Anda di halaman 1dari 7

A.

PERMASALAHAN EKONOMI DI INDONESIA


1. Kemiskinan
Kemiskinan menjadi masalah yang terus muncul dan belum bisa diselesaikan.
Sebelumnya, Indonesia diprediksi akan menjadi negara maju pada tahun 2045.
Artinya Indonesia harus bisa mengurangi tingkat kemiskinan yang saat ini masih
tinggi.

2. Urgensi Memperbaiki Kuantitas dan Kualitas Pertumbuhan Ekonomi


Indonesia mengalami pertumbuhan dengan rata-rata laju 5,27% dalam dua
dasawarsa terakhir (2000-2018). Namun untuk keluar dari status negara
berpendapatan menengah dan menjadi negara maju, laju pertumbuhan tersebut tidak
cukup. Indonesia juga menghadapi masalah kualitas pertumbuhan ekonomi. Sebab,
angka kemiskinan, ketimpangan sosial, dan pengangguran masih tinggi. Porsi PDB
juga masih 58,5% terkonsentrasi di Pulau Jawa dan mengalami peningkatan dalam
lima tahun terakhir.

3. Impor
Impor adalah kegiatan transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke
negara. Proses impor umumnya adalah kegiatan memasukan barang atau komoditas
dari suatu negara lain ke dalam negeri.
Tingkat impor Indonesia masih tinggi. Hal ini dikarenakan output di sektor
pertanian dan peternakan kian merendah sementara pertumbuhan penduduk, terutama
kelas menengah, terus menerus meningkat.
Hal ini kemudian memperlihatkan bahwa industri dalam negeri tidak mampu
memenuhi kebutuhan dikarenakan kian bergesernya struktur ekonomi ke arah jasa.
Selain itu deindustrialisasi juga terjadi dengan lebih cepat.

4. Daya Beli Stagnan


Daya beli menjadi kunci utama dalam membangun pondasi ekonomi Indonesia.
Inflasi secara tahunan tercatat 2,48% dari tahun ke tahun, meski demikian hal ini
tidak berhasil mengangkat daya beli yang masih stagnan. Sangat mungkin inflasi
rendah saat ini disertai juga dengan penurunan daya beli masyarakat. Penyebab daya
beli yang stagnan dari masyarakat umumnya dipengaruhi oleh pendapatan yang ia
terima, harga barang dan jasa, hingga berapa banyaknya barang yang dikonsumsi.

5. Daya Saing Rendah


Indonesia sebagai negara tujuan investasi mulai mengalami penurunan dan jumlah
perusahaan di Indonesia juga mulai berkurang. Di sisi lain, Vietnam terus
menunjukkan peningkatan performa dalam menarik FDI, salah satunya dari Jepang.
Berkebalikan dengan Indonesia, popularitas Vietnam bagi investor Jepang terus
meningkat.

6. Kinerja Pajak Rendah Sementara Rasio Hutang Kian Meningkat


INDEF mencatat tax ratio Indonesia mengalami penurunan selama periode 2012-
2017. Pencapaian tax ratio tersebut juga masih jauh dari target dalam RPJMN 2015-
2019 sebesar 15,2%.
Penerimaan pajak yang tidak optimal tercermin dari shortfall pajak yang masih
terjadi. Sementara, peningkatan rasio utang terhadap PDB berbanding terbalik dengan
tax ratio. Implikasinya beban pembayaran bunga utang terhadap belanja pemerintah
pusat semakin tinggi, dari 11% pada 2014 menjadi 17,13%.

B. Permasalahan Ekonomi Pangan dan Gizi


Indonesia memiliki sumber daya yang cukup untuk menjamin ketahanan pangan
bagi penduduknya. Indikator ketahanan pangan juga menggambarkan kondisi yang cukup
baik. Akan tetapi masih banyak penduduk Indonesia yang belum mendapatkan kebutuhan
pangan yang mencukupi. Sekitar tiga puluh persen rumah tangga mengatakan bahwa
konsumsi mereka masih berada dibawah kebutuhan konsumsi yang semestinya.
Upaya untuk terus menangani permasalahan pangan dan gizi telah banyak
dilakukan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Rencana
Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RANPG) juga menjelaskan betapa pentingnya bagi
negara untuk terus berupaya menjaga kondisi pangan nasional untuk menjamin ketahanan
pangan nasional. Tidak hanya sampai pada tatanan nasional saja, namun negara dalam hal
ini pemerintah harus bisa menjamin ketahanan pangan hingga sampai pada ukuran
individu/perseorangan sebagaimana diamanatkan pada UU No 18 tahun 2012 tentang
pangan.
Konsep ketahanan pangan menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1996 adalah
kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan
yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Berdasar
konsep tersebut, maka terdapat beberapa prinsip yang terkait, baik langsung maupun
tidak langsung terhadap ketahanan pangan (food security).
Untuk menjamin ketahanan pangan nasional perlu adanya kerjasama dan
hubungan yang solid lintas sektoral, sebab ketahanan pangan berbicara mengenai urusan
multisektoral bukan sektoral yang hanya dibebankan ke satu instansi seperti kementerian
pertanian saja. Saat berbicara mengenai kebijakan ketahanan pangan, maka ada 4
komponen yang harus diperhatikan dalam rangka mendukung upaya mewujudkan
ketahanan pangan itu sendiri. 4 komponen tersebut yaitu:

1. Ketersediaan Pangan.

Negara berkewajiban untuk menjamin ketersediaan pangan dalam jumlah yang


cukup (selain terjamin mutunya) bagi setiap warga negara, karena pada dasarnya
setiap warga negara berhak atas pangan bagi keberlangsungan hidupnya. Penyediaan
pangan oleh negara harus diupayakan melalui produksi pangan dalam negeri, dimana
produksi ini harus senantiasa meningkat dari tahun ketahun seiring dengan
pertambahan penduduk.(Purwaningsih, 2008)

Indonesia secara umum tidak memiliki masalah terhadap ketersediaan pangan.


Indonesia memproduksi sekitar 31 juta ton beras setiap tahunnya dan mengkonsumsi
sedikit diatas tingkat produksi tersebut dimana impor umumnya kurang dari 7%
konsumsi. Lebih jauh jaringan distribusi swasta yang berjalan secara efisien turut
memperkuat ketahanan pangan di seluruh Indonesia. Beberapa kebijakan kunci yang
memiliki pengaruh terhadap ketersediaan pangan meliputi: larangan impor beras,
upaya Kementerian Pertanian untuk mendorong produksi pangan, pengaturan
BULOG (perusahaan umum milik negara yang bergerak di bidang logistik pangan)
mengenai ketersediaan stok beras.(Sirajuddin, 2018)

2. Kemandirian Pangan.
Kemandirian suatu negara dalam memenuhi kebutuhan rakyatnya merupakan
indikator penting yang harus diperhatikan, karena negara yang berdaulat penuh
adalah yang tidak tergantung (dalam bidang politik, keamanan, ekonomi, dan
sebagainya) pada negara lain. Ketergantungan suatu negara dalam memenuhi
kebutuhan rakyatnya dapat berbentuk ketergantungan dalam pasokan, pengambilan
keputusan, teknologi, atau pola konsumsi, dan gaya hidup. Indonesia dengan
penduduk lebih dari 210 juta orang, menjadi sangat berbahaya apabila tidak mandiri
dalam pangan. Namun perlu dicatat bahwa kemandirian pangan, tidak berarti
menolak ekspor-impor pangan, karena perdagangan (Purwaningsih, 2008)

3. Keterjangkauan Pangan.

Keterjangkauan pangan atau aksesibilitas masyarakat (rumah tangga) terhadap


bahan pangan sangat ditentukan oleh daya beli, dan daya beli ini ditentukan oleh
besarnya pendapatan dan harga komoditas pangan. Pengaruh pendapatan terhadap
akses pangan dapat dilihat melalui pengeluaran bahan pangan, yaitu dengan besarnya
proporsi pengeluaran rumah tangga untuk bahan pangan. Selanjutnya harga pangan
berpengaruh terhadap aksesibilitas terhadap bahan pangan.(Purwaningsih, 2008)

Elemen terpenting dari kebijakan ketahanan pangan ialah adanya jaminan bagi
kaum miskin untuk menjangkau sumber makanan yang mencukupi. Cara terbaik yang
harus diambil untuk mencapai tujuan ini ialah dengan memperluas strategi
pertumbuhan ekonomi, khususnya pertumbuhan yang memberikan manfaat bagi
kaum miskin. Kebijakan ini dapat didukung melalui program bantuan langsung
kepada masyarakat miskin (BLSM), yang diberikan secara seksama dengan target
yang sesuai.(Sirajuddin, 2018)

4. Kualitas Makanan dan Gizi.


Hal yang tidak kalah penting untuk diperhatikan, sebagai bagian dari kebijakan
untuk menjamin ketersediaan pangan yang mencukupi bagi penduduk, ialah kualitas
pangan itu sendiri. Artinya penduduk dapat mengkonsumsi zat gizi mikro (Vitamin
dan mineral) yang mencukupi untuk dapat hidup sehat. Konsumsi pangan pada setiap
kelompok pengeluaran rumah tangga telah meningkat pada jenis-jenis pangan yang
berkualitas lebih baik. Namun, keadaan gizi pangan belum menunjukkan tanda-tanda
perbaikan. Sejumlah kebijakan penting yang berpengaruh terhadap kualitas pangan
dan gizi meliputi upaya untuk melindungi sejumlah komoditas pangan penting,
memperkenalkan program pangan tambahan dalam percepatan penganekaragaman
pangan, penyebarluasan dan pemasaran informasi mengenai pangan dan gizi.

Dengan terpenuhinya ketiga komponen ini maka perwujudan ketahanan pangan


nasional bukan lagi hanya menjadi sekedar harapan dalam program/target pemerintah,
namun pemerintah dapat menjamin dan memastikan ketahanan pangan itu sendiri.
(Sirajuddin, 2018)

C. Permasalahan dalam Ketahanan Pangan


Permasalahan secara umum mengenai ketahanan pangan adalah jumlah penduduk
yang besar dengan pertumbuhan penduduk yang positif. Dengan demikian permintaan
pangan masih akan meningkat. Peningkatan permintaan pangan juga didorong oleh
peningkatan pendapatan, kesadaran akan kesehatan dan pergeseran pola makan karena
pengaruh globalisasi, serta ragam aktivitas masyarakat. Di sisi lain, ketersediaan sumber
daya lahan semakin berkurang, karena tekanan penduduk serta persaingan pemanfaatan
lahan antara sektor pangan dengan sektor non pangan. Secara spesifik, permasalahan
sehubungan dengan ketahanan pangan adalah penyediaan, distribusi, dan konsumsi
pangan.
1. Penyediaan Pangan
Penyediaan pangan melalui peningkatan produksi pangan dalam negeri
dihadapkan pada masalah pokok yaitu semakin terbatas dan menurunnya
kapasitas produksi. Desakan peningkatan penduduk beserta aktivitas
ekonominya menyebabkan:
a. Terjadinya konversi lahan pertanian ke non pertanian
b. menurunnya kualitas dan kesuburan lahan akibat kerusakan lingkungan
c. semakin terbatas dan tidak pastinya penyediaan air untuk produksi akibat
kerusakan hutan,
d. rusaknya sekitar 30 persen prasarana pengairan, dan
e. persaingan pemanfaatan sumber daya air dengan sektor industri dan
pemukiman.

2. Distribusi Pangan
Distribusi pangan adalah kegiatan menya- lurkan bahan pangan dari point
of production (petani produsen) kepada point of consum- ption (konsumen
akhir). Distribusi tidak hanya menyangkut distribusi pangan di dalam negeri
namun juga menyangkut perdagangan internasional dalam suatu sistem harga
yang terintegrasi secara tepat (Soetrisno, 2005). Dengan demikian perlu dibuat
pola distribusi pangan yang menjamin seluruh rumah tangga dapat
memperoleh pangan dalam jumlah yang cukup sepanjang waktu dengan harga
yang terjangkau (Nainggolan, 2006)

3. Konsumsi Pangan
Permasalahan mengenai konsumsi penduduk Indonesia adalah belum
terpenuhinya kebutuhan pangan, karena belum tercukupinya konsumsi energi
(meskipun konsumsi protein sudah mencukupi). Konsumsi energi pendu- duk
Indonesia masih lebih rendah dari yang direkomendasikan WKNPG VIII.
Permasa- lahan selanjutnya adalah mengenai konsumsi energi yang sebagian
besar dari padi-padian, dan bias ke beras, lihat tabel 12. Dengan demikian
diperlukan upaya untuk mendiver- sifikasikan konsumsi pangan dengan
sumber karbohidrat non beras dan pangan sumber protein,
menganekaragamkan kualitas kon- sumsi pangan dengan menurunkan
konsumsi beras per kapita, selain mengembangkan industri dan bisnis pangan
yang lebih beragam.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. 2021. Klasifikasi dan Berbagai Masalah Ekonomi di Indonesia – Gramedia Literasi.
Tersedia di https://www.gramedia.com/literasi/masalah-
ekonomi/#Masalah_Ekonomi_di_Indonesia (diakses pada 4 Agustus 2021, 17:38)

Purwaningsih, Y. (2008). Ketahanan Pangan: Situasi, Permasalahan, Kebijakan, Dan


Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Ekonomi Pembangunan: Kajian Masalah Ekonomi Dan
Pembangunan, 9(1), 1. https://doi.org/10.23917/jep.v9i1.1028

Sirajuddin. (2018). Ekonomi Pangan dan Gizi. Tersedia secara online di


https://www.academia.edu/29264276/Ekonomi_Pangan_dan_Gizi (diakses pada 4 Agustus
2021, 19:25)

Anda mungkin juga menyukai