Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI

" Sosiologi dan antropologi dalam kesehatan dan gizi "

DISUSUN OLEH:

MUHAMMAD REZKI S1_GIZI(616081522011)

OSEN PENGAMPUH:

CINTRA DEWI ANGGRAINI S.TR. M.K.M

PRODI SARJANA GIZI

INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA BATAM

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun
sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari,

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Batam 1 Oktober 2022

DAFTAR IS
KATA
PENGANTAR ...................................................................................................................................................
...............................

DAFTAR
ISI....................................................................................................................................................................
.............,..............

BAB I
PENDAHULUAN...............................................................................................................................................
................................

A.latar
belakang..........................................................................................................................................................
.......................

B.Rumusanmasalah.........................................................................................................................................
...................................

C.tujuan...........................................................................................................................................................
......................................

BAB II
PEMBAHASAN,......................................,.........................................................................................................
..............................

A.faktor faktor yang mempengaruhi makanan dan gizi


masarakat.....................................................................

B.Alternatif mengatasi masalah budaya dan


makanan................................................................................................

C.peran antarprologi dalam


masyarakat ...........................................................................................................................

D, tujuan antarprolgi dalam gizi


masarakat .................................................................................,...................................

BAB III

A.PENUTUP.....................................................................................................................................................
...........................................

B.kesimpulan...................................................................................................................................................
.....................................
C..saran...........................................................................................................................................................
.........................................

DAFTAR PUSTAK
........................................................................................................................................................................
............

BAB 1

PENDAHULUAN

A.latar belakang

Sosiologi berbicara tentang ruang sosial seperti ruang, waktu, dan wilayah. Antropologi berbicara nilai
sosial seperti benda, fisik. Antropologi mempelejari segi fisik, sosial, dan budaya. Suatu ilmu akan
menjadi lebih berguna jika diiringi oleh ilmu yang lainnya. Keterkaitan antropologi dan gizi dapat
menjadikan sistem yang efektif dalam menyelesaikan masalah gizi pada masyarakat karena antropologi
sendiri berbicara tentang budaya masyarakat. Budaya merupakan cara hidup atau kebudayaan yang
terdapapat pada sekelompok orang atau dapat disebut juga masyarakat. Gizi adalah kandungan –
kandungan yang terdapat dalam makanan seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral.

Masalah – masalah gizi seperti gizi buruk dan stunting dapat terjadi karena kebiasaan masyarakat. Oleh
karena itu, pentingnya antropologi gizi untuk mengetahui penyebab dari masalah – masalah gizi yang
terjadi di Indonesia. Pendekatan ilmu antropologi dapat digunakan untuk mecari tau kebiasaan makan
masyarakat yang berhubungan erat dengan gizi dan kesehatan sehingga dapat diketahui pula faktor –
faktor atau penyebab masalah gizi di masyarakat. Jika dipelajari lebih dalam masalah tersebut tentu
akan mendapatkan solusinya.

Masyarakat diharapkan untuk mencapai derajat kesehtan masyarakat setinggi – tingginya. Namun dalam
mencapai tujuan tersebut bisa saja ada kendala – kendala untuk mencapainya.

B. Rumusan masalah

1, apa saja faktor-faktor memengaruhi cara bertingkah laku termasuk kebutuhan?

terhadap makanan dan gizi masarakat?

2.Bagaimana alternatif mengatasi masalah budaya dan makanan?

3.Bagaimana peran antropologi dalam gizi masyarakat?

4.Apa manfaat mempelajari antropologi dalam ilmu gizi?

5. Apa saja masalah budaya terhadap makanan ?


C TUJUAN

1.mengetahui cara bertingkah laku termasuk kebutuhan terhadap makanan.

2 mengetahui maslah budaya dan makanan

3.mngetahui peran antarprologi dalam gizi masyarakat

4.mngetahui manfaat mempelajari antarprologi dalam ilmu gizi

5.mengetahui saja sistem budaya terhadap makanan

BAB II

PEMBAHASAN

A, faktor-faktor r memengaruhi cara bertingkah laku termasuk kebutuhanterhadap makanan dan gizi
pada masyarakat.

Pola makan adalah tingak laku manusia atau masyarakat mengenai jumlah, pemilihan, dan komsumsi
makanan yang diasup dalam kurun atau rentan waktu tertentu. Pola makan juga berhubungan dengan
konsumsi energi. Konsumsi energi yang dipengaruhi oleh umur, berat badan, tinggi bada, pola, dan
kebiasaan makan, serta pendapatan (Kartasapoetra dan Marsetyo 2005) Untuk mengetahui pola makan
masyarakat, dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut dapat diketahui dari ilmu sosiologi
antropologi. Faktor – faktor yang membentuk pola makan pada masyarakat yaitu sosial budaya,
ekonomi, pendidikan, agama, dan lingkungan.

*Faktor Sosial Budaya

Sosial budaya dapat memengaruhi seseorang, dalam memilih makanannya. Sosial budaya itu sendiri
terdiri dari dua kata yaitu sosial dan budaya. Sosial berarti berhubungan dengan masyarakat
sekitar. Budaya berkaitan dengan kebiasaan. Kebudayaan dapat memengaruhi cara bertingkah laku
termasuk kebutuhan terhadap makanan.

*Faktor Ekonomi

Ekonomi dapat memengaruhi pola makan karena dapat berpengaruh terhadap bahan makanan yang
akan dibeli untuk dikonsumsi. Jika seseorang berasal dari ekonomi yang rendah maka, makanan yang
dimakan mungkin lebih sedikit daripada yang memiliki ekonomi tinggi atau mungkin tidak seberaneka
ragam terhadap makanan orang yang memiliki ekonomi tinggi.

*Faktor Pendidikan

Pentingnya Pendidikan untuk memilih makanan. Pendidikan dapat memengaruhi pemilihan makanan
dari segi pengetahuan. Orang yang memiliki Pendidikan lebih tinggi mengenai gizi memungkinkan untuk
mendapat asupan makanan yang baik dan bergizi juga. Pengetahuan yang luas akan berpengaruh untuk
kesehatan.

*Faktor Agama

Dalam agama terdapat makanan yang dilarang dimakan atau biasa disebut haram. Larangan – larangan
ini dapat digunakan untuk pemilihan makanan yang akan dikonsumsi.Faktor Lingkungan Lingkungan
memberi pengaruh yang besar dalam pola makan. Lingkungan sekolah, lingkungan rumah, lingkungan
kerja, atau lingkungan lainnya.

B.alternatif mengatasi masalah budaya dan makanan

Masalah budaya dan makanan kita ketahui dapat menyebabkan masalah gizi yang berdampak pada
kesehatan tubuh manusia, sehingga perlu secara cermat untuk memberdayakan masyarakat lokal
dengan kearifan dan kecerdasan lokal (local wisdom and local genius) disamping terus melaksanakan
penyuluhan gizi sebagai alternative mengatasi masalah budaya dan makanan. Pendekatan yang paling
utama adalah melalui perbaikan struktur sosial masyarakat tentang pandangan mereka terhadap bahan
makanan walaupun lokal tetapi kaya akan nilai gizi. Langkah-langkah yang ditempuh seperti: Perbaikan
gizi keluarga dengan melakukan lomba menyiapkan hidangan makanan non beras (kasus budaya Timor),
Perbaikan budaya masyarakat dengan pengaruh utama gender terutama di tingkat keluarga.
Memperluas areal pertanian dengan menanam berbagai komoditi yang mempunyai nilai gizi tinggi
sebagai bahan pangan/makanan seperti kedelai (kasus budaya Jawa). Pemberian makanan tambahan
yang bernilai gizi bagi anak-anak balita dan orang lanjut usia. Penyuluhan gizi terpadu dan konsultasi gizi
bagi masyarakat. Melakukan pengkajian/penelitian dan riset untuk melihat pengaruh budaya terhadap
makanan itu sendiri dengan berbagai implikasi yang terkait didalamnya.

C, peran antropologi dalam gizi masyarakat

Antropologi gizi masyarakat merupakan suatu ilmu yang yang mempelajari budaya, perilaku, serta
keanekaragaman masyarakat dalam menngonsumsi makanan untuk memenuhi kecukupan gizi
masyarakat tersebut.Hubungan antara Antropologi dengan Gizi Masyarakat menjadi dasarnya, di mana
Antropologi gizi masyarakat merupakan suatu ilmu yang yang mempelajari budaya, perilaku, serta
keanekaragaman masyarakat dalam menngonsumsi makanan untuk memenuhi kecukupan gizi
masyarakat tersebu, jadi peran antropologi dalam gizi masyarakatsangat penting,

Dari empat bilyun manusia di dunia, ratusan juta orang menderita gizi buruk dan kekurangan gizi. Angka
yang tepat tidak ada, tidak ada sensus mengenai kelaparan dan perbedaan antara gizi cukup dan gizi
kurang merupakan jalur yang lebar, bukan suatu garis yang jelas. Apapun tolok ukur kita, kelaparan (dan
sering mati kelaparan) merupakan hambatan yang paling besar bagi perbaikan kesehatan di sebagian
terbesar negara-negara di dunia. Kekurangan gizi menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi,
menyebabkan banyak penyakit kronis, dan menyebabkan orang tidak mungkin melakukan kerja keras.
Kekurangan gizi ini selain dari ketidakmampuan negara-negra non industri untuk menghasilkan cukup
makanan untuk memenuhi kebutuhan penduduk mereka yang berkembang, juga muncul karena
kepercayaan-kepercayaan keliru yang terdapat di mana-mana, mengenai hubungan antara makanan dan
kesehatan, dan juga tergantung pada kepercayaan-kepercayaan, pantangan-pantangan dan upacara-
upacara, yang mencegah orang memanfaatkan sebaik-baiknya makanan yang tersedia bagi mereka,ada
dua aspek penting dari antropologi gizi :

a. Sifat sosial, budaya, dan psikologis dari makanan (yaitu peranan-peranan sosial budaya dari makanan
yang berbeda dengan peranan-peranan gizinya).

b. Cara-cara dimana dimensi-dimensi sosial budaya dan psikologi dari makanan berkaitan dengan
masalah gizi yang cukup, terutama dalam masyarakat-masyarakat tradisional.antropologi memandang
kebiasaan makan sebagai suatu kompleks kegiatan masak-memasak, masalah kesukaran dan
ketidaksukaran, kearifan rakyat, kepercayaan-kepercayaan, pantangan-pantangan, dan takhayul-
takhayul yang berkaitan dengan produksi, persiapan, dan konsumsi makanan. Pendeknya, sebagai suatu
kategori budaya yang penting, ahli-ahli antropologi melihat makanan mempengaruhi dan berkaitan
dengan banyak kategori budaya lainnya.

Setelah mengetahui betapa kuatnya kepercayaan-kepercayaan kita atau suatu masyarakat mengenai
apa yang dianggap makanan dan apa yang dianggap bukan makanan, sehingga terbukti sangat sukar
untuk meyakinkan orang untuk menyesuaikan makanan tradisional mereka demi kepentingan gizi yang
baik. Karena pantangan agama, takhayul, kepercayaan tentang kesehatan, dan suatu peristiwa yang
kebetulan dalam sejarah ada bahan-bahan yang bergizi baik yang tidak boleh dimakan, mereka
diklasifikasikan sebagai “bukan makanan”. Dengan kata lain, penting untuk membedakan antara
nutrimen dengan makanan.

D, Terkait tujuan ilmu antropologi maka dapat diketahui manfaat mempelajari antropologi untuk:

*Dapat mengetahui pola prilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat secara universal maupun
pola prilaku manusia pada tiap – tiap masyarakat,dengan mengetahui pola prilaku masyarakat artinya
kita sudah bisa menerka pola pikir masyarakat setempat yang mana hal ini merupakan satu kunci
pertama yang harus diketahu oleh petugas kesehatan, dimana kalau kita sudah mengetahui unsur
budaya ataupun pola pikir dan tingkah laku maka dengan mudah kita bisa menanam pengaruh dalam hal
ini penyuluhan kesehatan terutama bagi penyuluh gi zi yakni dalam menangani masalah tabu dan
mengetahui bagaimana mengayomi atau memberlakukan masyarakat setempat sehingga akan
mempermudah proses penyuluhan ataupu sosialisasi terhadap masyarakat.

*Dapat mengetahui kedudukan serta peran yang harus kita lakukan sebagai petugas kesehatan sesuai
dengan harapan warga masyarakat dari kedudukan yang kita sandang, artinya dengan mempelajari ilmu
budaya atapun unsur – unsur budaya maka secara langsung ataupun tidak langsung akan tertanam
dalam pikiran kita peran kita sebagai petugas kesehatan, betapa dibutuhkan keberadaan kita dalam
menangani kesehatan masyarakat, sehingga penyuluhan atau perbaikan kesehatan yang dilakukan sesui
dengan harapan masyarakat.

*Dengan mempelajari unsur – unsur budaya maka akan memperluas wawasan kita ,mengenai budaya
suatu masyarakat. Budaya merupakan satu pegangan, satu pedoman dan aturan yang diyakini
kebenarannya oleh masyarakat,sehingga kalau kita sudah mengetahui aturan ataupun budaya dan
menghormati budaya masyarakat maka masyarakat pun akan menerima saran dari kita dengan penuh
rasa hormat pula dan akan menunjang, membantu serta mempermudah kita melakukan penyuluha,
sebab sudah keseimbangan saling menghormati antara petugas kesehatan dengan masyarakat yang
dilandasi dengan pengetahuan petugas kesehatan dengan budaya setempat

*Dapat mengetahui berbagi macam masalah atau problema dalam masyarakat . Dengan mempelajari
budaya seorang petugas kesehatan akan mengetahui maslah yang sedang terjadi di masyarakat,
sehingga timbul dalam pikiran petugas kesehatan bagaimana cara unutk menyelesaikan masalah
tersebut misalnya masalah gizi masyarakat tanpa melanggar aturan atau budaya masyarakat
setempat,yakni dengan melakukan pendekatan secara perlahan – lahan dan mempelajari budaya
masyarakat,apakah masalah gizi tersebut timbul karena adat atau budaya seprti pantangan atau tabu,
jikalau betul disebabkan oleh tabu, maka petugas kesehatan atau kader gizi bisa memberikan
penyuluhan atau nasihat dan gambaran kepada masyarakat bahwa tabu itu menimbulkan dampak yang
sangat buruk bagi kesehatan.

*Memiliki kepekaan terhadap kondisi – kondisi dalam masyarakat baik yang menyenangkan serta
mampu mengambil inisiatif terhadap pemecahan permasalahan yag muncul dalam lingkungan
masyarkatnya. Dengan mempelajari unsur – unsur budaya masyarakat , maka seorang petugas
kesehatan akan memiliki kepekaan tersendiri terhadap kondisi masyarakat,kepekaan, sikap tanggap ,
sikap empati antar sesama manusia ini sangat penting dalam melakukan penyuluhan kesehatan misanya
dalam penyuluhan gizi sebab dengan kepekaan tersebut akan merangsang petugas kesehatan unutk
segera bertindak melakukan perbaikan atau pemecahan masalah dalam masyarakat tanpa melangggar
norma atau budaya masyarakat, yakni dengan didasari pengetahuan mengenai unsur budaya
masyarakat.

E apa saja masalah budaya terhadap makanan

.PolaBudaya terhadap makanan dan gizi.Budaya memiliki pengaruh yang besar dalam menentukan pola
makan masyarakattertentu. Masih banyak pantangan serta mitos yang masih kerap
dipercayaimasyarakat mengenai pola makan,dan hal ini yang menyebabkan rendahnya konsumsi
makanan di dalam suatu masyarakat. Rendahnya konsumsi makanan juga disebabkan oleh
timbulnya penyakit, terutama penyakit yang berkaitan dengan pencernaan. Produksi makanan
juga dapat mempengaruhi tingkat konsumsi makanan yang rendah. Hal ini disebabkan karena
masih banyaknya petani yang menggunakan teknologi tradisional.Di Indonesia, keberagaman suku
yang dimiliki menyebabkan adanya perbedaan dalam pemilihan makanan pokok. Bagi masyarakat
Sunda dan Jawatengah, makanan pokok yang dikonsumsi adalah nasi. Sementara itu, masyarakat
Maduradan Jawa timurmayoritas mengkonsumsi Jagung dan diolah menjadi nasi jagung, Adapun
masyarakat di Bau-bau Sulawesi tenggara yang mengkonsumsi Singkong sebagai pengganti nasi yang
biasa disebut kasuami dan masyarakat Papua menjadikan Papeda yang terbuat dari
sagusebagaimakanan pokoknya. Adanya perbedaan pemilihan makanan pokok ini menunjukkan adanya
persepsi dan penilaian terhadap makanan sebagai sebuah budaya pokok di dalam suatu masyarakat. Hal
ini dapat menjadi dasar mengapa bagi masyarakat Sunda, jika belum memakan nasi dianggap
mereka belum makan meskipun mereka telah jenis makanan berat selain nasi.Polapikir masyarakat
masih beranggapan bahwa kebutuhan makan adalah dengan memakan makanan yang tinggi atau
kaya karbohidrat tanpa mempertimbangkan kecukupan gizi yang seimbang ini menunjukkan bahwa
aspek sosial budaya masih mendominasi perilaku dan kebiasaanmakan yang masyarakat Indonesi

Dari data yang diperoleh menemukan bahwa pola makan masyarakat masih banyak masyarakat yang
makanan pokoknya nis jagung atau nos/ thiwul. Makanan ini merupakan diluar kebiasaan pola makan
masyarakat pada umumnya. Namun dihalik itu bahan-bahan makanan yang dimakan masyarakat ,bisa
berfungsi sebagai perekat tali sosial antar. Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa bahan makanan
masyarakat banyak yang berasal dari alam dan mengalami proses pemasakan dan fermentasi adapula
yang dimakan secara mentah. Makanan juga memiliki fungsi religius yaitu sebagai penghubuing antara
manusia dengan alam yang dianggab sakral oleh masyarakat yaitu dengan memberikan makanan
sandangan untuk hat gaib yang dianggab hidup di sekitar masyarakat. Dari berbagai fenomena yang
ditemukan pada penelitian ini, ada berbagai macam makanan dengan fungsi sosial. Fungsi sosial
makanan di masyarakat memberikan simbol-simbol dalam keseimbangan pada siklus hidup dan interaksi
dalam kegiatan kemasyarakatan. Dalam unit masyarakat yaitu keluarga juga ditemukan bahwa pola
makan maupun pola hidup dalam masyarakat dipengaruhi oleh pola makan dan pola hidup dalam
keluarga yang hidup dalam masyarakat tersebut. Sehingga ada hubungan yang saling terkait antara
kebiasaan individu, kebiasaan keluarga dengan kebiasaan masyarakat. Dalam unit masyarakat yaitu
keluarga juga ditemukan bahwa pola makan maupun pola hidup dalam masyarakat dipengaruhi oleh
pola makan dan pola hidup dalam keluarga yang hidup dalam masyarakat tersebut. Sehingga ada
hubungan yang saling terkait antara kebiasaan individu, Sistem Budaya Terhadap Makanan

1,Memberikan nilai yang beda terhadap makananBudaya makan masyarakat juga bergantung pada
selera, citarasa, kenikmatan dan daya terima akan suatu makanan. Di masyarakat, setiap kelompok
mempunyai suatu pola tersendiri dalam memperoleh, menggunakan, dan menilai makanan yang akan
merupakan ciri kebudayaan dari kelompok masing-masing. Umumnya masyarakat memberikan definisi
tertentu tentang arti makanan seperti: ada jenis makanan untuk dijual dan lainnya untuk dimakan di
rumah, ada jenis makanan untuk orang kaya dan ada yang untuk orang miskin, ada yanguntuk pesta,
untuk wanita, anak-anak, orang tua dan orang sakit, ada jenis makanan yang tidak diperbolehkan untuk
orang-orang tertentu.
2.Factor social ekonomi mempengaruhi pola makanOrang yang memiliki ekonomi kelas atas lebih
memilih makanan impor dan instan sedangkan orang yang memiliki ekonomi kelas menengah ke bawah
berpikir bahwa dia hanya bisa mengonsumsi makanan local yang berasal dari sumbenrnya langsung dan
tentunya mengandung gizi yang banyak karena murni dari asalnya.
3.Cara mengonsumsi makanan di dalam keluargaContohnya, ayah lebih mementingkan uangnya untuk
membeli rokok daripada untuk membeli susu anaknya. Berdasarkan kasus tersebut dapat dinyatakan
bahwa prioritas makan yaitu menjadikan kebutuhan lain yang lebih diutamakan daripada kebutuhan
makanan terutama asupan gizi dalam keluarga.
4.Mengistimewakan tamu Dalam hal ini menempatkan tamu menjadi prioritas utama untuk
mendapatkan makanan banyak protein dan kalori dengan alasan gengsi.

*Masalah Budaya Terhadap Gizi


1.Di Indonesia, sebagian besar masyarakat menganut sistem patriarki. Dalam sistem patriarki, garis
keturunan diambil dari seorang Ayah (laki–laki), status sosial laki–laki lebih tinggi daripada perempuan.
Konsekuensinya, ayah lebih sering diutamakan memakan makanan yang telah disajikan oleh Ibu.
Sesederhana ayah lah yang paling sering mendapatkan jatah makanan lebih dulu di meja makan.
Bahkan, beberapa daerah di Indonesia mengharuskan pemisahan antara makanan yang harus disajikan
untuk Ayah dan anggota keluarga yang lain. Kondisi budaya seperti ini turut berkontribusi pada kondisi
gizi anak dan ibu hamil di dalam keluarga karena semua sistem keluarga patriarki berhubungan erat
dengan ketidaksetaraan gender

2.Permasalahan gizi harus diperhatikan sejak masih dalam kandungan. Daerah perkotaan memiliki
tingkat kesibukan yang tinggi sehingga kurangnya asupan air susu ibu kepada bayinya dan solusinya susu
formula.. Gangguan pertumbuhan dalam kandungan dapat menyebabkan berat badan lahir rendah yang
berisiko mengalami stunting. Stunting adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan
yang kurang jika di bandingkan dengan anak seusianya. ASI eksklusif dapat mempengaruhi kejadian
stunting karena jika bayi yang belum cukup umur 6 bulan sudah diberi makanan selain ASI akan
menyebabkan usus bayi tidak mampu mencerna makanan dan bayi akan mudah terkena penyakit
karena kurangya asupan. Sehingga balita yang sering menderita penyakit infeksi akan menyebabkan
pertumubuhannya terhambat dan tidak dapat mencapai pertumbuhan yang optimal

*Mengatasi Masalah Budaya dan Makanan Terhadap Budaya dan Makanan


1.Secara cermat untuk memberdayakan kecerdasan local mengenai pengetahuan informasi makanan
yang mengandung gizi

2.Perbaiki gizi keluarga

3.Perbaikan budaya masyarakat pengaruh utama yaitu kesetaraan gender


4.Penyuluhan terhadap gizi
5.Melakukan pendekatan sesuai kebiasaan masyarakat tentang pandangan mereka mengenai gizi
6.Melakukan kajian dan riset pengaruh terhadap makanan dan implementasi terhadap masyarakat

BAB III

PENUTUP

A, KESIMPULAN

1. Antropologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk manusia dengan budayanya,
atau juga berarti ilmu tentang manusia. Dalam antropologi diterangkan bagaimana hubungan manusia
dengan budayanya dan apa pengaruhnya. Cakupan ilmu antropologi itu luas sekali, salah satunya
antropologi kesehatan yang menerangkan tentang manusia, budaya, dan kesehatan sehingga kita dapat
mengetahui kaitan antara budaya suatu masyarakat dengan kesehatan masyarakat itu sendiri.

2. Gizi merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita. Ilmu gizi sendiri adalah ilmu yang
mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal. Gizi itu
sangat penting sekali bagi kelangsungan hidup kita. Apabila gizi kita terpenuhi, maka kita akan terhindar
dari berbagai penyakit karena kita mempunyai tubuh yang sehat.

3. Hubungan antara antropologi dengan gizi itu sangat erat sekali, karena banyak sekali orang yang
kekurangan gizi yang bukan diakibatkan oleh masalah ekonomi, akan tetapi diakibatkan oleh
kepercayaan atau kebudayaan mereka yang melarang memakan makanan yang sebenarnya
mengandung banyak gizi. Hal ini menimbulkan sesuatu yang sangat mengecewakan. Di satu sisi terdapat
masyarakat yang kekurangan gizi karena mereka tidak bisa mendapatkannya karena masalah ekonomi,
di sisi lain terdapat masyarakat yang kekurangan gizi akibat kebudayaan mereka tidak mengizinkan atau
melarang mereka memakan makanan tersebut yang seharusnya dipergunakan dengan sebaik-baiknya
karena makanan tersebut sangat bermanfaat bagi merka

B SARAN

Setelah membaca makalah ini, penulis berharap pembaca lebih mendapatkan pengetahuan tentang
hubungan antara antropologi dengan gizi, sehingga pembaca dapat mengetahui tentang pentingnya gizi
dan pengaruh antropologi terhadap gizi suatu masyarakat, sehingga pembaca mendapatka pengetahuan
tentang cara-cara meningkatkan derajat kesehatan. Akhirnya, semoga penyusunan makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Anderson, Foster. (2006). Antropologi Kesehatan. Jakarta : UI Press.

FKM UI. (2007). Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT. Raja Grafindo PersadaBudaya Makan
Prioritas Makan. (n.d.). Retrieved December 8, 2021, from
https://textid.123dok.com/document/wyeel1g4y-budaya-makan-prioritas-makan.html
Ibrahim, I. A., Alam, S., Adha, A. S., Jayadi, Y. I., & Fadlan, M. (2021). Hubungan Sosial
Budaya Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan Di Desa BoneBone Kecamatan Baraka
Kabupaten Enrekang Tahun 2020. Al GIZZAI: PUBLIC HEALTH NUTRITION JOURNAL, 1(1), 16–26

Anda mungkin juga menyukai