Anda di halaman 1dari 11

1.

Pancasila sebagai ideologi negara


Fungsi Pancasila sebagai Ideologi Negara yang diimplementasikan dalam Pembangunan
Nasional yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur baik secara material maupun
spiritual.Tujuan tersebut dicapai dalam wadah Negara Kesatuan RI yang merdeka, berdaulat,
bersatu dan berkedaulatan rakyat. Selain itu, Pancasila sebagai ideologi juga mencakup sikap
warga negara yang mewujudkan kehidupan bangsa dan dunia yang aman, tentram, tertib dan
damai

2. Pancasila sebagai dasar negara


Pancasila sebagai dasar negara atau sering juga disebut sebagai Dasar Falsafah Negara
mengandung pengertian bahwa Pancasila sebagai dasar mengatur penyelenggaraan
pemerintahan.Hal tersebut ditegaskan dalam Ketetapan MPR No. XVIII/MPR/1998 tentang
pencabutan P4 dan Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara.

3. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia


Pancasila sebagai jiwa bangsa lahir bersamaan dengan adanya bangsa Indonesia yaitu pada
zaman Sriwijaya dan Majapahit. Hal ini diperkuat oleh Prof. Mr. A.G. Pringgodigdo dalam
tulisannya tentang Pancasila.Menurut Prof. Pringgodigdo, tanggal 1 Juni 1945 adalah istilah
untuk hari lahir Pancasila. Sementara Pancasila itu sendiri telah ada dan menjadi jiwa sejak
adanya Bangsa Indonesia.

4. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia


Pada fungsi ini, Pancasila diwujudkan dalam sikap mental, tingkah laku serta perbuatan.
Sikap mental dan tingkah laku yang dimaksud adalah bangsa Indonesia mempunyai ciri khas
yang membedakannya dengan bangsa lain. Ciri khas inilah yang dimaksud dengan
kepribadian.

5. Pancasila Indonesia sebagai pandangan hidup bangsa


Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa mengandung makna bahwa semua aktivitas
kehidupan bangsa Indonesia sehari-hari harus sesuai dengan sila-sila dari Pancasila.Hal
tersebut dikarenakan Pancasila merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai tersebut antara lain nilai ketuhanan-keagamaan, nilai
kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan-demokrasi, dan nilai keadilan sosial.

6. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum


Sumber tertib hukum Republik Indonesia adalah pandangan hidup, kesadaran, cita-cita
hukum serta cita-cita moral yang meliputi suasana kejiwaan serta watak Bangsa Indonesia.
Cita-cita yang dimaksud adalah kemerdekaan individu, kemerdekaan bangsa,
perikemanusiaan, keadilan sosial dan perdamaian Nasional.

7. Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia


Pada saat bangsa Indonesia mendirikan negara atau Proklamasi 17 Agustus 1945, bangsa
Indonesia belum mempunyai undang-undang dasar negara yang tertulis.Kemudian pada 18
Agustus 1945 disahkan pembukaan dan batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945 oleh
PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang terdiri dari wakil-wakil seluruh rakyat
Indonesia dan turut mengesahkan perjanjian luhur selama-lamanya.

8. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia


Cita-cita luhur Negara Indonesia sebagaimana dimuat dalam Pembukaan Undang-undang
Dasar 1945 yang merupakan penuangan jiwa Pancasila. Cita-cita luhur inilah yang akan
menjadi arah untuk mencapai tujuan Bangsa Indonesia.

9. Pancasila sebagai falsafah hidup yang mempersatukan bangsa


Sebagaimana nilai dari sila ke-3, Pancasila merupakan sarana yang ampuh untuk
mempersatukan Bangsa Indonesia.
Tak hanya sila ke-3, Pancasila juga mengandung nilai-nilai dan norma-norma yang oleh
Bangsa Indonesia diyakini paling benar, adil, bijaksana dan tepat untuk mempersatukan
rakyat Indonesia.

Dimensi Pancasila
Fleksibelitas : Mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman
Realitas : Sesuai dengan kenyataan
Idealisme :Nilai yang ada pada Pancasila mengandung kebenaran yang dapat dijadikan
sebagai pandangan hidup dan kepribadian bangsa
Normatif : Sesuai nilai norma

Causa Pancasila :
Kausa materialis
Menurut Arianus Harefa dan Sodialman Daliwu dalam buku Teori Pendidikan Pancasila yang
Terintegrasi Pendidikan Anti Korupsi (2020), kausa materialis atau asal mula bahan, berarti
bangsa Indonesia merupakan asal muasal bahan pembentukan Pancasila.

Kausa formalis Disebut juga asal mula bentuk atau bangun. Artinya bagaimana Pancasila
dirumuskan atau disusun, sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Kausa
formalis menjelaskan bagaimana awal mula Pancasila terbentuk atau terbangun. Dalam hal ini,
Ir. Soekarno dan Moh. Hatta, serta BPUPKI sangatlah berperan besar. Ketiga pihak ini menjadi
tokoh utama dalam perumusan serta pembahasan susunan Pancasila, yang hingga saat ini terus
digunakan bangsa Indonesia. Kausa efisien Mengutip dari buku Pendidikan Pancasila (2010)
karya Pandji Setijo,

kausa efisien disebut juga asal mula karya. Artinya bagaimana Pancasila dijadikan dasar filsafat
negara. Dalam hal ini, PPKI menjadi asal mula karya Pancasila. PPKI sebagai pembentuk
negara serta atas kuasa pembentuk negara, akhirnya mengesahkan Pancasila menjadi dasar
negara yang sah. Pengesahan ini dilakukan setelah adanya pembahasan dalam sidang BPUPKI
dan Panitia Sembilan

Kausa finalis Disebut juga asal mula tujuan. Pancasila dirumuskan serta dibahas dalam sidang
pendiri negara. Tujuannya untuk menjadikan Pancasila sebagai dasar negara. Maka kausa
finalis dari terbentuknya Pancasila adalah sebagai dasar negara.
Butir-butir Pancasila :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


(1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya danketaqwaannya terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
(2) Manusia Indonesia percaya dantaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannyamasing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
(3)Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk
agamadengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
(4)Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
(5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esaadalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang MahaEsa.
(6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing.
(7) Tidak memaksakansuatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada
orang lain.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
(1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai denganharkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
(2) Mengakuipersamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa
membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukansosial,
warna kulit dan sebagainya.
(3) Mengembangkan sikap saling mencintaisesama manusia.
(4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
(5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
(6) Menjunjungtinggi nilai-nilai kemanusiaan.
(7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
(8)Berani membela kebenaran dan keadilan.
(9) Bangsa Indonesia merasa dirinyasebagai bagian dari seluruh umat manusia.
(10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
3. Persatuan Indonesia
(1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, sertakepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara sebagai kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan golongan.
(2) Sanggup dan rela berkorban untukkepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
(3) Mengembangkan rasa cintakepada tanah air dan bangsa.
(4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaandan bertanah air Indonesia.
(5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkankemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
(6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
(7) Memajukan pergaulan demipersatuan dan kesatuan bangsa.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
(1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiapmanusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
(2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
(3)Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
(4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
(5)Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
(6) Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
(7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
(8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
(1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
(2)Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
(3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
(4) Menghormati hak orang lain.
(5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
(6) Tidak menggunakan hak milikuntuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang
lain.
(7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup
mewah.
(8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikankepentingan
umum.
(9) Suka bekerja keras.
(10) Suka menghargai hasil karyaorang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
(11) Sukamelakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.

Sejarah Pancasila :
Berdasarkan Keppres Nomor 24 Tahun 2016, tanggal 1 Juni merupakan salah satu hari
penting dalam kalender bangsa Indonesia. Pasalnya, di tanggal tersebut diperingati sebagai
Hari Lahir Pancasila. Pemilihan tanggal 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila merujuk pada
momen sidang Dokuritsu Junbi Cosakai (Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan/BPUPKI) dalam upaya merumuskan dasar negara Republik Indonesia. Badan
ini menggelar sidang pertamanya pada tanggal 29 Mei 1945. Dalam sidang tersebut, anggota
BPUPKI membahas mengenai dasar-dasar Indonesia merdeka.Dalam
sidang kedua BPUPKI, Soekarno dalam pidatonya yang bertajuk “Lahirnya
Pancasila” berkesempatan menyampaikan gagasannya mengenai konsep awal Pancasila yang
menjadi dasar negara Indonesia tepatnya pada 1 Juni 1945. Pidato ini pada awalnya
disampaikan oleh Soekarno secara aklamasi tanpa judul dan baru mendapat sebutan
"Lahirnya Pancasila" oleh mantan Ketua BPUPKI Dr. Radjiman Wedyodiningrat dalam kata
pengantar buku yang berisi pidato yang kemudian dibukukan oleh BPUPKI.Dalam
pidatonya Soekarno menyampaikan ide serta gagasannya terkait dasar negara
Indonesia merdeka, yang dinamai “Pancasila”. Panca artinya lima, sedangkan sila artinya
prinsip atau asas. Pada saat itu Bung Karno menyebutkan lima dasar untuk negara Indonesia,
yakni Sila pertama “Kebangsaan”, sila kedua “Internasionalisme atau Perikemanusiaan”, sila
ketiga “Demokrasi”, sila keempat “Keadilan sosial”, dan sila kelima “Ketuhanan yang Maha
Esa”.Untuk menyempurnakan rumusan Pancasila dan membuat Undang-Undang Dasar yang
berlandaskan kelima asas tersebut, maka Dokuritsu Junbi Cosakai membentuk sebuah panitia
yang disebut sebagai panitia Sembilan. Berisi Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Abikoesno
Tjokroseojoso, Agus Salim, Wahid Hasjim, Mohammad Yamin, Abdul Kahar Muzakir, Mr.
AA Maramis, dan Achmad Soebardjo.

UUD
1. Amandemen UUD 1945 yang pertama
Amandemen UUD 1945 yang pertama dilaksanakan pada Sidang Umum MPR 1999
tanggal 14-21 Oktober 1999.
Hasil Amandemen UUD 1945 yang pertama meliputi 9 pasal dan 16 ayat sebagai
berikut:

- Pasal 5 Ayat 1: Hak presiden untuk mengajukan RUU kepada DPR


- Pasal 7: Pembatasan masa jabatan presiden dan wakil presiden
- Pasal 9 Ayat 1 dan 2: Sumpah presiden dan wakil presiden
- Pasal 13 Ayat 2 dan 3: Pengangkatan dan penempatan duta
- Pasal 14 Ayat 1: Pemberian grasi dan rehabilitasi
- Pasal 14 Ayat 2: Pemberian amnesti dan abolisi
- Pasal 15: Pemberian gelar, tanda jasa, dan kehormatan lain
- Pasal 17 Ayat 2 dan 3: Pengangkatan menteri
- Pasal 20 Ayat 1-4: Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
- Pasal 21: Hak DPR untuk mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU)

2. Amandemen UUD 1945 yang kedua


Amandemen UUD 1945 yang kedua dilaksanakan pada Sidang Tahunan MPR 2000
tanggal 7-18 Agustus 2000. Perubahan kedua UUD 1945 ditetapkan pada 18
Agustus 2000.

Hasil Amandemen UUD 1945 yang kedua meliputi 27 Pasal dalam 7 Bab sebagai
berikut:
- Bab VI mengenai Pemerintah Daerah
- Bab VII mengenai Dewan Perwakilan Daerah
- Bab IXA mengenai Wilayah Negara
- Bab X mengenai Warga Negara dan Penduduk
- Bab XA mengenai Hak Asasi Manusia
- Bab XII mengenai Pertahanan dan Keamanan
- Bab XV mengenai Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan

3. Amandemen UUD 1945 yang ketiga


Amandemen UUD 1945 yang ketiga dilaksanakan pada Sidang Tahunan MPR 2001
tanggal 1-9 November 2001. Perubahan ketiga terhadap UUD 1945 ditetapkan
tanggal 9 November 2001.
Hasil Amandemen UUD 1945 yang kedua meliputi 23 Pasal dalam 7 Bab sebagai
berikut:
- Bab I mengenai Bentuk dan Kedaulatan
- Bab II mengenai MPR
- Bab III mengenai Kekuasaan Pemerintahan Negara
- Bab V mengenai Kementerian Negara
- Bab VIIA mengenai DPR
- Bab VIIB mengenai Pemilihan Umum
- Bab VIIIA mengenai BPK

4. Amandemen UUD 1945 yang keempat


Amandemen UUD 1945 yang keempat dilaksanakan pada Sidang Tahunan MPR
2001 tanggal 1-11 Agustus 2002.
Hasil Amandemen UUD 1945 yang kedua meliputi 19 Pasal yang terdiri atas 31 butir
ketentuan serta 1 butir yang dihapuskan. Hasil Amandemen UUD 1945 yang
keempat menetapkan:
- UUD 1945 sebagaimana telah diubah dengan perubahan pertama, kedua, ketiga,
dan keempat adalah UUD 1945 yang pada tanggal 18 Agustus 1945 dan
diberlakukan kembali dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
- Perubahan tersebut diputuskan dalam rapat paripurna MPR RI ke-9 tanggal 18
Agustus 2000 Sidang Tahunan MPR RI dan mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
- Bab IV tentang "Dewan Pertimbangan Agung" dihapuskan dan pengubahan
substansi pasal 16 serta penempatannya ke dalam Bab III tentang "Kekuasaan
Pemerintahan Negara"
Bela Negara

Sejarah Lahirnya Bela Negara

Sejarah lahirnya Bela Negara memiliki kaitan dengan sejarah lahirnya Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Konsep Bela Negara muncul sebagai salah satu bentuk tanggung jawab
warga negara dalam membela negara dan bangsa. Dalam hal ini, Bela Negara diartikan
sebagai sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh rasa cinta dan kesadaran akan
kewajiban membela negara dan bangsa. Lahirnya konsep Bela Negara berkaitan dengan
proses perjuangan bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan dari penjajahan Belanda.
Dalam perjuangan ini, kesatuan dan kerjasama antar warga negara menjadi sangat penting.
Oleh karena itu, konsep Bela Negara muncul sebagai salah satu bentuk tanggung jawab
warga negara untuk turut serta dalam membela negara dan bangsa.

Pasal Bela Negara : Pasal 27 ayat 3

Makna Bela Negara bagi Keamanan Negara


Makna bela negara bagi keamanan negara sangat penting dan strategis. Bela negara bukan
hanya mencakup proses pembelaan fisik terhadap ancaman keamanan negara dari pihak
asing, tetapi juga mencakup sikap dan perilaku warga negara yang bertanggung jawab dalam
memelihara dan mempertahankan keamanan negara.Bela negara memerlukan partisipasi aktif
dan kesadaran seluruh warga negara untuk berbakti pada negara dan bersedia berkorban
untuk membela negara. Ini meliputi aspek-aspek seperti peningkatan kualitas pendidikan,
pengembangan ekonomi, peningkatan kualitas lingkungan, dan lain sebagainya. Semua hal
ini sangat berpengaruh pada stabilitas dan keamanan negara.Selain itu, bela negara juga
mencakup tanggung jawab warga negara dalam memelihara kerukunan dan persatuan bangsa.
Ini memastikan bahwa tidak ada kelompok atau individu yang melakukan aksi yang
merugikan stabilitas dan keamanan negara.

Dasar Hukum Bela Negara


Ada beberapa dasar hukum dan peraturan yang berhubungan dengan Wajib Bela Negara, di
antaranya adalah:
 Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan Nusantara dan Keamanan
Nasional
 Undang-Undang No.29 Tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan Rakyat
 Undang-Undang No.20 Tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam Negara RI
 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988, Tap MPR No.VI Tahun 2000 tentang
Pemisahan TNI dengan POLRI
 Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI
 Amandemen UUD ’45 Pasal 30 ayat 1-5 dan pasal 27 ayat 3
 Undang-Untang No.3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
 Undang-Undang No.56 Tahun 1999 tentang Rakyat Terlatih.
Fungsi Bela Negara

Fungsi Bela Negara sangat penting dalam mempertahankan negara dan melindungi
warganya. Berikut adalah beberapa fungsi Bela Negara yang penting bagi keamanan negara:

Mencegah Ancaman Luar

Bela Negara memainkan peran penting dalam mencegah ancaman dari pihak luar. Ini bisa
berupa ancaman militer atau ancaman lainnya yang dapat membahayakan keamanan negara.

Menjaga Stabilitas Dalam Negeri

Bela Negara juga membantu menjaga stabilitas dalam negeri dengan menjaga keamanan dan
ketertiban masyarakat. Ini bisa dilakukan dengan mempertahankan integritas negara dan
menghindari aksi-aksi yang dapat memunculkan kekacauan dalam negeri.

Meningkatkan Kesadaran Nasionalisme


Bela Negara juga membantu meningkatkan kesadaran nasionalisme di kalangan masyarakat.
Ini bisa dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan bela negara, yang membantu mempererat
rasa kebersamaan dan rasa nasionalisme di kalangan masyarakat.

Meningkatkan Solidaritas dan Kerjasama


Bela Negara membantu meningkatkan solidaritas dan kerjasama di kalangan masyarakat. Ini
bisa dilakukan melalui pelatihan bela negara dan program-program lain yang
mempromosikan kerjasama dan solidaritas antar warga negara.

Memelihara Keamanan dan Stabilitas Wilayah


Bela Negara membantu memelihara keamanan dan stabilitas wilayah dengan memastikan
bahwa setiap warga negara memahami tugas dan tanggung jawab mereka dalam membela
negara.

Tujuan Bela Negara

Tujuan bela negara adalah untuk memastikan keamanan dan kedaulatan negara dan menjaga
stabilitas dan keselamatan negara dan rakyat, tujuan ini mencakup upaya mempertahankan
integritas wilayah negara, melindungi kepentingan nasional, dan menjaga kedaulatan dan
keamanan negara.

Pertahanan Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sishankamrata dengan Tentara
Nasional Indonesia atau TNI dan Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Polri sebagai kekuatan
utama. Sementara, rakyat sebagai kekuatan pendukung. Hal tersebut sesuai dengan pasal 30 Undang-
undang Dasar atau UUD 1945. Komponen pertahanan bertugas melancarkan strategi pertahanan negara
dengan menggunakan segenap kekuatan militer dan non militer secara menyeluruh dan terpadu. Strategi
yang dilancarkan oleh komponen pertahanan meliputi strategi penangkalan yang bersifat kerakyatan,
kewilayahan, dan kesemestaan. Sishankamrata juga melibatkan segenap departemen dan lembaga
nondepartemen secara komprehensif untuk ikut serta menjamin keamanan negara. Komponen pertahanan
bertanggung jawab untuk menganalisis misi, mengembangkan tindakan atau course of action atau COA,
dan melaksanakan COA. Keamanan Jika komponen pertahanan lebih memiliki orientasi dalam melindungi
kedaulatan Indonesia dari serangan militer, maka komponen keamanan lebih berorientasi kepada situasi
keamanan domestik. Komponen keamanan meliputi keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan
hukum, serta pelayanan dari aparat penegak hukum kepada masyarakat. Komponen keamanan menjadi
penyokong dari smart security yaitu sistem pengamanan kota modern yang berdasarkan pada kemajuan
teknologi, keterlibatan komunitas, dan keterlibatan mitra keamanan dalam negeri.

Macam-Macam Sistem Pemerintahan Indonesia


Menurut catatan sejarah politik, sistem pemerintahan yang pernah dianut Indonesia, yakni
parlementer, parlementer semu, dan presidensial.

1. Sistem Pemerintahan Parlementer


Parlementer adalah sistem pemerintahan yang kekuasaan eksekutif bertanggung jawab
langsung ke badan legislatif.

Ciri-ciri sistem pemerintahan parlementer, yaitu:

Raja atau ratu sebagai kepala negara dan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan.
Kabinet bertanggung jawab kepada parlemen.
Setiap anggota kabinet merupakan anggota parlemen terpilih.
Kabinet memiliki hak konstitusional untuk membubarkan parlemen dengan alasan tertentu,
sebelum periode kerjanya berakhir.
Waktu pemilihan umum ditentukan kepala negara berdasarkan masukan perdana menteri.
2. Sistem Pemerintahan Parlementer Semu
Parlementer semu atau quasi parlementer adalah sistem parlemen yang mempunyai peran
penting dalam menentukan kekuasaan pemerintah, meski kedudukannya terbatas.

Sistem pemerintahan quasi parlementer pernah diterapkan di Indonesia pada masa konstitusi
Republik Indonesia Serikat (RIS).

Ciri-ciri sistem pemerintahan parlementer semu, yaitu:

Kekuasaan perdana menteri masih ada campur tangan presiden.


Kabinet dibentuk oleh presiden dan bukan parlemen.
Pengangkatan perdana menteri dilakukan oleh presiden.
Parlemen tidak memiliki hubungan kerja khusus dengan dengan pemerintah, sehingga pengaruh
DPR terhadap pemerintah terbatas.
Presiden RIS merangkap tugas sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.
3. Sistem Pemerintahan Presidensial
Macam-macam sistem pemerintahan Indonesia berikutnya ada presidensial yang saat ini sedang
diterapkan.

Presidensial adalah sistem pemerintahan dengan presiden yang memiliki tugas rangkap sebagai
kepala negara sekaligus kepala pemerintahan.

Ciri-ciri sistem pemerintahan presidensial, yaitu:

Pemerintah dan negara dipimpin langsung oleh presiden.


Presiden mempunyai kuasa untuk menentukan menteri-menteri sebagai bawahannya.
Tugas menteri bertanggung jawab langsung kepada presiden.
Presiden tidak dapat membubarkan parlemen.
Presiden bertanggung jawab pada konstitusi.
Presiden dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum atau pemilu. Sementara masa
jabatan presiden ditentukan oleh parlemen.
Baca juga artikel terkait lainnya:

Sejarah Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Indonesia


Contoh Pengamalan Sila 1-5 Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari
Hak dan Kewajiban: Pengertian, Perbedaan, beserta Contohnya

Sistem Pemerintahan Indonesia dari Masa ke Masa


Dikutip dari buku Pendidikan Kewarganegaraan: Kecakapan Berbangsa dan Bernegara untuk
Kelas VIII SMP/MTs (2007), berikut sistem pemerintahan Indonesia dari masa ke masa, mulai
1945 hingga saat ini.

1. Pascakemerdekaan (1945-1949)
Bentuk Pemerintahan: Republik
Sistem Pemerintahan: Presidensial
Konstitusi: UUD 1945
Setelah mendeklarasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Indonesia resmi menganut
sistem pemerintahan presidensial karena saat itu kondisi negara masih belum stabil.

Kemudian nama Soekarno ditunjuk sebagai presiden pertama Indonesia, dengan wakil
presidennya Mohammad Hatta.

Di masa pemerintahan itu, UUD 1945 juga ikut disepakati bersama sebagai konstitusi Indonesia
melalui hasil sidang PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada 18 Agustus 1945.

2. Republik Indonesia Serikat (1949-1950)


Bentuk Pemerintahan: Republik
Sistem Pemerintahan: Parlementer Semu
Konstitusi: Konstitusi RIS
Di era 1949 tepatnya setelah Konferensi Meja Bundar (KMB), Indonesia berganti sistem
pemerintahan menjadi quasi parlementer atau parlementer semu.

Selain itu, hasil KMB tersebut memutuskan bahwa bentuk negara Indonesia menjadi serikat,
dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS).

Sistem pemerintahan yang dianut RIS bukan parlementer murni, sehingga pada penerapan
praktiknya tidak berjalan baik dan konstitusi RIS hanya berlangsung sebentar.

3. Pasca RIS (1950-1959)


Bentuk Pemerintahan: Republik
Sistem Pemerintahan: Parlementer
Konstitusi: UUDS 1950
Setelah masa pemerintahan RIS berakhir, bentuk negara Indonesia kembali menjadi kesatuan
dan republik.
Konstitusi saat itu merujuk pada UUDS 1950 atau Undang Undang Dasar Sementara.
Penerapannya tidak lama, hanya sampai Dekrit Presiden rilis pada 5 Juli 1959.

Keputusan Dekrit Presiden menetapkan konstitusi kembali ke UUD 1945, dan mulai membentuk
MPRS dan DPAS.

4. Pemerintahan Orde Lama (1959-1966)


Bentuk Pemerintahan: Republik
Sistem Pemerintahan: Presidensial
Konstitusi: UUD 1945
Memasuki era Orde Lama, sistem pemerintahan Indonesia kembali berganti dari parlementer
menjadi presidensial.

Sesuai Dekrit Presiden 1959, maka diberlakukan lagi UUD 1945. Sebab konstitusi tersebut
dinilai mampu menjaga kesatuan dan persatuan bangsa.

Menurut Presiden Soekarno, demokrasi liberal tidak mendorong perbaikan bangsa menuju
bangsa Indonesia yang adil dan makmur.

5. Pemerintahan Orde Baru (1966-1998)


Bentuk Pemerintahan: Republik
Sistem Pemerintahan: Presidensial
Konstitusi: UUD 1945
Setelah Presiden Soekarno mundur dari periode Orde Lama, kedudukan pemerintahan kepala
negara berganti ke Presiden Soeharto untuk memimpin Orde Baru.

Orde Baru lahir ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi dan politik, sehingga permasalahan
ekonomi di Orde Lama dijadikan isu politik Orde Baru yang berujung demo.

Gelombang demo ini menunjukkan ketidakpuasan rakyat pada pemerintahan sebelumnya,


bahkan dianggap menyimpang dari UUD 1945.

6. Pemerintahan Reformasi (1998-sekarang)


Bentuk Pemerintahan: Republik
Sistem Pemerintahan: Presidensial
Konstitusi: UUD 1945 setelah amandemen
Masa orde baru runtuh dengan mundurnya Presiden Soeharto. Lalu muncul era reformasi yang
dipimpin oleh Presiden B.J Habibie.

Di era reformasi ini, UUD 1945 diamandemen sebanyak empat kali dan sekarang ini yang
digunakan adalah hasil amandemen sejak 2002.

Sejak saat itu, peraturan pemilihan presiden dilakukan setiap 5 tahun sekali dan pemilu pertama
diselenggarakan pada 2004.

Anda mungkin juga menyukai