No. Absen : 15
Kelas : 1A D4 (Manajemen Proyek Kontruksi)
Nama : Made Hagar Sadewa
NIM : 1615124062
A. Nilai – Nilai Pancasila Persilanya
1. Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila pertama, yakni “Ketuhanan yang Maha Esa” mengandung pengertian
bahwa bangsa Indonesia mempunyai kebebasan untuk menganut agama sesuai dengan
ajaran kepercayaannya. Sila pertama ini juga mengajak manusia Indonesia untuk
mewujudkan kehidupan yang selaras, serasi, dan seimbang antar sesama manusia
Indonesia, antarbangsa, maupun dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya.
Dengan demikian, di dalam jiwa bangsa Indonesia akan timbul rasa saling
menyayangi, saling menghargai, dan saling mengayomi.
a. Percaya dan takwa terhadap Tuhan sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing.
b. Hormat menghormati dan bekerja sama antar pemeluk agama dan penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
c. Saling menghormati dan kebebasan menjalankan ibadat sesuai dengan agama
dan kepercayaannya.
d. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
Undang-Undang dasar yang baru ditentukan pada pasal 137 UUDS 1950 sebagai
berikut :
Dalam kenyataannya konstituante selama dua tahun dalam bersidang belum mampu
menghasilkan suatu keputusan tentang Undang-Undang Dasar yang baru. Hal ini
dikarenakan dalam sidang konstituante , muncullah suatu usul untuk mengembalikan
Piagam Jakarta dalam pembukaan UUD baru. Oleh karena itu Presiden pada tanggal
22 april 1959 memberikan pidatonya didepan sidang Konstituante untuk kembali
kepada UUD 1945. Hal ini diperkuat dengan suatu alasan bahwa sidang Konstituante
telah mengalami jalan buntu. Terutama setelah lebih dari separuh anggota
Konstituante menyatakan untuk tidak akan menghadiri sidang lagi.
Pada tanggal 5 juli 1959 presiden menganggap NKRI dalam bahaya, karena itu
presiden mengeluarkan dekrit presiden yang isinya :
a. Menetapkan pembubaran konstituante.
b. Menetapkan UUD 1945 berlaku kembali bagi seluruh rakyat Indonesia, dan
terhitung mulai dari dikeluarkannya dekrit ini, UUD 1950 tidak diberlakukan
lagi.
c. Pembentukan MPR sementara yang beranggotakan DPR, perwakilan daerah-
daerah dan Dewan Agung sementara.
2. Pelaksanaan UUD pada masa orde lama (demokrasi terpimpin) (5 juli 1959 – 11
maret 1966.
Sejak dikeluarkannya dekrit presiden tersebut, mulai berkuasa kekuasaan orde
lama yang secara ideologis banyak dipengaruhi oleh faham komunisme.
Penyimpanagan ideologis tersebut berakibat pada penyimpangan konstitusional
seperti Indonesia diarahkan menjadi demokrasi terpimpin dan bersifat otoriter yang
jelas menyimpang dari apa yang tercantum dalam UUD 1945. Puncaknya adalah
adanya pemberontakan G30S.PKI yang berhasil dihentikan oleh generasi muda
Indonesia dengan menyampaikan Tritula (Tri tuntutan Rakyat) yang isinya:
a. Bubarkan PKI.
b. Bersihkan cabinet dari unsure-unsur KPI.
c. Turunkan harga/perbaikan ekonomi.
3. Pelaksanaan UUD 1945 masa orde baru (11 maret 1966 – 22 mei 1998)
Masa orde baru berada dibawah kepemimpinan Soeharto dalam misi
mengembalikan keadaan setelah pemberontakan PKI, masa orde baru juga
mempelopori pembangunan nasional sehingga sering dikenal sebagai orde
pembangunan.
Pada saat itu bangsa Indonesia dalam keadaan yang tidak menentu baik di
bidang politik, ekonomi maupun keamanan. Oleh karena itu, pada bulan februari
1967, GDRGR mengeluarkan suatu resolusi yaitu meminta MPR agar mengadakan
sidang istimewa pada bulan maret 1967. Keputusan yang diperoleh dari sidang
istimewa tersebut sebagai berikut.
Dalam masa orde baru ini (1967-1997) pelaksanaan UUD 1945 belum juga
murni dan konsekuen, praktis kekuasaan presiden tidak secara langsung kekuasaan
lembaga tertinggi dan tinggi negara dibawah kekuasaan presiden tetapi seluruhnya
hampir dituangkan dalam mekanisme peraturan antara lain :