Anda di halaman 1dari 20

Kebiasaan Pangan

KELOMPOK 1
ITA SAJEK PRAYEKTI (K021171001)
BALQIS (K021171311)
NURHILDA RESKY AWALIA (K021171003) ANANDA FASYA AMALIA (K021171504)
SALWA FIQHYARDINI (K021171004) RISKA MAYA SARI (K021171509)
RASNI (K021171008) ATHANASIUS MAIK (K021171701)
DIKA JULIASTUTI (K021171013)
YUSTIKA RAMADHANI (K021171514)
HARIANI (K021171014) NURUL FAJRIYANI (K021171501)
SRI ANNISA SAHURI (K021171020) PARADILLAH NURUL U (K021171703)
SRIGITA LESTARI (K021171308)
Pengertian Kebiasaan Pangan

Kebiasaan pangan adalah cara seseorang atau kelompok


orang memilih pangan dan memakannya sebagai reaksi
terhadap pengaruh-pengaruh fisiologik, psikologik, budaya
dan sosial. Harper, dkk. (1986).

Guthe dan Mead (1945) dalam Khumaidi (1989) bahwa


kebiasaan makan merupakan cara individu atau kelompok
memilih, mengkonsumsi dan menggunakan pangan yang
tersedia, yang didasarkan pada faktor-faktor sosial dan budaya
dimana mereka hidup.
Konsep dan Faktor-Faktor yang Membentuk
Kebiasaan Pangan
Lewin’s motivational model” atau channel Theory (Teori Alur).
Kurt Lewin (1940-an)

Teori klasik konsumsi pangan merupakan unsur


pemuasan kebutuhan sosial.Setiap alur ada
kekuatan-kekuatan yang mendorong pangan masuk
ke dalam alur yang bersangkutan tetapi sebaliknya
ada kekuatan-kekuatan yang menghadang masuknya
pangan ke dalam alur.
Children’s food consumption behavior model
Lund dan Burk (1969) dalam Sanjur (1982).
Konsumsi pangan anak tergantung pada
adanya sikap, pengetahuan dan tiga
motivasi utama terhadap pangan yaitu :
kebutuhan biologis, psikologis dan sosial
yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan
keluarga dan sekolah
Model Wenkam 1969 (Sanjur, 1982)
Pada faktor ekologi terutama faktor fisik dan budaya terhadap konsumsi
pangan. KETERSEDIAAN KETERSEDIAAN
FISIK : BUDAYA :
Produksi Status Sosial
Pengawetan Status Fisik
Distribusi Peranan sosial/Upacara
Persiapan Etiket
Peralatan Pembagian Tugas

STRUKTUR EKONOMI

KEBIASAAN MAKAN

Kerangka Model analisis Kebiasaan Makan menurut Wenkam


(Wenkam, 1969 dalam Sanjur, 1982)
Model multi dimensional
Sanjur dan Scoma (1977) dalam Sanjur (1982)
bahwa kebiasaan makan adalah fungsi dari konsumsi pangan, preferensi, ideology
dan sosio budaya. Kebiasaan Makan = f {konsumsi, preferensi, ideology dan
sosial budaya}

Model Pendekatan ekologi dalam antropologi Gizi


Ritenbaugh (1982) dalam Susanto (1995)
pangan yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologic dan
psikologik seseorang (dan implisit menjadi kebiasaan pangannya)
beriinteraksi dengan lima faktor yaitu : lingkungansosial, lingkungan
fisik, organisasi sosial, teknologi dan system-sistem budaya.
Koentjaraningrat (1984) dalam Kuhumaidi (1989)
Mengembangkan model untuk mempelajari faktor-faktor
sosial dan budaya yang mempengaruhi kebasaan makan
dan pola konsumsi makanan keluarga. Dipengaruhi oleh :
(a)Faktor budaya,
(b)Faktor lingkungan sosial, kependudukan dengan
susunan, strata dan sifatnya;
(c)Faktor lingkungan ekonomi, daya beli, ketersediaan
uang kontan dan sebagainya;
(d)Lingkungan ekologi, kondisi tanah, iklim, lingkungan
biologi, sistem usahatani, sistem pasar dan sebagainya
(e)Faktor ketersediaan bahan makanan, (jalan raya,
jembatan-jembatan dan lain-lain), perundang-
undangan dan pelayanan pemerintah dan
(f)Faktor perkembangan teknologi
Hartog pada Madanijah (2004)

Keterkaitan antara komponen ekosistem/lingkungan dengan


pilihan dan penggunaan pangan yang dikemukakan bahwa
lingkungan budaya, lingkungan alam dan penduduk
mempengaruhi konsumsi pangan suatu masyarakat .
Nilai dan Norma dalam Kaitannya dengan
Kebiasaan Pangan

Dalam hubungannya dengan kebiasaan pangan, kegiatan


budaya suatu keluarga, masyarakat, negara atau suatu bangsa
mempunyai pengaruh yang kuat dan kekal terhadap apa, kapan
dan bagaimana penduduk makan. Pola kebudayaan dalam
memilih pangan yang berarti mempengaruhi jenis pangan
diproduksi, bagaimana diolahnya, disalurkannya, disiapkannya
dan disajikannya.
Hal ini terkait juga dengan fungsi sosial pangan (social
functions of food) sebagai Prestige and status, friendship and
communication, gifts and sharing, feasts and festivals, ritual and
sacrifice (Fieldhouse, 1995).
Berbagai jenis pangan mempunyai nilai dan makna
tersendiri. Menempatkan makanan pokok sebagai hal
yang sakral (suci).

Padi : lambang pemberian dari Dewi Sri (semboyan : ibarat


padi, makin berisi makin merunduk).
Singkong : mudah dapat menyesuaikan diri di mana-mana (dengan
lingkungannya).
Jagung : orang-orang Madura “beraniaya” kalau berkelompok.
Orang madura memiliki ikatan keluarga (geinologis)
yang sangat kuat
berdasarkan fungsi sosial pangan dalam kaitannya dengan
simbolisme menurut Suhardjo (1989); ditemukan nilai-nilai
positif dari makna pangan (makanan) yang boleh dan tidak
boleh dimakan. Fungsi makanan sebagai penguat solidaritas
dan makna yang bersifat psikologis, estetika dan religius
mempunyai arti penting dalam kaitannya dengan pola
konsumsi pangan. Hal ini dapat dipahami melalui kebiasaan
mengkonsumsi pangan setiap hari dan upacara-upacara
selamatan.
1. Konsumsi Pangan Sehari-Hari

Jenis dan jumlah pangan yang dimakan oleh seseorang


dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu secara
biologis, psikologis maupun sosial. Hal ini terkait dengan
fungsi makanan sebagai gastronomi, identitas budaya, religi
dan magis, komunikasi, lambang status ekonomi, serta
kekuatan dan kekuasaan (Khumaidi, 1982).
2. Konsumsi Pangan pada Acara Daur Hidup

Secara adat mempunyai suatu pemikiran yang secara sadar atau tidak
merupakan tindakan pencegahan atau anjuran yang bersifat positif pada
kesehatan. Larangan atau anjuran dilandasi oleh pemikiran yang sifatnya
cenderung lebih bersifat religius.
Ada pula yang percaya pada takhyul dan pantangan makan yang sering
tidak beralasan bahkan merugikan kesehatan tubuh. Misalnya, hasil
penyelidikan Tan, M.G (1970) dalam Suhardjo (1989) yang menunjukan
bahwa responden yakin sekali pada kepercayaan dan pantangan yang
berlaku bagi bayi, anak-anak, anak gadis, wanita hamil dan menyusui.
Upacara-upacara pada
daur hidup
Kehamilan Kelahiran
Khitanan
Perkawinan Kematian
3. Konsumsi Pangan Pada Acara Keagamaan

Upacara agama atau selamatan merupakan bagian


dari bentuk-bentuk kebudayaan di daerah pedesaan
maupun diperkotaan. Upacara keagamaan yang
umum dilaksanakan oleh berbagai etnis yang
menganut agama masing-masing.
4. Konsumsi Pangan Pada Acara Lingkungan Hidup

Konsumsi pangan dalam hal ini adalah konsumsi/penyajian


pangan pada acara-acara adat yang berhubungan dengan
lingkungan hidup manusia.
Manusia Lingkungan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai