Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

STOIKIOMETRI

Disusun Oleh:
Nama : Inayah Putri Emilya
Stambuk : 09320220116
Kelas/ Kelompok : C4/2 (dua)

Asisten

(Nur Farhana)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya. Dalam sistem pendidikan tidak akan lepas
dengan kurikulum yang diterapkan. Tidak hanya sekolah dasar, Sekolah
Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas yang pembelajarannya
berdasarkan pada kurikulum yang telah diterapkan oleh sekolahnya. Menurut
Perpres Nomor 8 Tahun 2012 Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi
Swasta pun menggunakan kurikulum dalam proses pembelajarannya. Untuk
tercapainyatujuan pembelajaran bermutu, maka dirancang standar perkuliahan
yang akan menjadi acuan bagi seluruh dosen dalam proses pembelajaran
dikelas.
Salah satu materi kimia yang dianggap sulit adalah stoikiometri.
Kesulitanmemahami materi stoikiometri dapat menghambat pemahaman peserta
didik atas konsep- konsep lainnya. Hal ini didukukng oleh penelitian yang
dilakukan oleh Sunaringtyas menyatakan materi stoikiometri merupakan salah
satumateri yang dianggap sulit bagi siswa.
Hal ini didukukng oleh penelitian yang dilakukan oleh Sunaringtyas
menyatakanmateri stoikiometri merupakan salah satumateri yang dianggap sulit
bagi siswa. Materi ini dianggap sulit dipahami karena mengandung konsep-
konsep yang abstrak yaitu konsep hukum-hukum dasar kimia yang perlu
dipahami lebih mendalam dan mengandung rumus-rumus perhitungan kimia
untuk memecahkan suatu masalah yang saling berkaitan satu sama lain,
sehingga membutuhkan daya ingat yang tinggi. Keabstakan yang termuat dalam
materi ini membuat siswa cenderung menggunakan cara menghafal untuk
mengatasi kesulitan yang dihadapi. (Simangunsong & Pane, 2021)
1.2 Tujuan Percobaan
Menentukan titik stoikiometri sistim H2SO4 dan NaOH.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Stoikiometri


Istilah stoikiometri berasal dari bahasa Yunani, yaitu stoicheion
yang berartiunsur dan metron yang berarti mengukur. Istilah ini umunya
digunakan lebih luasdan meliputi perhitungan zat dan campuran kimia.
Hasil pengkajian secara eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah
terhadap materi, telah melahirkan beberapa hukum dasar diantaranya
hukum konverersi massa, hukum perbandingan tetap, hukum
perbandingan berganda, dan hukum perbandingan volume. Kata
stoikiometri berasal dari bahasa Yunani stoicheion, artinya unsur. Dari
literatur, stoikiometri artinya mengukur unsur – unsur. Istilah ini
umumnya digunakan lebih luas, yaitu meliputi bermacam pengukuran
yang lebih luas dan meliputi perhitungan yang didasarkan pada rumus –
rumus dan persamaan – persamaan berimbang dirujuk sebagai
stoikiometri.
Stoikiometri beberapa reaksi dapat dipelajari dengan mudah,
salah satunyadengan metode JOB atau metode Variasi Kontinu, yang
mekanismenya yaitudengan dilakukan pengamatan terhadap kuantitas
molar pereaksi yang berubah- ubah, namun molar totalnya sama. Sifat
fisika tertentunya (massa, volume, suhu, daya serap) diperiksa, dan
perubahannya digunakan untuk meramal stoikiometri sistem. Dari grafik
aluran sifat fisik terhadap kuantitas pereaksi, akan diperoleh titik
maksimal atau minimal yang sesuai titik stoikiometri sistem, yang
menyatakan perbandingan pereaksi-pereaksi dalam senyawa.
Massa setiap atom satu per satu sangat kecil sekali, bahkan atom yang
palingberat pun massanya kurang dari 5 x 10-25 kg ialah bilangan yang
sangat kecil dan sukar untuk ditetapkan dalam perhitungan. Untuk
memudahkan dalam mengingat maupun dalam perhitungan-perhitungan
massa satu atom atau massa satu molekul dinyatakan dengan satuan
massa atom (atomic massa unit) (SMA). Atom yang dipakai sebagai
patokan adalah isotop karbon C1 dengan lambang 12
C. Reaksi kimia
berlangsung antara partikel-partikel pereaksi dalam perbandingan
tertentu sesuai dengan koefisien reaksinya. Dalam reaksi kimia dapat
mencampurkan pereaksi dalam perbandingan yang tepat sehingga tidak
ada zat yang bersisa. Namun mengingat ukuran partikel yang sangat kecil
terjadi masalah dalam menentukan jumlah partikel zat tersebut dan oleh
karena itu timbullah konsep mol yang menghubungkan massa zat dengan
jumlah partikel zat sehingga dapat ditentukan jumlah partikel dengan
menimbang massa zat.
Suatu pereaksi ialah zat apa saja yang mula – mula terdapat dan
kemudian diubah selama suatu reaksi kimia. Suatu hasil reaksi ialah zat
apa saja yang dihasilkan selama reaksi kimia. Suatu persamaan kimia
(atau persamaan kimia berimbang) menunjukkan rumus pereaksi,
kemudian suatu anak panah, dan lalu rumus hasil reaksi, dengan
banyaknya atom tiap unsure dikiri dan dikanan anak panah sama,
misalnya persamaan berimbang untuk reaksi antara hydrogen dan
oksigen yang menghasilkan.
Rumus H2 menyatakan bahwa sebuah molekul hydrogen tersusun
dari dua atom itu adalah molekul diatom, sama seperti molekul oksigen
(O2). Molekul air (H2O) merupakan molekul triatom karena terdiri dari
tiga atom, dua hydrogen dan satu oksigen. Persamaan itu menyatakan
bahwa dua molekul hydrogen bereaksi dengan satu molekul oksigen,
menghasilkan dua molekul air.
Reaksi kimia dituliskan dengan simbol-simbol yang disebut
persamaan kimia, yang menyatakan semua reaksi yang terlibat dalam
reaksi tersebut dan semua produk terbentuk. Suatu reaksi dikatakan
benar, jika memenuhi hukum kekekalan massa dan hukum kekekalan
muatan. Untuk memenuhi kedua hukum tersebut, koefisien reaksi harus
disetarakan. Pereaksi pembatas dan berlebihan. Perhitungan banyaknya
pereaksi yang diperlukan atau hasil reaksi yang diperoleh dilakukan
berdasarkan angka banding stoikiometri yang ditunjukkan dalam
persamaan. Persamaan berimbang. Namun dalam praktek kondisi reaksi
hampir selalu berbeda. Di laboratorium di industri atau dalam alam. Tak
dapat diharapkan bahwa banyaknya pereaksi yang tersedia kebetulan
tepat sama yang dibutuhkan untuk reaksi tersebut. Sebelumnya reaksi
adalah zat yang bereaksi habis dan karenaitu membatasi kemungkinan
diperpanjangnya reaksi itu. Pereaksi atau pereaksi.
Pereaksi lain dikatakan berlebih karena tertinggal sejumlah yang
tak bereaksi. Perhitungan yang didasarkan pada persamaan yang
berimbang haruslah dimulai dari banyaknya pereaksi pembatas.Rumus
suatu zat menyatakan jenis dan banyaknya atom yang bersenyawa secara
kimia dalam suatu satuan zat.
Dalam ilmu kimia, stokiometri (kadang disebut stokiometri reaksi
untuk membedakannya dari stokiometri komposisi) adalah ilmu yang
mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan
produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia). Kata ini berasal dari
bahasa Yunani yaitu Stoicheion yaitu elemen dan metria yaitu ukuran.
Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa unsur-unsur
pada senyawa dalam pembentukan senyawanya. Pada perhitungan kimia
secara stoikiometri, biasanya diperlukan hukum-hukum dasar ilmu
kimia. Konsep paling fundamental dalam kimia adalah hukum konversi
massa, yang menyatakan bahwa tidak terjadi perubahan kuantitas materi
sewaktu reaksi kimia biasa. Fisika modern menunjukkan bahwa
sebenarnya yang terjadi adalah konversi energi dan bahwa energi dan
massa saling berhubungan suatu konsep yang menjadi penting dalam
kimia nuklir. Konservasi energi menuntun ke suatu konsep-konsep
penting mengenai kesetimbangan, termodinamika dan kinetika.
A. Hukum Konservasi Massa (Hukum Lavoisier)
Antoine Laurent Lavoisier (1783) merupakan orang pertama
yang melakukan pengamatan ilmiah yang tepat untuk mempelajari
perubahan kimia. Ia menimbang zat-zat sebelum dan sesudah
perubahan kimia terjadi. Penimbangan ini dilakukannya bukan hanya
untuk za-zat yangberupa padatan maupun cairan saja, tetapi juga gas.
Sejumlah besar pengamatannya menunjukan bahwa massa semua zat
yang mengalamiperubahan kimia sama dengan zat-zat yang terbentuk
pada perubahan kimia itu.Tentu saja penimbangan yang dilakukannya
terbatas pada batas- batas ketelitian pengamatan massa yang dapat
dilakukan pada saat itu. Oleh karena sifatnya yang mendasar dan
umum, maka penemuan Lavoisier itu disebut suatu hukum yang
kemudian dikenal sebagai Hukum Kekekalan Massa, yang dinyatakan
sebagai berikut (Sudarmin, dkk, 2016: 2) : “Dalam sistem tertutup,
massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi kimia adalah tetap”.
B. Hukum Komposisi Tetap
Joseph Louis Proust (1799) menganalisis berbagai macam
senyawa. Ia menunjukan bahwa susunan dan perbandingan jumlah
unsur-unsur yang membentuk senyawa tertentu, tidak bergantung
tempat senyawa itu diperolehataupun cara pembentukan senyawa itu.
Perbandingan massa hidrogen dan oksigendalam air adalah tetap 1 : 8,
tidak bergantung air tersebut berasal dari air sumur, airlaut, atapun
yang berasal dari pembakaran minyak bumi. Pengamatan Proust ini
kemudian dikenal sebagai hukum perbandingan tetap, yang
dinyatakan sebagai berikut: “Perbandingan massa unsur-unsur yang
membentuk senyawa tertentu yang murni, adalah tetap”.
Hukum Proust dikembangkan lebih lanjut oleh para ilmuwan
untuk unsur-unsur yang dapat membentuk lebih dari 1 jenis senyawa.
Salah seorang diantaranya adalah John Dalton. Dalton mengamati
adanya suatu keteraturan yangterkait dengan perbandingan massa
unsur unsur dalam suatu senyawa.
Berdasarkan hasil percobaannya, Dalton menemukan Hukum
Kelipatan berganda (Hukum Dalton) yang berbunyi: “Jika dua
unsur bergabung membentuk lebih dari satu jenis senyawa, dan
jika massa-massa salah satu unsur-unsur dalam senyawa tersebut
sama, sedangkan massa-massa unsur lainnya berbeda, maka
perbandinganmassa unsur lainnya dalam senyawa-senyawa
tersebut merupakan bilangan bulat sederhana”
C. Hukum Perbandingan Berganda
Gas multikomponen, yakni campuran yang terdiri dari dua
atau lebih gas, hukum gas ideal masih dapat digunakan, dengan
catatan masih memperhitungkan komposisi campurannya. Hukum
dasar kimia yang diungkapkan para ilmuwan ini berkaitan satu sama
lain. Begitupun dengan hukum perbandingan ganda (hukum Dalton)
yang dikemukakan oleh John Dalton pada tahun 1803, merupakan
pengembangan lebih lanjut dari hukum perbandingan tetap atau hukum
proust yang berbunyi “perbandingan massa unsur-unsur dalam
senyawa adalah selalu tetap walaupun berasal dari daerah yang
berbeda dan dibentuk dengan cara yang berbeda”.
Hukum perbandingan berganda adalah hukum yang
menyatakan bahwa jikadua unsur membentuk lebih dari dua senyawa,
dimana massa salah satu unsur pembentuk tersebut konstan maka
massa unsur pembentuk yang lainnya akan berupa bilangan bulat
sederhana.
D. Hukum Perbandingan Volume
Reaksi pembentukan sebuah senyawa tidak selalu dalam
bentuk padat, namun juga terjadi dalam bentuk gas. Pada tahun 1808
ilmuawan Perancis, Joseph Louis Gay Lussac, berhasil melakukan
berbagai percobaan/reaksi menggunakan berbagai macam gas dengan
volume sebagai titik perhatiannya. Menurut Gay Lussac 2 volume gas
hidrogen bereaksi dengan 1 volume gas oksigen membentuk volume
uap air. Dari hasil eksperimen dan pengamatannya disimpulkan
bahwa “volume gas-gas yang bereaksi dan volume gas-gas hasil
reaksi, jika diukur pada suhu dan tekanan yang sama,akan berbanding
sebagai bilangan bulat dan sederhana”.
E. Hipotesis Avogadro
Berkaitan dengan fakta yang ditemukan oleh Gay Lussac
(1811), seorang pakar kimia Italia bernama Amadeo Avogadro
mengajukan hipotesis “konsep molekul” untuk menjelaskan fakta
yang ditemukan Gay- Lussac. Hipotesis ituberbunyi (Sudarmin, dkk,
2016:2) : “pada suhu dan tekanan yang tetap, semua gasapapun yang
volumenya sama akan mengandung jumlah molekul yang sama”.
Pada temperatur dan tekanan yang sama. Pada proses pernapasan,
paru-paru akan bergerak secara mengembang kemudian mengempis
atau yang dikenal sebagai kondisi yang diakibatkan oleh aktivitas otot
difragma. Saat otot diafragma berkontraksi rongga dada membesar
dan paru-paru mengembang. Akibatnya, udaramasuk ke dalam paru-
paru. Saat otot diafragma relaksasi, diafragma kembali ke keadaan
semula. Ketika kondisi otot diafragma kembali normal, rongga dada
menyempit, mendorong paru-paru sehingga mengempis. Hal ini juga
disebabkan oleh perubahan volume di dalam paru-paru yang setara
dengan jumlah molekul udaranya. Oleh karena itu, proses pernapasan
merupakan penerapan dari hipotesis Avogadro.
F. Konsep Mol
Mol didefinisikan sebagai jumlah zat yang mengandung partikel
zat tersebutsebanyak atom yang terdapat pada 12 gram atom C-12.
Jumlah ini disebut sebagaibilangan Avogadro sebagai penghormatan
terhadap ilmuan yang bernama AmedeoAvogadro. Bilangan tersebut
dilambangkan dengan NA (Avogadro’s number) atau ada pula yang
melambang dengan huruf L. Nilai bilangan Avogadrosebesar 6,02 x
10^23. Artinya dalam setiap 1 mol zat mengandung 6,02 x 10^23
partikel. Partikel disini tergantung pada zatnya, atom partikel untuk
unsur, molekulpartikel untuksenyawa, ion partikel untuk atom atau
gabungan atom yang bermuatan. Dilihat dari nilai bilangan Avogadro
1 mol zat memiliki jumlah partikelyang sangat besar. Lalu bagaimana
misalnya kita melarutkan 1 mol garam? Sangatsulit kita menghitung
jika menghitungnya tiap partikel. Maka akan dijelaskan bagaimana
mengkonversikan antara jumlah partikel, massa, volume, dengan mol.
G. Molaritas
Molaritas adalah satuan konsentrasi larutan untuk menyatakan
jumlah mol zat terlarut per liter larutan. dilambangkan dengan huruf M.
Secara matematis dapat diungkapkan dengan persamaan. Rasa asam atau
manis yang kita rasakan, itu dihasilkan dari suatu padatan yang
dilarutkan dalam cairan. Contohnya ialah, untuk menghasilkan rasa
manis, maka kita memerlukan gula untuk dilarutkan dalam air.
Molaritas adalah salah satu ukuran kelarutan yang menyatakan jumlah
mol suatu zat per volume larutan. Molaritas ini dilambangkan dengan
huruf “M” dengan satuannya molar atau M yang setara dengan
mol/liter.
H. Massa molar
Massa molar adalah massa dari satu mol atom (Sunarya,
2010:78). Massa molar dilambangkan Mm dengan satuan gram/mol.
Massa molar berkaitan erat dengan pengertian massa atom relatif (Ar)
dan massa molekul relatif (Mr). Massa molar termasuk ke dalam
konsep mol bersamaan dengan volume molar gas. Untukmengetahui
lebih jelas tentang konsep mol, massa molar, hingga volume molar gas.
atu mol karbon-12 yang terdiri atas 6,02 x 10^23 atom karbon
memiliki massa 12 gram. Massa satu mol zat disebut massa molar
dengan satu g mol-1.
Massa molar menghubungkan massa dan jumlah mol. Apabila
diketahui jumlah massa dan massa molar, jumlah molnya dapat
ditentukan dan sebaliknya. Massa molar ditentukan dari masa atom
relatif atau massa molekul relatif.
Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa:
a. Satu mol (n) setiap zat sama dengan massa zat yang nilainya
sebesarbilangan Ar atau Mr zat tersebut dalam satuan gram.
b. Nilai Ar atau Mr suatu zat menunjukkan massa zat yang
mengandungjumlah partikel sebesar 6,02 x 10^23 atau senilai satu
mol.
Jadi, jumlah massa (gram) untuk satu mol zat dinamakan
massa molar. Jika dilihat secara matematis, massa molar bisa
dirumuskan, yakni:
Mol = massa (gram) : Mr atau Ar
I. Volume molar
Volume molar menyatakan volume untuk tiap I mol gas.
Oleh karena itu, volume molar sangat dipengaruhi oleh temperatur
dan tekanan. Dalam ilmu kimia,kondisi temperatur 0oC dan tekanan 1
atm dianggap sebagai kondisi standar yang biasa disingkat dengan
STP(standard temperature and pressure). Berdasarkan hipotesis
Avogadro, setiap gas yang memiliki volume sama pada suhu dan
tekanansama mengandung jumlah molekul yang sama.
Pada tahun 1808, pakar kimia Perancis, Joseph Louis Gay –
Lussac menyimpulkan hasil percobaan tetang reaksi gas, bahwa:
“volume gas – gas yang bereaksi pada suhu dan tekanan tertentu
berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana ”. Tiga tahun
berikutnya, pakar kimia Italia, Amedeo Avogadro menafsirkan
hukum perbandingan volume yang dikenal dengan hipotesis
Avogandro, dan sekarang telah menjadi teori Avogandro yaitu:
“Setiap gas yang memiliki volume sama pada suhu dan tekanan sama
mengandung jumlah molekul yang sama”. Jadi, dua volume hidrogen
mengandung dua kali jumlah molekul untuk satu volume oksigen. Hal
ini sejalan dengan persamaan reaksi kimia. Karena hukum – hukum
gas tidak bergantung pada jati diri gas. Dengan katalain gas apa saja,
pada suhu dan tekanan tertentu volumenya akan sama. Hal ini
berimplikasi bahwa, satu mol setiap gas mengandung jumlah molekul
yang sama dengan tetapan avogadro (L = 6,02 x 1023 molekul).
Menurut Hukum Avogandro, gas – gas tersebut harus mengisi volume
yang sama pada suhu dan tekanan tertentu.Volume satu mol gas ini
dikenal dengan volume molar gas. Pada tekanan standar (0 oC dan 1
atm), volume satu mol gas ditemukan sebesar 22,4 Liter. (Ingat ya
hanya pada 0 oC dan 1 atm, jika tidak dalam kondisi tersebut maka
volume molarnya tidakakan 22,4 L).
J. Massa Atom Relatif (Ar) dan Massa Molekul Relatif (Mr)
Sudarmin, dkk (2016:14) menjelaskan bahwa salah satu
bagian dari teori atom Dalton menyatakan atom memiliki massa yang
berbeda, jika unsurnya berbeda. Penentuan massa atom suatu unsur
dapat diterangkan dengan atom Dalton. Massa atom relatif adalah
harga rata-rata massa atom suatu unsur. Massa Atom Relatif diberi
simbol Ar yang sampai sekarang digunakan sebagai pengganti Berat
Atom. Massa Molekul Relatif yang diberi simbol Mr dipergunakan
untuk menyatakan massa (dalam gram) satu mol suatu senyawa.
Istilah Massa Molekul Relatif atau Massa Rumus Relatif yangdiberi
simbol Mr adalah b istilah yang sampai sekarang dipergunakan
sebagaipengganti istilah Berat Molekul (BM).
K. Persen Komposisi Senyawa
Persen komposisi (percent composition) adalah persentase
massa dari tiapunsur yang terkandung dalam suatu senyawa. Persen
komposisi ini diperoleh dengan membagi massa tiap unsur dalam 1
mol senyawa dengan massa molar senyawa tersebut dikalikan 100
persen.
L. Rumus Empiris
Rumus empiris adalah rumus kimia yang mencirikan jenis
atom dan rasio dari jumlah atom-atom penyusunnya, rumus empiris
tidak menyatakan rumusmolekulnya, seagai contoh rumus empiris dari
(CH)n , rumus molekul diketahui jikanilai n diketahui. Rumus paling
sederhana dari suatu molekul dinamakan rumus empiris, yaitu rumus
molekul yang menunjukan perbandingan atom-atom penyusun
molekul paling sederhana dan merupakan bilangan bulat. Rumus
empiris merupakan merupakan rumus molekul yang diperoleh dari
percobaan. Rumus empiris dapat juga menunjukan rumus molekul
apabila tidak ada informasi tentang massa molekul relatif tentang
senyawa itu.
M. Rumus Molekul
Rumus molekul adalah ungkapan yang menyatakan jenis dan
jumlah atom dalam suatu senyawa yang merupakan satu kesatuan
sifat. Jika dihubungkan dengan rumus empiris, maka rumus molekul
dapat diart ikan sebagai kelipatan dari rumus empirisnya. Untuk
menyatakan rumus molekul suatu zat dilakukan dengan cara
menuliskan lambang kimia tiap unsur yang ada dalam molekul itu dan
jumlah atomdituliskan di kanan lambang kimia unsur secara subscript.
Rumus empiris merupakan rumus kimia yang didasarkan pada
suatu rumusatau menyatakan perbandingan bilangan bulat terkecil
dari atom - atom dalam suatu senyawa. Rumus molekul dan rumus
empiris dapat identik seperti CCl4 , rumus molekul dapat merupakan
penggandaan dari rumus empiris (seperti NaCL MgCl2 atau NaNO3 ),
dan tidak memiliki rumus molekul.
2.2 Pembakaran
Proses pembakaran yaitu merupakan rangkaian suatu reaksi kimia
yang terjadi antara zat pengoksida berupa oksigen dan bahan bakar, dimana
dalam proses pembakaran tersebut menghasilkan energi berupa panas dan
perubahan senyawa kimia. Pelepasan energi panas tersebut menimbulkan
cahaya dalam bentuk api. Reaksi pembakaran terjadi ketika suatu zat mampu
bereaksi cepat dengan oksidatordan mendapat suhu yang cukup untuk memulai
awal proses pembakaran atau yang disebut dengan energi aktivasi. Energi
aktivasi yang digunakan pada proses pembakaran umumnya berupa panas,
panas tersebut akan mengaktifkan molekul penyusun dari bahan bakar,
sehingga pada kulit terluar molekul bahan bakar akan melepas elektron dan
berikatan membentuk suatu molekul baru dengan oksidator. Ilustrasi secara
sederhana yang menjelaskan proses terjadinya pembakaran tersebutditunjukkan
pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.1 Ilustrasi proses suatu pembakaran (sumber: Material Science,2021)
2.2.1 Reaksi kimia pada proses pembakaran
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya komponen
penyusun reaksi kimia pembakaran dibagi menjadi tiga yaitu bahan
bakar, oksigen dan energi aktivasi. Perbedaan kadar komposisi pada
masing-masing komponen tersebut berpengaruh pada bagaimana
reaksi tersebut terjadi, reaksi kimia yang terjadi pada proses
pembakaran membawa dampak pada fenomena fisiknya seperti
perpindahan panas dan perpindahan massa.
Suatu pembakaran dikatakan stoikiometri apabila udara dan
bahan bakar bercampur pada komposisi yang tepat untuk bereaksi
secara menyeluruh. Pada pembakaran hidrokarbon, keadaan
stoikiometri dapat tercapai jika semua atom C dan H pada
hidrokarbon berikatan semuanya dengan O2 menjadi CO2 dan
H2O. Suatu reaksi pembakaran tidak selalu berlangsung seperti
reaksi pembakaran diatas, akan tetapi reaksi pembakaran justru
kebanyakan menghasilkan gas pembuangan seperti Nitrogen
Oksida (NOx) atau Karbon Monoksida (CO). Nitrogen Oksida
(NOx) baik berupa Nitrogen Monoksida (NO) ataupun Nitrogen
Dioksida (NO2) terbentuk karena kelebihan oksigen dalam reaksi
burning sehingga oksigen (O2) sisa tidak berikatan terhadap atom
karbon (C) terikat pada molekul nitrogen. Sebaliknya, molekul CO
terbentuk dikarenakan kurangnya oksigen pada reaksi pembakaran,
sehingga mengakibatkan setiap atom C (karbon) hanya berikatan
dengan satu atom oksigen saja. Pembentukan gas-gas tersebut
berdampak pada penurunan efisiensi pembakaran serta berpotensi
menyebabkan polusi udara.
2.2.2 Rasio Bahan Bakar dan Udara (Air-Fuel Ratio)
Prosedur ini merupakan prosedur yang paling sering
dibunakan untukmendifinisikan pencampuran udara dengan bahan
bakar. Air Fuel Ratio (AFR). adalah rasio perbandingan antara
massa bahan bakar dengan udara yang terjadi pada suatu rekasi
pembakaran. Pada reaksi pembakaran AFR memegang peran
penting dalam menentukan jalannya proses pembakaran tersebut,
selain itu AFR jugaberperan dalam pembentukan nyala api dan
hasil gas buang dari suatu proses pembakaran. Dalam upaya
menciptakan proses pembakaran motor yang sempurna, sebuah
mesin kendaraan harus memiliki ratio (perbandingan) bahan bakar
dan udara yang tepat untuk menciptakan percikan api. Apabila
perbandingan jumlah bahan bakar dan udara tidak sesuai, proses
pembakaran akan terhambat. Itulah mengapa diciptakan air fuel
ratio.
2.2.3 Rasio Ekuivalen ()
Menurut (Farizkarja M., Sasongko, M. N., 2014), rasio
ekuivalen merupakan perbandingan antara rasio udara dan bahan bakar
stoikiometri terhadap rasio udara dan bahan bakar aktual untuk proses
pembakaran dengan kuantitas udara teoritis. Rasio ekuivalen merupakan
perbandingan antara nilai rasio udara - bahan bakar (Air Fuel Ratio)
stoikiometrik dengan nilai rasio udara bahan bakar (Air Fuel Ratio)
aktual,dan dapat juga sebagai pembanding antara rasio bahan bakar udara
(Fuel Air Ratio) stoikiometrik dengan rasio bahan bakar udara (Fuel Air
Ratio) aktual.
2.2 Metode pembakaaran
Metode pembakaran Metode pembakaran dibagi menjadi dua jenis
yaitu ap iyang sudah dicampur, dikenal dengan premixed flame, selanjutnya
api yang belumtercampur yang artinya proses pembakaran, dimana bahan
bakar dan oksidator dipisahkan sebelum masuk dalam ruang reaksi tempat
kedua zat tersebut bercampur dan terbakar, api ini disebut Non-premixed
flame atau Diffusion flame. Premixed flame. Sesuai dengan namanya,
api yang sudah dicampursebelumnya adalah salah satu mode pembakaran
yang terjadi pada suatu ruang, dimana bahan bakar dan oksidator telah
bercampur sebelum terbakar. Nyala api ini sudah banyak digunakan pada
perangkat pembakaran sederhana. Dua aplikasi darinyala api ini, yaitu pada
tungku pemanas rumah dan pada perangkat "can combustor" dalam turbin
gas pembangkit listrik. Pada pembakaran premixed, bahan bakar dengan
oksidator dicampur terlebih dahulu secara menyeluruh sebelum masuk ke
dalam ruang bakar. Pembakaran terjadi baik dengan cara pengapian dari
percikan atau yang lainya.
Pembakaran dimana bahan bakar dan oksidator dipisahkan sebelum
masuk ruang reaksi tempat kedua zat tersebut bercampur dan terbakar.
Metode pembakaran dalam kondisi tersebut dinamakan "api non-premixed,"
secara tradisional dapat disebut "api difusi" karena yang membawa bahan
bakar dengan oksidator ke dalam ruang reaksi terjadi terutama oleh difusi.
Salah satu contoh yang paling umum darinon-premixed (difusi) api adalah
nyala lilin. Banyak pembakaran yang beroperasi menggunakan metode
pembakaran non-premixed. Karena bahan bakar dengan oksidator belum
dicampur terlebih dahulu, risiko tiba-tiba yang terjadi adalah ledakan dapat
dieliminasi dengan metode ini. Akibatnya, nyala menjadi lebih besar dan
stabilitasnya mampu dijaga dengan baik. Karakteristik yang stabil dari api
difusi memiliki banyak aplikasi, terutama digunakan di mesin turbin gas
pada pesawat terbang.
2.3 Bahan Bakar
Bahan bakar dan pengoksidasi merupakan dua bahan utama dalam
proses pembakaran. Bahan bakar dapat disebut sebagai zat yang dapat
membebaskan panas pada waktu bereaksi secara kimia dengan
pengoksidasi. Penerapan bahan bakar secara sederhana membutuhkan
bahan bakar, dimana bahan bakar tersebut yang mudah didapat dan biayanya
murah,akan tetapi dalam penggunaannya harus mematuhi peraturan
perlindungan lingkungan. Sebagian besar sistem pembakaran menggunakan
bahan bakar yang berasal dari sumber fosil yang belum terbarukan. Jika
menggunakan bahan bakar yang berasal dari fosil, dapat berkontribusi
terhadap efek pemanasan global dikarenakan jumlah bersih emisi karbon
dioksida yang melekat pada pengguanaanya. Bahan bakar yang terbuat dari
biomassa atau dari energi terbarukan lainnya merupakan salah satu alternatif
yang dapat berpotensi mengganti bahan bakar fosil. Bahan bakar saat ini
banyak diaplikasikan pada transportasi dan pembangkit listrik dapat berupa:
padat, cair,dan gas. Bahan bakar berwujud padat yang terbentuk secara
alami, seperti : kayu dan bentuk biomassa lainnya, gambut, dan batubara.
Untuk bahan bakar cair dapat berwujud minyak mentah. Bila dilakukan
prosespemurnian secara distilasi fraksional dan proses pemurnian lainya, hal
ini dapat menghasilkan banyak produk, : seperti bensin, bahan bakar diesel,
bahan bakar pesawat, bahan bakar minyak dan aspal.
Bahan bakar gas (BBG) memiliki kelebihan dan kekurangan jika
dibandingkan bahan bakar lain yang wujud padat dan cair. Keuntungan BBG
antaralain, mudah terbakar dalam keadaan jumlah udara luar yang sedikit,
dan hasil pembakarannya mampu meminimalisir abu dan asap, mudah
dalam mengontrol nyala api. Sedangkan untuk kekurangannya adalah sulit
dalam proses penyimpananapabila volume bahan bakar gas tersebut
berkapasitas besar. Bahan bakar gas (BBG) dapat dibagi menjadi dua
macam yaitu bahan bakar gas buatan dan bahan bakar gas alam (Natural
gas). Bahan bakar gas buatan biasanya didapat dari gasifikasi diarea kusus
pemrosesan gas. Sedangkan Bahan bakar gas alam (Natural gas) dapat
dikombinasikan dengan unsur hidrogen untuk membentuk suatu campuran
yang disebut HCNG (Hydrogen Compressed Natural Gas).
Macam – macam jenis gas buatan diantaranya adalah :
1. Wood gas
2. Bio gas
3. Refinery oil gas
4. Producer gas
5. Water gas
6. Blast furnace gas
7. Peat gas
8. Cool gas
9. Cake oven gas
Pada bahan bakar gas alami dan minyak bumi,ada beberapa
bahan bakartambahan yang didapat hasil dari proses pemurnian, seperti:
1. LPG (Liquified Petroleum Gas)
2. Butana
3. Propana
Liquified petroleum gas (LPG) adalah hasil produksi dari kilang
gas danBBM yang memiliki unsur utama propana, butana sekitar 96%
dan unsur lainya ialah gas pentana yang telah dicairkan. Pada dasarnya
LPG tidak berwarna dan bauakan tetapi pada LPG jenis komersial yang
terdapat di pasaran masyarakat, diberi zat tambahan yaitu etil mekraptan
yang bersifat bau yang menyengat, hal ini memiliki fungsi untuk
memudahkan penggunanya dalam mengenali dengan cepat jika ada
kebocoran gas.
Sifat-sifat yang dimiliki LPG menurut sifat komponen utamanya
yaitu propana dan butana antara lain :
1. Nilai kalor (Calor Value), Jumlah panas yang dibebaskan dari proses
pembakaran suatu zat dikenal dengan Nilai kalor atau CV. Hal ini
dinyatakan dalam megajoule per kg (Mj/kg). Calor Value untuk LPG
adalah 49,6 Mj/kg.
2. Densitas LPG merupakan massa per satuan volume (kg / ltr) pada
temperatur tertentu. LPG Cair memiliki densitas 0,54 kg / ltr pada
temperature 15˚ atau setengah berat jenis air. Untuk uap LPG memiliki
densitas 1,9 lebih besar dari udara.
3. Tekanan uap dalam 1 liter LPG cair akan menguap secara cepat pada
kondisi tekanan atmosfir 100 kPa, untuk membentuk uap sekitar 275
liter pada temperature 15˚C. Dalam ruang silinder tertutup yang berisi LPG
cair, dengan jumlah yang kecil akan menguap dalam kondisi volume
terbatas silinder, untuk dapat menghasilkan tekanan pada silinder mencapai
250 kPa dengan temperature 0˚C. Tekanan pada ruang silinder tertutup ini
kondisinya sama dengan tekanan uap, dan tekanan itu dapat
meningkat secara drastic hingga mencapai 500 kPa pada temperature 20˚C
dan pada temperature 1550 kPa. Sebuah kebocoran cairan menimbulkan
masalah jauh lebih serius dibandingkan kebocoran gas karena terbentuk dari
volume tinggi gas. Inilah alasandasar jika tabung gas harus selalu disimpan
ditempat yang kering, diangkut dan digunakan dalam posisi katup diatas.
Jika kebocoran gas terjadi di udara terbuka, hal ini dapat membentuk suatu
campuran yang mudah terbakar sekitar 10000 liter dari 1 liter LPG yang cair
(Fauzi, 2019).
2.4 Fenomena Dalam Proses Pembakaran

2.4.1 Fenomena flickering flame


Fenomena flicker dalam nyala api difusi adalah terkait erat dengan
kondisialiran yang berlaku dalam aliran gas. Nyala api tampaknya mulai
berkedip ketika puncak kerucut turbulen di yang terakhir masuk dalam zona
pembakaran aktif, ataudengan kata lain, saat ketinggian hingga turbulensi
dalam aliran gas yang dinyalakan menjadi sama atau sedikit kurang dari
nyala api tinggi. Harus diingat bahwa tingginya turbulensi dalam aliran yang
dinyalakan lebih besar dari dalam aliran yang tidak dinyalakan dengan laju
aliran yang sama karena efek suhu.
2.4.2 Fenomena flash back
Flashback merupakan salah satu fenomena api yang terjadi ketika
nyalaapi penetrasi atau merambat masuk ke dalam burner atau saluran
pencampurbahan bakar dengan udara. Hal ini dapat terjadi ledakan apabila
api terus merambat masuk ke dalam tabung penyimpanan bahan bakar
2.4.3 Fenomena lifted flame
Lifted flame merupakan keadaan dimana nyala api tidak menyentuh
ujung bibir saluran pencampur bahan bakar / burner. Fenomena nyala api
terangkat ini dipengaruhi oleh 2 komponen yaitu, nyala api lokal dan aliran
bahan bakar - udara yang terdapat pada daerah ujung bibir saluran
pencampur (burner). Jika aliran bahan bakar - udara yang keluar pada
kecepatan yang rendah, maka yang terjadi pangkal nyala api akan berada
sangat dekat bibir burner.
2.4.4 Fenomena blow off
Blow off merupakan fenomena yang kemungkinan muncul pada
proses pembakaran (combustion) dan terjadi ketika kecepatan pembakaran
atau laju nyalalebih rendah dari batas kecepatan aliran,dimana hal ini dapat
menyebabkan nyala api menjadi padam atau mati . Fenomena api blow off
ini perlu kita hindari karena dapat memicu ledakan berbahaya,serta dapat
menaikan konsumsi bahan bakar, bila fenomena ini terjadi secara terus
menerus akan berakibat nozzle burner menjadi rusak. Untuk menghindari
terjadinya fenomena tersebut ada beberapa cara yang dapat dilakukan, salah
satunya ialah dengan mengetahui batas laju aliran bahan bakar yang aman.
Hal Ini bermaksud untuk mengurangi panas api yang merambatpada nosel
sehingga penggunaanya mampu lebih lama.
BAB III

PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat

Gambar 3.1 Gelas Piala Gambar 3.2 Batang Pengaduk

Gambar 3.3 Termometer Gambar 3.4 Pipet Ukur


3.2 Bahan
a. Larutan NaOH (Natrium Hidroksida) 1M
b. Larutan H2SO4 (Asam sulfat) 0,5M
3.3 Cara Kerja
Masukkan 20 ml NaOH ke dalam gelas piala lalu mencatat
temperaturnya, selanjutnya mengaduk dan menambahkan larutan 5 ml
H2S04. Sebelum menambahkan H2SO4 erlebih dahulu mengukur
temperaturnya (usahakan sama dengan temperature NaOH), kemudian pada
saat pencampuran jangan lupa lupa untuk mengamati temperature
maksimumnya. Setelah itu membuat kurva antara temperature rata-rata
dengan volueme H2SO4 atau volume NaOH, dan yang terakhir menentukan
titik stoikiometrinya.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

4.1 Data Pengamatan


Tabel 4.1 Pengamatan Temperatur Larutan
Volume Volume Temperature Temperatur Temperatur
KOH (ml) H2SO4 (ml) mula - mula akhir rata - rata

15 5 32 34 33
10 10 32 36 34
5 15 32 34 33

4.2 Reaksi dan Perhitungan


Stoikiometri sistem H2SO4
A. Diketahui : V. KOH = 15 ml
V. H2SO4 = 5 ml
M. KOH =1m
M. H2SO4 = 0,5 m

Ditanya : 1. Pereaksi Pembatasan ?


2. Pereaksi Sisa ?
Penyelesaian :
n H2 SO4 = V H2SO4 × M H2SO4
= 5 ml × 0,5 m
= 2,5 mmol
n KOH = V KOH × M KOH
= 15 ml . 1 m
= 15 mmol
Reaksi = H2SO4 + 2 KOH → K2SO4 + 2H2SO
Awal = 2,5 mmol 15 mmol − −
Reaksi = 2,5 mmol 2,5 mmol 2,5 mmol 2,5 mmol
Sisa = - 12,5 mmol 2,5 mmol 2,5 mmol
1. Pereaksi Pembatasan = H2SO4
2. Pereaksi Sisa = KOH
B. Diketahui : V KOH = 10 ml
V H2SO4 = 10 ml
M KOH =1m
M H2SO4 = 0,5 m
Ditanya : 1. Pereaksi pembatas ?
2. Pereaksi sisa ?
Penyelesaian :
n H2SO4 =V H2SO4 × M H2SO4
= 10 ml × 0,5 m
= 5 mmol
n KOH = V KOH × M KOH
= 10 ml × l m
= 10 mmol

Reaksi : H2SO4 + 2 KOH → K2SO4 2H2SO4


Awal 5 mmol 10 mmol − −
Reaksi 5 mmol 5 mmol 5 mmol 5mmol

Sisa − 5 mmol 5 mmol 5 mmol

1. Pereaksi pembatas = H2SO4


2. Pereaksi sisa = KOH
C. Diketahui : V. KOH = 5 ml
V. H2SO4 = 15 ml
M. KOH =1m
M. H2SO4 = 0,5 m
Ditanya : 1. Pereaksi Pembakar ?
2. Peraksi Sisa ?
Penyelesaian :
n H2SO4 = V H2SO4 × M
H2SO4
= 15 ml × 0,5 m
= 7,5 mol
n KOH = V KOH × M KOH
= 5 ml × 1 m
= 5 ml
Reaksi H2SO4
= + 2KOH → K2SO4 + 2H2SO4
Awal 7,5 mmol
= 5 mmol − −
Reaksi 5 mmol
= 5 mmol 5 mmol 5 mmol
Sisa 2,5 mmol
= 5 mmol 5 mmol 5 mmol
1. Pereaksi Pembatas = KOH
2. Pereaksi Sisa = H2SO4
4.3 Grafik
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Perubahan suhu, warna dan endapan (wujud) dapat terjadi jika 2
zat dicampurkan. Pada stoikiometri system perubahan temperature
dipengaruhi oleh besarnya volume campuran. Dan pada stoikiometri asam
basa perubahan suhu tidak dipengaruhi oleh volume. Reaksi stokiometri
adalah reaksi yang pereaksinya habis bereaksi membentuk hasil
reaksi/produk.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Laboratorium
Sebaiknya alat dan bahan diperbanyak supaya lebih efisien dan dapat
melakukan praktikum dengan benar. Fasilitas ruangan lebih
ditingkatkan lagi supaya lebih nyaman dalam menjalankan praktikum.
5.2.2 Saran Untuk Asisten
Saran saya untuk kakak-kakak asisten agar kedepannya lebih
membimbing praktikan dalam menjalankan praktikum kimia dasar.
5.3 Ayat yang berhubungan
“Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu,
sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan)
tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan
ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman;
zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
memikirkan.” (QS. An Nahl, 16:10-11)
DAFTAR PUSTAKA
Sari, S. F. I., Fatah, A. H., & Anggraeni, M. E. (2020). Analisis Materi Ajar
Kimia SMA/MA Kelas X Pada Konsep Stoikiometri. Jurnal Ilmiah
Kanderang Tingang, 11(1), 139–151.
https://doi.org/10.37304/jikt.v11i1.82

Suhardi, A., Susanti, L. Y., & Susilawati, S. (2020). Pengaruh Penggunaan Mind
Map Terhadap Pemahaman Konsep Stoikiometri. Journal of Natural
Science and Integration, 3(1), 106.
https://doi.org/10.24014/jnsi.v3i1.9122

Putri, N. S., Leny, L., & Mahdian, M. (2020). PENERAPAN MODEL


PROBLEM SOLVING TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL
BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI STOIKIOMETRI. JCAE
(Journal of Chemistry And Education), 3(2), 55–63.
https://doi.org/10.20527/jcae.v3i2.340

Simangunsong, A. D. B., & Pane, E. P. (2021). Pengembangan Modul Kimia


Dasar Berbasis Discovery Learning pada Materi Stoikiometri.
EDUKATIF : JURNAL ILMU PENDIDIKAN, 3(6), 4415–4425.
https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i6.1472

Zakiyah, Z., Ibnu, S., & Subandi, S. (2018). Analisis Dampak Kesulitan Siswa
pada Materi Stoikiometri terhadap Hasil Belajar Termokimia dan Upaya
Menguranginya dengan Metode Pemecahan Masalah. EduChemia
(Jurnal Kimia Dan Pendidikan), 3(1), 119.
https://doi.org/10.30870/educhemia.v3i1.1784

Anda mungkin juga menyukai