Anda di halaman 1dari 9

TUGAS PANCASILA

Nilai-Nilai Pancasila Persilanya


Dan
Dinamika Pelaksanaan UUD 1945

No. Absen : 15
Kelas : 1A D4 (Manajemen Proyek Kontruksi)
Nama : Made Hagar Sadewa
NIM : 1615124062
A. Nilai – Nilai Pancasila Persilanya
1. Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila pertama, yakni “Ketuhanan yang Maha Esa” mengandung pengertian
bahwa bangsa Indonesia mempunyai kebebasan untuk menganut agama sesuai dengan
ajaran kepercayaannya. Sila pertama ini juga mengajak manusia Indonesia untuk
mewujudkan kehidupan yang selaras, serasi, dan seimbang antar sesama manusia
Indonesia, antarbangsa, maupun dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya.
Dengan demikian, di dalam jiwa bangsa Indonesia akan timbul rasa saling
menyayangi, saling menghargai, dan saling mengayomi.

Implementasi nilai ketuhanan adalah :

a. Percaya dan takwa terhadap Tuhan sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing.
b. Hormat menghormati dan bekerja sama antar pemeluk agama dan penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
c. Saling menghormati dan kebebasan menjalankan ibadat sesuai dengan agama
dan kepercayaannya.
d. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

2. Sila kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab


Sila kedua yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab” mengandung
pengertian bahwa bangsa Indonesia pengakuan dan menghormati harkat dan
martabatnya selaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang sama derajatnya,
sama hak dan kewajibannya, tanpa membeda-bedakan agama, suku ras, dan
keturunan.

Implementasi nilai kemanusiaan adalah:

a. Pengakuan terhadap adanya harkat dan martabat manusia.


b. Pengakuan terhadap keberadaan manusia sebagai makhluk yang paling mulia
diciptakan Tuhan.
c. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan harus mendapat perlakuan yang
adil terhadap sesama manusia.
d. Mengembangkan sikap tenggang rasa agar tidak berbuat semena-mena
terhadap orang lain.
3. Sila Ketiga: Persatuan Indonesia
Makna “Persatuan Indonesia” dalam sila ketiga Pancasila adalah suatu wujud
kebulatan yang utuh dari berbagai aspek kehidupan, yang meliputi ideologi, politik,
sosial, budaya, dan pertahanan keamanan yang semuanya terwujud dalam suatu
wadah, yaitu Indonesia.

Implementasi nilai persatuan :

a. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan


negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.
b. Memiliki rasa cinta tanah air dan bangsa serta rela berkorban untuk
kepentingan bangsa dan negara.
c. Pengakuan terhadap keragaman suku bangsa dan budaya bangsa dan sekaligus
mendorong ke arah pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa.

4. Sila Keempat: Kerakyatan yang dimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan.
Sila keempat pancasila yang berbunyi “ Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan” yang dimana setiap orang
Indonesia sebagai warga masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia mempunyai hak,
kewajiban, dan kedudukan yang sama dalam pemerintahan.

Implementasi nilai kerakyatan :

a. Kedaulatan negara ada di tangan rakyat.


b. Manusia Indonesia sebagai warga masyarakat dan warga negara mempunyai
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
c. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
d. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat daripada kepentingan
pribadi atau golongan.
e. Mengutamakan musyawarah dalam setiap pengambil keputusan.

5. Sila kelima: Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia


Sila kelima pancasila yang berbunyi “ Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
indonesia” yang dimana keadilan merupakan salah satu tujuan negara republik
Indonesia selaku negara hukum. Penegakan keadilan akan membuat kehidupan
manusia Indonesia, baik selaku pribadi, selaku anggota masyarakat, maupun selaku
warga negara menjadi aman, tenteram, dan sejahtera. Upaya untuk mencapai ke arah
itu memerlukan nilai keselarasan, keserasian, dan keseimbangan, yang menyangkut
hak dan kewajiban yang dimiliki oleh seluruh warga negara Indonesia tanpa
membedakan agama, suku, bahasa, dan status sosial ekonominya. Setiap warga negara
Indonesia harus diperlakukan adil sesuai dengan hak dan kewajibannya sebagai warga
negara.

Implementasi nilai keadilan :

a. Mewujudkan keadilan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara,


terutama meliputi bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, dan
pertahanan keamanan nasional.
b. Keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang
lain.
c. Bersikap adil dan suka memberi pertolongan kepada orang lain.
d. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang terpuji yang senantiasa
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotong-royongan.
e. Cinta akan kemajuan dan pembangunan bangsa, baik material maupun
spiritual.

B. Dinamika Pelaksanaan UUD 1945


1. Pelaksanan UUD 1945 pada masa awal kemerdekaan (17 Agustus 1945 – 29
Desember 1949)
Pada awal kemerdekaan Indonesia, KNIP mengusung gagasan pemerintahan
parlementer karena khawatir dengan pemberian kekuasaan yang begitu besar pada
presiden oleh UUD. Karena itu pada tanggal 7 oktober 1945, KNIP mengeluarkan
momerandum yang meminta presiden untuk segera membentuk MPR, menanggapi
hal itu, presiden mengeluarkan maklumat wakil presiden pada tanggal 16 oktober
1945 yang berisi “bahwa komite nasional pusat, sebelum terbentuk MPR dan DPR
diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan GBHN, serta membentuk badan
pekerjaan”, dan pada tanggal 3 november 1945, wakil presiden mengeluarkan
maklumat lagi tentang kebebasan membentuk banyak partai. Terbentuknya cabinet
pertama berdasarkan system parlementer dengan perdana menteri syahrir pada
tanggal 14 november 1945. Hal itu berakibat pada kestabilan Indonesia di bidang
ekonomi, politik maupun pemerintahan.
Pada tanggal 27 desember 1949, dibentuklah negara federal yaitu Negara
kesatuan republik Indonesia Serikat yang berdasar pada RIS. Dalam Negara RIS
tersebut masih terdapat Negara bagian republic Indonesia yang ber ibukota di
Yogyakarta. Pada tanggal 17 agustus 1950, terjadi kesepakatan antara Negara RI
yogyakarata dengan Negara RIS untuk kembali membentuk Negara kesatuan
berdasarkan pada undang-undang dasar. Pada bulan September 1955 dan Desember
1955 diadakan pemilihan umum,yang masing-masing untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat dan anggota konstituante.

Undang-Undang dasar yang baru ditentukan pada pasal 137 UUDS 1950 sebagai
berikut :

a. Untuk mengambil putusan tentang rancangan Undang-Undang Dasar baru


sekurang-kurangnya 2/3 jumlah anggota konstituante harus hadir.
b. Rancangan tersebut diterima jika disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3
dari jumlah anggota yang hadir.
c. Rancangan yang telah diterima oleh konstituante dikirimkan kepada
Presiden untuk disahkan oleh pemerintah.
d. Pemerintah harus mengesahkan rancangan itu dengan segera serta
mengumumkan Undang-Undang Dasar itu dengan keluhuran.

Dalam kenyataannya konstituante selama dua tahun dalam bersidang belum mampu
menghasilkan suatu keputusan tentang Undang-Undang Dasar yang baru. Hal ini
dikarenakan dalam sidang konstituante , muncullah suatu usul untuk mengembalikan
Piagam Jakarta dalam pembukaan UUD baru. Oleh karena itu Presiden pada tanggal
22 april 1959 memberikan pidatonya didepan sidang Konstituante untuk kembali
kepada UUD 1945. Hal ini diperkuat dengan suatu alasan bahwa sidang Konstituante
telah mengalami jalan buntu. Terutama setelah lebih dari separuh anggota
Konstituante menyatakan untuk tidak akan menghadiri sidang lagi.
Pada tanggal 5 juli 1959 presiden menganggap NKRI dalam bahaya, karena itu
presiden mengeluarkan dekrit presiden yang isinya :
a. Menetapkan pembubaran konstituante.
b. Menetapkan UUD 1945 berlaku kembali bagi seluruh rakyat Indonesia, dan
terhitung mulai dari dikeluarkannya dekrit ini, UUD 1950 tidak diberlakukan
lagi.
c. Pembentukan MPR sementara yang beranggotakan DPR, perwakilan daerah-
daerah dan Dewan Agung sementara.

2. Pelaksanaan UUD pada masa orde lama (demokrasi terpimpin) (5 juli 1959 – 11
maret 1966.
Sejak dikeluarkannya dekrit presiden tersebut, mulai berkuasa kekuasaan orde
lama yang secara ideologis banyak dipengaruhi oleh faham komunisme.
Penyimpanagan ideologis tersebut berakibat pada penyimpangan konstitusional
seperti Indonesia diarahkan menjadi demokrasi terpimpin dan bersifat otoriter yang
jelas menyimpang dari apa yang tercantum dalam UUD 1945. Puncaknya adalah
adanya pemberontakan G30S.PKI yang berhasil dihentikan oleh generasi muda
Indonesia dengan menyampaikan Tritula (Tri tuntutan Rakyat) yang isinya:
a. Bubarkan PKI.
b. Bersihkan cabinet dari unsure-unsur KPI.
c. Turunkan harga/perbaikan ekonomi.

Gelombang gerakan rakyat semakin besar, sehingga mengakibatkan


dikeluarkannya surat perintah 11 maret 1966 yang memberiaka kekuasan pada Letnan
Jenderal Soeharto untuk mengambil langkah-langkah dalam mengembalikan
keamanan Negara.

3. Pelaksanaan UUD 1945 masa orde baru (11 maret 1966 – 22 mei 1998)
Masa orde baru berada dibawah kepemimpinan Soeharto dalam misi
mengembalikan keadaan setelah pemberontakan PKI, masa orde baru juga
mempelopori pembangunan nasional sehingga sering dikenal sebagai orde
pembangunan.

MPRS mengeluarkan berbagai macam keputusan penting, antara lain :


a. Tap MPRS No. XVIII/MPRS/1966 tentang kabinet Ampera yang menyatakan
agar presiden menugasi pengemban Super Semar, Jenderal Soeharto untuk
segera membentuk kabinet Ampera.
b. Tap MPRS No. XVII/MPRS/1966 yang dengan permintaan maaf, menarik
kembali pengangkatan pemimpin Besar Revolusi menjadi presiden seumur
hidup.
c. Tap MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang memorandum DPRGR mengenai
sumber tertib hukum republik Indonesia dan tata urutan perundang -undangan.
d. Tap MPRS No. XXII/MPRS/1966 mengenai penyederhanaan kepartaian,
keormasan dan kekaryaan.
e. Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 tentang pembubaran partai komunis
Indonesia dan pernyataan tentang partai tersebut sebagai partai terlarang
diseluruh wilayah Indonesia, dan larangan pada setiap kegiatan untuk
menyebar luaskan atau mengembangkan faham ajaran komunisme/Marxisme,
Leninisme.

Pada saat itu bangsa Indonesia dalam keadaan yang tidak menentu baik di
bidang politik, ekonomi maupun keamanan. Oleh karena itu, pada bulan februari
1967, GDRGR mengeluarkan suatu resolusi yaitu meminta MPR agar mengadakan
sidang istimewa pada bulan maret 1967. Keputusan yang diperoleh dari sidang
istimewa tersebut sebagai berikut.

a. Presiden Soekarno tidak dapat memenuhi tanggungjawab konstitusional


dan tidak menjalankan GBHN sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Dasar 1945.
b. Sidang menetapkan berlakunya Tap No. XV/MPRS/1966 tentang
pemilihan/penunjukan wakil presiden dan tata cara pengangkatan pejabat
presiden dan mengangkat Jenderal Soeharto.Pengembangan Tap. No. 6
IX/MPRS/1966, sebagai pejabat presiden berdasarkan pasal 8 Undang-
Undang Dasar 1945 hingga dipilihnya presiden oleh MPR hasil pemilihan
umum.

Dalam masa orde baru ini (1967-1997) pelaksanaan UUD 1945 belum juga
murni dan konsekuen, praktis kekuasaan presiden tidak secara langsung kekuasaan
lembaga tertinggi dan tinggi negara dibawah kekuasaan presiden tetapi seluruhnya
hampir dituangkan dalam mekanisme peraturan antara lain :

a. UU no.16/1969 dan UU no.5/1975 tentang kedudukan DPR, MPR, DPRD.


b. UU no.3/1975 dan UU no.3/1985 tentang parpol dan golkar.
c. UU no.15/969 dan UU no.4/1975 tentang pemilu.

Atas dasar ketentuan undang-undang tersebut kemudian pemerintah OrdeBaru


berhasil mengadakan pemilu pertama. Dengan hasil pemilu pertama tersebut
pemerintah bertekat untuk memperbaiki nasib bangsa Indonesia.

4. Pelaksanaan UUD 1945 masa Reformasi ( 22 Mei 1998 – sekarang)


Masa Orde Baru di bawah kepemimpinan presiden Soeharto sampai tahun
1998 membuat pemerintahan Indonesia tidak mengamanatkan nilai-nilai demokrasi
seperti yang tercantum dalam Pancasila, bahkan juga tidak mencerminkan
pelaksanaan demokrasi atas dasar norma-norma dan pasal-pasal UUD 1945.
Pemerintahan dicemari korupsi, kolusi dan nepotisme(KKN). Keadaan tersebut
membuat rakyat Indonesia semakin menderita.Terutama karena adanya krisis moneter
yang melanda Indonesia yang membuat perekonomian Indonesia hancur. Hal itu
menyebabkan munculnya berbagai gerakan masyarakat yang dipelopori oleh generasi
muda Indonesia terutama mahasiswa sebagai gerakan moral yang menuntut adanya
reformasi disegala bidang Negara.
Keberhasilan reformasi tersebut ditandai dengan turunnya presiden Soeharto
dari jabatannya sebagai presiden dan diganti oleh Prof. B.J Habibie pada tanggal 21
mei 1998. Kemudian bangsa Indonesia menyadari bahwa UUD 45 yang berlaku pada
jaman orde baru masih memiliki banyak kekurangan, sehingga perlu diadakan
amandemen lagi. Berbagai macam produk peraturan perundang-undangan yang
dihasilkan dalam reformasi hukum antara lain UU. Politik Tahun 1999, yaitu UU.
No.2tahun 1999, tentang partai politik, UU. No.3 tahun 1999, tentang pemilihan
umumdan UU. No. 4 tahun 1999 tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, dan
DPRD; UUotonomi daerah, yaitu meliputi UU. No.25 tahun 1999. Tentang
pemerintahandaerah, UU. No.25 tahun 1999, tentang perimbangan keuangan antar
pemerintahanpusat dan daerah dan UU. No.28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan
negara yangbersih dan bebas dari KKN. Berdasarkan reformasi tersebut bangsa
Indonesia sudah mampu melaksanakan pemilu pada tahun 1999 dan menghasilkan
MPR, DPR dan DPRD hasil aspirasi rakyat secara demokratis.

Anda mungkin juga menyukai