Anda di halaman 1dari 23

MATA KULIAH PENILAIAN STATUS GIZI

“PENILAIAN STATUS GIZI SECARA KLINIS”

OLEH:

NI MADE CIKA LESTARI PUTRI

NIM. P07131219020

TINGKAT II/SEMESTER 3/A

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

PRODI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadiran Ida Sang Hyang Widhi
Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat beliau makalah yang
berjudul “Penilaian Status Gizi Secara Klinis” ini bisa diselesaikan tepat waktu.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi nilai mata kuliah Penilaian
Status Gizi,

Makalah ini tidak mungkin terselesaikan tepat waktu jika tidak ada
bantuan dari pihak terkait. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu dosen Pembimbing Akademik beserta staff Poltekkes Kemenkes


Denpasar yang telah membantu penulis sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
2. A. A Gede Raka Kayanaya, SST, M. Kes selaku pengampu mata
kuliah serta pembimbing yang selalu memberi semangat kepada
penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
3. Seluruh pihak yang selalu memberikan motivasi, dorongan dan
dukungan bagi penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.

Penulis menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna, baik dari
penyajian, bahasan, maupun wawasan. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat konstruktif demi kemajuan penulis dalam penulisan
makalah-makalah selanjutnya. Di dunia ini tidak ada kata sempurna, seperti
pepatah tiada gading yang tak retak. Oleh karena itu penulis mengharapkan
permakluman pembaca apabila ada kata-kata yang tidak berkenan dihati.

Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat guna


menambah wawasan mengenai Penilaian Status Gizi Secara Klinis. Atas
perhatiannya, terimakasih.

Denpasar, 07 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ……………………………………………..……...……...i

DAFTAR ISI ……………………………………………………….……...……..ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………………………..………………..1


1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………1
1.3 Tujuan Makalah…………………………………………………...……2
1.4 Manfaat Makalah…………………………………………………..…...2

BAB II PEMBAHASAN

2. 1 Pengertian Penilaian Status Gizi Secara Klinis……………….………..3


2. 2 Keunggulan Pemeriksaan Penilaian Status Gizi Secara Klinis. …….…5
2. 3 Keterbatasan Pemeriksaan Penilaian Status Gizi Secara Klinis. ………5
2. 4 Penyakit Kurang Gizi dan Tanda Klinisnya. ………………………..…6

BAB III KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………....19

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Status gizi adalah faktor yang terdapat dalam level individu, faktor yang dipengaruhi
langsung oleh jumlah dan jenis asupan makanan serta kondisi infeksi. Diartikan juga sebagai
keadaan fisik seseorang atau sekelompok orang yang ditentukan dengan salah satu atau
kombinasi ukuran-ukuran gizi tertentu.(Supariasa, et al, 2016).
Status gizi berkaitan dengan asupan makronutrien dan energi. Energi didapatkan terutama
melalui konsumsi makronutrien berupa karbohidrat, protein dan lemak. Selama usia
pertumbuhan dan perkembangan asupan nutrisi menjadi sangat penting, bukan hanya untuk
mempertahankan kehidupan melainkan untuk proses tumbuh dan kembang.
Penilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi seserang
dengan cara mengumpulkan data penting. Baik yang bersifat objektif maupun subjektif untuk
kemudian dibandingkan dengan baku yang tersedia. Penilaian status gizi dapat dibagi
menjadi dua yaitu penilaian status gizi secara langsung dan tudak langsung. Yang termasuk
penilaian status gizi secara langsung yaitu antropometri, biokimia, klinis, dan biofisik.
Sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung yaitu dengan survey konsumsi, statistik
vital, dan faktor ekologi.
.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa itu penilaian status gizi secara klinis ?
1.2.2 Apa keunggulan pemeriksaan penilaian status gizi secara klinis ?
1.2.3 Apa keterbatasan pemeriksaan penilaian status gizi secara klinis ?
1.2.4 Berikan contoh penyakit kurang gizi dan tanda klinisnya.

1
1.3 Tujuan Makalah

Tujuan kami menulis makalah ini, yaitu:

1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami pengertian penilaian status gizi secara klinis.
1.3.2 Untuk mengetahui dan memahami keunggulan pemeiksaan penilaian status gizi
secara klinis.
1.3.3 Untuk mengetahui dan memahami keterbatasan pemeriksaan penilaian status gizi
secara klinis.
1.3.4 Untuk mengetahui dan memahami penyakit kurang gizi dan tanda klinisnya.

1.4 Manfaat Makalah


Manfaat yang bisa didapatkan setelah membaca makalah ini, yaitu:
1. Bagi mahasiswa dapat dijadikan rujukan untuk makalah,
2. Bagi pembaca dapat memberikan informasi tentang Penilaian Status Gizi Secara
Klinis.
3. Bagi penulis dapat menambah wawasan tentang Penilaian Status Gizi secara Klinis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 Pengertian Penilaian Status Gizi Secara Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidak cukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel
(supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada
organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Metode ini
digunakan untuk survey klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang
untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau
lebih zat gizi. Disamping itu pula digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi
seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom)
atau riwayat penyakit.

Tanda-tanda klinis kurang gizi dapat menjadi indicator yng sangat penting untuk
menduga defisiensi gizi. Hal ini mencakup kelambatan pertumbuhan dan pekembangan
yang dapat ditentukan dengan cara membandingkan seorang individu atau kelompok
tertentu terhadap ukuran normal pada umumnya. Tanda-tanda klinis malnutrition (gizi
kurang) tidak spesifik karen beberapa penyakit mempunyai gejala yang sama, tetapi
dengan penyebab yang berbeda. Oleh sebab itu pemeriksaan klinis ini harus dipadukan
dengan pemeriksaan lainseperti antropometri, laboratorium dan survey konsumsi
makanansehingga kesimpulan dalam penilaian status gizi dapat lebih tepat dan lebih baik.

Pemeriksaan klinis (clinical assessment) secara umum terbagi atas 2 bagian,


yaitu:

1. Riwayat medis (medical history)

Yaitu catatan mengenai perkembangan penyakit. Dalam riwayat medis, kita


mencatat semua kejadian yang berhubungan dengan gejala yang timbul pada
3
penderita beserta faktor-faktor yang memengaruhi timbulnya penyakit tersebut.
Catatan itu meliputi:

a. Identitas penderita: umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dll.

b. Lingkungan fiik dan sosial budaya, antara lain: lingkungan fisik (keadaan
kesuburan tanah dan kandungan mineral tanah), dan lingkungan sosial
budaya (adat istiadat, kepercayaan, kebiasaan-kebiasaan serta pola
kehidupan sekitar).

c. Sejarah timbulnya gejala penyakit. Beberapa hal yang perlu diketahui


adalah kapan berat badan mulai menurun, kapan ada gejala anoreksia
atau nafsu makan menurun, kapan ada gejala muntah, atau adakah gejala
diare, dll.

d. Data-data tambahan, seperti:

 Apakah penderita juga menderita anemia?

 Apakah penderita pernah melakukan perasi usus buntu?

 Apakah penderita pernah menderita penyakit infeksi?

 Dan lain-lain.

Data-data tersebut dapat dikumpulkan dengan cara wawancara kepada penderita


dan keluarganya, atau dengan observasi langsung kerumah dan lingkungan
penderita.

2. Pemeriksaan Fisik

Yaitu melihat dan mengamati gejala gangguan gizi baik sign (gejala yang
dapat diamati) dan symptom (gejala yang tiak dapat diamati, tetapi dirasakan oleh
penderita gangguan gizi). Pada pemeriksaan fisik, kita melakukan pengamatan
terhadap perubahan fisik yang berkaitan dengan kekurangan gizi.perubahan
tersebut dapat dilihat pada kulit atau jaringan epitel yaitu jaringan yang
4
membungkus permukaan tubuh (rambut, mata, wajah , mulut, lidah, gigi, dll).
Selain itu, dapat dilihat pada bagian lain, seperti kelenjar tiroid. Komisi Ahli
WHO yang dikutip oleh Jelliffe (1966) dan Jelliffe (1989) mengelompokkan
tanda-tanda klinis menjadi 3 kelompok besar, yaitu:

a. Kelompok 1: Tanda-tanda yang memang benar berhubungan dengan


kurang gizi yang mungkin disebabkan oleh kekurangan
salah satu zat gizi atau lebih, yang dibutuhkan tubuh.

b. Kelompok 2: Tanda-tanda yang membutuhkan investigasi (penyelidikan)


lebih lanjut. Tanda ini mungkin disebabkan oleh malnutrisi
atau oleh faktor lain seperti kehidupan dibawah standar
(miskin), buta huruf, dll.

c. Kelompok 3: tanda-tanda yang tidak berkaitan dengan malnutrisi


walaupun hamper mirip. Dalam diagnosis, tanda ini sulit
untuk dibedakan sehingga memerlukan keahlian khusus.

2. 2 Keunggulan Pemeriksaan Penilaian Status Gizi Secara Klinis


Adapun keunggulan dari penilaian status gizi secara klinis yaitu:
1. Pemeriksaan klinis relaif murah an tidak memerlukan biaya terlalu besar.
2. Dalam pelaksanaannya, pemeriksaan tidak memerlukan tenaga khusus, tetapi
tenaga paramedis dapat dilatih.
3. Sederhana, cepat dan mudah diinterpretasikan.
4. Tidak memerlukan peralatan yang rumit.

2. 3 Keterbatasan Pemeriksaan Penilaian Status Gizi Secara Klinis.


1. Beberapa gejala klinis tidak muah dideteksi sehingga perlu orang-orang yang ahli
dalam menentukan gejala klinis tersebut. Para tenaga medis dapat dilatih untuk
melakukan pemeriksaan klinis.

5
2. Gejala klinis tidak bersifat spesifik, terutama pada penderita KEP ringan dan
sedang.
3. Ada gejala klinis yang bersifat multiple. Penyakit kulit akibat defisiensi satu
macam vitamin biasanya tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan defisiensi vitamin
dan mineral serta zat gizi lainnya.
4. Gejala klinis dapat terjadi pada waktu permulaan kekurangan zat gizi dan dapat
juga terjadi pada saat akan sembuh.
5. Adanya variasi dalam gejala klinis yang timbul. Hal ini karena satu gejala klinis
dapat dipengaruhi oleh beeberapa faktor, seperti genetik, lingkungan, kebiasaan,
dll.

2. 4 PENYAKIT KURANG GIZI DAN TANDA KLINISNYA


A. KEKURANGAN ENERGI PROTEIN (KEP)
Kekurangan Energi Protein (KEP) adalah keadaan gizi kurang yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-
hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG).
Orang yang mengidap gejala KEP ringan dan sedang pada pemeriksaan
hanya nampak kurus. Sedangkan pada gejala klinis KEP berat secara garis besar
dapat dibedakan menjadi 3, yaitu marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-
kwashiorkor. (Departemen Kesehatan RI, 1999).
Tanda Klinis:
1. Marasmus

Gambar 1. Tanda Klinis Marasmus

6
 Anak tampak sangat kurus, tampak seperti tulang terbungkus kulit,
 Wajah sepeti orang tua,
 Cengeng dan rewel,
 Kulit keriput, jaringan lemak subkutan sangat sedikit, bahkan
sampai tidak ada,
 Sering disertai diare kronis atau konstipasi (susah buang air besar)
serta penyakit kronis lain,
 Tekanan darah, detak jantung dan pernapasan berkurang.
2. Kwashiorkor

Gambar 2. Tanda Klinis Kwashiorkor


 Edema umumnya terdapat diseluruh tubuh dan terutama pada kaki
(dorsum pedis),
 Wajah membulat dan sembab,
 Perubahan status mental; cengeng, rewel dan kadang apatis,
 Anak sering menolak segala jenis makanan (anoreksia)
 Pembesaran hati,
 Sering disertai infeksi, anemia dan diare,
 Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut,
 Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas an berubah
menjadi hitam terkelupas (crazy pavement dematosis),
 Pandangan mata anak tampak sayu

7
3. Marasmus-Kwashiorkor

Gambar 3. Tanda Klinis Marasmus-Kwashiorkor


Tanda-tanda marasmus-kwashiorkor adalah gabungan dari tanda-
tanda yang ada pada marasmus-kwahiorkor (Depkes RI, 1999)

Metode Penentuan KEP:


Untuk mendeteksi Kurang energi Protein (KEP), perlu dilakukan
pemeriksaan (inspeksi) terhadap target organ meliputi:
 Kulit seluruh tubuh, terutama wajah, tangan dan siku
 Otot-otot
 Rambut
 Mata
 Hati
 Muka/wajah
 Gerakan motorik (gerakan yang dilakukan tubuh)

B. ANEMIA GIZI ZAT BESI


Anemia adalah suatu keadaan ketika kadar hemoglobin darah kurang dari
kadar normal.
Tanda Klinis:
 Lelah, Lesu, Lemah, Letih, Lunglai (5L)
 Bibir tampak pucat
 Napas pendek

8
 Lidah licin
 Denyut jantung meningkat
 Susah buang air besar (konstipasi)
 Nafsu makan berkurang
 Sering merasa pusing
 Mudah mengantuk
Metode Penentuan:
Untuk mendeteksi Anemia Gizi Zat Besi (AGB) perlu dilakukan
pemeriksaan (inspeksi) terhadap target organ yang meliputi:
 Mata
 Kuku
 Bibir
 Lidah

C. GANGGUAN AKIBAT KURANG IODIUM (GAKI)


Gangguan akibat kurang iodium (GAKI) tidak hanya menyebabkan
pembesaran kelenjar gondok, tetapi juga berbagai macam gangguan lain.
Kekurang iodium pada ibu yang sedang hamil dapat berakibat abortus,
lahir mati, kelainan bawaan pada bayi, meningkatnya angka kematian pra-natal,
dan melahirkan bayi kretin.
Kekurangan iodium yang diderita anak-anak menyebabkan pembesaran
kelenjar gondok, gangguan fungsi mental dan perkembangan fisik. Pada orang
dewaa menyebabkan pembesaran kelenjar gondok, hipotiroid, dan gangguan
mental (Pudjiaji, 1997).
Kekurangan iodium pada tingkat berat dapat mengabkibatkan cacat fisik
dan mental seperti tuli, bisu-tuli, pertumbuhan anak terganggu, badan lemah,
kecerdasan dan perkembangan mental teerganggu, akibat yang sangat merugikan
adalah lahirnya anak kretin. Kretin adalah keadaan eseorang yang lahir didaerah
endemic dan memiliki dua atau lebih kelainan-kelainan, seperti:
 Perkembangan mental terhambat,

9
 Pendengaran terganggu dan dapat menjadi tuli,
 Perkembangan saraf penggerak terhambat, jika berjalan
menunjukkan langkah yang khas, mata juling, gangguan bicara
sampai bisu, dan reflex fisiologi yang meninggi (Depkes, 1986).
Tanda Klinis GAKI:
 Benjolan di leher.
 Rambut rontok.
 Peningkatan berat badan tanpa penyebab yang jelas.
 Tubuh terasa lelah dan lemah.
 Merasa kedinginan.
 Kulit menjadi kering dan pecah-pecah.
 Gangguan menstruasi.
 Gangguan irama jantung.
 Penurunan daya ingat dan kemampuan berpikir.

D. STUNTING
Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan pada anak (petumbuhan
tubuh) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Hal ini menyebabkan anak
lebih pendek atau perawakannya pendek dari anak dari anak normal seusianya.
Stunting umumnya isebabkan oleh asupan makan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan gizi.
Tanda Klinis Stunting:
Tanda utama stunting adalah tubuh pendek di bawah rata-rata. Beberapa
gejala dan tanda lain yang terjadi jika anak mengalami gangguan pertumbuhan:
 Tanda pubertas terlambat
 Performa buruk pada tes perhatian dan memori belajar
 Pertumbuhan gigi terlambat
 Usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan
kontak mata.
 Pertumbuhan terlambat
10
 Wajah tampak lebih muda dari usianya

E. OBESITAS
Obesitas adalah kondisi kronis akibat penumpukan lemak dalam tubuh
yang sangat tinggi. Obesitas terjadi karena asupan kalori yang lebih banyak
dibanding aktivitas membakar kalori, sehingga kalori yang berlebih menumpuk
dalam bentuk lemak. Apabila kondisi tersebut terjadi dalam waktu yang lama,
maka akan menambah berat badan hingga mengalami obesitas.
Tanda Klinis Obesitas:
 Sesak napas.
 Berat badan berlebih.
 Lebih banyak berkeringat.
 Mendengkur.
 Sulit tidur.
 Tidak mampu untuk melakukan aktifitas fisik yang tiba-tiba.
 Merasa sangat lelah setiap hari.
 Nyeri punggung dan nyeri sendi.

F. DIABETES MELITUS
Diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai dengan ciri-ciri berupa
tingginya kadar gula (glukosa) darah. Glukosa merupakan sumber energi utama
bagi sel tubuh manusia.
Glukosa yang menumpuk di dalam darah akibat tidak diserap sel tubuh
dengan baik dapat menimbulkan berbagai gangguan organ tubuh. Jika diabetes
tidak dikontrol dengan baik, dapat timbul berbagai komplikasi yang
membahayakan nyawa penderita.
Secara umum, diabetes dibedakan menjadi dua jenis, yaitu diabetes tipe 1
dan tipe 2. Diabetes tipe 1 terjadi karena sistem kekebalan tubuh penderita
menyerang dan menghancurkan sel-sel pankreas yang memproduksi insulin. Hal
ini mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah, sehingga terjadi kerusakan

11
pada organ-organ tubuh. Diabetes tipe 1 dikenal juga dengan diabetes autoimun.
Pemicu timbulnya keadaan autoimun ini masih belum diketahui dengan pasti.
Dugaan paling kuat adalah disebabkan oleh faktor genetik dari penderita yang
dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan.
Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang lebih sering terjadi.
Diabetes jenis ini disebabkan oleh sel-sel tubuh yang menjadi kurang sensitif
terhadap insulin, sehingga insulin yang dihasilkan tidak dapat dipergunakan
dengan baik (resistensi sel tubuh terhadap insulin). Sekitar 90-95% persen
penderita diabetes di dunia menderita diabetes tipe ini.
Tanda Klinis Diabetes:
Diabetes tipe 1 dapat berkembang dengan cepat dalam beberapa minggu,
bahkan beberapa hari saja. Sedangkan pada diabetes tipe 2, banyak penderitanya
yang tidak menyadari bahwa mereka telah menderita diabetes selama bertahun-
tahun, karena gejalanya cenderung tidak spesifik. Beberapa ciri-ciri diabetes tipe
1 dan tipe 2 meliputi:
 Sering merasa haus.
 Sering buang air kecil, terutama di malam hari.
 Sering merasa sangat lapar.
 Turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.
 Berkurangnya massa otot.
 Terdapat keton dalam urine. Keton adalah produk sisa dari
pemecahan otot dan lemak akibat tubuh tidak dapat menggunakan
gula sebagai sumber energi.
 Lemas.
 Pandangan kabur.
 Luka yang sulit sembuh.
 Sering mengalami infeksi, misalnya pada gusi, kulit, vagina, atau
saluran kemih.
Beberapa gejala lain juga bisa menjadi ciri-ciri bahwa seseorang
mengalami diabetes, antara lain:

12
 Mulut kering.
 Rasa terbakar, kaku, dan nyeri pada kaki.
 Gatal-gatal.
 Disfungsi ereksi atau impotensi.
 Mudah tersinggung.
 Mengalami hipoglikemia reaktif, yaitu hipoglikemia yang terjadi
beberapa jam setelah makan akibat produksi insulin yang
berlebihan.
 Munculnya bercak-bercak hitam di sekitar leher, ketiak, dan
selangkangan, (akantosis nigrikans) sebagai tanda terjadinya
resistensi insulin.

G. HIPERTENSI
Hipertensi adalah nama lain dari tekanan darah tinggi. Kondisi ini dapat
menyebabkan komplikasi kesehatan yang parah dan meningkatkan risiko penyakit
jantung, stroke, dan terkadang kematian.
Tekanan darah adalah kekuatan yang diberikan oleh sirkulasi darah
terhadap dinding arteri tubuh, yaitu pembuluh darah utama dalam tubuh. Tekanan
ini tergantung pada resistensi pembuluh darah dan seberapa keras jantung bekerja.
Semakin banyak darah yang dipompa jantung dan semakin sempit arteri, maka
semakin tinggi tekanan darah.
Tanda Klinis Hipertensi:
 Sakit kepala.
 Lemas.
 Masalah dalam penglihatan.
 Nyeri dada.
 Sesak napas.
 Aritmia (gangguan yang terjadi pada irama jantung).
 Adanya darah dalam urine.
13
Selain itu, hipertensi memiliki tanda klinis yang dapat terjadi, diantaranya
adalah (Smeltzer, 2013):

 Pemeriksaan fisik dapat mendeteksi bahwa tidak ada abnormalitas lain


selain tekanan darah tinggi.
 Perubahan yang terjadi pada retina disertai hemoragi, eksudat,
penyempitan arteriol, dan bintik katun-wol (cotton-wool spots) (infarksio
kecil), dan papiledema bisa terlihat pada penderita hipertensi berat.
 Gejala biasanya mengindikasikan kerusakan vaskular yang saling
berhubungan dengan sistem organ yang dialiri pembuluh darah yang
terganggu.
 Dampak yang sering terjadi yaitu penyakit arteri koroner dengan angina
atau infark miokardium.
 Terjadi Hipertrofi ventrikel kiri dan selanjutnya akan terjadi gagal jantung.
 Perubahan patologis bisa terjadi di ginjal (nokturia, peningkatan BUN,
serta kadar kreatinin).
 Terjadi gangguan serebrovaskular (stroke atau serangan iskemik transien
[TIA] [yaitu perubahan yang terjadi pada penglihatan atau kemampuan
bicara, pening, kelemahan, jatuh mendadak atau hemiplegia transien atau
permanen])

H. KURANG VITAMIN A (KVA)


Penyakit mata yang diakibatkan oleh kekurangan vitamin A disebut
xeropthalmia. Penyakit ini merupakan penyebab kebutaan yang paling sering
terjadi pada anak-anak di Indonesia yang umumnya terjadi pada usia 2-3 tahun.
Hal ini terjadi karena anak tidak diberi makanan yang memenuhi syarat gizi
sementara anak itu belum bisa mengambil makanan sendiri. Gejala xeropthalmia
terbagi dua, yaitu:
1. Keadaan yang reversible, yaitu yang dapat sembuh:
 Rabun senja (hemerolopia)
 Xerosis conjunctiva
14
 Xerosis kornea
 Bercak bitot
2. Keadaan yang irreversible, yaitu keadaan yang sulit atau tidak akan
sembuh:
 Ulserasi kornea
 Keratomalasia

Klasifikasi yang diterapkan pada pertemuan bersama WHO, UNICEF,


Helen Keller Internasional, dan IVACG di Jakarta pada tahun 1981 adalah
sebagai berikut:
Klasifikasi Kekurangan Vitamin A
XN Rabun senja (night blindness only)
X1A Kongjungtiva mongering (conjunctive xerosis) yaitu terdapatnya satu atau
lebih bintik-bintik konjungtiva yang kering dan tidak dapat dibasahi.
Keadaan ini bias dijelaskan sebagai munculnya segundukan pasir pada air
pasang yang kembali surut.
X1B Bercak bitot dan konjungtiva mengering (bitots spot + conjunctiva
xerosis) adalah suatu bentukan yang berwarna abu-abu kekuningan yang
bentuknya seperti busa sabun, yaitu keadaan bergelembung atau seperti
keju yang terdiri dari sel-sel epitel konjungtiva yang mengeras dan
bersisik melapisi sebagian atau seluruh permukaan yang kering,
membentuknoda-noda bitot.
X2 Kornea mongering (kornea xerosis), yaitu keadaan kekurangan vitamin A
yang makin parah, bintik-bintik luka menjadi bertambah padat dan
tersebar keatas dan mungkin meliputi seluruh kornea. Kornea pada
kondisi ini memiliki rupa yang kering, membentuk noda-noda bitot.
X3A Ulserasi kornea + kornea mongering, yaitu keadaan kekurangan vitamin
A yang lebih parah lagi dari kornea mengering yang mengakibatkan
kehilangan frank epithelial dan ulserasi stoma baik dengan ketebalan
sebagian maupun seluruhnya. Tukak yang berlubang mungkin menjadi

15
tersumbat dengan iris dan sembuh sebagai leukoma.
X3B Keratomalasia, yaitu keadaan ketika semua kornea dan konjungtiva
menjadi satu dan menebal sehingga terkadang bentuk bola mata menjadi
rusak. Keadaan perlunakan limbus to limbus cornea. Biasanya terjadi
dengan adanya gabungan kekurangan protein dan vitamin A.
XS Parut cornea (cornea scars) akibat sembuh dari luka.
XF Xeropthalmia fundus. Terjadinya noda-noda putih yang menyebar
diseluruh fundus.

I. BERI-BERI
Penyakit beri-beri disebabkan oleh kurangnya kadar vitamin B1 atau
tiamin dalam tubuh. Vitamin B1 dibutuhkan untuk memproduksi dan
menyalurkan energi ke sel-sel tubuh. Rendahnya kadar vitamin B1 membuat
tubuh kekurangan energi serta menyebabkan masalah pada jantung dan peredaran
darah, serta sistem saraf.
Tanda Klinis Beri-Beri:
Penyakit beri-beri terbagi menjadi 3 jenis, yaitu beri-beri kering, beri-beri
basah, dan sindrom Wernicke-Korsakoff. Tiap jenis ini memiliki gejala yang
berbeda-beda. Berikut penjelasannya:
1. Gejala beri-beri basah
Beri-beri basah menyerang jantung dan sistem peredaran darah.
Gangguan ini bisa ditandai dengan gejala seperti:
 Tungkai membengkak.
 Jantung berdebar.
 Sesak napas saat melakukan aktivitas fisik atau bahkan saat baru
bangun tidur.
2. Gejala beri-beri kering
Beri-beri kering dapat merusak saraf dan menurunkan fungsi otot-
otot tubuh. Gangguan ini dapat ditandai dengan gejala seperti:
 Tangan dan kaki kesemutan atau mati rasa.

16
 Tubuh terasa nyeri.
 Mual dan muntah.
 Mata bergerak tak terkontrol.
 Linglung dan bingung (delirium).
 Kesulitan berbicara.
 Kesulitan berjalan, bahkan lumpuh.
3. Gejala sindrom Wernicke-Korsakoff
Sindrom Wernicke-Korsakoff adalah kerusakan otak akibat
kekurangan tiamin tingkat parah atau beri-beri berat. Gangguan ini
umumnya ditandai dengan berbagai gejala seperti:
 Kemampuan mengingat berkurang.
 Menurunnya koordinasi otot-otot tubuh.
 Gangguan penglihatan.
 Kebingungan dan linglung.
 Halusinasi.

J. PELLAGRA
Pellagra adalah sebuah penyakit sistemik yang dihasilkan dari defisiensi
vitamin B3 atau niacin yang parah. Kekurangan vitamin B3 yang ringan mungkin
tidak diketahui, tetapi diet rendah kronis atau tanpa niacin dapat menyebabkan
gejala, seperti diare, dermatitis, dan demensia. Umumnya, diare adalah gejala
yang paling pertama terjadi. Kondisi ini bisa sebabkan kematian.
Peradangan mukosa juga dapat terjadi di seluruh sistem gastrointestinal
yang menyebabkan lidah sakit, luka di mulut, mual, muntah, dan diare. Pellagra
juga dapat menyebabkan dermatitis yang biasanya dimulai sebagai ruam dengan
batas yang jelas yang menyerupai kulit terbakar pada area kulit yang terpapar
sinar matahari. Ruam bisa menjadi parah dengan pigmentasi yang lebih gelap,
lecet, dan kulit mengelupas pada wajah, leher, lengan, dan kaki.
Pellagra juga dapat menyebabkan gangguan neurologis, seperti insomnia,
depresi, halusinasi, dan kehilangan memori atau demensia dapat muncul kemudian
17
dalam proses penyakit. Terakhir, jika pellagra tidak diobati, kematian dapat terjadi
dalam beberapa tahun.
Tanda Klinis Pellagra:
Gejala utama yang dapat terjadi disebabkan oleh pellagra adalah
dermatitis, demensia, dan diare. Hal ini dikarenakan defisiensi niacin paling
terlihat pada bagian tubuh dengan tingkat pergantian sel yang tinggi, seperti kulit
atau saluran pencernaan.
Dermatitis yang berhubungan dengan pellagra biasanya menyebabkan
ruam pada wajah, bibir, kaki, atau tangan. Pada beberapa orang, dermatitis
terbentuk di leher, gejala yang dikenal sebagai kalung Casal. Gejala-gejala
dermatitis selain itu yang dapat terjadi termasuk:
 Kulit merah atau bersisik.
 Area kulit berubah warna, mulai dari merah hingga coklat.
 Kulit tebal, kasar, bersisik, atau pecah-pecah.
 Kulit gatal dan terdapat bercak terbakar.

Gejala pellagra lain yang mungkin terjadi adalah :


 Luka di bibir, lidah, atau gusi.
 Nafsu makan menurun.
 Sulit makan dan minum.
 Mual dan muntah.

18
BAB III
KESIMPULAN

3.1 KEIMPULAN
Penilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi
seserang dengan cara mengumpulkan data penting. Baik yang bersifat objektif maupun
subjektif untuk kemudian dibandingkan dengan baku yang tersedia. Penilaian status gizi
dapat dibagi menjadi dua yaitu penilaian status gizi secara langsung dan tudak langsung.

Penilaian status gizi secara klinis termasuk penilaian status gizi secara langsung.
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidak cukupan zat gizi. Pemeriksaan klinis (clinical assessment)
secara umum terbagi atas 2 bagian, yaitu riwayat medis dan pemeriksaan fisik.

19
DAFTAR PUSTAKA

Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. 2016. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Willy, Tjin. 2019. Penyakit Beri-Beri. Tersedia di : https://www.alodokter.com/penyakit-beri-


beri (diakses 7 November 2020)

Redaksi Halodoc. 2019. Kenali Penyakit Pellagra Kekurangan Vitamin B3. Tersedia di:
https://www.halodoc.com/artikel/kenali-penyakit-pellagra-akibat-kekurangan-vitamin-b3
(diakses 7 November 2020)

20

Anda mungkin juga menyukai