Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KIMIA

"stokiometri"

DISUSU OLEH:

MUHAMMAD REZKI

DOSEN PENGAMPUH:

CITRA DEWI ANGGRAINI S.TR.M.K.M

PRODI SARJANA GIZI

INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA BATAM

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari,Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

latar belakang

Kimia merupakan bidang ilmu yang menyelidiki sifat dan perilaku dari semua zat di alam semesta. Ilmu
kimia digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia serta membangun lingkungan yang damai dan
sejahtera (Nuray et al., 2010). Kimia sebagai proses dan produk seharusnya mampu memberikan
kontribusi yang cukup signifikan dalam meningkatkan kecerdasan siswa, karena dengan belajar kimia
siswa dapat mengetahui gejala atau fenomena alam. Proses belajar kimia dapat dikaitkan langsung
dengan berbagai objek yang bermanfaat di sekitar kehidupan manusia (Nuryanto & Binadja, 2010).Salah
satu materi kimia yang dianggap penting untuk dipahami oleh siswa adalah materi hukum-hukum dasar
kimia dan stoikiometri. Hal ini sejalan dengan pendapat Winarni et al (2013) bahwa salah satu konsep
yang diperlukan dalam mempelajari kimia adalah konsep stoikiometri termasuk di dalamnya konsep
persamaan reaksi, konsep ini merupakan jembatan untuk mempelajari seluruh konsep kimia. Untuk
memahami materi hukum-hukum dasar kimia dan stoikiometri diperlukan kemampuan yang baik,

rumusan masalah

1.pengertian dan sejarah stokiometri

2.isomer struktur dan stokiometri

3.tatanama dan isomer

4.sifat enantiomer aktivitas optik


BAB II

PEMBAHASAN

A.pengertian dan sejarah stokiometri

Jadi pengertian stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari
reaktan dan produk dalam reaksi kimia atau persamaan kimiaKata stoikiometri berasal dari bahasa
Yunani, yaitu dari kata stoicheion yang berarti unsur dan metron yang berarti mengukur. Stoikiometri
membahas tentang hubungan massa antarunsur dalam suatu senyawa (stoikiometri senyawa) dan
antarzat dalam suatu reaksi (stoikiometri reaksi).Pengukuran massa dalam reaksi kimia dimulai oleh
Antoine Laurent Lavoisier (1743 – 1794) yang menemukan bahwa pada reaksi kimia tidak terjadi
perubahan massa (hukum kekekalan massa). Selanjutnya Joseph Louis Proust (1754 – 1826) menemukan
bahwa unsur-unsur membentuk senyawa dalam perbandingan tertentu (hukum perbandingan
tetap).Selanjutnya dalam rangka menyusun teori atomnya, John Dalton menemukan hukum dasar kimia
yang ketiga, yang disebut hukum kelipatan perbandingan. Ketiga hukum tersebut merupakan dasar dari
teori kimia yang pertama, yaitu teori atom yang dikemukakan oleh John Dalton sekitar tahun 1803
Menurut Dalton, setiap materi terdiri atas atom, unsur terdiri atas atom sejenis, sedangkan senyawa
terdiri dari atom-atom yang berbeda dalam perbandingan tertentu. Namun demikian, Dalton belum
dapat menentukan perbandingan atom-atom dalam senyawa (rumus kimia zat). Penetapan rumus kimia
zat dapat dilakukan berkat penemuan Gay Lussac dan Avogadro. Setelah rumus kimia senyawa dapat
ditentukan, maka perbandingan massa antaratom (Ar) maupun antarmolekul (Mr) dapat ditentukan.
Pengetahuan tentang massa atom relatif dan rumus kimia senyawa merupakan dasar dari perhitungan
kimia.Sejarah Awal Munculnya StoikiometriDi awal sebelum adanya perhatian yang banyak terhadap
stoikiometri ini dimana belum adanya teknik dan alat percobaan yang menghasilkan hasil yang benar,
salah satu contoh teori yang terlibat di dalamnya adalah teori flogiston. Flogistonis mencoba
menjelaskan fenomena pembakaran dengan istilah “zat dapat terbakar”. Menurut para flogitonis,
pembakaran adalah pelepasan zat dapat terbakar (dari zat yang terbakar). Zat ini yang kemudian disebut
”flogiston”.Berdasarkan teori ini, mereka mendefinisikan pembakaran sebagai pelepasan flogiston dari
zat terbakar. Perubahan massa kayu bila terbakar cocok dengan baik dengan teori ini. Namun,
perubahan massa logam ketika dikalsinasi tidak cocok dengan teori ini. Walaupun demikian flogistonis
menerima bahwa kedua proses tersebut pada dasarnya identik. Peningkatan massa logam terkalsinasi
adalah merupakan fakta. Flogistonis berusaha menjelaskan anomali ini dengan menyatakan bahwa
flogiston bermassa negatif.Filsuf dari Flanders Jan Baptista van Helmont (1579-1644) melakukan
percobaan “willow” yang terkenal. Ia menumbuhkan bibit willow setelah mengukur massa pot bunga
dan tanahnya. Karena tidak ada perubahan massa pot bunga dan tanah saat benihnya tumbuh, ia
menganggap bahwa massa yang didapatkan hanya karena air yang masuk ke bijih. Ia menyimpulkan
bahwa “akar semua materi adalah air”. Berdasarkan pandangan saat ini, hipotesis dan percobaannya
jauh dari sempurna, tetapi teorinya adalah contoh yang baik dari sikap aspek kimia kuantitatif yang
sedang tumbuh. Helmont mengenali pentingnya stoikiometri, dan jelas mendahului zamannya.Di akhir
abad ke-18, kimiawan Jerman Jeremias Benjamin Richter (1762-1807) menemukan konsep ekuivalen
(dalam istilah kimia modern ekuivalen kimia) dengan pengamatan teliti reaksi asam/basa, yakni
hubungan kuantitatif antara asam dan basa dalam reaksi netralisasi. Ekuivalen Richter, atau yang
sekarang disebut ekuivalen kimia, mengindikasikan sejumlah tertentu materi dalam reaksi. Satu
ekuivalen dalam netralisasi berkaitan dengan hubungan antara sejumlah asam dan sejumlah basa untuk
mentralkannya. Pengetahuan yang tepat tentang ekuivalen sangat penting untuk menghasilkan sabun
dan serbuk mesiu yang baik. Jadi, pengetahuan seperti ini sangat penting secara praktis.Pada saat yang
sama Lavoisier menetapkan hukum kekekalan massa, dan memberikan dasar konsep ekuivalen dengan
percobaannya yang akurat dan kreatif. Jadi, stoikiometri yang menangani aspek kuantitatif reaksi kimia
menjadi metodologi dasar kimia. Semua hukum fundamental kimia, dari hukum kekekalan massa,
hukum perbandingan tetap sampai hukum reaksi gas semua didasarkan stoikiometri. Hukum-hukum
fundamental ini merupakan dasar teori atom, dan secara konsisten dijelaskan dengan teori atom.
Namun, menarik untuk dicatat bahwa, konsep ekuivalen digunakan sebelum teori atom
dikenalkan.Kemudian John Dalton mengenali bahwa penting untuk menentukan massa setiap atom
karena massanya bervariasi untuk setiap jenis atom. Atom sangat kecil sehingga tidak mungkin
menentukan massa satu atom. Maka ia memfokuskan pada nilai relatif massa dan membuat tabel massa
atom untuk pertamakalinya dalam sejarah manusia. Dalam tabelnya, massa unsur teringan, hidrogen
ditetapkannya satu sebagai standar (H = 1). Massa atom adalah nilai relatif, artinya suatu rasio tanpa
dimensi. Walaupun beberapa massa atomnya berbeda dengan nilai modern, sebagian besar nilai-nilai
yang diusulkannya dalam rentang kecocokan dengan nilai saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa ide dan
percobaannya benar.

1.2 isomer struktur dan stoikiometri

Pengertian isomer adalah dua atau lebih senyawa yang mempunyai rumus molekul yang sama tetapi
berbeda susunan atom di dalam molekul. Pada bahasan ini hanya akan diuraikan isomer pada senyawa
alkana, alkena dan alkuna.Pada AlkanaCara menentukan isomer rangka pada alkana:

1. Tentukan rantai utama, dan isomer pertama adalah rantai lurus

2. Satu atom C dikurangi untuk membentuk satu cabang metil. Kemudian cabang metil dipindah-pindah
secara teratur dari nomor 1 ke akhir. Berikan nama IUPAC dan periksa apakah terbentuk isomer

3. Kurangi dua atom C pada rantai utama untuk membentuk dua cabang metil atau satu cabang etil.
Secara sistematis, kedua cabang metil diletakkan pada atom C dari nomor atom terkecil secara
bersamaan kemudian dipindahkan ke nomor karbon berikutnya, periksa keisomeran.
4. Secara bertahap satu cabang digeser ke atom C berikutnya, sedangkan cabang metil lainnya
tetap.Kemudian buat cabang metil baru yang memungkinkan dan seterusnya.

Pada Alkena

Selain isomer rangka, alkena pun memiliki isomer posisi, yang dapat dibentuk dengan menggeser posisi
ikatan rangkap, seperti pada 1-butena dan 2-butena berikut:

Sementara suatu isomer khusus yang menjadi ciri khas alkena adalah isomer geometri (cis-trans). Isomer
ini terjadi jika atom C dengan ikatan rangkap mengikat dua gugus yang berbeda, dan dibedakan ke
dalam gugus ringan (R) dan berat (B) sesuai massa atom atau molekul relatifnya.Bentuk geometri cis
mengandung gugus yang sama-sama ringan atau sama-sama berat pada sisi yang sama. Sebaliknya
untuk trans, gugus-gugus ringan dan berat terletak pada posisi berseberangan, dapat digambarkan
sebagai berikut

Kedua struktur di atas menggambarkan senyawa yang sama, bukan isomer.Alkena mempunyai isomer
fungsional dengan sikloalkana (alkana melingkar) yang memiliki jumlah karbon sama, misalkan heksena
adalah isomer dari sikloheksana.

Pada Alkuna,Alkuna terutama hanya memiliki isomer rangka dan posisi, dimulai dari butuna. Selain itu ia
juga berisomer fungsional dengan sikloalkena dan alkadiena (alkena dengan 2 ikatan rangkap). Sebagai
contoh, secara teoritis suatu butuna akan memiliki 5 isomer, yakni:: 1- dan 2-butuna, siklobutena, dan 2
jenis butadiena (1-2 dan 1-3)

1.3 enatiomer dan molekul ikar


Enantiomer merupakanisomer optik berupa bayangan cermin yang tidakdapat dihimpitkan satu sama
lain, yang mengacu pada hubungan padasepasang objek.Isomer konfigurasi dapat memiliki bentuk
sebagai objek kiraldan akiral. Ketika isomer kiral, mereka adalah enantiomer satu sama lain,sama seperti
tangan kanan dan kiri adalah enantiomer (Brown, 2018). Padamolekul dengan jumlah atom C kiral lebih
dari satu, pasangan enantiomernyaharus memiliki konfigurasi yang berhadapan dengan tiap pusatnya
(Carey &Sundberg, 2007).Isomer optik atau enantiomer memiliki sifat fisik dan kimia yang sama,seperti
titik lebur yang identik, pKa, kelarutan, dan sebagainya. Tetapiperbedaan keduanya adalah setiap
enantiomer memutar arah cahaya yangterpolarisasi ke arah yang berbeda meskipun dengan derajat
yang sama(Chhabra et al., 2013). Rotasi spesifik (α) yang diperoleh adalah konstantayang hanya dapat
diperoleh molekul kiral. Terkadang, ada senyawa yangmemiliki kandungan enantiomer (+) dan (-)
dengan perbandingan 1:1,sehingga tidak memutar cahaya terpolarisasi dan bersifat optis
inaktif.Campuran tersebut disebut campuran rasemik. Interkonversi enantiomerdapat mengarah ke
rasemisasi dan hilangnya aktivitas optik

1.4 tatanama dan isomer

Pembahasan mengenai molekul-molekul dalam ruang tiga dimensi, yaitu bagaimana atom-atom dalam
sebuah molekul ditata dalam ruangan satu relatif terhadap yang lain. Isomer yang masuk dalam kategori
stereoisomer adalah isomer geometri atau biasa disebut isomer cis-trans dan isomer optis. Isomer
geometri (cis-trans) ini disebabkan adanya ikatan rangkap dua sehingga molekul menjadi kaku (rigid),
sehingga susunan atomnya tertentu.Isomer optis terjadi pada senyawa yang mempunyai atom C
asimetris. Atom C asimetris adalah atom C yang keempat gugus/atom yang terikat padanya mempunyai
kelektronegatifan yang tidak sama. Senyawa yang mempunyai atom C asimetris demikianakan dapat
memutar bidang polarisasi cahaya terkutub sifat yang demikian ini disebut senyawa yang optik aktif.
Apabila senyawa tersebut dapat memutar bidang polarisasi ke kanan disebut dexter (d) atau diberi
tanda (+), sedangkan yang dapat memutar ke kiri disebut levosa (l) atau diberi tanda (-). Berdasarkan
teori Van’t Hoff- Le Bel asam tartrat (bentuk d dan l) merupakan bayangan cermin satu sama lain.
Sehingga kristal atau zat tersebut asimetrik. Jika pada suatu zat pada setiap molekulnya mempunyai n
buah atom C asimetris maka jumlah maksimum isomer ruangnya = 2n buahbagian molekul yang
mempunyai kereaktivan kimia. Senyawayang mempunyai gugus fungsi sama akan mengalami reaksi
kimia yang sama. Untuk senyawa dengan gugus fungsi sama maka akan lebih mudah menggunakan
rumus umum untuk senyawa-senyawa tersebut. Sebagai contoh : etana merupakan senyawa alkana
mmepunyai rumus molekul CH3-CH3 pada senyawa ini hanya mempunyai ikatan C-H. rumus umum
untuk alkana dituliskan sebagai R-H, dimana R menyatakan gugus alkil. Gugus alkil pada CH3CH3 adalah
CH3CH2-. CH3OH dan CH3CH2OH merupakan contoh senyawa alkohol yang mempunyai gugus fungsi –
OH, sehingga rumus umum untuk alkohol dituliskan sebagai R-OH, dimana pada CH3CH2OH gugus R
atau gugus alkilnya adalah CH3CH2

1.5 sifat enantiomer aktivitas optik


Isomer optik atau enantiomer memiliki sifat fisik dan kimia yang sama, seperti titik lebur yang identik,
pKa, kelarutan, dan sebagainya. Tetapiperbedaan keduanya adalah setiap enantiomer memutar arah
cahaya yang terpolarisasi ke arah yang berbeda meskipun dengan derajat yang sama Rotasi spesifik (α)
yang diperoleh adalah konstanta yang hanya dapat diperoleh molekul kiral. Terkadang, ada senyawa
yang memiliki kandungan enantiomer (+) dan (-) dengan perbandingan 1:1, sehingga tidak memutar
cahaya terpolarisasi dan bersifat optis inaktif. Campuran tersebut disebut campuran rasemik.
Interkonversi enantiomer dapat mengarah ke rasemisasi dan hilangnya aktivitas optik (Vollhardt &
Schore, 2014).Isomer optik atau enantiomer memiliki sifat fisik dan kimia yang sama, seperti titik lebur
yang identik, pKa, kelarutan, dan sebagainya. Tetapi perbedaan keduanya adalah setiap enantiomer
memutar arah cahaya yang terpolarisasi ke arah yang berbeda meskipun dengan derajat yang sama
(Chhabra et al., 2013). Rotasi spesifik (α) yang diperoleh adalah konstanta yang hanya dapat diperoleh
molekul kiral. Terkadang, ada senyawa yang memiliki kandungan enantiomer (+) dan (-) dengan
perbandingan 1:1, sehingga tidak memutar cahaya terpolarisasi dan bersifat optis inaktif. Campuran
tersebut disebut campuran rasemik. Interkonversi enantiomer dapat mengarah ke rasemisasi dan
hilangnya aktivitas optikDalam obat-obatan, stereoisomer mengakibatkan perbedaan sifat
farmakokinetik dan farmakodinamik. Perbed aan sifat farmakokinetik yang diakibatkan oleh
stereoisomerisme antara lain dapat menyebabkan perbedaan laju absorpsi, bioavailibilitas, dan ikatan
obat terhadap protein. Sedangkan, pengaruh stereoisomerisme terhadap sifat farmakodinamik antara
lain terjadi perbedaan pada potensi dan aktivitas farmakologi. Adanya isomer dapat menyebabkan
perbedaan kegunaan terapeutik dan interaksi obat

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Stoikiometri dipengaruhi oleh volume dan konsentrasi spesi sistem tersebut. Semakin tinggi volume
maka jumlah spesies akan semakin besar dan semakin tinggi konsentrasi Nya maka semakin tinggi
jumlah spesies tersebut.Konsep dari reaksi stoikiometri adalah ketika semua reaktan habis bereaksi
sehingga semua reaktan menjadi produk. Sedangkan konsep dari reaksi non stoikiometri adlaah ketika
direaksikan tidak semua reaktan habis bereaksi, tetapi masih terdapat reaktan sisa. Selain itu ada yang
namanya reaktan pembatas, yaitu reaktan yang dalam perbandingan monya paling kecil.

DAFTAR PUSTAKA

Nurhayati, Siti. 2010. Cerdas Kimia. Erlangga: Jakarta. Petrucci, Raplh. 1987. Kimia Dasar. Erlangga,
Jakarta.

Basri, S. 2003. Kamus Kimia. Rineka Cipta: Jakarta.

Djojosuwito, Subandio, dkk. 1994. Kimia 1. Yudhistira: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai