Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan manusia pada zaman sekarang tidak dapat dipisah dari bahan-
bahan kimia. Hampir seluruh bagian dari kehidupan manusia berhubungan sangat
erat dengan bahan-bahan kimia. Dalam kehidupan rumah tangga, kesehatan,
perhiasan dan lain-lain hampir seluruhnya menggunakan bahan kimia. Dalam
suatu reaksi kimia, terdapat perbedaan laju reaksi antara reaksi yang satu dengan
reaksi yang lain, misalnya, ketika kita membakar kertas reaksi berlangsung cepat.
Sedangkan, reaksi pembakaran minyak bumi memakan waktu yang sangat lama.
Ilmu kimia merupakan serangkaian langkah-langkah untuk mendapatkan
fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori melalui eksperimen (Mulyasa, 2006).
Pengetahuan berupa fakta merupakan fenomena yang terjadi dalam kehidupan
yang merupakan dasar bagi konsep, prinsip, dan teori. Sedangkan konsep, prinsip,
hukum, dan teori merupakan hasil kajian ilmiah berupa definisi, hubungan, dan
penjelasan dari suatu fakta yang menjadi pusat perhatian, sehingga mempelajari
kimia adalah mempelajari fenomena yang ada di alam. Sejalan dengan itu,
Achmad dalam Achmad & Baradja (2013) juga berpendapat bahwa ilmu kimia
adalah ilmu yang berlandaskan percobaan, sehingga pembelajaran kimia di
sekolah harus disertai dengan kegiatan dilaboratorium.
Salah satu pelajaran kimia yang dapat disampaikan dengan metode
praktikum adalah laju reaksi. Laju reaksi merupakan topik yang sangat terstruktur
sebagai bagian sentral dari kurikulum kimia (Cachapuz & Maskill, 1987). Laju
reaksi membahas tentang perubahan konsentrasi reaktan atau produk terhadap
waktu (Chang, 2008). Salah satu faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah
luas permukaan (Achmad, 1992).
Reaksi kimia adalah suatu proses alam yang selalu menghasilkan
perubahan senyawa kimia. Senyawa ataupun senyawa-senyawa awal yangterlibat
dalam reaksi disebut reaktan. Dan hasil dari suatu reaksi kimia disebuthasil
reaksi.Menurut hukum penggabungan kimia, setiap zat dijelaskan oleh
suaturumus kimia yang menyatakan jumlah relatif atom yang ada dalam zat

1
itu.Rumus molekul suatu zat menjelaskan jumlah atom setiap unsur dalam
satumolekul zat. Rumus empiris suatu senyawa adalah rumus paling sederhana
yangmemberikan jumlah atom relatif yang betul untuk setiap jenis atom yang ada
didalam senyawa itu (Hediyanti, 2014).
Reaksi-reaksi kimia dapat dilihat dari adanya perubahan, misalnya
perubahan warna, perubahan wujud, dan yang utama adalah perubahan zat yang
disertai perubahan energi dalam bentuk kalor. Dengan mereaksikan suatu zat
berarti kita mengubah zat itu menjadi zat lainnya, baik sifat maupun wujudnya.
Perubahan reaksi kimia sangat penting karena merupakan kemampuandasar untuk
praktikum-praktikum selanjutnya. Sertakita dapat mengetahui peristiwa yang
terjadi bila beberapa zat direaksikan. Perubahan tersebut berhubungan dengan
kereaktifan zat kimia dan laju reaksinya. Bidang kimia yang menyangkut zat
kimia laju reaksi disebut kinetika kimia (Sutrisno, 2011).
Kinetika kimia adalah bagian ilmu kimia fisika yang mempelajari laju
reaksi kimia, faktor-faktor yang mempengaruhinya serta penjelasan hubungannya
terhadap mekanisme reaksi. Kinetika kimia disebut juga dinamika kimia, karena
adanya gerakan molekul, elemen atau ion dalam mekanisme reaksi dan laju reaksi
sebagai fungsi waktu. Pada pembelajaran kinetika kimia, akan dipelajari kinetika
kimia dari sudut pandang makrokopis, yaitu bagaimana menentukan laju reaksi,
faktor-faktor yang menentukan laju reaksi, seperti konsentrasi reaktan dan
temperatur reaksi. Sedangkan dari sudut pandang mikroskopis akan dipelajari
hubungan antara teori tumbukan molekul dengan laju reaksi (Widjajanti, 2021).
Laju reaksi atau kecepatan reaksi menyatakan banyaknya reaksi kimia
yang berlangsung per satuan waktu. Laju reaksi menyatakan molaritas zat terlarut
dalam reaksi yang dihasilkan tiapdetik reaksi. Perkaratan besi merupakan contoh
reaksi kimia yang berlangsung lambat, sedagkan peledakan mesiu atau kebang api
adalah contoh reaksi yang tepat.
Laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu dan konsentrasi.
Apabila suhu pada suatu reaksi yang berlangsung dinaikkan, maka menyebabkan
partikel semakin aktif bergerak, sehingga tumbukan yang terjadi semakin sering
dan menyebabkan laju reaksi semakin besar. Sebaliknya, apabila suhu diturunkan,

2
maka partikel semakin tidak aktif, sehingga lajureaksi akan semakin kecil.Karena
persamaan laju reaksi didefinisikan dalam bentuk konsentrasi reaktan maka
dengannaiknya konsentrasi maka naik pula kecepatan reaksinya. Artinya semakin
tinggi konsentrasimaka semakin banyak molekul reaktan yang tersedia dengan
demikian kemungkinan bertumbukan akan semakin banyak juga. Sehingga
kecepatan reaksi akan meningkat. Jadisemakin tinggi konsentrasi, semakin cepat
pula laju reaksinya.(Syukri, 2011).
Oleh karena itu, percobaan laju reaksi ini dilakukan agar praktikan dapat
lebih memahami tentang laju reaksi dan memahami faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi laju reaksi serta pengaruh konsentrasi dan pengaruh suhu pada laju
reaksi.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Agar mahasiswa mampu memahami konsep laju reaksi
2. Agar mahasiswa mampu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi
3. Agar mahasiswa mampu mengetahui jenis orde reaksi
1.3 Manfaat Percobaan
1. Mahasiswa dapat memahami konsep laju reaksi
2. Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
3. Mahasiswa dapat mengetahui jenis orde reaksi

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Laju atau kecepatan didefinisikan sebagai jumlah suatu perubahan tiap
satuan waktu. Satuan waktu dapat berupa detik, menit, jam, hari atau tahun.
Sebagai contoh, seseorang lari dengan kecepatan 10 km/jam. Artinya orang
tersebut telah berpindah tempat sejauh 10 km dalam waktu satu jam.
Bagaimanakah cara menyatakan laju dari suatu reaksi? Dalam reaksi kimia,
perubahan yang dimaksud adalah perubahan konsentrasi pereaksi atau produk.
Seiring dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat pereaksi akan makin
sedikit, sedangkan produk makin banyak. Laju reaksi dinyatakan sebagai laju
berkurangnya pereaksi atau laju bertambahnya produk. Satuan konsentrasi yang
digunakan adalah molaritas (M) atau mol per liter (mol. L-1 ). Satuan waktu yang
digunakan biasanya detik (dt). Sehingga laju reaksi mempunyai satuan mol per
liter per detik (mol. L-1 . dt-1 atau M.dt-1 ).
Laju reaksi dapat dilihat berdasarkan adanya perubahan pada konsentrasi
reaktan dalam suatu waktu. Laju reaksi bersifat tidak tetap, melainkan selalu
berubah sesuai dengan perubahan konsentrasi (Chang, 2005). 
Setiap reaksi kimia berlangsung dengan kecepatan berbeda-beda. Tentunya,
agar bisa mengetahui waktu reaksi maka perlu mengkaji faktor-faktor apa saja
yang dapat memperlambat dan mempercepat prosesnya (Sutresna, 2008)
Dalam suatu reaksi kimia terjai perubahan pereaksi (reaktan) menjadi hasil
reaksi (produk). Perubahan itu meliputi sifat dan perubahan jumlah. Perubahan
sifat meyatakan berubahnya pereaksi menjadi hasil reaksi, sedangkan perubahan
jumlah menyatakan banyaknya pereaksi yang berubah menjadi hasil reaksi yang
terbentuk selama reaksi berlangsung. Jumlah pereaksi yang berubah atau jumlah
hasil reaksi yang terbentuk selama reaksi dalam satu satuan waktu disebut laju
reaksi.
Laju reaksi dapat pula dinyatakan sebagai laju berlangsungnya konsentrasi
suatu pereaksi atau laju bertambahnya konsentrasi suatu prdouk. Konsentrasi
merupakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut dengan pelarut atau hubungan

4
antara zat terlarut dengan larutan. Salah satu contoh satuan konsentrasi adalah
kemolaran. Kemolaran menyatakan hubungan kuantitiatif antara jumlah mol zat
terlarut dengan volume liter larutan yang secara matematik dapat dituliskan
sebagai berikut.
jumlah mol zat terlarut n
Kemolaran ( M ) = =
volume dalam liter larutan v
Secara teoritik laju reaksi dapat dijelaskan berdasarkan dua pendekatan,
yaitu berdasarkan tumbukan antarmolekul (Collision theory) dan teori keadaan
transisi (transition state theory). Menurut teori tumbukan, suatu reaksi kimia
hanya dapat berlangsung jika molekul-molekul reaktan saling bertumbukkan
dengan sejumlah energy yang cukup untuk bereaksi, sedangkan menurut teori
keadaan transisi tumbukan antar molekul-molekul reaktan tidak langsung
mengakibatkan terjadinya suatu reaksi, karena selama tumbukan molekul reaktan
membentuk keadaan transisi atau kompleks teraktivasi terlebih dahulu, kemudian
baru mengalami dekomposisi membentuk produk.
Reaksi kimia dapat terjadi jika partikel-partikel reaktan saling bertumbukan
satu sama lain. Tetapi, tumbukan yang terjadi tidak semuanya akan menghasilkan
zat baru yang berupa hasil reaksi. Zat baru dapat diperoleh dari tumbukan yang
berlangsung sempurna. Tumbukan sempurna dinamakan tumbukan efektif.
Partikel zat yang saling bertumbukan terkadang juga tidak langsung berubah
menjadi zat hasil. Tumbukan tersebut terlebih dahulu membentuk molekul
kompleks yang dinamakan molekul kompleks teraktivasi. Pembentukan molekul
kompleks teraktivasi ada hubungannya dengan energi aktivasi. Energi aktivasi
(Ea) merupakan energi tumbukan terendah yang dibutuhkan supaya bisa terbentuk
molekul kompleks teraktivasi sehingga reaksi dapat berlangsung.
Dalam teori tumbukan digambarkan pertemuan partikel-partikel reaktan
sebagai suatu tumbukan. Pada proses tumbukan yang terjadi, disamping ada yang
menghasilkan reaksi juga ada yang tidak menghasilkan reaksi. Tumbukan yang
terjadi dan bisa menghasilkan partikel-partikel hasil reaksi disebut sebagai
tumbukan efektif. Efektifnya tumbukan ditentukan oleh faktor energi kinetik
partikel (molekul) dan arah partikel.

5
Pendefisian laju reaksi lebih lanjut dapat dilihat dari persamaan stoikiometri
berikut.
aA +bB → cC+ dD
Dimana A dan B adalah pereaksi, C dan D adalah produk dan a,b,c,d adalah
koefisien penyetaraan reaksi, maka hukum lajunya dapat dituliskan sebagai
berikut:
m n
Laju reaksi=K [ A ] K [B]
Dengan, k = tetapan laju, dipengaruhi suhu dan katalis (jika ada)
m = orde (tingkat) reaksi terhadap pereaksi A
n = orde (tingkat) reaksi terhadap pereaksi B
[A],[B]= konsentrasi dalam molaritas
Pangkat m dan n ditentukan dari data eksperimen, biasanya harganya kecil
dan tidak selalu sama dengan koefisien a dan b. Semakin besar harga ‘k’ reaksi
akan berlangsung lebih cepat. Kenaikan suhu dan penggunaan katalis umumnya
memperbesar harga k. Secara formal hukum laju adalah persamaan yang
menyatakan laju reaksi v sebagai fungsi dari konsentrasi semua komponen spesies
yang menentukan laju reaksi.
Laju reaksi diungkapkan sebagai berkurangnya pereaksi A atau B dan
bertambahnya produk C atau D tiap satuan waktu. Dimensi (satuan) bagi laju
reaksi adalah konsentrasi/waktu, sehingga umumnya berlaku satuan laju reaksi =
mol/liter. Menit atau satuan lain. Untuk fasa gas, satuan konsentrasi akan lebih
tepat bila menggunakan tekanan.
Salah satu faktor yang dapat mempercepat laju reaksi adalah konsentrasi,
Menemukan orde reaksi merupakan salah satu cara memperkirakan sejauh mana
konsentrasi zat pereaksi mempengaruhi laju reaksi tertentu.
Orde reaksi atau tingkat reaksi terhadap suatu komponen merupakan
pangkat dari konsentrasi komponen tersebut dalam hukum laju. Sebagai contoh, v
= k [A]m [B]n , bila m=1 kita katakan bahwa reaksi tersebut adalah orde pertama
terhadap A. Jika n=3, reaksi tersebut orde ketiga terhadap B. Orde total adalah
jumlah orde semua komponen dalam persamaan laju: n + m + ... Pangkat m dan n
ditentukan dari data eksperimen, biasanya harganya kecil dan tidak selalu sama

6
dengan koefisien a dan b. Hal ini berarti, tidak ada hubungan antara jumlah
pereaksi dan koefisien reaksi dengan orde reaksi.
Secara garis besar, beberapa macam orde reaksi diuraikan sebagai berikut:
1. Orde nol Reaksi dikatakan berorde nol terhadap salah satu pereaksinya
apabila perubahan konsentrasi pereaksi tersebut tidak mempengaruhi laju
reaksi. Artinya, asalkan terdapat dalam jumlah tertentu, perubahan
konsentrasi pereaksi itu tidak mempengaruhi laju reaksi.
Integrasinya diperoleh: [ A ] t =−kt +[ A¿¿ 0]¿
2. Orde Satu Suatu reaksi dikatakan berorde satu terhadap salah satu
pereaksinya jika laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi
itu. Misalkan, konsentrasi pereaksi itu dilipat tigakan maka laju reaksi akan
menjadi 31 atau 3 kali lebih besar
Integrasinya adalah ¿ [ A ] t =−kt+ ¿[ A ¿¿ 0]¿
3. Orde Dua Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu pereaksi
jika laju reaksi merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu.
Apabila konsentrasi zat itu dilipat tigakan, maka laju reaksi akan menjadi 3
2 atau 9 kali lebih besar.

Faktor-faktor yang menentukan laju


reaksi
1. Sifat dan Keadaan Zat
Sifat kimia pereaksi
merupakan hal umum yang
menentukan laju reaksi.
Gambar:
Kandungan Grafik Orde Reaksi zat yaitu luas
permukaan sentuh, juga mempengaruhi laju reaksi suatu zat. Pada sistem
heterogen, pengaruh luas permukaan sentuh sangat berarti. Dalam sistem
homogeny, terjadinya sentuhan antara zat-zat yang bereaksi terbagi merata
dalam fase gas atau cair sehingga factor luas permukaan sentuh tidak
mempunyai pengaruh apa-apa. Luas permukaan memiliki pengaruh besar
terhadap laju reaksi. Apabila permukaannya semakin luas, akan

7
mempercepat laju reaksi. Namun, jika luas bidang sentuhnya semakin kecil
maka laju reaksi semakin lambat karena tumbukan partikel-partikelnya
kecil. Karakteristik dari setiap kepingan yang direaksikan juga akan
memberikan pengaruh. Jika kepingan halus maka reaksi akan berlangsung
lebih cepat. Namun, saat kepingannya kasar maka setiap reaksi memerlukan
waktu semakin lama (Adiguna, 2009).
2. Konsentrasi
Konsentrasi merupakan jumlah zat terlarut yang terdapat di dalam suatu
larutan. Apabila jumlahnya semakin banyak maka konsentrasi semakin
besar. Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit jumlahnya maka konsentrasi
semakin kecil. Di dalam larutan yang memiliki konsentrasi tinggi terdapat
lebih banyak partikel dibandingkan pada larutan berkonsentrasi rendah.
Partikel-partikel tersebut memiliki susunan yang lebih rapat. Hal ini
menyebabkan terjadi banyak tumbukan antar partikel sehingga dapat
meningkatkan laju reaksi. Akibatnya, produk yang dihasilkan dari setiap
reaksi semakin cepat terbentuk (Petrucci, 1987). 
3. Suhu
Sebagian besar reaksi kimia akan lebih cepat bila dilakukan pada suhu
tinggi. Para ahli menemukan bahwa sebagian besar laju reaksi akan
meningkat dua kali lipat bila suhu dinaikkan 10℃. Hal ini dapat dijelaskan
bahwa molekul-molekul semakin bergerak cepat seiring kenaikan suhu
sehingga tumbukan menjadi lebih sering. Selain iyu, molekul-molekul juga
memiliki energy yang cukup sehingga dampak tumbukan lebih besar.
Akibatnya, semakin banyak molekul yang bereaksi dan laju reaksi menjadi
semakin cepat.
4. Katalis
Katalis adalah zat yang mengubah kecepatam reaksi tanpa zatnya
mengalami perubahan kimia yang permanen. Keterlibatan katalis dalam
reaksi tidak memberikan tambahan energy kepada molekul-molekul yang
bereaksi, tetapi memberikan jalan baru untuk berlangsungnya pemutusan
dan pembentukan ikatan dengan energy aktivitas yang rendah. Katalis yang

8
mempercepat laju reaksi disebut katalis positif atau biasa disebut katalis
saja. Sedangkan, katalis yang memperlambat laju reaksi disebut katalis
negative atau disebut inhibitor.
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol, Alkohol
Rumus Molekul : C2H6O
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 46 g/mol


Pemerian : Cairan tak berwarna jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah
terbakar dengan memberikan nyala api biru yang
tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam klorofom P,
dan dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari
cahaya, ditempatsejuk, jauh dari nyala api
Kegunaan : Sebagai antiseptic dan disinfektan
Manfaat : Digunakan untuk membersihkan peralatan
2.2.2 HCl (DEPKES, 1979, hal.53)
Nama Resmi : ACIDUM CHLORIDIUM
Nama Lain : Asam klorida
Rumus Molekul : HCL

Rumus Struktur :

9
Berat Molekul : 36,46 gram
Pemerian : Cairan tak berwarna, berasap, bau merangsang,
jika diencerkan dengan dua bagian air asap dan
bau hilang.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
2.2.3 Na2S2O3 (DEPKES, 1979, hal.53)
Nama Resmi : NATRIUM TRIOSULFAT
Nama Lain : Natrium hiposulfit, Hiposulfit soda
Rumus Molekul : Na2S2O3
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 248,17gram


Pemerian : Kristal putih, tidak berbau
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat

10
Praktikum Kimia Dasar Modul V Laju Reaksi dilaksanakan pada hari
Selasa, 18 Oktober 2022 pukul 13.00 sampai dengan 15.00 WITA. Bertempat di
Laboratorium Kimia Farmasi & Analisis Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas
Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah Gelas Kimia,
Gelas Ukur, Pipet Tetes,
3.2.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini yaitu
Aquadest, HCl, Kertas HVS, Na2S2O3
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Pengaruh Konsentrasi pada Laju Reaksi
1) Disiapkan kertas yang telah diberikan tanda silang dan diletakkan di
bawah gelas kimia 100 ml.
2) Diukur larutan sebanyak 5 ml Na2S2O3 0,1 M di gelas ukur lalu dituangkan
ke gelas kimia.
3) Diukur larutan sebanyak 5 ml HCl 0,1 M di gelas ukur lalu dicampurkan
dengan 5 ml Na2S2O3 0,1 M.
4) Dihitung waktu yang diperlukan sejak penuangan HCl 0,1 M tadi dengan
menggunakan stopwatch.
5) Diamati sampai tanda silang tidak terlihat lagi dan catat waktu.
6) Diulangi langkah yang sama untuk larutan 5 ml Na2S2O3 0,1 M dan 10 ml
HCl 0,2 M, serta larutan 5 ml Na2S2O3 0,2 M dan 5 ml HCl 0,1 M.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan

11
1. Pengaruh konsentrasi pada laju reaksi
No [Na2S2O3] (m) [HCL] (m) Suhu Waktu (s)
1. 0,1 0,1 30oC 192 s
2. 0,1 0,2 30oC 123 s
3. 0,2 0,1 30oC 69 s
4.2 Perhitungan
1. Pengaruh konsentrasi pada laju reaksi
a. Penentuan laju reaksi penguraian Na2S2O3 percobaan No 1
Mol mula-mula Na2S2O3
Dik : M Na2S2O3 = 0,1 M
V Na2S2O3= 5 ml  0,005 L
Dit : n Na2S2O3 …. ?
n
Penyelesaian : M =
v
n =M.V
n = 0,1 x 0,005
= 0,0005 mol
Mol mula-mula HCL
Dik : M HCL = 0,1 M
V HCL = 5 ml  0,005 L
Dit : n HCL …. ?
n
Penyelesaian : M =
v
n =M.V
n = 0,1 x 0,005
= 0,0005 mol
Mol Na2S2O3 yang bereaksi
Na2S2O3 + 2HCL  2NaCL + S + SO2 + H2O
Mula-mula 0,0005 0,0005
Bereaksi 0,00025 0,0005
Setimbang 0,00025 0

12
koefisien Na 2S 2 O3
Mol Na2S2O3 bereaksi = x mol mula – mula
koefisien HCL
HCL
1
= x 0,0005 mol
2
= 0,00025
1. Menentukan [ Na2S2O3]
Mol Na 2S 2 O3 bereaksi
[ Na2S2O3] =
volume Na 2S 2O 3
0,00025
= 0,005

= 0,05 m
2. Laju reaksi penguraian Na2S2O3
[Na 2 S2 O3 ]
V Na2S2O3 = t
0,05
= 192

= 2,6 x 10-4 m/s


b. Penentuan laju reaksi penguraian Na2S2O3 percobaan No 2
Mol mula-mula Na2S2O3
Dik : M Na2S2O3 = 0,1 M
V Na2S2O3 = 5 ml  0,005 L
Dit : n Na2S2O3 …. ?
n
Penyelesaian : M =
v
n =M.V
n = 0,1 x 0,005
= 0,0005 mol
Mol mula-mula HCL
Dik : M HCL = 0,2 M
V HCL = 5 ml  0,005 L
Dit : n HCL …. ?

13
n
Penyelesaian : M =
v
n =M.V
n = 0,2 x 0,005
= 0,001 mol
Mol Na2S2O3 yang bereaksi
Na2S2O3 + 2HCL  2NaCL + S + SO2 + H2O
Mula-mula 0,0005 0,001
Reaksi 0,0005 0,001
___________________________________________
Setimbang 0 0
koefisien Na 2S 2 O3
Mol Na2S2O3bereaksi = x mol mula – mula
koefisien HCL
HCL
1
= x 0,001 mol
2
= 0,0005 mol
1. Menentukan [ Na2S2O3]
Mol Na 2S 2 O3 bereaksi
[ Na2S2O3] =
volume Na 2S 2O 3
0,0005
= 0,005

= 0,1 m
2. Laju reaksi penguraian Na2S2O3
[Na 2 S2 O3 ]
V Na2S2O3 =
t
0,1
= 123

= 8,1 x 10-4 m/s


c. Penentuan laju reaksi penguraian Na2S2O3 percobaan No 3
Mol mula-mula Na2S2O3
Dik : M Na2S2O3 = 0,2 M
V Na2S2O3 = 5 ml  0,005 L

14
Dit : n Na2S2O3 …. ?
n
Penyelesaian : M =
v
n =M.V
n = 0,2 x 0,005
= 0,001 mol
Mol mula-mula HCL
Dik : M HCL = 0,1 M
V HCL = 5 ml  0,005 L
Dit : n HCL …. ?
n
Penyelesaian : M =
v
n =M.V
n = 0,1 x 0,005
= 0,0005 mol
Mol Na2S2O3 yang bereaksi
Na2S2O3 + 2HCL  2NaCL + S + SO2 + H2O
Mula-mula 0,001 0,0005
Reaksi 0,00025 0,0005
_______________________________________________________
Setimbang 0,00075 0

koefisien Na 2S 2 O3
Mol Na2S2O3 bereaksi = x mol mula – mula HCL
koefisien HCL
1
= x 0,0005 mol
2
= 0,00025
1. Menentukan [ Na2S2O3]
Mol Na 2S 2 O3 bereaksi
[ Na2S2O3] =
volume Na2S2O3
0,00025
= 0,05

= 0,05 M
15
2. Laju reaksi penguraian Na2S2O3
[Na 2 S2 O3 ]
V Na2S2O3 =
t
0,05
= 69

= 7,2 x 10-4 m/s


2. Tabel laju reaksi penguraian Na2S2O3 berdasarkan percobaan
Perc [Na2S2O3] (m) [HCL] (m) Suhu V Na2S2O3
(m/s)
1. 0,1 0,1 30oC 2,6 x 10-4 m/s
2. 0,1 0,2 30oC 8,1 x 10-4 m/s
3. 0,2 0,1 30oC 7,2 x 10-4 m/s

1. Penentuan orde reaksi terhadap Na2S2O3


VI K1 [Na 2 S2 O3 ] 1n [HCl] 1n
= x x
V3 K3 [Na 2 S2 O3 ] 1n [HCl] 1n
2,6 X 10−4 [0,1] m [0,1] n
= 1 . x
7,2 X 10−4 [0,2] m [0,1 ] n
2,6 0,1 m
= ( )
7,2 0,2
1
0,36 = ( 2 )m

0,36 = (0,5)m
m = 2
2. Penentuan orde reaksi terhadap HCL
V1 K1 [Na 2 S2 O3 ] 1m [HCl] 1n
= . x
V2 K2 [Na 2 S2 O3 ] 1m [HCl] 1n
2,6 x 10−4 [0,1] m [0,1] n
. 1 x
8,1 x 10−4 [0,1] m [0,2 ] n
2,6 1
= ( )n
8,1 2
0,32 = (0,5)n

16
n =2
3. Tetapan laju reaksi pada percobaan (K)
Diambil data dari percobaan 1.
Penyelesaian :
V Na2S2O3 = K [Na2S2O3]1m [HCL]1n
V Na 2S 2 O3
K =
[Na 2 S2 O3 ] 1m [HCl]1n
2 ,6 x 10- 4 m/s
K =
( 1x10-2 ) ( 1x10-2 )
2 ,6 x 10- 4 m/s
= 1x10-4

= 2,6 x 10 m-1 s-1

4.3 Pembahasan
Reaksi kimia adalah proses berubahnya pereaksi menjadi hasil reaksi.
Reaksi kimia ada yang berlangsung lambat dan ada yangberlangsung cepat.
Menurut Dongmo dkk (2009), pada umumnya, reaksi-reaksi yang terjadi pada
senyawa anorganik biasanya berlangsung secara cepat sehingga sulit dipelajari
dan berbanding terbalik dengan reaksi pada senyawa organik. Reaksi kimia
berhubungan langsung dengan laju reaksi. Menurut Yuda dkk (2017), laju atau
kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi ataupun produk dalan
suatu satuan waktu
Percobaan pertama yaitu penggunaan peralatan pada perlakuan laju reaksi.
Percobaan ini bertujuan agar kami mahasiswa dapat lebih memahami konsep laju
reaksi, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, serta mengtahui
jenis orde reaksi.
Pada praktikum ini dilakukan percobaan laju reaksi dengan pengaruh
konsentrasi dan suhu. Pada pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi, reaksi
bergerak cepat karena pengaruh konsentrasi yang tinggi. Pada percobaan
Na2S2O3 0,1 M dan HCl 0,1 M reaksi berjalan lambat karena konsentrasi yang
rendah yakni 1380 detik. Pada percobaan Na2S2O3 0,2 M dan HCl 0,1 M reaksi
berjalan cepat yaitu sekitar 194 dan 208 detik. Garis X atau tanda silang pada

17
kertas paling cepat memudar pada percobaan ini.
Tanda silang yang memudar disebabkan oleh endapan hasil dari
penguraian Na2S2O3 dengan HCl. Endapan putih yang terbentuk adalah endapan
sulfur Na2S2O3 terurai dengan penambahan HCl. Jadi, semakin tinggi
konsentrasi zat dan suhu larutan, maka laju reaksi akan semakin cepat.

Konsentrasi berpengaruh terhadap laju reaksi. Menurut Nuryoto dkk


(2021), semakin tinggi konsentrasi, maka akan semakin tinggi laju reaksi (reaksi
semakin cepat). Pada tahap pertama disiapkan kertas kemudian diberi tanda silang
sesuai ukuran gelas kimia. Pemberian tanda silang pada ketras ini bertujuan
sebagai penenda. Langkah selanjutnya diukur Na2S2O3 dan HCl sebanyak 10 ml
dan diletakan pada gelas kimia. Sodium Thiosulfat atau Na2S2O3 merupakan
jenis thiosulfat yang paling dikenal dan banyak digunakan di samping Ammonium
Sulfat. Sedangkan (HCl) Asam klorida merupakan larutan akuatik dari gas
hidrogen klorida (HCl), termasuk asam kuat, dan komponen utama asam
lambung. Kemudian di campurkan Na2S2O3 dan HCl sampai terbentuk endapan
sulfur Na2S2O3. Hal ini dibuktikan pada percobaan pengaruh konsentrasi dimana
Na2S2O3 0,2 M dan HCl 0,1 M memiliki laju reaksi yang lebih cepat
dibandingkan dengan Na2S2O3 0,1 M dan HCl 0,2 M yang ditandai dengan
hilangnya garis X atau tanda silang pada kertas karena terbentuknya endapan
sulfur. Sementara itu, Na2S2O3 0,1 M dan HCl 0,2 M memiliki laju reaksi yang
lebih cepat dibandingkan Na2S2O3 0,1 M dan HCl 0,1 M.
Adapun kemungkinan kesalahan dalam praktikum ini yaitu ketidaktelitian
pada proses pengukuran volume larutan, ketelitian pada penggunaan stopwatch,
dan ketepatan pada pengukuran suhu, dan ketepatan pada pengukuran suhu.

18
19

Anda mungkin juga menyukai