Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH ANTROPOLOGI MAKANAN DAN GIZI

“FOOD IDEOLOGI”

KELOMPOK 2

Muhammad Fahrezi Al Ghifari (1711213043)

Nabila Fardian Putri (1711213040)

Sari Yulanda (1711213012)

Meri Rahmi (1811216022)

Yolanda Oscar (1611213030)

Peminatan : Gizi Masyarakat

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS
2019

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikanrahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat meneyelesaikan
Makalah dengan judul “Food Ideology” ini. Dan tak lupa Shalawat dan salam
semoga terlimpah curahkankepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad
SAW.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen Antropologi


Makanan dan Gizi yang telah membimbing kami dalam pembuatan karya tulis
ilmiah ini sesuai dengan kaidah yang benar.

Padang, November 2019

Kelompok
2

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................3
DAFTAR ISI.................................................................................................................4
BAB I.............................................................................................................................6
PENDAHULUAN.........................................................................................................6
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................6

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................6

1.3 Tujuan......................................................................................................................7

BAB II...........................................................................................................................8
PEMBAHASAN............................................................................................................8
2.1 Definisi dan Batasan Food Ideologi.....................................................................8

2.1.1 Definisi Food Ideologi.............................................................................8


2.1.2 Batasan Food Ideologi.............................................................................8
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Food Ideologi...........................................17

2.3 Studi Kasus Makanan Nusantara........................................................................18

2.3.1 Indonesia Barat......................................................................................18


2.3.2 Indonesia Tengah...................................................................................20
2.3.3 Indonesia Timur.....................................................................................23
BAB III........................................................................................................................24
PENUTUP...................................................................................................................24
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................24

3.2 Saran......................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................25
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pola makan atau kebiasaan makan adalah cara seseorang atau kelompok
memilih dan mengonsumsi sebagai tanggapan terhadap fisiologi, psikologi,
sosial, dan budaya. Pola makan adalah susunan beragam pangan dan hasil
olahannya yang biasa dimakan oleh seseorang yang dicerminkan dalam jumlah,
jenis, frekuensi, dan sumber bahan makanan (Harper, Deaton, Driskel, 1986).
Pola makan dinilai secara kualitatif mencakup apa yang dimakan dan kuantitatif
meliputi jenis, jumlah dan frekuensi yang dimakan. Pangan merupakan
kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi agar dapat mempertahankan
hidup dan melaksanakan kewajiban dalam kehidupan. Berbeda dengan
kebutuhan hidup lainnya, kebutuhan pangan hanya dibutuhkan secukupnya
sebab kelebihan atau kekurangan pangan akan menimbulkan masalah gizi dan
penyakit (Suhardjo, 1989).
Pantangan adalah tidak melakukan sesuatu dalam kehidupan baik untuk
jangka waktu pendek maupun jangka waktu yang panjang. Hal ini dilakukan
karena alasan kesehatan, kebiasaan atau keyakinan tertentu. Pada pantangan, hal
ini terjadi pada daerah – daerah tertentu di Indonesia.
Tabu pada makanan adalah hal menarik dalam pemilihan makanan dari segi
budaya. Adanya konsep tabu ini adalah menghindari apa yang diyakini.
Sedangkan tabu pada makanan adalah tindakan untuk menghindari makanan
tertentu berdasarkan penjelasan sebab akibat yang bersifat supranatural (Sanjur,
A 1982). Hal tersebut kadang susah dijelaskan secara rasional.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud Food Ideologi?
2. Apa saja batasan Food Ideologi?
3. Apa saja factor yang mempengaruhi Food Ideologi?
4. Apa saja Studi Kasus Makanan Nusantara?

6
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud Food Ideologi
2. Mengetahui apa saja batasan Food Ideologi
3. Mengetahui apa saja factor yang mempengaruhi Food Ideologi
4. Mengetahui apa saja Studi Kasus Makanan Nusantara

7
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Batasan Food Ideologi


2.1.1 Definisi Food Ideologi
Ideologi secara etimologis berasal dari kata idea yang berarti gagasan,
konsep, pengertian dasar, cita-cita, pemikiran dan kata logos yang berarti
ilmu.Makanan diartikan sebagai bahan selain obat yang mengandung zat-zat
gizi atau ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh dan
berguna bila dimasukkan ke dalam tubuh.
Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa food ideoly atau ideology
makanan merupakan gabungan dari sikap, kepercayaan dan kebiasaan serta
tabu yang mempengaruhi konsumsi makanan kelompok tertentu.

2.1.2 Batasan Food Ideologi


1. Food Taboo (Tabu Makanan)
Food Taboo atau tabu makanan adalah kebijaksanaan pembatasan atau larangan
untuk menghindari makanan tertentu, atau larangan untuk mengkonsumsi jenis
makanan tertentu, karena terdapat ancaman bahaya terhadap barang siapa yang
melanggarnya.
Adapun latar belakang timbulnya tabu makanan disebabkan oleh:
 Agama
Suatu tabu yang berdasarkan agama (Islam) disebut haram hukumnya, dan
individu yang melanggar tabu disebut berdosa. Hal demikian karena makanan
atau minuman tertentu menggangggu kesehatan jasmani atau rohani bagi
pemakannya.contoh: mengkonsumsi babi.
 Kepercayaan
Tabu yang berdasarkan kepercayaan umumnya mengandung nasehat-nasehat
yang baik dan tidak baik yang lambat laun menjadi kebiasaan (adat) terlebih

8
dalam suatu masyarakat yang masih sederhana. contoh: ibu hamil tidak boleh
mengkonsumsi telur,anaknya bisa bisulan.
Macam-macam tabu makanan menurut Simons yang dikutip Suharjo (1989)
telah melakukan penelitian mengenai asal tabu makanan :
 Tabu terhadap makanan karena makanan tersebut asing bagi masyarakat
tersebut
 Tabu terhadap makanan karena alasan tidak higienis
 Adanya kepercayaan bahwa makan makanan tertentu akan menimbulkan
ketidaksuburan.
 Kepercayaan atau religi, merupakan dari alasan tabu terhadap makanan
tertentu
Masyarakat mengenal bermacam-macam tabu makanan yang diiklasifikasikan
sebagai berikut :
 Menurut waktu
o Tabu yang bersifat permanen
o Tabu yang bersifat sementara, contoh ibu hamil tidak boleh
konsumsi telur,belut,nenas dll.
 Menurut besarnya kelompok
o Tabu berdasarkan kelas sosial
o Tabu menurut jenis kelamin
 Menurut periode-periode di dalam lingkaran hidup
o Tabu pada saat puber
o Tabu pada saat hamil
2. Food Fad
Food Fad berkaitan denganFood movements yaitu pertumbuhan pangan organik,
vegetarian, atau diet tinggi protein pada kelompok masyarakat menengah ke atas dan
berpendidikan.
Faktor Penyebab Food Fad :

9
 Faktor eksternal, seperti keluarga, iklan, televisi dan program
pendidikan
 Faktor internal, seperti nilai, kepercayaan, kebutuhan sosiogenic dan
biogenic, tingkah laku dan self-concept
Setiap individu memiliki faktor internal dan eksternal dalam realita yang
sesungguhnya yang merupakan acuan untuk menerapkan perilaku makanan.
Konsekuensi Food Fad
Konsekuensi dari food fad oleh Schafer dan Yetley yaitu jiwa menjadi lebih
stabil dan sebagai acuan kerangka utuh untuk perilaku makanan bagi individu
yang terlibat dalam food fad tersebut. Hal ini adalah penting bagi pengikut food
fad untuk menjaga rasa aman dalam makanan sehingga dapat memenuhi
kebutuhan pokoknya.
Implikasi
Jellife mengklasifikasikan praktik - praktik budaya terkait makanan tersebut
menjadi 4:
 Praktik yang menguntungkan :
Perlu didukung dan diadopsi untuk memberikan pendidikan kesehatan
dan gizi di masyarakat
 Praktik yang bersifat netral :
Tidak memperlihatkan nilai ilmiah dan bisa ditinggalkan perlahan-
lahan
 Praktik yang tidak dapat diklasifikasikan :
Bisa ditinggalkan, tetapi bisa juga dilakukan penelitian lebih jauh
 Praktik yg merugikan :
Perlu dihilangkan, namun dengan cara yang bisa diterima oleh budaya
masyarakat tersebut
3. Food Habit (Kebiasaan Makan)
Pangan merupakan persoalan yang biocultural. Bio berkaitan dengan zat gizi
yang terdapat dalam pangan yang akan mengalami proses biologi setelah masuk ke
dalam tubuh manusia dan mempunyai pengaruh terhadap fungsi organ tubuh. Cultural

10
merupakan faktor budaya yang menyangkut aspek sosial, ekonomi, politik dan proses
budaya mempengaruhi seseorang dalam memilih pangan (jenisnya, cara pengolahan
dan cara konsumsi). Menurut Ritenbaugh (1982) makanan adalah contoh sempurna (a
perfect example) dari ‘batas’ (boundary) antara faktor biologi manusia dengan
budaya.
food habit (kebiasaan makan) adalah suatu pola perilaku konsumsi pangan
yang terjadi dari praktek yang berulang-ulang. tindakan manusia terhadap
makanan dipengaruhi oleh pengetahuan tentang pangan, perasaan, tentang
pangan dan persepsi tentang pangan/ makanan.

Empat konsep tentang faktor yang mempengaruhi kebiasaan pangan:


1. Model Multidimensional
Diva Sanjur dan Scoma (1977) menyarankan penggunaan suatu pendekatan
multidimensional untuk menerangkan dan mencatat pola pangan penduduk.
Pendekatan ini mencakup deskripsi atau penjelasan tentang kebiasaan makan dari
empat komponen : konsumsi pangan, preferensi terhadap makanan, ideology
(pengetahuan) terhadap makanan dan social budaya pangan.
a. Konsumsi Pangan
Konsumsi pangan baik keluarga, individu, maupun golongan tertentu
dapat diamati dengan cara “recall”. Metode ini umum digunakan untuk
mengetahui konsumsi pangan yang telah lalu (1 – 3 hari terakhir) baik dari
segi kuantitas maupun kualitas dan contoh yang cukup besar. Dalam metode
ini enumerator minta agar responden mengingat – ingat secara rinci apa yang
telah dikonsumsi dalam 1 – 3 hari terakhir. Untuk keperluan ini digunakan
alat bantu misalnya ukuran rumah tangga, food model, dsb untuk
menentukan perkiraan – perkiraan konsumsi pangan yang lebih mendekati.
Cara ini relative cepat dan murah, tetapi mengandung subyektivitas tinggi
dan menimbulkan kesalahan sistematik. Selain metode “recall” seperti
diuraikan di atas, konsumsi pangan dapat pula diukur dengan cara
penimbangan (Weighing Method). Pada cara ini semua bahan makanan

11
diitmbang baik sebelum maupun sesudah dimasak. Demikian pula bagian
pangan yang tidak dapat dimakan dan sisa – sisa setelah makan semuanya
harus ditimbang. Cara ini dapat dilakukan untuk mengukur konsumsi pangan
keluarga ataupun individual seperti halnya pada metode “recall”.
b. Preferensi Pangan
Diasumsikan bahwa sikap seseorang terhadap makanan, suka atau tidak
suka, akan berpengaruh terhadap konsumsi pangan. Oleh karena itu
merupakan hal penting mempelajari pangan yang disukai ataupun yang tidak
disukai tersebut, dan makanan yang belum pernah dirasakan serta
menelusuri sebab – sebab yang melatarbelakanginya. Selain itu perlu melihat
hubungan antara preferensi anak – anak dengan preferensi orang tua.
c. Ideology Pangan
Pengetahuan tentang pangan dan gizi yang berkaitan pula dengan
kepercayaan, taboo dan “prejudice” akan berpengaruh terhadap kebiasaan
makan. Oleh karena itu dalam model multidimensional hal tersebut perlu
dipertimbangkan sebagai variabel penting.
d. Social Budaya
Banyak para ahli melaporkan bahwa kebiasaan makan mempunyai hubungan
erat dengan segi social budaya. Ada tidaknya atau tingkat keeratan hubungan
tersebut dapat ditelusuri dan ditentukan. Misalnya, Diva Sanjur dan Scoma
menganalisis hubungan antara konsumsi pangan anak dengan umur ibunya,
asal ibu, pendidikan ibu, besar keluarga dan faktor social budaya lainnya. Data
mereka mengenai konsumsi anak dan umur ibu, kebiasaan membaca, dan
faktor – faktor lainnya dapat memberi gambaran hubungan – hubungan yang
ada.

2. Model Analisis Perilaku Konsumsi Pangan Anak-Anak


Model analisis ini dikemukakan oleh Lund dan Burk (1969), dirancang
untuk mempelajari bagaimana kebiasaan makan terbentuk dalam proses

12
perkembangan anak – anak. Kebutuhan hidup manusia (termasuk anak-anak),
pada dasarnya mencakup tiga macam:
a. Kebutuhan biologis :
Anak – anak memerlukan makanan dan zat gizi untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Dipengaruhi oleh berbagai varibel: jenis kelamin, umur,
berat badan terhadap tinggi badan, dan status kesehatan.
b. Kebutuhan Psikologis :
Anak – anak memerlukan kasih sayang, rasa senang, perhatian, dan
sebagainya mencakup kaitannya dengan makanan. Dipengaruhi oleh
pengawasan orangtua terhadap makanan anak, reward and punishment
orangtua terkait kebiaaan makan anak, dsb.
c. Kebutuhan sosial
Anak – anak memerlukan hubungan dengan orang lain, termasuk
dengan saudara - saudaranya, orangtuanya dan sebagainya, termasuk hal-hal
yang berhubungan dengan makanan.Dipengaruhi oleh variabel: seberapa
sering keluarga makan bersama, seberapa sering keluraga bercakap-cakap
ketika makan, dsb
Ada 2 faktor lingkungan yang bepengaruh terhadap pembentukan kebiasaan
makan anak, yaitu:
1. Lingkungan Keluarga
a. Struktur & organisasi keluarga
b. Status sosial dlm masyarakat
c. Mobilitas keluarga
d. Status ekonomi keluarga
e. Pengetahuan & kepercayaan terhadap makanan
f. Sikap keluarga terhadap makanan Keadaan & sifat - sifat hidangan
makanan keluarga
2. Lingkungan Sekolah
a. Pengalaman dr pendidikan gizi di sekolah

13
b. Pengetahuan dan sikap terhadap makanan dari guru
yangmengajarnya
Teori motivasi Maslow, relevan dengan model analisis perilaku makanan
anak-anak.Teori Maslow: Motivasi senantiasa menggerakkan individu kepada
pemenuhan kebutuhan yang mencakup:
 Kebutuhan fisiologis
 Kebutuhan keamanan dan pelindungan
 Kebutuhan hidup kemasyarakatan
 Kebutuhan akan pengakuan
 Kebutuhan akan kepuasan
3. Model Wenkam
Model yang dirancang oleh Wenkam (1969) didasarkan pada keterkaitan
antara kebiasaan makan dengan ketersediaan fisik dan budaya pangan.
Kekuatan – kekuatan obyektif dan subyektif pangan / makanan mempunyai
peranan besar dalam pembentukan kebiasaan makan. Orang tidak dapat
mengonsumsi suatu bahan makanan bila pangan yang bersangkutan tiidak
tersedia di sana, sementara itu pangan dapat dianggap enak, berbahaya, tidak
disukai, berharga, menarik dan sebagainya karena nilai – nilai budaya.
Ketersediaan fisik pangan merupakan faktor penentu kebiasaan makan di
dalam suatu masyarakat. Ketersediaan fisik tergantung pada berbagai faktor
terutama:
a. Produksi pangan  dipengaruhi oleh lingkungan alam, perkembangan
teknologi, kekuatan sosial-ekonomi
b. Pengolahan pangan  misalnya pengeringan, pengasapan, pengalengan,
pembekuan, dsb.
c. Distribusi pangan  Mulai dari distribusi pangan antar negara, antar wilayah
(propinsi /kabupaten), dalam mayarakat, hingga dalam keluarga.
d. Pemasakan  organoleptis dan keterkaitan makanan dengan kesehatan,
dipengaruhi oleh metode pemasakan

14
e. Peralatan  misal: keterbatasan bahan bakar di China, menyebabkan
berkembangnya metode pemasakana stir-fry(makanan dipotong kecil – kecil
dan digoreng, supaya cepat masak dan hemat bahan bakar)
Ketersediaan budaya oleh Wenkam diartikan sebagai pengakuan suatu
budaya bahwa bahan yang dapat dimakan dan diterima oleh budaya yang
bersangkutan, itulah yang disebut pangan. Ketersediaan budaya yang dipelajari
oleh Wenkam meliputi lima faktor yaitu :
a. Status sosial
Makanan mempunyai nilai prestise. Makanan tertentu dihidangkan pada acara -
acara tertentu
b. Status fisik
Tiap masyarakat punya “pengklasifikasian” makananuntuk kelompok umur,
jenis kelamin dan ciri fisik yang lain. Misalnya: Susu danmakanan lumat untuk
bayi, steak dan kentang dianggap sebagai makanan yang maskulin, salad
dianggap makanan feminin
c. Peranan dalam sistem social /upacara
Makanan merupakan bagian penting dalam acara ulang tahun, upacara
perkawinan, pemakaman, dsb
d. Etiket
Contoh : Anak anak diajari bagaimana cara makan makanan tertentu
e. Pekerjaan
Contoh : Pada sebagian masyarakat nelayan, ketersediaan pangan tergantung
pada kapan ayah (sebagai pencari ikan/makanan) pulang ke rumah. Berbeda
dengan anak dari keluarga pada masyarakat industri, makanan selalu tersedia
tanpa harus mencari dulu.

Kerangka Model Analisis Kebiasaan Makan Menurut Wenkam

15
Ketersediaan Fisik Ketersediaan budaya
- Produksi pangan - Status sosial
- Pengolahan pangan - Etiket
- Distribusi pangan - Status fisik
- Pemasakan - Pekerjaan
- Peralatan - Peranan sosial/ upacara

Struktur ekonomi

Kebiasaan Makan

4. Teori Alur (Channel Teory)


Dalam tahun 1940-an, Kurt Lewin memperkenalkan Teori Alur yang sekarang
ini merupakan teori klasik dalam penelitian kebiasaan makan.
AsumsiI:
- semua pangan yang dikonsumsi seseorang bergerak selangkah demi
selangkah melalui alur yang sifat dan jumlahnya bervariasi antar budaya.
- Jumlah langkah berbeda – beda untuk setiap alur untuk setiap jenis pangan
- Setiap alur dalam setiap budaya diawasi oleh orang yang disebut gate keepers
(penjagapintu)
- Apa dan bagaimana pangan masuk ke suatu alur sangat ditentukan oleh gate
keepers tersebut.

AsumsiII:
- Terdapat beragam kekuatan yang menggerakkan pangan dalam alur.

16
- Pada setiap alur terdapat kekuatan yang mendorong pangan masuk kedalam
alur bersangkutan tetapi juga ada kekuatan yang menghambat masuknya
pangan dalam alur.
- Kekuatan yang mendorong dan menghadang pangan dalam suatu alur adalah:
rasa, nilai sosial, manfaat bagi kesehatan dan harga.

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Food Ideologi


a) Kepedulian Terhadap Kesehatan (Health)
Alasan seorang dalam mepertimbangkan kesehatan dalam pemilihan
makanan dapat berasal dari status kesehatan saat ini, kesadaran terhadap perilaku
kesehatan, dan dampaknya di masa yang akan datang.
b) Kemudahan/ Kenyamanan (Convenience)
kenyamanan merupakan faktor yang paling utama dalam pemilihan
makanan dan pada saat yang sama, kenyamanan bagi responden juga dapat
berarti kemudahan dalam mempersiapkan makanan.
c) Keakraban (Familiarity)
Keakraban adalah kecenderungan sesorang untuk memilih makanan yang
sudah biasa dimakan dibandingkan mencoba makanan baru.
d) Perasaan (Mood)
Stress dan jadwal yang padat karena kondisi kerja dapat menjadi alasan
mengapa makanan yang dipilih berdasarkan apakah makanan tersebut
menenangkan dan menghibur.
e) Daya Tarik Sensorik (Sensory Appeal)
Aroma makanan yang menggugah selera dan disukai dapat memberi
rangsangan pada indra penciuman seseorang sehingga akan mempengaruhinya
untuk mengonsumsi makanan tersebut.

f) Harga (Price)

17
Harga memiliki pengaruh yang kuat dalam pemilihan makanan. Harga makanan
merupakan elemen yang paling penting bagi masyarakat dengan pendapatan
rendah dibanding faktor yang lain.

2.3 Studi Kasus Makanan Nusantara


2.3.1 Indonesia Barat
Contoh studi kasus mengenai tabu makanan ini diambil pada Propinsi Riau,
yaitu di Rokan Hulu yang telah dilakukan penelitian dari Desember 2005 sampai
November 2006 yangdilakukan oleh dadang iskandar departemen gizi masyarakat
IPB. umumnya alasan makanan tersebut ditabukan tidak logis, seperti dapat dilihat
pada tabel berikut:

18
19
2.3.2 Indonesia Tengah
Contoh makanan tabu untuk wilayah indonesia bagian tengah yaitu di jeneponto
sulawesi selatan hasil penelitian dadang iskandar dengan hasil sebagai berikut:

20
Makanan Tabu bagi Ibu Menyusui

21
Makanan tabu bagi bayi,balita dan anak

tidak ada makanan yang ditabukan bagi kelompok ini.

Makanan tabu bagi perempuan dewasa

22
Makanan tabu bagi laki-laki dewasa

hanya daun kelor yang tabu bagi laki-laki dewasa didaerah ini. jika makan daun
kelor badannya akan terasa pegal-pegal.

Makanan tabu bagi orang sakit

hanya konsumsi pisang ambon dipagi hari yang tabu abgi orang sakit.jika
konsumsi pisang ambon di pagi hari mereka akan sakit perut.

2.3.3 Indonesia Timur


Pada suku jae di papua makanan tabu sebagai berikut:
 tidak boleh makan ikan kakap dan ikan sembilan yang besar,jika dimakan
menyebabkan kelainan pada tubuh dan menyebabkan yang memakannya
akan meninggal.
 wanita Jei-Marind yang sedang hamil atau menyusui tidak boleh memakan
daging kasuari, anak babi dan ikan kakap besar karena kalau dimakan akan
mengakibatkan kelumpuhan pada bayi yang dilahirkan.

23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Food ideoly atau ideology makanan merupakan gabungan dari sikap,
kepercayaan dan kebiasaan serta tabu yang mempengaruhi konsumsi makanan
kelompok tertentu. Batasan Food Ideologi ada 3 yaitu Food Taboo (Tabu
Makanan), Food Fad dan Food Habits (Kebiasaan Makan).
Faktor-faktor yang mempengaruhi Food Ideologi yaitu:
a. Kepedulian Terhadap Kesehatan (Health)
b. Kemudahan/ Kenyamanan (Convenience)
c. Keakraban (Familiarity)
d. Perasaan (Mood)
e. Daya Tarik Sensorik (Sensory Appeal)
f. Harga (Price)

3.2 Saran
Dari penulisan makalah ini, kelompok berharap agar pembaca ataupun
pendengar dapat memahami pembelajaran tentang food ideology, agar makalah
ini dapat menjadi satu acuan. Dalam makalah ini banyak terdapat kesalahan,
untuk itu kelompok mohon kritik dan saran dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Marianti. https://www.alodokter.com/anemia.t erakhir diperbarui: 4 Mei 2017

Kemenkes RI. (2013). Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013.


Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.

Kemenkes RI. (2018). Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018.


Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.

25

Anda mungkin juga menyukai