
Portofolio pada tahun 1949.

Pemilihan tanggal 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila merujuk pada momen sidang Dokuritsu
Junbi Cosakai (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan/BPUPKI) dalam upaya
merumuskan dasar negara Republik Indonesia. Badan ini menggelar sidang pertamanya pada
tanggal 29 Mei 1945.

Hari Kesaktian Pancasila adalah salah satu hari penting dalam sejarah Indonesia yang
diperingati setiap tanggal 1 Oktober.
NKRI

Berdirinya NKRI diawali dengan peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus
1945 oleh para pendiri bangsa. Negara Indonesia menjadikan wilayahnya yang terdiri dari
bermacam adat, suku, keyakinaan dan budaya itu sebagai tujuan dasar menjadi bangsa yang
merdeka, bersatu, berdaulatan, adil, dan makmur.

Proklamasi kemerdekaan Indonesia,12 Agustus 1495gmerupakan awal berdirinya NKRI.Negara


Indonesia di proklamasikan olh para pendiri bangsa sebagai negara kesatuan.

Organisasi Pergerakan Nasional – Berbicara tentang sejarah Indonesia memang tidak ada
habisnya. Sejarah Indonesia memiliki kisah dan perjalanan panjangnya sendiri. Untuk menjadi
bangsa yang besar seperti sekarang, bangsa ini dibangun oleh orang-orang Indonesia hebat yang
berjuang demi kemerdekaan Indonesia. Bahkan setelah merdeka, masyarakat Indonesia masih
bersusah payah membangun negeri dengan kekuatan mereka sendiri.
Dalam praktiknya, Masyarakat Indonesia bersatu dalam kelompok-kelompok kecil bahkan
semakin kuat untuk melakukan pergerakan dalam organisasi. Kemunculan organisasi-organisasi
yang membawa pergerakan nasionalisme Indonesia ternyata datang dari berbagai golongan.
Mulai dari golongan pelajar, kaum nasionalis, aliran sekuler, gerakan profesi, sampai gerakan
wanita.

Pergerakan organisasi-organisasi inilah yang kemudian menjadi sejarah penting bagi bangsa
Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia bersatu dalam sesuai dengan
kemampuan mereka masing-masih untuk melawan penjajah demi kemerdekaan bangsa. Banyak
kisah dan konsep pemikiran mereka yang menarik untuk dipelajari. Kita bisa banyak belajar dari
sejarah organisasi pergerakan nasional yang melibatkan banyak tokoh hebat dan inspiratif.
Berikut ini Grameds bisa simak sejarah bagaimana organisasi-organisasi ini berjuang dan
mempelajari konsep tujuan organisasi pergerakan tersebut dibuat.
Organisasi pergerakan nasional adalah sebuah gerakan yang dilakukan oleh masyarakat
Indonesia yang memiliki tujuan organisasi untuk memperbaiki nasib atau keadaan rakyat
Indonesia yang sama-sama ingin memperoleh kemerdekaan nasional.

Latar belakang terbentuknya pergerakan nasional ini adalah karena adanya kesadaran
penderitaan dan kesengsaraan bersama yang selama ini menimpa banyak masyarakat Indonesia
selama penjajahan.

Itulah sebabnya organisasi pergerakan ini diharapkan mampu mengakhiri penderitaan


masyarakat Indonesia, mendapat keadaan yang lebih baik, dan membuat perubahan yang lebih
baik lagi. Ada beberapa faktor penting yang membuat banyak organisasi pergerakan nasional
muncul. Faktor tersebut adalah faktor dalam negeri dan luar negeri. Berikut ini rincian faktor
munculnya organisasi pergerakan nasional yang perlu Grameds ketahui:

1. Faktor Dalam Negeri



 Akibat dari penderitaan masyarakat Indonesia yang berkepanjangan akibat kolonialisme
dan imperialisme dari penjajah
 Lahirnya golongan terpelajar yang progresif
 Selama ini perjuangan rakyat Indonesia hanya bersifat kedaerahan atau tidak bersatu
dalam kekuatan yang lebih besar, sehingga mudah dibungkam dan dipatahkan oleh
penjajah
2. Faktor Luar Negeri

 Akibat kemenangan Jepang atas Rusia pada tahun 1905
 Adanya kebangkitan nasional negara-negara tetangga seperti, India, Filipina, Cina, dan
Turki atas penjajah mereka
 Mulai masuknya paham-paham baru seperti nasionalisme dan demokrasi dari luar
negara Indonesia

NKRI adalah negara kesatuan dengan bentuk pemerintahan republik, dengan nama negara
Indonesia.

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945, merupakan awal berdirinya Negara


Kesatuan Republik Indonesia. NKRI terdiri dari wilayah kepulauan yang tersebar dengan
beraneka ragam adat, budaya, suku, dan keyakinan.

stilah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI merujuk pada UUD 1945 pasal 1 ayat 1.
Nilai-nilai dalam persatuan dan kesatuan merupakan jiwa lahirnya NKRI. Hal itu karena dalam
persatuan dan kesatuan seseorang akan menyadari tentang keragaman bangsa Indonesia tersebut.
Nilai-nilai persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bangsa Indonesia juga secara jelas dapat
dipahami dari dasar negara Pancasila dan konstitusi negara, UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Pilihan Indonesia menjadi negara kesatuan, didasarkan bukan hanya sekadar kepentingan atau sikap
politik, tetapi juga didasarkan atas komitmen persatuan dan keadilan.
Sebagai warga negara yang cinta terhadap tanah airnya, sudah semestinya mengetahui dan
memahami tujuan NKRI dan maknanya, walau hanya secara sederhana.

Tujuan NKRI

Tujuan negara secara umum adalah menyelenggarakan kesejahteraan dan kebahagiaan rakyatnya.
Tujuan negara merupakan pedoman dalam menyusun dan mengendalikan alat perlengkapan negara
serta mengatur kehidupan rakyatnya.
Tujuan dari tiap-tiap negara dipengaruhi oleh tempat, sejarah pembentukan, dan pengaruh dari
penguasa negara yang bersangkutan. Dengan mengetahui tujuan negara, kita dapat mengetahui sifat
organisasi negara dan legitimasi kekuasaan negara tersebut.
Tujuan negara RI termuat dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alenia
keempat, yang berbunyi.
"Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan
Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."
Sebagaimana yang tertuang dalam UUD 1945 alenia keempat tersebut, dapat diketahui tujuan NKRI
ialah:
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
2. Memajukan kesejahteraan umum.
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.
Tujuan NKRI dan Maknanya yang Perlu Diketahui

merupakan singkatan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. NKRI adalah negara kesatuan
dengan bentuk pemerintahan republik, dengan nama negara Indonesia.

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945, merupakan awal berdirinya Negara Kesatuan
Republik Indonesia. NKRI terdiri dari wilayah kepulauan yang tersebar dengan beraneka ragam adat,
budaya, suku, dan keyakinan.

Istilah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI merujuk pada UUD 1945 pasal 1 ayat 1.

Nilai-nilai dalam persatuan dan kesatuan merupakan jiwa lahirnya NKRI. Hal itu karena dalam
persatuan dan kesatuan seseorang akan menyadari tentang keragaman bangsa Indonesia tersebut.

Nilai-nilai persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bangsa Indonesia juga secara jelas dapat
dipahami dari dasar negara Pancasila dan konstitusi negara, UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945.

Pilihan Indonesia menjadi negara kesatuan, didasarkan bukan hanya sekadar kepentingan atau sikap
politik, tetapi juga didasarkan atas komitmen persatuan dan keadilan.

Sebagai warga negara yang cinta terhadap tanah airnya, sudah semestinya mengetahui dan
memahami tujuan NKRI dan maknanya, walau hanya secara sederhana.
Tujuan NKRI

Tujuan negara secara umum adalah menyelenggarakan kesejahteraan dan kebahagiaan rakyatnya.
Tujuan negara merupakan pedoman dalam menyusun dan mengendalikan alat perlengkapan negara
serta mengatur kehidupan rakyatnya.

Tujuan dari tiap-tiap negara dipengaruhi oleh tempat, sejarah pembentukan, dan pengaruh dari
penguasa negara yang bersangkutan. Dengan mengetahui tujuan negara, kita dapat mengetahui sifat
organisasi negara dan legitimasi kekuasaan negara tersebut.

Tujuan negara RI termuat dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alenia
keempat, yang berbunyi.

"Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan
Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."

Sebagaimana yang tertuang dalam UUD 1945 alenia keempat tersebut, dapat diketahui tujuan NKRI
ialah:

1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.

2. Memajukan kesejahteraan umum.

3. Mencerdaskan kehidupan bangsa.

4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.
Makna NKRI

NKRI sebagai wujud Proklamasi kemerdekaan, memiliki makna yang dalam dengan kondisi
bangsa Indonesia yang majemuk. Berikut ini makna dari NKRI:

1. Keutuhan wilayah, meliputi seluruh pulau dengan segenap tanah, air, dan udara yang terbentang
dari Sabang sampai Merauke.

2. Keutuhan khasanah budaya meliputi adat istiadat, karya cipta, dan hasil pemikiran.

3. Bangsa Indonesia dan suku-suku di seluruh wilayah NKRI.

4. Keutuhan Sumber Daya Alam (SDA), meliputi seluruh kekayaan alam berupa barang.

5. Tambang, flora, dan fauna beserta seluruh plasma nutfahnya.

6. Keutuhan penduduk atau Sumber Daya Manusia (SDM), meliputi keutuhan orangnya, statusnya,
keselamatan bahkan kesejahteraannya.

Anda mungkin juga menyukai