Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MATA KULIAH METABOLISME ZAT GIZI

VITAMIN LARUT LEMAK

OLEH

ITA SAJEK PRAYEKTI

K021171001

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah berjudul Vitamin Larut Lemak ini.
Adapun makalah ini telah saya susun semaksimal mungkin dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah yang berjudul Vitamin Larut
Lemak ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca, terima
kasih.
Makassar, 10 September 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ...........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................4

2.1 Vitamin A ......................................................................................................4


2.2 Vitamin D ......................................................................................................6
2.3 Vitamin E ......................................................................................................9
2.4 Vitamin K ....................................................................................................11

BAB III PENUTUP ..............................................................................................14

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Vitamin merupakan zat gizi mikro yang penting perannya dalam
metabolisme tubuh. vitamin merupakan senyawa organic yang diperlukan
oleh tubuh dalam jumlah yang tidak banyak, tetapi harus selalu tesedia
dalam tubuh. Vitamin terdiri dari vitamin larut lemak dan vitamin larut air.
Vitamin larut lemak merupakan vitamin yang berhubungan dengan lipid
tubuh dan mudah untuk disimpan. Peran vitamin larut lemak umumnya
berhubungan dengan aktivitas struktural dengan protein. Sifat-sifat umum
dari vitamin larut lemak ialah larut dalam pelarut lemak, kelebihan
konsumsi dari vitamin larut lemak disimpan dahulu dalam tubuh kemudian
dikeluarkan dalam jumlah kecil melalui empedu, gejala defisiensi dari
vitamin larut lemak ini berkembang lambat, vitamin larut lemak tidak
perlu ada dalam makanan sehari-hari karena kelebihannya disimpan di
dalam tubuh, berbeda dengan vitamin larut air yang mudah dikeluarkan
dalam tubuh. Vitamin larut lemak hanya mengandung unsur C, H, dan O
dan diabsorbsi melalui sistem limfe. Kandungan vitamin dapat diperoleh
dengan mengonsumsi makanan sumber vitamin. Kandungan vitamin
dalam makanan bervariasi tergantung pada cara produksi, penyiapan, dan
penyimpanannya. Vitamin dalam tubuh melalui beberapa proses sehingga
dapat diserap dan digunakan oleh tubuh untuk berbagai keperluan penting.
Makalah ini akan menjelaskan proses-proses tersebut yang berkaitan
dengan vitamin larut lemak.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka masalah
yang dapat dirumuskan ialah sebagai berikut:
1.2.1 Apa nama zat gizi, jenis, dan sumber dari masing-masing vitamin
larut lemak?
1.2.2 Apa bentuk masing-masing vitamin larut lemak ketika diabsorbsi?

1
1.2.3 Dimana dan berapa banyak masing-masing vitamin larut lemak
diabsorbsi?
1.2.4 Bagaimana mekanisme penyerapan masing-masing vitamin larut
lemak dalam tubuh?
1.2.5 Dimana saja masing-masing vitamin larut lemak didistribusikan
dalam tubuh?
1.2.6 Bagaimana proses metabolisme dari masing-masing vitamin larut
lemak dalam tubuh?
1.2.7 Bagaimana penyimpanan masing-masing vitamin larut lemak
dalam lemak dalam tubuh?
1.2.8 Bagaimana proses pengeluaran masing-masing vitamin larut lemak
dalam tubuh?
1.2.9 Apa fungsi dan dampak dari kekurangan masing-masing vitamin
larut lemak?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dari
penulisan ini ialah sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui nama zat gizi, jenis, dan sumber dari masing-
masing vitamin larut lemak.
1.3.2 Untuk mengetahui bentuk dari masing-masing vitamin larut lemak
ketika diabsorbsi.
1.3.3 Untuk mengetahui tempat absorbsi dan banyaknya vitamin larut
lemak diabsorbsi dalam tubuh.
1.3.4 Untuk mengetahui mekanisme penyerapan masing-masing vitamin
larut lemak di dalam tubuh.
1.3.5 Untuk mengetahui distribusi dari masing-masing vitamin larut
lemak.
1.3.6 Untuk mengetahui proses metabolisme dari masing-masing vitamin
larut lemak.
1.3.7 Untuk mengetahui penyimpanan masing-masing vitamin larut
lemak dalam tubuh.

2
1.3.8 Untuk mengetahui proses pengeluaran masing-masing vitamin
larut lemak.
1.3.9 Untuk mengetahui fungsi dan dampak kekurangan dari masing-
masing vitamin larut lemak.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Vitamin A
Vitamin A pertama kali ditemukan sebagai vitamin larut lemak dan
digunakan sebagai nama generic untuk retinol dan semua pro vitamin. Sifat
kimia dari vitamin A antara lain berbentuk kristal alkohol berwarna kuning,
larut dalam pelarut lemak.
a) Nama Zat Gizi vitamin A: Retinol
b) Jenis-jenis vitamin A: Retinoid dan karotin. Retinoid terdiri dari retinol,
retinal, dan asam retinoat. Sedangkan karotin terdiri dari α-karoten, β-
karoten dan γ-karoten.
c) Sumber vitamin A: vitamin A terdapat dalam pangan hewani contohnya
pada hati, telur, susu, mentega, dll. Sedangkan vitamin A yang terdapat
pada pangan nabati contohnya pada sayur dan buah yang berwarna kuning
jingga.
d) Absorbsi vitamin A: Vitamin A diabsorbsi di duodenum dan jejenum.
Efisiensi penyerapan retinol sebesar 80-90%, sedangkan retinil ester
sebesar 50-6-%. Efisiensi penyerapan vitamin berkaitan dengan banyaknya
asupan makanan yang mengandung lemak. Vitamin A (dalam bentuk ester
dan β-karoten) diserap dari usus halus dan sebagian besar disimpan di
dalam hati. Bentuk karoten dalam tumbuhan selain β adalah α, γ karoten
serta kriptosantin. Setelah dilepaskan dari bahan pangan dalam proses
pencernaan, senyawa tersebut diserap oleh usus halus dengan bantuan
asam empedu (pembentukan micelle). Vitamin A dan karoten diserap oleh
usus dari micelle secara difusi pasif, kemudian digabungkan dengan
kilomikron dan diserap melalui saluran limfatik, kemudian bergabung
dengan saluran darah dan ditransportasikan ke hati. Di hati, vitamin A
digabungkan dengan asam palmitat dan disimpan dalam bentuk retinil-
palmitat. Bila diperlukan oleh sel-sel tubuh, retinil palmitat diikat oleh
protein pengikat retinol (PPR) yang disintesis dalam hati.

4
e) Distribusi vitamin A: Retinol diangkut dalam darah dengan protein darah,
α-globulin, yaitu retinol binding protein (RBP), dengan adanya RBP,
retinol yang tidak larut air dapat diangkut dalam darah. RBP juga
mencegah terjadinya oksidasi dari retinol dan juga mampu membuat
retinol sampai ke sel-sel jaringan yang dituju.
f) Proses metabolisme vitamin A: Ester retinil dihidrolisis menjadi retinol
dan asam lemak bebas dalam lumen intestinal oleh enterosit (sel penyerap
usus kecil). Sedangkan β-karoten secara pasif terdifusi ke dalam enterosit.
Disini sebagian besar β-karoten secara simetris dibelah ke retina sebesar
15, 15'-mono-oksigenase lalu diubah menjadi retinol oleh reduktase retina.
Beberapa retinol dalam enterosit yang diperoleh dari retinoid dan
karotenoid, diesterifikasi menjadi ester retinil dengan lesitin. Eter retinil
selanjutnya digabungkan dengan kilomikron dan disekresikan ke dalam
sistem limfatik. Sejumlah kecil retinoid diubah menjadi asam retinoat yang
diserap langsung ke dalam sirkulasi darah. Ester retinil diambil oleh sel
hati melalui sirkulasi darah dengan mengubahnya menjadi retinol yang
kemudian dapat dilepaskan ke organ target atau disimpan di hati. Sekitar
70% retinoid die diambil oleh hati, terutama sel parenkim. Pada sel
parenkim, ester retinil dihidrolisis kembali menjadi retinol oleh sejumlah
enzim, termasuk retinil ester hydrolase. Retinol yang dilepaskan dari hati
dapat dimediasi ke berbagai sel, dimana retinol dapat dimetabolisme
menjadi berbagai bentuk vitamin A (seperti asam retina dan retinoat) untuk
berbagai fungsi fisiologis.
g) Penyimpanan vitamin A: Di hati, vitamin A digabungkan dengan asam
palmitat dan disimpan dalam bentuk retinil-palmitat. Bila diperlukan oleh
sel-sel tubuh, retinil palmitat diikat oleh protein pengikat retinol yang
disintesis dalam hati. Sebagian kecil karoten disimpan dalam jaringan
adiposa.
h) Proses pengeluaran vitamin A: Vitamin A yang tidak digunakan ooleh sel-
sel tubuh diikat oleh protein pengikat retinol seluler. Sebagian diangkut ke
hati dan bergabung dengan asam empedu, yang selanjutnya diekskresikan

5
ke usus halus, kemudian dikeluarkan dari tubuh melalui feses dalam
bentuk retinoil glukuronida dan produk rantai-utuh. Sebagian lagi diangkut
ke ginjal dan diekskresikan melalui urin dalam bentuk asam retinoat.
i) Fungsi vitamin A: Vitamin A befungsi mengoptimalkan perkembangan
janin, meningkatkan daya tahan tubuh, anti-aging, antioksidan, dan
memerangi penyakit malaria. Peran vitamin A berkaitan dengan
metabolisme pada embrio.
j) Defisiensi vitamin A: Kekurangan vitamin A berkaitan dengan terjadinya
gangguan pada penglihatan. Ini terjadi karena simpanan vitamin A dalam
hati hampir habis. Depresi selanjutnya menimbulkan keratinisasi jaringan
epitel mata dan paru-paru.
2.2 Vitamin D
a) Nama zat gizi vitamin D: Kalsiferol
b) Jenis-jenis vitamin D: Kolekasilferol dan Ergokalsiferol
c) Sumber vitamin D: Susu, minyak ikan, dan kuning telur.
d) Absorbsi vitamin D: Penyerapan vitamin D yang baik membutuhkan
adanya garam empedu. Efisiensi penyerapan vitamin D ialah sebanyak
±50%. Vitamin D diabsorpsi dalam usus halus bersama lipida dengan
bantuan cairan empedu. Vitamin D3 ataupun D2 dari makanan diekstraksi
dari dalam darah (dalam keadaan terikat dengan globulin spesifik) setelah
diabsorbsi dari misel dalam intestinum. Vitamin tersebut mengalami
hidroksilasi pada posisi –25 oleh enzim vitamin D3 – 25
hidroksikolekalsiferol, yaitu suatu enzim pada 6etabolis 6etabolism6 yang
dianggap membatasi kecepatan reaksi. 25-hidroksi D3 merupakan bentuk
utama vitamin D dalam sirkulasi darah dan bentuk cadangan yang utama
dalam hati. Dalam tubulus ginjal, tulang dan plasenta, 25–hidroksiD3
selanjutnya mengalami hidroksilasi dalam posisi 1 oleh enzim 25–
hidroksiD3 1- hidroksilase, yakni suatu enzim mitokondria. Hasilnya
adalah 1,25–dihidroksi D3 (kalsitriol). Produksi hasil ini diatur oleh
konsentrasinya sendiri, hormon paratiroid dan fosfat dalam serum.

6
e) Distribusi vitamin D: Setelah terbentuk, vitamin D3 dikeluarkan dari
plasma keratinosit dan ditarik ke dalam kapiler kulit dengan protein
vitamin D. Vitamin D yang tertelan dimasukkan ke dalam kilomikron,
yang dilepaskan ke limfatik sistem, dan memasuki darah vena, di mana ia
mengikat DBP dan lipoprotein diangkut ke hati. Setelah menjadi metabolit
aktif vitamin D (1,25(OH)2D3 maka vitamin D dapat dimanfaatkan oleh
berbagai jaringan perifer. 1,25(OH)2D yang diproduksi di ginjal dan
plasenta, pertama berikatan dengan protein pengikat vitamin D dibawa ke
berbagai target organ, lalu bentuk bebas diambil oleh sel serta dibawa ke
protein reseptor inti khusus. Vitamin D dari bagian atas usus halus
diangkut oleh D-plasma binding protein (DBP) ke tempat-tempat
penyimpanan di hati, kulit, otak, tulang, dan jaringan lain.
f) Proses metabolisme vitamin D: Kebutuhan vitamin D dapat dipenuhi
dengan paparan sinar matahari. Paparan sinar matahari ke kulit
menginduksi konversi fotolitik dari 7 dehydrocholesterol menjadi
provitamin 𝐷3 yang diikuti oleh isomerisasi termal vitamin 𝐷3 . Bila kulit
terpajan sinar matahari atau sumber penyinaran artifisial tertentu, radiasi
ultraviolet memasuki epidermis dan menyebabkan transformasi 7,8
dehydrocholesterol ke vitamin D3 (cholecalciferol). Selanjutnya vitamin
D3 dibawa ke hati dan dimetabolisir menjadi 25(OH)D oleh mitokondria
hati dan enzim mikrosom. Pembuatan 25(OH)D di hati diatur oleh
mekanisme umpan balik, yakni peningkatan konsumsi diet dan produksi
endogen vitamin D3. Setelah pembentukan di hati, 25(OH)D akan dibawa
ke ginjal oleh protein pengikat vitamin D (Vitamin D binding protein) dan
mendapat tambahan C1 dan C24. Aktivitas 25(OH)D di mitokondria ginjal
ditingkatkan oleh hipokalsemia dengan meningkatkan konversi 25(OH)D
menjadi 1,25(OH)2D. Dalam proses bioaktifasi vitamin D formasi bentuk
1,25(OH)2D dari 25(OH)D dalam kondisi fisiologi normal, utamanya
dilakukan di ginjal, tetapi ternyata terdapat beberapa organ lain yang dapat
melakukan perubahan tersebut terutama dalam kondisi spesifik
(kehamilan, gagal ginjal kronik, sarkoidosis, tuberkulosis, kelainan

7
granulomatosa dan rheumatoid arthritis). Melalui berbagai proses
8etabolis, vitamin D dapat menghasilkan suatu hormon yaitu Kalsitriol,
yang mempunyai peranan sentral dalam 8etabolism kalsium dan fosfat.

g) Penyimpanan vitamin D: Vitamin D disimpan di plasma, adipose, dan


otot.
h) Proses pengeluaran vitamin D: Sebelum diekskresi, 1,25 (OH) 2D
merangsang kehancurannya sendiri pada ginjal dan sel yang memiliki
VDR kemudian merespon 1,25 (OH) 2D dengan meningkatkan ekspresi
dari 25 (OH) D-24-hidroksilase (CYP24A1) untuk memetabolisme 25
(OH) D dan 1,25 (OH) 2D menjadi bentuk aktif yang larut dalam air yang
diekskresikan dalam empedu. Vitamin D diekskresi melalui feses dalam
bentuk 5,26-(𝑂𝐻)2 -D dan 25-(𝑂𝐻)2 − 𝐷 − 23,26 − 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑜𝑛.
i) Fungsi vitamin D: Vitamin D berfungsi untuk meningkatkan penyerapan
kalsium dan fosfor untuk kesehatan tulang dan gigi. Suplementasi vitamin
D juga berperan dalam fungsi neuromuscular pada orang dewasa.
j) Defisiensi vitamin D: Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan riketsia
pada anak dan osteomalacia pada orang dewasa. Selain itu, kekurangan
vitamin D juga dapat menyebabkan osteoporosis atau gangguan lainnya

8
yang berkaitan dengan tulang karena vitamin D berkaitan dengan
penyerapan kalsium.
2.3 Vitamin E
a) Nama zat gizi vitamin E: Tokoferol
b) Jenis-jenis vitamin E: α-tokoferol dan γ-tokoferol
c) Sumber vitamin E: Sumber dari vitamin E ialah pada biji-bijian, sayuran,
telur, mentega, dan susu.
d) Absorbsi vitamin E: Penyerapan vitamin E terjadi di duodenum dan
jejenum dengan efisiensi penyerapan sebanyak 20-80%. Vitamin larut
lemak ini membutuhkan empedu dan sekresi pankreas untuk membentuk
misel untuk penyerapannya oleh sel epitel usus. Vitamin E diserap oleh
usus sebagian dimediasi oleh scavenger receptor kelas B tipe 1 (SR-B1),
dalam suatu mekanisme yang mirip dengan penyerapan kolesterol. Usus
menyerap vitamin E melibatkan mekanisme yang kompleks seperti
protein trafficking intraseluler, modulasi reseptor nukleus, dan aktivitas
ATP binding cassette transporters. Dispersi vitamin E dalam lumen usus,
bersama-sama dengan lemak dapat mempengaruhi pencernaan dan
penyerapan vitamin E. Setelah memasuki sirkulasi melalui duktus
thoracicus, kilomikron trigliserida dihidrolisis oleh lipase lipoprotein
endhotelium, sehingga menghasilka kilomikron sisa. Keluarnya asam
lemak dan beberapa molekul vitamin E yang kemudian ditransfer ke
jaringan perifer, sedangkan sisa-sisa kilomikron, juga membawa vitamin
E, kemudian diambil oleh endositosis hati melalui perantara reseptor.
Vitamin E lebih mudah diserap usus, apabila terdapat lemak dan dalam
kondisi tubuh yang mempermudah penyerapan lemak.
e) Distribusi vitamin E: Tokoferol dari makanan diserap oleh usus
digabungkan dengan kilomikron dan ditransportasikan ke hati melalui
sistim limfatik dan saluran darah. Di hati, tokoferol disebarkan ke sel-sel
jaringan tubuh melalui saluran darah. Di dalam plasma darah, tokoferol
bergabung dengan lipoprotein, terutama VLDL ( Very Low Density
Lipoprotein).

9
f) Proses metabolisme vitamin E: Vitamin D memasuki aliran darah secara
inaktif. Kolekalsiferol dibentuk di dalam kulit (epidermis) oleh sinar
ultraviolet dari 7-dehidrokolesterol. Intensitas radiasi ultraviolet
mempengaruhi banyaknya provitamin D dan bahan yang tidak aktif
dibentuk. Di dalam hati, vitamin D3 diubah menjadi bentuk aktif 25-
hidroksi kolekalsiferol [25(OH)D3] yang lima kali lebih aktif daripada
vitamin D3. Bentuk [25(OH)D3] adalah bentuk vitamin D yang paling
banyak di dalam darah dan banyak bergantung pada konsumsi dan
penyingkapan tubuh terhadap matahari. Bentuk paling aktif adalah
kalsitriol atau 1,25 dihidroksi kolekalsiferol [1,25 (OH)2D3] yang 10 kali
lebih aktif dari vitamin D3. Bentuk aktif ini dibuat oleh ginjal. Sintesis
kalsitriol diatur oleh taraf kalsium dan fosfor dalam serum. Hormon
paratiroid (PTH) yang dikeluarkan bila kalsium dalam serum rendah,
merupakan perantara yang merangsang produksi [1,25 (OH)2D3] oleh
ginjal. Taraf konsumsi kalsium yang rendah tercermin pada taraf
kalsium serum yang rendah. Hal ini akan mempengaruhi sekresi PTH
dan peningkatan sintesis kalsitriol oleh ginjal. Taraf fosfat dari makanan
mempunyai pengaruh yang sama, tetapi tidak membutuhkan PTH.
Bentuk aktif vitamin D adalah 1,25-dihidroksikalsitriol, yang diproduksi
dalam 2 tahap dengan penambahan gugus hidroksil. Tahap pertama
berlangsung di hati dengan menghasilkan 25-hidroksikalsitriol yang
merupakan senyawa yang umumnya diukur dalam darah. Tahap kedua
aktivasi berlangsung di ginjal, proses ini diregulasi oleh hormon
paratiroid yang disekresi sebagai respon terhadap penurunan kadar
kalsium plasma.
g) Penyimpanan vitamin E: Vitamin E disimpan terutama dalam jaringan
adiposa, otot dan hati. Kelebihan vitamin E dalam tubuh akan disimpan
dalam beberapa organ, antara lain hati, jaringan adiposa, otak dan
lipoprotein.
h) Proses pengeluaran vitamin E: Vitamin E diekskresikan dari tubuh
bersama dengan empedu melalui feses dalam bentuk hasil metabolit

10
karboksilkromanol, sebagian lagi melalui urin setelah diubah lebih dahulu
menjadi asam tokoferonat dan tokoferonalakton yang dapat berkonjugasi
dengan glukoronat.
i) Fungsi vitamin E: Vitamin E berfungsi dalam sistem reproduksi dan
mencegah penyakit kanker paru-paru.
j) Defisiensi vitamin: Kekurangan vitamin E dapat dialami oleh orang yang
mengalami gangguan absorbsi lemak seperti cystic fibrisos dan gangguan
pada transport lipida. Kekurangan vitamin D juga dapat mnegakibatkan
hemolisis eritrosit dan sindroma neurologik yang berakibat tidak
normalnya fungsi sumsum tulang belakang dan retina.
2.4 Vitamin K
a) Nama zat gizi vitamin K: Koagulan
b) Jenis-jenis vitamin K: Filokuinon, Menakuinon, Menadion
c) Sumber vitamin K: Bahan makanan sumber vitamin K dapat berasal dari
bahan nabati maupun hewani seperti hati, sayuran, warna hijau, kacang
buncis, polong, brokoli, dan kol.
d) Absorbsi vitamin K: Sebanyak 15-80% vitamin K diabsorbsi di usus halus
dengan bantuan empedu dan cairan pankreas. Penyerapan vitamin K
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan lemak,
yaitu cukup tidaknya sekresi empedu dan pankreas yang diperlukan untuk
penyerapan vitamin K. Sekitar 50-80% vitamin K dalam makanan
diabsorbsi di dalam usus halus.
e) Distribusi vitamin K: Setelah melalui proses absorbsi, vitamin K
digabungkan dengan kilomikron untuk diangkut melalui saluran limfatik,
kemudian melalui saluran darah ditransportasi ke hati. Dari hati vitamin K
diangkut terutama oleh lipoprotein VLDL di dalam plasma ke sel-sel
tubuh.
f) Proses metabolisme vitamin K: Phylloquinone diserap di proksimal
intestinum tenue dan dimasukkan ke dalam kilomikron. Konsentrasi
phylloquinone plasma dikaitkan dengan varian genetik dari apoprotein E,
yang menentukan pengikatan kilomikron sisa ke reseptor lipoprotein hati.

11
Jaringan ekstrahepatik mengambil phylloquinone dari kilomikron dan
VLDL, dan mensintesis menaquinone-4, yang merupakan vitamer utama
dalam jaringan selain hati. Beberapa menaquinone-4 juga diserap ke dalam
sistem portal dari usus besar. Menaquinones diserap terutama dari ileum
terminal, di mana terdapat garam empedu, kemudian dibawa ke dalam
pembuluh darah portal. Setelah pencernaan, vitamin K diet dan produk
hidrolisis pankreas trigliserida (TG) diemailkan oleh bilesal untuk
membentuk mikroba campuran yang diambil oleh enteroytes dari epitel
usus dan diproses menjadi CM baru lahir yang mengandung apoA dan
apoB-48. CM kemudian disekresikan ke pembuluh lympatic yang lebih
besar pada akhirnya darah. CR yang dihasilkan lebih kecil kembali
memasuki sirkulasi karena kehilangan banyak apoA dan apoC namun
mempertahankan vitamin K di inti lipofilik. ptake oleh hati; di hati CR
masuk hepatosit dengan mengikat LDLR dan LRP diikuti oleh reseptor
mediated endositosis.

12
g) Penyimpanan vitamin K: Vitamin K yang sampai di hati disimpan dalam
bentuk menaquinone sekitar 90%. Simpanan vitamin K dalam tubuh tidak
banyak dan penggantiannya terjadi cepat. Simpanan di dalam hati
sebanyak 10% berupa filokinon dan 90% berupa metakinon yang
kemungkinan disintesis oleh bakteri saluran cerna.
h) Proses pengeluaran vitamin K: Dalam keadaan normal sebanyak 30-40%
vitamin K yang diabsorbsi dikeluarkan melalui empedu dan 15% melalui
urin sebagai metabolit larut air.
i) Fungsi vitamin K: Beberapa fungsi vitamin K antara lain membantu proses
pembekuan darah dan sebagai kofaktor enzim karboksilase, selain itu
vitamin K juga dapat mencegah keguguran.
j) Defisiensi vitamin K: Kekurangan vitamin K menyebabkan darah tidak
menggumpal sehingga bila luka dapat menyebabkan pendarahan.
Kekurangan vitamin K dapat terjadi pada seseorang yang mengalami
gangguan absorbsi lemak dan mengonsumsi antibiotika.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Vitamin larut lemak terdiri dari vitamin A, vitamin D, vitamin E, dan
vitamin K. Vitamin larut lemak secara umum memiliki sifat larut dalam
lemak dan pelarut lemak, dikeluarkan dalam jumlah kecil melalui empedu,
tidak selalu perlu ada dalam makanan sehari-hari, mempunyai precursor atau
provitamin, hanya mengandung unsur-unsur C, H, dan O, kelebihan konsumsi
dari yang dibutuhkan disimpan dalam tubuh.
Vitamin larut lemak diabsorbsi di dalam getah bening lalu dalam
darah. Proses pengangkutan vitamin larut lemak membutuhkan banyak
protein, kemudian penyimpanannya disimpan dalam sel yang berhubungan
dengan lemak. Ekskresi dari vitamin larut lemak cenderung sulit dan tetap
berad pada penyimpanan lemak. Vitamin larut lemak dibutuhkan dalam dosis
periodik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Zile, Maija H. 2001. Function of Vitamin A in Vertebrate Embryonic


Development. [online]. [diakses 9 September 2018].

Sirajuddin, S., dkk. 2018. Buku Ajar Mata Kuliah Metabolisme Zat Gizi.
Makassar : Program Studi Ilmu Gizi Universitas Hasanuddin.

Sirajuddin, S., dkk. 2018. Buku Ajar Mata Kuliah Biokimia. Makassar : Program
Studi Ilmu Gizi Universitas Hasanuddin.

Dhesi, Jugdeep K. 2004. Vitamin D Supplementation Improves Neuromuscular


Function in Older People Who Fall. [online]. [diakses 10 September
2018].

Bender, David A.2003. Nutritional Biochemistry ed. 2nd. London : Cambridge


University Press.

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2016. Gizi


dan Kesehatan Masyarakat Edisi Revisi. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.

Pakar Gizi Indonesia. 2017. Ilmu Gizi Teori & Aplikasi. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

15

Anda mungkin juga menyukai