Anda di halaman 1dari 6

A Permasalahan Ekonomi di Indonesia

1. Impor
Impor adalah kegiatan transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke
negara lain. Proses impor umumnya adalah kegiatan memasukan barang atau komoditas
dari suatu negara lain ke dalam negeri. Tingkat impor Indonesia masih tinggi. Hal ini
dikarenakan output di sektor pertanian dan peternakan kian merendah sementara
pertumbuhan penduduk, terutama kelas menengah, terus menerus meningkat.
Hal ini kemudian memperlihatkan bahwa industri dalam negeri tidak mampu
memenuhi kebutuhan dikarenakan kian bergesernya struktur ekonomi ke arah jasa.
Selain itu deindustrialisasi juga terjadi dengan lebih cepat.

2. Kemiskinan
Kemiskinan menjadi masalah yang terus muncul dan belum bisa diselesaikan.
Sebelumnya, Indonesia diprediksi akan menjadi negara maju pada tahun 2045. Artinya
Indonesia harus bisa mengurangi tingkat kemiskinan yang saat ini masih tinggi.

3. Daya Beli Stagnan


Daya beli menjadi kunci utama dalam membangun pondasi ekonomi Indonesia.
Penyebab daya beli yang stagnan dari masyarakat umumnya dipengaruhi oleh
pendapatan yang ia terima, harga barang dan jasa, hingga berapa banyaknya barang
yang dikonsumsi.

4. Daya Saing Rendah


Indonesia sebagai negara tujuan investasi mulai mengalami penurunan dan jumlah
perusahaan di Indonesia juga mulai berkurang.

5. Urgensi Memperbaiki Kuantitas dan Kualitas Pertumbuhan Ekonomi


Indonesia mengalami pertumbuhan dengan rata-rata laju 5,27% dalam dua
dasawarsa terakhir (2000-2018). Namun untuk keluar dari status negara berpendapatan
menengah dan menjadi negara maju, laju pertumbuhan tersebut tidak cukup. Indonesia
juga menghadapi masalah kualitas pertumbuhan ekonomi. Sebab, angka kemiskinan,
ketimpangan sosial, dan pengangguran masih tinggi.

6. Kinerja Pajak Rendah Sementara Rasio Hutang Kian Meningkat


Penerimaan pajak yang tidak optimal tercermin dari shortfall pajak yang masih
terjadi. Sementara, peningkatan rasio utang terhadap PDB berbanding terbalik dengan
tax ratio. Implikasinya beban pembayaran bunga utang terhadap belanja pemerintah
pusat semakin tinggi.

Saat berbicara mengenai kebijakan ketahanan pangan, maka ada 4 komponen


yang harus diperhatikan dalam rangka mendukung upaya mewujudkan ketahanan pangan
itu sendiri. 4 komponen tersebut yaitu:

1. Ketersediaan Pangan.

Negara berkewajiban untuk menjamin ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup
bagi setiap warga negara, karena pada dasarnya setiap warga negara berhak atas pangan
bagi keberlangsungan hidupnya. Penyediaan pangan oleh negara harus diupayakan
melalui produksi pangan dalam negeri, dimana produksi ini harus senantiasa meningkat
dari tahun ketahun seiring dengan pertambahan penduduk.(Purwaningsih 2008)

(Sirajuddin 2018) Indonesia secara umum tidak memiliki masalah terhadap


ketersediaan pangan. Indonesia memproduksi sekitar 31 juta ton beras setiap tahunnya
dan mengkonsumsi sedikit diatas tingkat produksi tersebut dimana impor umumnya
kurang dari 7% konsumsi. Beberapa kebijakan kunci yang memiliki pengaruh terhadap
ketersediaan pangan meliputi: larangan impor beras, upaya Kementerian Pertanian untuk
mendorong produksi pangan, pengaturan BULOG (perusahaan umum milik negara yang
bergerak di bidang logistik pangan) mengenai ketersediaan stok beras.

2. Kemandirian Pangan.
Kemandirian suatu negara dalam memenuhi kebutuhan rakyatnya merupakan
indikator penting yang harus diperhatikan, karena negara yang berdaulat penuh adalah
yang tidak tergantung pada negara lain. Indonesia dengan penduduk lebih dari 210 juta
orang, menjadi sangat berbahaya apabila tidak mandiri dalam pangan. Namun perlu
dicatat bahwa kemandirian pangan, tidak berarti menolak ekspor-impor pangan karena
perdagangan (Purwaningsih 2008)

3. Keterjangkauan Pangan.

Keterjangkauan pangan atau aksesibilitas masyarakat (rumah tangga) terhadap bahan


pangan sangat ditentukan oleh daya beli, dan daya beli ini ditentukan oleh besarnya
pendapatan dan harga komoditas pangan.

Elemen terpenting dari kebijakan ketahanan pangan ialah adanya jaminan bagi kaum
miskin untuk menjangkau sumber makanan yang mencukupi. Cara terbaik yang harus
diambil untuk mencapai tujuan ini ialah dengan memperluas strategi pertumbuhan
ekonomi, khususnya pertumbuhan yang memberikan manfaat bagi kaum miskin.
Kebijakan ini dapat didukung melalui program bantuan langsung kepada masyarakat
miskin (BLSM), yang diberikan secara seksama dengan target yang sesuai. (Sirajuddin
2018)

4. Kualitas Makanan dan Gizi.

Hal yang tidak kalah penting untuk diperhatikan, sebagai bagian dari kebijakan untuk
menjamin ketersediaan pangan yang mencukupi bagi penduduk, ialah kualitas pangan itu
sendiri. Artinya penduduk dapat mengkonsumsi zat gizi mikro (Vitamin dan mineral)
yang mencukupi untuk dapat hidup sehat. Konsumsi pangan pada setiap kelompok
pengeluaran rumah tangga telah meningkat pada jenis-jenis pangan yang berkualitas lebih
baik. Namun, keadaan gizi pangan belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Sejumlah
kebijakan penting yang berpengaruh terhadap kualitas pangan dan gizi meliputi upaya
untuk melindungi sejumlah komoditas pangan penting, memperkenalkan program pangan
tambahan dalam percepatan penganekaragaman pangan, penyebarluasan dan pemasaran
informasi mengenai pangan dan gizi.
Dengan terpenuhinya keempat komponen ini maka perwujudan ketahanan pangan
nasional bukan lagi hanya menjadi sekedar harapan dalam program/target pemerintah,
namun pemerintah dapat menjamin dan memastikan ketahanan pangan itu sendiri.
(Sirajuddin 2018)

Secara spesifik, permasalahan sehubungan dengan ketahanan pangan adalah


penyediaan, distribusi, dan konsumsi pangan.

Setya:

pertanyaan :

saat ini, tingkat impor Indonesia masih tinggi termasuk impor pangan. Hal ini
dikarenakan output di sektor pertanian dan peternakan kian merendah sementara pertumbuhan
penduduk, terutama kelas menengah, terus menerus meningkat. menurut kalian, bagaimana
caranya agar industri dalam negri mampu memenuhi kebutuhan pangan penduduk indonesia?
dan bagaimana agar deindustrialisasi juga tidak terjadi dengan lebih cepat?

jawaban :

Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk dapat mempertahankan hidup.
Kecukupan pangan merupakan hak azasi yang layak dipenuhi.

Berdasar kenyataan tersebut, masalah pemenuhan pangan bagi seluruh penduduk di suatu
wilayah mestinya menjadi sasaran utama kebijakan suatu negara. Indonesia sebagai negara
dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam
memenuhi kebutuhan pangan penduduknya.

Pertahanan pangan juga sangat penting karena mendukung pertahanan keamanan. Untuk itulah,
ketahanan pangan mempunyai pengaruh yang penting terhadap keamanan. Salah satu cara agar
pemenuhan kebutuhan pangan pendudukan indonesia terpenuhi adalah dengan cara memperluas
sektor pertanian dan juga sektor peternakan sehingga dengan semakin luasnya sektor tersebut
maka secara bertahap akan dapat memenuhi permintaan pangan masyarakat indonesia.

Deindustrialisasi adalah proses kebalikan dari industrialisasi yaitu penurunan kontribusi sektor
manufaktur alias industri pengolahan nonmigas terhadap PDB (Produk Domestik Bruto).

Dalam konteks ini, penurunan juga terjadi dari aspek output produksi dan tenaga kerja sehingga
sektor kegiatan manufaktur mengalami penurunan nilai tambah. Gejala ini juga kerap disebut
deindustrialisasi negatif di tengah belum matangnya per tumbuhan ekonomi suatu negara seperti
Indonesia. agar deindustrialisasi tidak terjadi dengan cepat maka Indonesia perlu menerapkan
kebijakan modern yaitu MIP yang memungkinkan Indonesia mngintervensi industri dengan
mengambil beberapa sektor tertentu. Hal ini karena tidak seluruh sektor memiliki dampak yang
sama terhadap perkembangan ekonomi. Sehingga dengan Indonesia memiliki industri
manufaktur yang terdiversifikasi dan modern, ekonomi dapat tumbuh dengan cepat dan bisa
menjadi negara berpendapatan tinggi.

MITA

Dalam kebijakan ketahanan pangan terdapat 4 komponen yang harus di perhatikan salah satunya
kemandirian pangan. Seperti yang kita tau Bali adalah provinsi yang memiliki daya produksi
pangan cukup tinggi namun tidak banyak orang yang tertarik untuk mengolahnya hal itu
membuat Bali tidak memiliki kemandirian pangan. Bagaimanakah dampak jangka panjangnya
pada gizi dan cara penanggulannya agar permintaan terhadap komoditas pangan asli Bali dapat
terus meningkat sehingga berbagai permasalahn gizi di Bali dapat teratasi ?

Jawaban

Dampak jangka panjang jika suatu wilayah tida memiliki kemandirian pangan yaitu adanya
penurunan produksi pangan pada suatu wilayah karena kurangnya minat masyarakat terhadapay
bahan pangan yang tersedia di wilayah tersebut, sehingga mau tidak mau wilayah akan meng
impor bahan pangan yang lebih diminati masyarakat, dimana bahan pangan tersebut belum
terjamin mutu dan kualitasnya karena faktor pengiriman yang mungkin menggunakan pengawet
atau bahan lainnya. Mayoritas masyarakat bali yang memproduksi bahan pangan dengan tidak
menggunakan bahan2 kimia seperti pestisida dll menjadi suatu keunggulan bahan pangan
tersebut. Sehingga keamanan pangan lebih terjamin dan lebih fresh untuk diolah dan dikonsumsi
oleh masyarakat.

Cara menanggulangi agar komoditas pangan asli bali terus meningkat yaitu dengan menjual hasil
produksi pangan di seluruh pasar dan memberikan sosialisasi terkait bahan pangan asli bali baik
dari segi keamaan, nilai gizi serta kualitas yang tidak kalah bagusnya dari prosuk impor. Karna
tanpa disadari komoditas pangan dibali sudah sangat lengkap, dapat memenuhi kebutuhan nilai
gizi sehari-hari, serta bisa didapatkan dengan harga yang terjangkau. Sehingga diharapkan
dengan terbukanya pikiran masyarakat terkait produk pangan asli bali, maka penjualannya pun
bisa meningkat dan permasalahan gizi di bali dapat diatasi secara perlahan.

Anda mungkin juga menyukai