Anda di halaman 1dari 21

(KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA)

GIZI KERJA
Dosen Pembimbing : Anggara Sukma Ardianta.M.Pd.

Kelompok 10
Anggota : Andreas Arya Saputra
Muhammad Akbar Adi S
Muchammad Ajrul Ajis

PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI


UNIVERSITAS BHINNEKA PGRI TULUNGAGUNG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa, kaena atas
rahmat dan hidayahnya, penulis selesai menyelesaikan makalah yang di
tugaskan. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan
wawasan dan pemahaman mengenai matakuliah K3, dengan judul “GIZI
KERJA”.
Dengan tulisan ini kami beharap agar mahasiswa mampu memahami
pengertian dari materi tentang “GIZI KERJA”. Kami menyadari bahwa materi
kuliah ini terdapat banyak kekurangan oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran dari berbagai pihak agar bisa menjadi baik
Kami berharap Tulisan ini dapat memberikan informasi yang berguna
bagi pembacanya terutama mahasiswa. Terima Kasih

Trenggalek,10 januari 2021

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
 Latar Belakang
Peningkatan kualitas sumber daya manusia ke arah peningkatan kecerdasan
dan produktivitas kerja. Salah satu upaya yang mempunyai dampak cukup
penting terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah upaya
peningkatan status gizi masyarakat. Status gizi masyarakat merupakan salah
satu faktor yang menentukan kualitas hidup dan produktivitas kerja (Satriono,
1999).
Zat gizi adalah zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi,
mempunyai nilai yang sangat penting (tergantung dari macam-macam bahan
makanannya) untuk memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-
hari bagi para pekerja. Termasuk dalam memelihara proses tubuh dalam
pertumbuhan dan perkembangan yaitu penggantian sel-sel yang rusak dan
sebagai zat pelindung dalam tubuh (dengan cara menjaga keseimbangan cairan
tubuh). Proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yang terpelihara
dengan baik akan menunjukkan baiknya kesehatan yang dimiliki seseorang.
Seseorang yang sehat tentunya memiliki daya pikir dan daya kegiatan fisik
sehari-hari yang cukup tinggi (Adrianto Dan Ningrum, 2010).
Tubuh manusia memerlukan sejumlah pangan dan gizi secara tetap, sesuai
dengan standar kecukupan gizi, namun kebutuhan tersebut tidak selalu dapat
terpenuhi. Penduduk yang miskin tidak mendapatkan pangan dan gizi dalam
jumlah yang cukup. Mereka menderita lapar pangan dan gizi, mereka
menderita gizi kurang. Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang
dikonsumsinya dalam jangka waktu yang cukup lama. Bila kekurangan itu
ringan, tidak akan dijumpai penyakit defisiensi yang nyata, tetapi akan timbul
konsekuensi fungsional yang lebih ringan dan kadang-kadang tidak disadari
kalau hal tersebut karena faktor gizi.

 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu;
1. Apa yang dimaksud gizi kerja?
2. Gizi apakah yang dibutuhkan pekerja?
3. Aspek-aspek apa saja yang mempengaruhi gizi kerja?
4. Undang-undang apa saja yang mangatur gizi kerja?
5. Apa akibat kekurangan gizi pada pekerja?
 Tujuan
1. Mengetahui tentang gizi kerja.
2. Mengetahui gizi yang dibutuhkan pekerja.
3. Mengetahui aspek-aspek yang mempengaruhi gizi pekerja.
4. Mengetahui undang-undang yang mengatur gizi kerja.
5. Mengetahui akibat kekurangan gizi pada pekerja.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya
manusia. Gizi buruk tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan angka
kematian tetapi juga menurunkan produktifitas, menghambat pertumbuhan
sel-sel otak yang mengakibatkan kebodohan dan keterbelakangan. Berbagai
masalah yang timbul akibat gizi buruk antara lain tingginya angka kelahiran
bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang disebabkan jika ibu hamil
menderita KEP akan berpengaruh pada gangguan fisik, mental dan
kecerdasan anak, juga meningkatkan resiko bayi yang dilahirkan kurang zat
besi. Bayi yang kurang zat besi dapat berdampak pada gangguan pertumbuhan
sel-sel otak, yang dikemudian hari dapat mengurangi IQ anak. Faktor penyebab
gizi buruk dapat berupa penyebab tak langsung seperti kurangnya jumlah dan
kualitas makananyang dikonsumsi, menderita penyakit infeksi, cacat bawaan,
menderita penyakit kanker dan penyebab langsung yaitu ketersediaan pangan
rumah tangga, perilaku dan pelayanan kesehatan. Sedangkan faktor-faktor lain
selain faktor kesehatan, tetapi juga merupakan masalah utama gizi buruk
adalah kemiskinan, pendidikan rendah, ketersediaan pangan dan kesempatan
kerja. Oleh karena itu, untuk mengatasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama lintas
sektor.
Status gizi adalah suatu keadaan kesehatan (kondisi tubuh) sebagai hasil
penyerapan zat-zat gizi yang esensial dan ditentukan oleh derajat kebutuhan
fisik akan energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan yang dampak
fisiknya dapat diukur. Terdapat tiga konsep pengertian status gizi ;
1. Keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara gizi disatu pihak
dan pengeluaran organisme di lain pihak.
2. Proses dari organisme dalam menggunakan bahan makanan melalui
proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pembuangan untuk pemeliharaan hidup, pertumbuhan, fungsi organ tubuh
dan produksi energi.
3. Tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh “nutriture” yang
terlihat pada variabel tertentu. Oleh karena itu dalam mengacu tentang
keadaan gizi seseorang perlu disebutkan.
Perlu dipahami bahwa antara status gizi dan indikator status gizi terdapat
suatu perbedaan, yaitu bahwa indikator memberikan refleksi tidak hanya
status gizi tersebut tetapi juga pengaruh non gizi, oleh karenanya indikator
walaupun sensitif tetapi tidak selalu spesifik
Status gizi merupakan salah satu unsur dalam menentukan kondisi fisik atau
kualitas fisik seseorang atau kelompok masyarakat tertentu. Pada dasarnya
bekerja adalah aktivitas fisik yang selalu memerlukan enegi yang bersumber
dari asupan gizi. Makin banyak aktivitas fisik makin banyak pula kebutuhan
energi. Individu dengan status gizi baik menyimpan cadangan energi lebih baik
dan relative lebih lama bertahan dalam bekerja disbanding individu dengan
status gizi kurang. Dengan demikian, dapat dirumuskan asumsi bahwa semakin
baik status gizi seseorang, semakin bertahan di dalam mencegah timbulnya
kelelehan kerja. Penentuan status gizi meliputi:
1. Gejala klinik
2. Pemeriksaan antropometrik
3. Pemeriksaan biokimia.
Status gizi merupakan salah satu unsur dalam menentukan kondisi fisik atau
kualitas fisik seseorang atau kelompok masyarakat tertentu. Pada dasarnya
bekerja adalah aktivitas fisik yang selalu memerlukan enegi yang bersumber
dari asupan gizi. Makin banyak aktivitas fisik makin banyak pula kebutuhan
energi. Individu dengan status gizi baik menyimpan cadangan energi lebih baik
dan relative lebih lama bertahan dalam bekerja disbanding individu dengan
status gizi kurang. Dengan demikian, dapat dirumuskan asumsi bahwa semakin
baik status gizi seseorang, semakin bertahan di dalam mencegah timbulnya
kelelehan kerja.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang yaitu:
1). Faktor Ekonomi
Penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang disajikan untuk
keluarga sehari-hari. Hendaklah dikesampingkan anggapan bahwa makanan
yang memenuhi persyaratan gizi hanya mungkin disajikan dikeluarga yang
berpenghasilan tinggi, memungkinkan keluarga yang berpenghasilan
terbataspun mampu menghidangkan makanan yang cukup memenuhi syarat
gizi bagi anggota keluarganya.
2). Faktor pengetahuan tentang gizi
Pengetahuan tentang kadar zat gizi dalam berbagai bahan makanan dapat
membantu keluarga memilih makanan bergizi,murah dan dapat menjadi selera
untuk semua anggota keluarga.
3). Faktor prasangka buruk terhadap jenis makanan tertentu
Adanya orang berpikiran salah dengan menganggap bila makan sayuran
banyak mengandung vitamin dan mineral akan menurunkan harkat keluarga.
4). F99aktor fadhisme
Yaitu kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu. Hal ini akan
mengakibatkan kurang bervariasinya makanan yang akhirnya tubuh tidak
memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.
5). Faktor-faktor lingkungan kerja
Ini menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap keadaan gizi tenaga
kerja yang berlebihan maka penggunaan cadangan energipun akan bertambah
besar. Dalam penelitian ini, untuk menilai status gizi salah satu bentuk
penilaiannya dengan indeks anthropometri tubuh menggunakan Indeks Masa
Tubuh (IMT).
Tabel 1. Kategori IMT untuk Indonesia, adalah sebagai berikut:

Masalahnya hanya terletak pada kekurangan gizi, khususnya energi. Bagi orang
dewasa yang bekerja dengan energi yang melebihi dari kewajaran
(membanting tulang demi untuk memperoleh pendapatan yang lebih)
umumnya ia menggunakan cadangan energi dalam tubuhnya, akibat
penggunaan tersebut dan tidak adanya penggantian energi dan energi
cadangan sehubungan dengan kurangnya pemasukan zat makanan ke dalam
tubuhnya, tentulah dari pekerja/orang dewasa yang bersangkutan tidak dapat
diharapkan adanya produktivitas kerja yang dikehendaki. Pada masa sekarang
para pengusaha telah memikirkan akan masalah yang dihadapi oleh para
karyawannya. Oleh karena itu, bagi para karyawan yang bekerja melebihi
ketentuan waktu kerja atau menjalankan pekerjaan yang dianggap berat,
selalu disediakan jaminan makan (biasanya berupa makanan yang bergizi) dan
makanan tambahan (extra voiding). Pembatasan waktu kerja, pemberian
jaminan makan setiap hari kerja, merupakan suatu kebijaksanaan pengusaha
utnuk mempertahankan produktivitas kerja yang dikehendaki perusahaan dari
para karyawannya
Gizi kerja adalah nutrisi atau zat makanan yang diperlukan oleh tenaga kerja
untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaannya dengan tujuan
untuk meningkat daya kerja dan kesehatan tenaga kerja yang setinggi-
tingginya dengan tingkat gizi seseorang.
gizi kerja yang baik akan meningkat derajat kesehatan tenaga kerja yang
tinggi dan akan mempengaruhi produktivitas perusahaan dan produktivitas
nasional. Sedangkan gizi kerja yang buruk akan menyebabkan:
1. Daya tahan tubuh menurun dan sering menderita sakit dengan akibat
absensi yang tinggi.
2. Daya kerja fisik turun sehingga prestasi rendah.
Dengan absensi tinggi ditambah lagi dengan prestasi kerja rendah maka akan
menyebabkan produktivitas rendah pula.
Ada beberapa jenis atau unsur zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
manusia. Unsur-unsur tersebut adalah karbohidrat, protein, lemak, mineral,
dan air. Enam unsur tersebut dapat dikelompokkan lagi menjadi tiga golongan
besar, yaitu:
1. Unsur gizi pemberi energi, yaitu : karbohidrat, protein, dan lemak.
2. Unsur gizi pembangun sel-sel jaringan tubuh, yaitu : protein, mineral,
dan air.
3. Unsur gizi pengatur fungsi faal tubuh, yaitu : mineral, vitamin, dan air.
Pengetahuan mengenai cara menyusun menu seimbang yang didasarkan
“Empat Sehat Lima Sempurna” sangat diperlukan karena dapat menjamin
kesehatan dan gizi yang baik. Hampir semua negara yang mengikuti Kongres
Gizi Internasional menyadari perlunya disusun Nutritional Guidelines sebagai
tindak lanjut dari Kongres Gizi Internasional di Roma, Itali pada tahun 1992.
Oleh karena itu, Indonesia membuat pedoman umum gizi seimbang (PUGS)
yang bertujuan untuk mencegah timbulnya berbagai masalah gizi (Rai 1997
diacu dalam Yusra 1998).
Pada dasarnya kelahiran PUGS merupakan suatu proses dinamisasi dan
penjabaran secara operasional dari slogan ”Empat Sehat Lima Sempurna”.
Dalam PUGS terkandung 13 pesan dasar tentang perilaku makan yang
diharapkan dapat mencegah permasalahan gizi. Adapun isi dari 13 pesan
tersebut antara lain :
1. Makanlah aneka ragam makanan
2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi
3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi
4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan
energi
5. Gunakan garam beriodium
6. Makanlah makanan sumber zat besi
7. Biasakan makan pagi
8. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya
9. Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur
10. Hindari minum minuman beralkohol
11. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan
12. Bacalah label pada makanan yang dikemas
1. Makanlah aneka ragam makanan
Makanan yang beraneka ragam, yaitu makanan yang mengandung zat tenaga,
pembangun, dan pengatur. Makanan sumber zat tenaga antara lain : beras,
jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti, dan mie. Makanan
sumber zat pembangun merupakan makanan yang berasal dari pangan nabati
dan hewani. Pangan nabati, seperti kacang-kacangan, tempe, tahu dan pangan
hewani, seperti telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahannya,
sedangkan makanan sumber zat pengatur, yaitu seluruh sayursayuran dan
buah-buahan. Makanlah makanan yang beragam dalam setiap kali makan
sehari-hari. Setiap kali hidangan makan dianjurkan minimal terdapat satu jenis
pangan sumber zat tenaga, satu jenis pangan sumber pembangun, dan satu
jenis pangan sumber zat pengatur. Makan makanan yang beragam dapat
memelihara kesehatan karena kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun,
dan zat pengatur yang dibutuhkan tubuh terpenuhi. Oleh karena itu, perlu
mengkonsumsi aneka ragam jenis bahan makanan untuk mencapai konsumsi
zat gizi secara lengkap dan seimbang.
2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi
Energi dibutuhkan oleh seseorang untuk melakukan aktivitas. Energi
didapatkan dari makanan yang dikonsumsi. Makanan yang dapat memenuhi
kebutuhan energi, yaitu makanan sumber karbohidrat, protein, dan lemak.
Menurut hasil analisis estimasi energi basal metabolisme (EBM) berdasarkan
berat badan Oxford Equation yang dilakukan pada populasi ASIA, angka
kecukupan energi (AKE) bagi orang dewasa khususnya umur 19-29 tahun yang
berjenis kelamin wanita adalah 1900 Kal. Sementara angka kecukupan energi
(AKE) pria pada kelompok umur 19-29 tahun adalah 2550 Kal. Berat badan
dapat dijadikan indikator kecukupan energi seseorang. Apabila seseorang
memiliki berat badan yang normal, maka kecukupan asupan energinya sudah
terpenuhi. Asupan energi yang berlebihan akan menimbulkan dampak
kegemukan. Namun, apabila konsumsi energinya kurang, maka akan dapat
menurunkan produktivitas kerja seseorang serta dalam waktu yang lama akan
menimbulkan kekurangan gizi dan penurunan berat badan.
3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi
Karbohidrat terdiri dari karbohidrat kompleks dan karbohidrat sederhana.
Karbohidrat sederhana, seperti gula. Konsumsi gula dibatasi sampai 5% atau
sekitar 3-4 sendok makan dari jumlah kecukupan energi per hari, sedangkan
karbohidrat kompleks, yaitu padi-padian (beras, jagung, gandum), umbi-
umbian (singkong, ubi jalar, kentang), dan makanan lain, seperti tepung, sagu,
dan pisang. Karbohidrat kompleks sangat baik dikonsumsi untuk tujuan
pengendalian kadar glukosa darah (Whitney et al 1998). Makanan sumber
energi utama yang biasa dikonsumsi orang Indonesia adalah nasi, jagung, ubi
atau sagu. Makanan sumber energi ini tidak mengadung zat gizi yang lengkap.
Oleh karena itu, dianjurkan untuk mengkonsumsi pangan sumber karbohidrat
hanya 50-60% dari kebutuhan energi.
4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan
energi
Sebagian besar lemak (99%) dalam tubuh, yaitu trigliserida (Hardinsyah &
Tambunan 2004). Lemak dan minyak merupakan sumber energi tertinggi
dibanding bahan pangan lainnya. Setiap 1 gram lemak menghasilkan 9 Kal,
sedangkan karbohidrat dan protein hanya menyumbang 4 Kal. Oleh karena itu,
proporsi konsumsi energi dari lemak dan minyak yang dianjurkan adalah 20%
dari total konsumsi energi dan tidak melebihi 30% (Simopoulus et al 2000).
Apabila mengkonsumsi lemak dalam jumlah yang berlebihan maka akan
mengakibatkan kebutuhan zat gizi lain tidak terpenuhi. Komposisi konsumsi
lemak yang dianjurkan, yaitu 2:1 antara makanan sumber lemak nabati dan
makanan sumber lemak lemak nabati. Lemak dan minyak yang terdapat dalam
makanan selain befungsi untuk meningkatkan jumlah energi juga dapat
membantu penyerapan vitamin larut lemak, yaitu vitamin A, D, E, dan K serta
menambah cita rasa makanan. Lemak terdiri dari tiga kelompok, mulai dari
yang paling mudah dicerna hingga sulit dicerna, yaitu lemak yang mengandung
asam lemat tak jenuh ganda, lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh
tunggal, dan lemak yang mengandung asam lemak jenuh. Jenis lemak atau
minyak yang banyak mengandung lemak jenuh, yaitu lemak/gajih, minyak
kelapa, mentega, minyak inti sawit, dan coklat (Duyff 1998).
5. Gunakan garam beriodium
Iodium berfungsi dalam produksi hormon tiroid. Hormon ini sangat dibutuhkan
dalam perkembangan dan pertumbuhan saraf otot pusat, pertumbuhan
tulang, perkembangan fungsi otak dan sebagian besar metabolisme sel tubuh,
pengaturan suhu tubuh, sintesa protein, reproduksi, pertumbuhan dan
perkembangan neuromuskular. Kekurangan iodium akan menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan otak pada anak, tekanan
darah rendah, dan gondok. Kecukupan iodium menurut FAO/WHO (2001)
untuk kelompok umur diatas 12 tahun, pria dan wanita adalah 150 µg/hari.
Anjuran pemenuhan kebutuhan garam iodium, yaitu tidak boleh lebih dari 6
gram per hari atau satu sendok teh setiap hari. Hal tersebut dikarenakan di
dalam garam beriodium mengandung natrium. Apabila konsumsi garam
berlebihan, maka akan dapat memicu timbulnya penyakit, seperti tekanan
darah tinggi, stroke, dan lainnya. Pangan sumber iodium adalah ikan dan
kerang yang mengandung iodium tinggi, dan pangan nabati tinggi iodium,
seperti rumput laut. Menurut Kodyat (1998) penambahan garam pada
makanan sebaiknya dilakukan setelah makanan dimasak karena kandungan
iodium mudah rusak atau hilang saat makanan dimasak.
6. Makanlah makanan sumber zat besi
Zat besi merupakan salah satu unsur yang berfungsi dalam pembentukan sel
darah merah. Zat besi terdapat dalam makanan. Oleh karena itu, zat besi dapat
diperoleh dari makanan sehari-hari. Apabila konsumsi pangan sumber zat besi
rendah, maka dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan penyakit
anemia gizi atau penyakit kurang darah. Anemia dapat menurunkan daya
tahan tubuh, kemampuan kognitif, dan lainnya (Depkes 2005).
Hidayat Syarief (1997) menyebutkan bahwa pada usia dewasa, faktor gizi
berperan untuk meningkatkan ketahanan fisik dan produktivitas kerja. Dan
selanjutnya disebutkan bahwa tanpa mengabaikan arti penting dari faktor lain,
gizi merupakan faktor kualitas SDM yang pokok, karena unsur gizi tidak hanya
sekedar mempengaruhi derajat kesehatan dan ketahanan fisik, tetapi juga
menentukan kualitas daya pikir atau kecerdasan intelektual yang sangat
esensial bagi kehidupan manusia. Dengan status gizi yang rendah akan sulit
untuk hidup secara sehat, aktif, dan produktif yang secara berkelanjutan, dan
akan menjadi penyakit turunan. Manusia untuk kehidupannya membutuhkan
energi, hal ini demi berlangsungnya proses-proses dalam tubuhnya, seperti
berlangsungnya proses peredaran/sirkulasi darah, denyut jantung, pernapasan,
pencernaan, proses-proses fisiologis lainnya, selanjutnya untuk melakukan
berbagai kegiatan atau melakukan pekerjaan fisik. Energi dalam tubuh
manusia dapat dihasilkan dari pembakaran karbohidrat, protein dan lemak,
dengan demikian agar manusia selalu tercukupi energinya diperlukan
pemasukan zat-zat makanan yang cukup pula ke dalam tubuhnya. Manusia
yang kurang makan akan lemah baik daya kegiatan, pekerjaan-pekerjaan fisik
maupun daya pemikirannya karena kurangnya zat-zat makanan yang diterima
tubuhnya yang dapat menghasilkan energi. Dan orang tidak dapat bekerja
dengan energi yang melebihi dari apa yang diperoleh dari makanan kecuali jika
meminjam atau menggunakan cadangan energi dalam tubuh, namun
kebiasaan meminjam ini akan dapat mengakibatkan keadaan yang gawat, yaitu
kurang gizi khususnya energi.
Remaja adalah kelompok yang rentan terhadap perubahan-perubahan yang
ada di lingkungan sekitarnya, khususnya masalah konsumsi makanan. Masalah
yang terkait dengan konsumsi makanan yaitu kebiasaan remaja yang sangat
beragam terhadap makanan yang dikonsumsi, seperti acuh, terhadap
pemilihan makanan yang dikonsumsinya padahal tidak sesuai dengan
kebutuhan gizi, makan berlebih, mengikuti trend dengan makanan cepat saji
tanpa memperhatikan kecukupan gizi yang mereka butuhkan, lupa waktu
makan karena padatnya aktivitas dan sebagainya.
Tingkat pengetahuan seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku
dalam pemilihan makanan dan selanjutnya akan berpengaruh pada keadaan
gizi individu yang bersangkutan. Penelitian yang dilakukan untuk mencari
hubungan antara pengetahuan gizi seimbang dengan status gizi remaja pada
Madrasah Tsanawiyah ditemukan bahwa yang mempunyai pengetahuan gizi
baik 54,2% dan status gizi baik 57,3%.
Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari kesehatan
masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan
dengan faktor potensial yang mempengaruhi kesehatan pekerja (dalam hal ini
Dosen, Mahasiswa dan Karyawan). Bahaya pekerjaan (akibat kerja), Seperti
halnya masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau khronis
(sementara atau berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi atau perlu
waktu lama. Efek terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak
langsung.Kesehatan masyarakat kerja perlu diperhatikan, oleh karena selain
dapat menimbulkan gangguan tingkat produktifitas, kesehatan masyarakat
kerja tersebut dapat timbul akibat pekerjaanya. Tujuan kesehatan kerja adalah:
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di
semua lapangan pekerjaan ketingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental
maupun kesehatan sosial.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh tindakan/kondisi lingkungan kerjanya.
3. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dari
kemungkinan bahaya yang disebabkan olek faktor-faktor yang membahayakan
kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
Kesehatan kerja mempengaruhi manusia dalam hubunganya dengan pekerjaan
dan lingkungan kerjanya, baik secara fisik maupun psikis yang meliputi, antara
lain: metode bekerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja yang mungkin dapat
menyebabkan kecelakaan, penyakit ataupun perubahan dari kesehatan
seseorang. Pada hakekatnya ilmu kesehatan kerja mempelajari dinamika,
akibat dan problematika yang ditimbulkan akibat hubungan interaktif tiga
komponen utama yang mempengaruhi seseorang bila bekerja yaitu:
1. Kapasitas kerja: Status kesehatan kerja, gizi kerja, dan lain-lain.
2. Beban kerja: fisik maupun mental.
3. Beban tambahan yang berasal dari lingkungan kerja antara lain:bising,
panas, debu, parasit, dan lain-lain.
Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu kesehatan kerja
yang optimal. Sebaliknya bila terdapat ketidakserasian dapat menimbulkan
masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja
yang pada akhirnya akan menurunkan produktifitas kerja.
Penyusunan pesan-pesan dalam pedoman gizi seimbang adalah salah satu
bentuk strategi pendidikan gizi. Pesan-pesan dalam pedoman gizi seimbang
tersebut tertuang dalam 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang, yaitu:
1) Makanlah aneka ragam makanan.
2) Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi.
3) Makanlah sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi.
4) Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan
energi. 5) Gunakan garam beriodium
6) Makanlah makanan sumber zat besi.
7) Berikan air susu ibu ASI saja kepada bayi sampai umur empat bulan.
8) Biasakan makan pagi
9) Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya.
10) Lakukan aktivitas fisik dan olahraga secara teratur.
11) Hindari minum minuman beralkohol.
12) Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.
13) Bacalah label pada makanan yang dikemas.

BAB 3
METODOLOGI
Pada makalah ini menggunakan studi literatur dalam pengolahannya. Jurnal
yang digunakan dalam makalah ini adalah Gizi Kerja. Adapun proses
pengumpulan studi literatur dilakukan selama 3 minggu sejak tugas
pembuatan makalah ini diberikan. Secara umum tahapan diagram alir proses
pada Gambar 3.1 berikut:

Berdasarkan metodologi dengan studi literatur, maka jurnal-jurnal yang


digunakan Pada Makalah Ini Adalah Sebagai Berikut:
1. Hubungan Antara Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Status Gizi Dengan
Produktivitas Kerja. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Adrianto Dan Ningrum,
2010).
Http://Journal.Unnes.Ac.Id/Nju/Index.Php/Kemas/Article/View/1873
2. Pengaruh Perbaikan Gizi Kesehatan Terhadap Produktivitas Kerja.
Piramida (Ari, 2008).
Http://Ojs.Unud.Ac.Id/Index.Php/Piramida/Article/View/2973
3. Status Gizi Mikro (Tembaga, Seng Dan Kronium), Pengetahuan Gizi Dan
Keadaan Gizi Lebih Pada Pria Pekerja. Jurnal Penelitian Gizi Dan
Makanan(Mahdar Et Al,1996)
Http://Ejournal.Litbang.Depkes.Go.Id/Index.Php/Pgm/Article/View/2309
4. Pengendalian Stres Pada Wanita (Tinjauan Dari Pekerjaan Dan Status
Gizi). Humaniora (Mulyatiningsih, 2000).
Http://Journal.Uny.Ac.Id/Index.Php/Humaniora/Article/View/5374
5. Konsumsi Pangan Penyakit Infeksi Dan Status Gizi Anak Balita Pasca
Perawatan Gizi Buruk, Jurnal Gizi Dan Pangan (Nurcahyo Dan
Briawan,2010).
Jurnal.Unsyiah.Ac.Id/Jks/Article/View/2734

BAB 4
PEMBAHASAN
Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya
manusia. Gizi buruk tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan angka
kematian tetapi juga menurunkan produktifitas, menghambat pertumbuhan
sel-sel otak yang mengakibatkan kebodohan dan keterbelakangan. Dalam studi
literatur yang dilakukan bahwa gizi pekerja diatur dalam perundang-undangan,
dimana bagi pelanggar akan di berisangksi yang sesuai dengan yang dilakukan.
Adapun undang-undang yang mengatur yaitu:
1. UU No.1 th 51 dan UU No.12 th 1948, tentang kondisi fisik tenaga kerja
setelah bekerja terus menerus selama 4 jam harus diberi istirahat.
2. Surat Edaran Menteri TK dan Trans No. 01/Men/1979 tentang
Pengadaan Kantin dan Ruang makan
3. Keputusan Menteri TK dan Trans No. 608/Men/1089 tentang perush
yang memperkerjakan TK sembilan jam sehari wajib menyediakan makan dan
minum 1400 kalori
4. Menteri Koord Bidang Kesejahteraan Rakyat No. 06/Kep/Menko/
Kesra/VIII/1989 , Program Pangan dan Gizi yang berhubungan dengan
produktivitas kerja,
Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas kesehatan bahwa dasarnya
kelahiran PUGS merupakan suatu proses dinamisasi dan penjabaran secara
operasional dari slogan ”Empat Sehat Lima Sempurna”. Dalam PUGS
terkandung 13 pesan dasar tentang perilaku makan yang diharapkan dapat
mencegah permasalahan gizi.
Kekurangan nilai gizi pada makanan yang dikonsumsi tenaga kerja sehari-hari
akan membawa akibat buruk terhadap tubuh, seperti:
1. Pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun, kemampuan fisik
kurang,
1. Berat badan menurun,
2. Badan menjadi kurus,
3. Muka pucat kurang bersemangat,
4. Kurang motivasi,
5. Bereaksi lamban
6. Apatis dan lain sebagainya.
Dalam keadaan yang demikian itu tidak bisa diharapkan tercapainya
efisiensi dan produktivitas kerja yang optimal.
Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari kesehatan
masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan
dengan faktor potensial yang mempengaruhi kesehatan pekerja (dalam hal ini
Dosen, Mahasiswa dan Karyawan). Bahaya pekerjaan (akibat kerja), Seperti
halnya masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau khronis
(sementara atau berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi atau perlu
waktu lama. Efek terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak
langsung.Kesehatan masyarakat kerja perlu diperhatikan, oleh karena selain
dapat menimbulkan gangguan tingkat produktifitas, kesehatan masyarakat
kerja tersebut dapat timbul akibat pekerjaanya. Tujuan kesehatan kerja adalah:
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di
semua lapangan pekerjaan ketingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental
maupun kesehatan sosial.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh tindakan/kondisi lingkungan kerjanya.
3. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dari
kemungkinan bahaya yang disebabkan olek faktor-faktor yang membahayakan
kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
Pengaruh tentang gizi kerja meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1. Kebutuhan gizi bagi tenaga kerja sebagai suatu kelompok dalam
masyarakat.
2. Kalori yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan.
3. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi status gizi tenaga kerja.
4. Gizi kerja yang produktivitas.
Gizi kerja yang baik mempunyai pengaruh terhadap produktivitas kerja yang
tinggi, secara konkrit dapat dijabarkan beberapa fakta penting peranan status
gizi baik secara langsung maupun tidak langsung yang mempengaruhi
kesehatan dan kualitas tenaga kerja sebagai berikut :
1. Kecukupan makanan secara kualitas dan kuantitas menurut “empat
sehat lima sempurna” diisyaratkan untuk mempertahankan kondisi fisik yang
tangguh dan untuk mencapai kesegaran jasmani.
2. Peranan zat gizi, disamping zat-zat gizi penting pada pekerjaan yang
membutuhkan tenaga otot juga jumlah atau prevalensi anemia gizi yang
disebabkan oleh kurangnya zat besi.
Gizi kerja dapat dikaitkan dengan pendidikan, pengadaan ruang makan,
penilaian dan perbaiakn kebutuhan kalori. Selain memenuhi kebutuhan kalori
pekerja, juga masih perlu dipenuhi kualitas makanan bagi tenaga kerja.
Status gizi adalah suatu keadaan kesehatan (kondisi tubuh) sebagai hasil
penyerapan zat-zat gizi yang esensial dan ditentukan oleh derajat kebutuhan
fisik akan energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan yang dampak
fisiknya dapat diukur. Terdapat tiga konsep pengertian status gizi (Satriono,
1999).
1. Keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara gizi disatu pihak
dan pengeluaran organisme di lain pihak.
2. Proses dari organisme dalam menggunakan bahan makanan melalui
proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pembuangan untuk pemeliharaan hidup, pertumbuhan, fungsi organ tubuh
dan produksi energi.
3. Tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh “nutriture” yang
terlihat pada variabel tertentu. Oleh karena itu dalam mengacu tentang
keadaan gizi seseorang perlu disebutkan.
Perlu dipahami bahwa antara status gizi dan indikator status gizi terdapat
suatu perbedaan, yaitu bahwa indikator memberikan refleksi tidak hanya
status gizi tersebut tetapi juga pengaruh non gizi, oleh karenanya indikator
walaupun sensitif tetapi tidak selalu spesifik
Status gizi merupakan salah satu unsur dalam menentukan kondisi fisik atau
kualitas fisik seseorang atau kelompok masyarakat tertentu. Pada dasarnya
bekerja adalah aktivitas fisik yang selalu memerlukan enegi yang bersumber
dari asupan gizi. Makin banyak aktivitas fisik makin banyak pula kebutuhan
energi. Individu dengan status gizi baik menyimpan cadangan energi lebih baik
dan relative lebih lama bertahan dalam bekerja disbanding individu dengan
status gizi kurang. Dengan demikian, dapat dirumuskan asumsi bahwa semakin
baik status gizi seseorang, semakin bertahan di dalam mencegah timbulnya
kelelehan kerja. Penentuan status gizi meliputi :
1. Gejala klinik
2. Pemeriksaan antropometrik
3. Pemeriksaan biokimia.
Penentuan status gizi berdasarkan gejala klinik merupakan pemeriksaan yang
mudah dan murah. Sehingga timbul asumsi bahwa cara ini cepat dan mudah
dipelajari oleh pemula dan hasilnya mudah diintrepretasi. Tapi cara ini
mempunyai keterbatasan seperti hanya dapat dipakai pada kasus-kasus berat
sementara pada kasus-kasus yang belum bergejala sulit dilakukan.
Pemeriksaan antropometrik merupakan pengukuran variasi dimensi fisik dan
komposisi tubuh pada tingkat umum dan derajat nutrisi yang berbeda. Cara-
cara dan pengukuran antropometrik sangat banyak sehingga cara yang dipilih
akan tergantung pada tujuan dan maksud suatu survey atau penelitian.
Pengukuran antropometrik dilakukan dengan mangukur bagian-bagian tubuh
tertentu, yaitu berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar dada, jumlah
gizi, lingkar lengan atas, dan tebal lipatan kulit yang dihubungkan dengan umur
dan jenis kelamin. Pengukuran status gizi secara antropometrik dapat
menggunakan indeks massa tubuh (IMT). Indeks massa tubuh merupakan alat
yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya
berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka dengan
mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat
mencapai usia harapan hidup lebih panjang. Masalah kekurangan dan
kelebihan gizi pada orang dewasa merupakan masalah penting, karena selain
mempunyai resiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi
produktivitas kerja.
Penelitian yang dibuat oleh Suci Widiastuti (2011) berjudul Faktor Determinan
Produktivitas Kerja pada Pekerja Wanita didapatkan hasil adanya hubungan
antara asupan energi, persentase lemak tubuh, IMT, dan kadar hemoglobin
dengan produktivitas kerja. Variabel yang paling berhubungan dengan
produktivitas adalah kadar hemoglobin pekerja. Penelitian tentang gizi kerja
hubungannya dengan kelelahan dilakukan oleh Dyahumi dan Nur Ulfah (2012)
pada salah satu Perusahaan penghasil bulu mata palsu di Purbalingga
didapatkan hasil sebanyak 50% pekerja mengalami defisit konsumsi energi.
Setelah diuji dengan menggunakan analisis Regresi Logistik dapat disimpulkan
bahwa pekerja yang mempunyai tingkat konsumsi energi defisit akan
mempunyai probabilitas 75,57% (apabila variabel yang dimasukkan hanya
energi dan protein) atau 77,8 % (apabila variabel yang dimasukkan energi,
protein dan anemia) untuk terjadinya kelelahan.
Penelitian Chandola, dkk. mengenai hubungan stress kerja dan sindrom
metabolik 10.308 orang subyek yang diikuti selama 14 tahun, didapatkan
terdapat hubungan stres kerja dan risiko sindrom metabolik. Paparan stres
kerja yang kronis merupakan risiko yang besarnya lebih dari dua kali untuk
terjadi sindrom metabolik (OR 2,25; 95% CI: 1,31-3,85). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa stres kerja merupakan faktor risiko penting terjadinya
sindrom metabolik. Stres kerja dapat menimbulkan perubahan metabolisme
tubuh yang kemudian dapat menimbulkan perubahan parameter status gizi.
Penelitian Kouvonen, dkk. mengenai hubungan stres kerja dan indeks massa
tubuh (IMT) sebagai parameter status gizi pada 45.810 orang subyek,
didapatkan hubungan lemah antara stres kerja ringan dengan IMT tinggi. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat hubungan lemah antara stres kerja dan IMT.
Berbagai faktor dapat mempengaruhi keadaan stres kerja, status gizi dan
sindrom metabolik antara lain jenis kelamin laki-laki, usia dewasa (30-55
tahun), sudah menikah, merokok, minum alkohol, aktivitas fisik rendah dan
terikat kontrak kerja 6-8.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Gizi kerja adalah bagian ilmu gizi yang diterapkan pada lingkungan kerja
untuk memenuhi kebutuhan gizi pekerja, memelihara dan meningkatkan
status gizi dan kesehatan pekerja sehingga dapat meningkatkan daya kerja dan
produktivitas kerja.
2. Aspek-aspek yang mepengaruhi gizi kerja berupa kebutuhan gizi bagi
tenaga kerja sebagai suatu kelompok dalam masyarakat, kalori yang diperlukan
untuk melaksanakan pekerjaan, faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi
status gizi tenaga kerja, gizi kerja yang produktivitas.
3. Pada umumnya gizi yang dibutuhkan pekerja sama dengan yang
dibutuhkan dalam aktifitas sehari-hari yaitu karbohidrat, protein, lemak,
mineral, dan air.
4. Undang-undang yang mengatur gizi kerja yaitu UU No.1 th 51 dan UU
No.12 th 1948, Surat Edaran Menteri TK dan Trans No. 01/Men/1979,
Keputusan Menteri TK dan Trans No. 608/Men/1089, dan Menteri Koord
Bidang Kesejahteraan Rakyat No. 06/Kep/Menko/ Kesra/VIII/1989.
5. Akibat kekurangan asupan gizi bagi pekerja yaitu pertahanan tubuh
terhadap penyakit menurun, kemampuan fisik kurang, berat badan menurun,
badan menjadi kurus, muka pucat kurang bersemangat, kurang motivasi,
bereaksi lamban, apatis dan lain sebagainya.
5.2 Saran
Adapun saran dapat diberiukan dalam pembuatan makalah ini yaitu mencari
lebih banyak rreferensi yang terbaru mengenai gizi kerja, serta lebih baik pada
pembuatan makalah ini dilakukan peninjauan lapangan secara langsung agar
mendapatkan data yang lebih akurat.
BAB 6
RINGKASAN
Gizi kerja adalah nutrisi atau zat makanan yang diperlukan oleh tenaga kerja
untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaannya dengan tujuan
untuk meningkat daya kerja dan kesehatan tenaga kerja yang setinggi-
tingginya dengan tingkat gizi seseorang. Pada umumnya ada beberapa faktor
yang mempengaruhi status gizi seseorang faktor ekonomi, faktor pengetahuan
tentang gizi faktor prasangka buruk terhadap jenis makanan tertentu, faktor
fadhisme, dan faktor-faktor lingkungan kerja. Adapun dasar-dasar hukum yang
mengatur tentang gizi kerja salah satunya pada UU No.1 th 51 dan UU No.12 th
1948, tentang kondisi fisik tenaga kerja setelah bekerja terus menerus selama
4 jam harus diberi istirahat.
Gizi kerja yang baik mempunyai pengaruh terhadap produktivitas kerja yang
tinggi, secara konkrit dapat dijabarkan beberapa fakta penting peranan status
gizi baik secara langsung maupun tidak langsung yang mempengaruhi
kesehatan dan kualitas tenaga kerja.

DAFTAR PUSTAKA
Adrianto, E. H. And D. N. A. Ningrum (2010). “Hubungan Antara Tingkat
Kesegaran Jasmani Dan Status Gizi Dengan Produktivitas Kerja.” Jurnal
Kesehatan Masyarakat (Vol 5, No 2 (2010)).
Atikah Proverawati Dan Erna Kusuma Wati, Ilmu Gizi Untuk Keperawatan Dan
Gizi Kesehatan, (Yogyakarta: Nuhamedika, 2010)
Ari Agung, I. G. A. (2008). “Pengaruh Perbaikan Gizi Kesehatan Terhadap
Produktivitas Kerja.” Piramida (Vol. 4, No. 1 Juli 2008).
Mahdar, D., Et Al. (1996). “Status Gizi Mikro (Tembaga, Seng Dan Kronium),
Pengetahuan Gizi Dan Keadaan Gizi Lebih Pada Pria Pekerja.” Jurnal Penelitian
Gizi Dan Makanan (Jilid 19 (1996)).
Marsetyo, H Dan G. Kartasapoetra. 1991. Ilmu Gizi. Rineka Cipta. Jakarta.
Miagia I.S. & Hidayati T. (2010) Hubungan Pelaksanaan Prinsip Pemberian
Menu Nurcahyo, K. Dan Briawan, D. (2010) Konsumsi Pangan Penyakit Infeksi
Dan Status Gizi Anak Balita Pasca Perawatan Gizi Buruk, Jurnal Gizi Dan
Pangan, Vol. 5 (3): Pp. 164-170

Anda mungkin juga menyukai