Anda di halaman 1dari 53

VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II

MATERI
Viskositas dan Teganagn Muka

Disusun Oleh :
Kelompok : 5 / Senin Siang
1. Aaron Nathaniel L. 21030119130109
2. Monica Kezia 21030119130133
3. M. Rizky Adhyaksa 21030119140173

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II

MATERI
Viskositas dan Teganagn Muka

Disusun Oleh :
Kelompok : 5 / Senin Siang
1. Aaron Nathaniel L. 21030119130109
2. Monica Kezia 21030119130133
3. M. Rizky Adhyaksa 21030119140173

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG

LEMBAR PENGESAHAN

Materi : Karbohidrat
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

Kelompok : 5 Senin Siang


Anggota : 1. Aaron Nathaniel L. (21030119130109)
2. Monicca Kezia (21030119130133)
3. M. Rizky Adhyaksa M. (21030119140173)

Telah disetujui dan disahkan oleh dosen pengampu pada


Hari :
Tanggal :

Semarang, ………….. 2020


Dosen pengampu,

Ir. Kristinah Haryani, M.T.


NIP. 196402141991022002
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

RINGKASAN

Dalam fluida, baik gas Maupun cairan, masing-masing memiliki viskositas atau
kekentalan. Salah Satu penerapannya adalah dalam industri air. Tujuan dari percobaan ini
adalah menentukan viskositas dinamis pada Ultramilk dan Buavita. Menentukan hubungan
%V vs ηx, ρx vs ηx, dan Tx vs η pada Ultramilk dan Buavita serta membuat grafiknya.
Viskositas dapat dianggap suatu gesekan antara lapisan zat cair atau gas yang
mengalir. Macam-macam viskositas yaitu viskositas dinamis dan kinematis. Perhitungan
yang paling umum yaitu viskositas relatif, spesifik, inheren, dan intrinsik. Faktor yang
memengaruhi viskositas adalah suhu, tekanan, densitas, dan gaya gesek.
Pada percobaan ini menggunakan sampel Ultramilk dan Buavita, masing-masing
dengan konsentrasi (%V) 5%, 8%, 11%, dan 14%. Alat yang digunakan adalah viskometer
astwald, beaker glass, picnometer, corong, dan lain-lain. Prosedur percobaannyaadalah
menentukan ρ aquadest dan sampel Lalu mencari waktunya.
Dari percobaan didapatkan hasil percobaan yang berbeda setiap konsentrasinya.
Hubungan %V dengan η berbanding lurus. Hubungan T dan η berbanding terbalik dan
hubungan T dan η berbanding lurus.
Kesimpulan dari percobaan ini adalah hubunya %V dengan η berbanding lurus.,
hubungan T dan η berbanding terbalik dan hubungan T dan η berbanding lurus. Saran untuk
pratikan selanjutnya adalah pengukuran massa dilakukan dengan lebih teliti, sehu dilebihkan
4°C pada saat pemanasan, dan pengukuran waktu saat melewati batas bahwa dilakukan
dengan lebih teliti.
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dalam setiap fluida, baik gas maupun cairan, masing-masing memiliki suatu sifat
yang dikenal dengan viskositas. Viskositas adalah gesekan antara lapisan zat cair atau gas
yang mengalir. Viskositas sendiri banyak digunakan dalam dunia industri untuk mengetahui
koefisien kekentalan zat cair. Dari perhitungan itu dapat dihitung berapa seharusnya
kekentalan yang dapat digunakan dalam mengomposisikan zat fluida itu dalam sebuah
larutan (Daniels, 1961). Salah satu penerapannya yaitu pada industri oli. Oli memiliki
kekentalan yang lebih besar daripada zat cair lainnya. Dengan mengetahui komposisi dari oli
tersebut, penerapan viskositas sangat berpengaruh dalam menjaga kekentalan oli agar tetap
terjaga selama proses produksi (Febrianto dan Sunarno, 2013).
Viskositas dibagi menjadi viskositas dinamis dan viskositas kinematis. Viskositas
dinamis adalah viskositas yang ditimbulkan oleh dua lapisan zat cair yang saling bergeseran
sehingga besarnya gaya gesekan zat cair dinyatakan dengan banyaknya 1 kg zat cair yang
mengalir sejauh 1 m/s. Viskositas kinematis adalah viskositas yang ditimbulkan oleh dua
lapisan zat cair yang saling bergeseran sehingga besarnya gaya gesekan zat cair dinyatakan
dengan banyaknya zat cair yang mengalir per satuan luas tiap detik (Perry, 2008). Salah satu
cara untuk menentukan nilai viskositas adalah Metode Ostwald, dimana  prinsip kerjanya
berdasarkan perbedaan suhu, jenis larutan, dan waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah cairan
untuk dapat mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu
sendiri (Daniels, 1961).
Pada praktikum ini bertujuan untuk menentukan viskositas dinamis dengan
menggunakan metode Ostwald dari Poiseulle. Percobaan tentang viskositas perlu dilakukan
agar mahasiswa mampu memahami viskositas dan pengaruhnya serta dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

1. Tujuan Praktikum
1. Menentukan viskositas dinamis suatu buavita, ultramilk, cuka dapur dan wipol.
2. Membuat grafik antara %V vs ηx, ρx vs ηx, dan Tx vs ηx.
3. Menentukan hubungan antara viskositas dengan %volume, densitas larutan, dan suhu
buavita, ultramilk, cuka dapur dan wipol.

3. Manfaat Praktikum
1. Mahasiswa mampu menentukan viskositas dinamis buavita dan ultramilk.
2. Mahasiswa mampu membuat grafik antara %V vs ηx, ρx vs ηx, dan Tx vs ηx.
3. Mahasiswa mampu menentukan hubungan antara viskositas dengan %volume, densitas
larutan, dan buavita dan ultramilk.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian
Viskositas adalah suatu gesekan antara lapisan zat cair atau gas yang mengalir. Tiap
molekul dalam cairan dianggap dalam kedudukan setimbang. Maka sebelum lapisan
molekul dapat melewati lapisan molekul lainnya diperlukan suatu energi tertentu sehingga
suatu lapisan zat cair dapat meluncur diatas lapisan lainnya. Karena adanya gaya gesekan
antara lapisan zat cair, maka suatu zat akan bersifat menahan aliran. Besar kecilnya gaya
gesekan tersebut tergantung dari sifat zat cair yang dikenal dengan nama viskositas (Daniels,
1961).
F
η=
Dirumuskan: dv (Perry, 2008)
A
dy

Dengan: η = viskositas
F = gaya gesek
A = luas permukaan zat cair
dv = perbedaan kecepatan antara dua lapisan zat cair yang berjarak dy
Jadi viskositas dapat didefinisikan sebagai gaya tiap satuan luas (N/m2) yang
diperlukan untuk mendapatkan beda kecepatan sebesar 1 m/s antara dua lapisan zat cair
yang sejajar dan berjarak 1 m (Perry, 2008).
Dalam satuan SI, viskositas sebesar 1 N.s/m2 disebut 10 poise. Untuk kekentalan
yang kecil dapat digunakan centipoise (10-2 poise) (Perry, 2008).

2. Macam-Macam Viskositas
Ada dua macam viskositas, antara lain (Perry, 2008):
1. Viskositas Dinamis
Adalah viskositas yang ditimbulkan oleh dua lapisan zat cair yan gsaling
bergeseran sehingga besarnya gaya gesekan zat cair dinyatakan dengan banyaknya 1 kg
zat cair yang mengalir sejauh 1 m/s, satuannya dalam satuan SI adalah N.s/m 2 atau 10
poise.
2. Viskositas Kinematis
Adalah viskositas yang ditimbulkan oleh dua lapisan zat cair saling bergesekan
sehingga besarnya gaya gesekan zat cair dinyatakan dengan banyaknya zat cair yang
mengalir per satuan luas tiap detik, satuannya adalah m2/s atau 104 stokes.
Hubungan antara viskositas dinamis (μ) dengan viskositas kinematis (υ) adalah
(Perry, 2008):
μ
υ=
ρ
Dengan,
υ = viskositas kinematis (m2/s)
μ = viskositas dinamis (N.s/m2)
ρ = densitas (kg/m3)

3. Viskositas Suatu Larutan


Dalam suatu larutan, η0 merupakan viskositas dari pelarut murni dan η merupakan
viskositas dari larutan yang menggunakan pelarut tersebut. Ada beberapa cara untuk
menghitung pengaruh penambahan zat terlarut terhadap viskositas larutan. Perhitungan
viskositas suatu larutan sering dihubungkan dengan penentuan berat molekul suatu polimer
yang terdapat dalam suatu pelarut. Beberapa perhitungan viskositas suatu larutan yang
paling umum yaitu (Stuart, 2002):
1. Viskositas Relatif
Adalah rasio antara viskositas larutan dengan viskositas dari pelarut yang
digunakan. Dinyatakan dengan rumus:
η
ηr =
η0
1. Viskositas Spesifik
Adalah rasio antara perubahan viskositas yang terjadi setelah penambahan zat
terlarut dengan viskositas pelarut murni. Dinyatakan dengan rumus:
η−η 0
η s p= =ηr−1
η0
1. Viskositas Inheren
Adalah rasio antara logaritma natural dari viskositas relatif dengan konsentrasi
dari zat terlarut (biasanya berupa polimer). Viskositas inheren dinyatakan dengan rumus:
ln η r
ηi =
c
2. Viskositas Intrinsik
Adalah rasio antara viskositas spesifik dengan konsentrasi zat terlarut yang
diekstrapolasi sampai konsentrasi mendekati nol (saat pengenceran tak terhingga).
Viskositas intrinsik menunjukkan kemampuan suatu polimer dalam larutan untuk
menambah viskositas larutan tersebut. Nilai viskositas dari suatu senyawa makromolekul
di dalam larutan adalah salah satu cara yang paling banyak digunakan dalam karakterisasi
senyawa tersebut.Secara umum, viskositas intrinsik dari makromolekul linear berkaitan
dengan berat molekul atau derajat polimerisasinya. Viskositas intrinsik dinyatakan
dengan rumus:
ηs p
[ η ] =lim
c →0 c
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Viskositas:
Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas adalah sebagai berikut:
1. Tekanan
Viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan, sedangkan viskositas gas tidak
dipengaruhi oleh tekanan (Perry, 2008).
2. Suhu
Viskositas akan turun dengan naiknya suhu, sedangkan viskositas gas naik dengan
naiknya suhu. Pemanasan zat cair menyebabkan molekul-molekulnya memperoleh
energi. Molekul-molekul cairan bergerak sehingga gaya antar molekul melemah. Dengan
demikian viskositas cairan akan turun dengan kenaikan temperatur (Perry, 2008).
3. Berat Molekul
Viskositas naik dengan naiknya berat molekul. Misalnya laju aliran alkohol cepat, larutan
minyak laju alirannya lambat dan kekentalannya tinggi serta laju aliran lambat sehingga
viskositas juga tinggi (Perry, 2008).
4. Gaya Gesek
Semakin besar gaya gesek antar lapisan maka viskositasnya semakin besar (Perry, 2008).
5. Densitas
Pengaruh densitas terhadap viskositas dapat dilihat dari rumus (Daniels, 1961):
ρₓt ₓ
η ₓ= ηₐ
ρₐtₐ
5. Cara-Cara PenentuanViskositas
1. Cara Ostwald
Dasarnya adalah hukum Poiseuille II yang menyatakan bahwa viskositas
cairan yang mengalir dengan volume v dalam waktu t
keluar dari pipa dengan radius r, panjang L dan beda
tekanan p dirumuskan sebagai:

(Daniels,

πr⁴ p
η= t
8v L

1961)
Viskometer Ostwald terdiri dari dua labu pengukur dengan tanda s 1 dan s2, pipa
kapiler dan labu contoh. Dengan alat ini viskositas
Gambar 2.1:
tidak diukur secara langsung tapi menggunakan cairan
Viskometer Ostwald
pembanding misalnya aquadest atau cairan lain yang
telah diketahui viskositas dan densitasnya. Cairan dihisap melalui labu pengukur dari
viskosimeter sampai permukaan cairan lebih tinggi daripada batas s1. Cairan kemudian
dibiarkan turun. Ketika permukaan cairan turun melewati batas s 1, stopwatch dinyalakan
dan ketika cairan melewati batas s2, stopwatch dimatikan. Jadi waktu yang diperlukan
untuk melewati jarak antara s1 dan s2 dapat ditentukan (Daniels, 1961). Perlakuan yang
sama juga dilakukan terhadap zat x yang akan dicari harga viskositasnya.
1. Cara Hoppler
Dalam viskometer bola jatuh, benda padat dibiarkan jatuh di bawah gravitasi
melalui media kental. Setelah periode akselerasi awal, solid tubuh mencapai kecepatan
terminal yang seragam ketika gaya gravitasi diimbangi dengan resistensi viskos cairan.
Dengan mengukur terminal kecepatan tubuh yang jatuh, viskositas dapat ditentukan.
Besarnya viskositas didasarkan pada Hukum Stokes (Viswanath, 2006):
4
6 π r η v= π r ³ ( σ− ρ ) g
3
Dengan:
𝜂 : Viskositas fluida
ρ : Densitas fluida
σ : Densitas Bola
r : Jari-Jari Bola
g : Percepatan Gravitasi
Persamaan di atas dapat ditulis ulang menjadi:
2 r²g
η= (σ−ρ)
9 v

2.6 Kegunaan Viskositas


Pada umumnya viskositas sering digunakan untuk menentukan jenis pompa (Perry, 2008).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

1. Bahan dan Alat yang digunakan


3.1.1. Bahan yang digunakan
1. Buavita
2. Ultramilk
3. Aquadest

3.1.2. Alat yang digunakan


1. Viskometer Ostwald 5. Stopwatch
2. Beaker glass 6. Neraca analitik
3. Picnometer 7. Gelas ukur
4. Corong 8. Erlenmeyer

2. Gambar Alat Utama

Gambar 3.1 Viskometer Ostwald


Data yang diperlukan:
1. Massa jenis larutan
2. Waktu alir

3. Cara Kerja
1. Tentukan densitas sampel dengan menggunakan picnometer.
1. Tentukan batas atas ”s1” dan batas bawah ”s2” pada viskometer ostwald.
2. Isi viskometer ostwald dengan menggunakan 15 ml cairan pembanding (aquadest).
3. Hisap air (melalui selang karet) sampai permukaan cairan lebih tinggi dari batas atas
”s1” yang telah ditentukan. Kemudian biarkan cairan mengalir secara bebas.
4. Hidupkan stopwatch pada saat cairan tepat berada di garis batas atas ”s 1” dan matikan
stopwatch saat cairan tepat berada pada garis batas bawah ”s2”.
5. Catat waktu yang diperlukan oleh cairan untuk mengalir dari batas atas ”s 1” ke batas
bawah ”s2”.
6. Ulangi langkah 1 s/d 6 untuk sampel yang akan dicari viskositasnya.
ρₓt ₓ
7. Tentukan harga viskositas dengan rumus η ₓ= ηₐ
ρₐtₐ
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Data Hasil Percobaan Cairan Pembanding (Aquadest)

Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Cairan Pembanding (Aquadest)

S Densistas Waktu air Viskositas


u
h
u
2 0,99791 1,5 0,99791 centipoise
8 gr/cm3
°
C

2. Hubungan %V dengan viskositas


4.2.1. Susu Ultramilk

Tabel 4.2 Data Hasil Percobaan pada Sampel Susu Ultramilk

% Densistas Waktu air Viskositas


V
5 1,0014 gr/cm3 1,6 s 1,0664 centipoise
8 0,9924 gr/cm3 1,7 s 1,1229 centipoise
1 1,0042 gr/cm3 1,9 s 1,2699 centipoise
1
1 0,9987 gr/cm3 2s 1, 3294 centipoise
4

Gambar 4.1 Hubungan %V viskositas pada susu Ultramilk

Berdasarkan Gambar 4.1 terlihat grafik hubungan %V dengan viskositas


(cP) pada sampel susu Ultramilk dapat dilihat semakin tinggi %V maka
semakin besar viskositas (cP) yang ada pada susu Ultramilk. Hal ini sudah
sesuai dengan teori jika %V dari suatu larutan lebih tinggi maka viskositas akan

ρₓt ₓ
menjadi lebih tinggi. Dilihat dari rumus η ₓ= η ₐ. Jika makin besar, %V
ρₐtₐ
larutan, maka akan semakin banyak solid pada sebuah larutan tersebut maka
gesekan antarmolekul menjadi besar dan membuat waktu air menjadi kecil,
maka viskositasnya yang didapat semakin tinggi karena jka %V besar, maka
total molekul solid pada campuran larutan akan tinggi dan menimbulkan
gesekan lebih banyak yang membuat larutan menjadi kental / mempunyai
viskositas tinggi. (Irma, 2015)
4.2.2. Buavita
Tabel 4.3 Data Hasil Percobaan pada Sampel Buavita

% Densistas Waktu air Viskositas


V
5 0,9909 gr/cm3 1,8 s 1,1871centipoise
8 0,9913 gr/cm3 1,9 s 1,2536 centipoise
1 0,9995 gr/cm3 2s 1,3305 centipoise
1
1 0,9971 gr/cm3 2,1 s 1, 3937 centipoise
4

Gambar 4.2 Hubungan %V viskositas pada susu Buavita


Pada hasil percobaan yang kami dapat mengenai hubungan %V dengan
viskositas Buavita, terdapat viskositas sebesar 1,1871centipoise pada bauvita
5%, 1,2536 centipoise pada buavita 8%, 1,3305 centipoise pada buavita 11%,
dan 1, 3937 centipoise pada buavita 14%. Dapat dilihat bahwa %V dan
viskositas berbanding lurus, yaitu semakin meningkatnya %V maka η akan
semakin besar.
Jika %V naik, maka massa solute akan naik dan menyebabkan konsentrasi
semakin besar, sehingga massa yang tekandung dalam larutan juga semakin
besar, sehingga massa yang terkandung dalam larutan juga semakin banyak dan
rapat, yang membuat interaksi antas molekul interaksi antarmolekul lebih sering
dan menaikan gaya gesek antar moleku. (M. Arief, 2014)

3. Hubungan Densitas dengan Viskositas

% Densistas Waktu air Viskositas


V
5 0,9909 gr/cm3 1,8 s 1,1871 centipoise
8 0,9913 gr/cm3 1,9 s 1,2536 centipoise
1 0,9995 gr/cm3 2s 1,3305 centipoise
1
1 0,9971 gr/cm3 2,1 s 1,3937 centipoise
4

Tabel 4.3 Hubungan Densitas dengan Viskositas pada


Gambar 4.3 Hubungan densitas dengan viskositas pada sampel Buavita

Dari data yang tertera di atas, dapat dilihat bahwa densitas berbanding lurus
dengan viskositas. Sampel buavita 0,9909 gr/cm3 mempunyai viskositas sebesar
1,187centipoise, 0,9913 gr/cm3 buavita mempunyai viskositas 1,2536 centipoise,
0,9995 gr/cm3 buavita mempunyai viskositas 1,3305 centipoise ,dan sampel buavita
0,9971 gr/cm3 buavita mempunyai viskositas 1,3937 centipoise. Jadi, semakin besar
densitas semakin besar viskositasnya. Hal ini dapat dibuktikan oleh rumus

ρₓt ₓ
η ₓ= η ₐ.
ρₐtₐ
4. Hubungan Suhu dengan Viskositas (cuka dapur)

Tabel 4.4 Hubungan Suhu dengan Viskositas (cuka dapur)

S Waktu cair Viskositas


u
h
u
5 1,6 s 1,0585 centipoise
0
°
C
5 1,5 s 0,9924 centipoise
5
°
C
6 1,4 s 0,9262 centipoise
0
°
C
6 1,4 s 0,8601 centipoise
5
°
C
Gambar 4.4 Hubungan dsuhu dengan viskositas (cuka dapur)

Dari gambar 4.4, grafik hubungan suhu dengan viskositas sampel cuka dapur
dilihat semakin tinggi suhu maka viskositas pada larutan cuka dapur akan menurun. Hal
ini telah sesuai teori bahwa suhu tinggi akan mempengaruhi viskositas larutan. Hal ini
disebabkan semakin tinggi suhu larutan maka gaya gesek antar molekul akan turun yang
mengakibatkan molekul bergerak lebih cepat, maka larutan akan encer. Jika larutan
bergerak cepat maka waktu cair akan turun dan viskositas turun. (M. Arief, 2014)
BAB V
PENUTUP

1. Kesimpulan
1. Hubungan antara densitas terhadap viskositas berbanfing lurus, sehingga semakin
besar densitasnya, viskositas akan semakin besar
2. Hubungan antara %V terhadap viskositas berbanding lurus, sehingga semakin besar
%V, semakin besar pula viskositasnya.
3. Hubungan antara suhu (T) terhadap viskositasnya berbanding terbalik, sehingga
semakin tinggi suhu, viskositasnya akan semakin keicl.

2. Saran
1. Pengukuran massa dilakukan dengan lebih teliti karena akan mempengaruhi nilai
densitas
4. Pada saat dipanaskan, suhu cairan dilebihkan 4°C agar saat digunakan suhunya tidak
terlalu rendah.
5. Pengukuran waktu saat melewati batas bahwa dilakukan dengan lebih teliti.z

DAFTAR PUSTAKA
Badger, W.Z. and Bachero, J.F., ”Introduction to chemical Engineering”,International student
edition, McGraw Hill Book Co.,Kogakusha,Tokyo.
Chandler, David. 2012. Density vs Concentration.http://www.ehow.com/facts_5779387_
density-vs_-concentration.html. Diaksestanggal 8 April 2015.
Daniels, F.,1961, “experimental physical Chemistry”,6 th ed., McGraw Hill book., Kogakusha,
Tokyo.
Febrianto, Teguh dan Sunarno, Sukiswo Supeni Edi. 2013. Rancang Bangun Alat Uji Kelayakan
Pelumas Kendaraan Bermotor Berbasis Mikrokontroler. Unnes Physics Journal 2 (1).
Universitas Negeri Semarang: Semarang.
Indian Academy of Sciences. “Chapter 6: Viscosity www.ias.ac.in/initiat/sci_ed/resources/
chemistry/Viscosity.
J.P. Prismas, Antonius, dkk. 2012. Pengaruh Konsentrasi dan Viskositas Larutan Polistiren
Terhadap Morfologi Permukaandan Ketebalan Lapisan Zn Pcpada Permukaan QCM.
http://physics.studentjournal.ub.ac.id/index.php/psj/article/download/142/77. Diakses
tanggal 8 April 2015.
Perry, R. H. 2008. Chemical Engineering Hand Book 8th ed. Mc Graw Hill Book Co. Kogakusha
Co. Ltd. Tokyo.
Stuart, Barbara. 2002. Polymer Analysis. University of Technology: Sydney, Australia. John
Wiley & Sons, Ltd. USA.
Viswanath, Dabir S. 2006. Viscosity of Liquids. University of Missouri: Columbia, USA.
Wahyuni, Irmatri dkk, 2015. Viskositas Puree Buah Naga Putih (Hylocereus undatus) pada
Berbagai Suhu dan Konsentrasi. Unnes Physics Journal.
RINGKASAN

Tegangan muka merupakan gaya yang bekerja disepanjang permukaan cairan yang
menyebabkan permukaan zat cair tersebut berkontraksi. Tegangan permukaan suatu zat
terjadi karena adanya resultan gaya tarik menarik molekul yanf berada dipermulaan zat
tersebut. Tujuan praktikum ini untuk menentukan tegangan muka berdasarkan metode
kenaikan pipa kapiler dan metode tetes. Pengaruh densitas terhadap tinggi, jumlah tetesan
dan volume tetesan, serta mengetahui hubungan tinggi, jumlah tetesan dan volume tetesan
terhadap tegangan muka.
Bahan yang digunakan antara lain: sampel (wipol dan cuka dapur) dan aquadest,
sedangkan alat yang dugunakan adalah pipa kapiler, alat metode tets, picnometer, corong,
beaker glass, neraca analisis, gelas ukur, mistar, dan erlenmeyer. Cara kerja dari praktikum
ini yaitu menentukan tegangan muka dengan metode kenaikan pipia kapiler lalau menetukan
tegangan muka dengan metode tets yang terdiri dari metode tetes konstan dna metode
volume konstan.
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan bahwa hubungan antara tinggi kapiler
dengan tegangan muka adalah berbanding lurus. Semakin tinggi larutan pada pipa kapiler,
maka semakin besar pula tegangan muka. Hubungan antara jumlah tetesan dengan tegangan
permukaan adalah berbandign terbalik. Semakin sedikit jumlah tetesan, jumlah tegangan
muka makin tinggi. Sedangkan hubungan volume tetesan dengan tegangan permukaan
adalah berbanding lurus. Praktikan disarankan pada saat pengukuran masa sampel sebaiknya
dilakukan lebih teliti karena akan mempengaruhi nilai densitas sampel. Percobaan sebaiknya
dilakukan secara repetisi sehingga dapat lebih akurat. Penambahan jumlah neraca sebaiknya
dilakukan agar praktikum dapat menekan waktu yang lebih efisien.
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Tegangan muka merupakan gaya atau tarikan yang arahnya ke dalam cairan yang
menyebabkan permukaan zat cair tersebut berkontraksi. Tegangan permukaan suatu zat cair
terjadi karena adanya resultan gaya tarik-menarik molekul yang berada di permukaan zat
cair tersebut. Gaya tarik-menarik antar molekul dalam cairan bernilai sama ke segala arah,
akan tetapi molekul-molekul pada permukaan cairan akan lebih tertarik ke dalam cairan. Hal
inilah yang menyebabkan cairan akan cenderung mempunyai luas yang sekecil-kecilnya bila
keadaan memungkinkan, sehingga tetesan zat cair akan cenderung berbentuk bulat (Daniels,
1961).
Dalam menentukan nilai tegangan muka suatu zat dapat menggunakan metode
kenaikan pipa kapiler dan metode tetes. Penentuan tegangan muka dengan metode pipa
kapileryaitu berdasarkan pada tinggi kenaikan cairan dalam pipa kapiler tersebut. Sedangkan
penentuan tegangan muka dengan metode tetes yaitu berdasarkan pada jumlah tetesan dan
volume tetesan yang didapat (Daniels, 1961).
Fenomena tegangan muka dapat diaplikasikan dalam berbagai industri, seperti dalam
industri barang-barang ekstrak plastik untuk melepaskan hasil cetakan dari cetakannya
(Antonius, 2008:24-25 dalam Salam, 2017). Selain itu masih banyak lagi aplikasi mengenai
fenomena tegangan muka baik dalam bidang industri maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Maka dari itu, tegangan muka penting untuk dipelajari.

2. Tujuan Percobaan
1. Menentukan nilai tegangan muka berdasarkan metode kenaikan pipa kapiler dan metode
tetes
2. Menentukan pengaruh %V terhadap tegangan muka.
3. Mengetahui pengaruh tinggi, jumlah tetesan, dan volume tetesan terhadap tegangan
muka.

3. Manfaat Percobaan
1. Mahasiswa mampu menentukan nilai tegangan muka berdasarkan metode kenaikan pipa
kapiler dan metode tetes
2. Mahasiswa mampu menentukan pengaruh %V terhadap tegangan muka.
3. Mahasiswa mampu mengetahui pengaruh tinggi, jumlah tetesan, dan volume terhadap
tegangan muka.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian
Molekul-molekul yang terletak didalam cairan dikelilingi oleh molekul-molekul lain
sehingga mempunyai resultan gaya sama dengan nol. Sedangkan untuk molekul yang berada
di permukaan cairan, gaya tarik ke bawah tidak diimbangi oleh gaya tarik ke atas. Akibat
dari gaya tarik ke bawah ini, maka bila keadaan memungkinkan cairan akan cenderung
mempunyai luas permukaan yang sekecil-kecilnya. Misalnya tetesan cairan akan berbentuk
bola, karena untuk suatu volume tertentu bentuk bola akan mempunyai luas permukaan yang
sekecil-kecilnya, maka ada tegangan pada permukaan cairan yang disebut tegangan
permukaan (Daniels, 1961).
Sehingga tegangan permukaan dapat didefinisikan sebagai gaya yang bekerja
sepanjang permukaan cairan dengan sudut yang tegak lurus pada garis yang panjangnya 1
cm yang mengarah ke dalam cairan. Satuan tegangan permukaan dalam cgs yaitu dyne/cm
sedangkan dalam SI yaitu N/m (Daniels, 1961).

2. Metode Penentuan Tegangan Muka


Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur tegangan muka, antara lain
(Daniels, 1961):
1. Metode Kenaikan Pipa Kapiler

Berdasarkan rumus: γ = hρgr


Dengan: γ = tegangan muka
h = tinggi kenaikan zat cair
ρ = densitas zat cair
g = tetapan gravirasi
r = jari-jari pipa kapiler
Karena kadang-kadang penentuan jari-jari pipa kapiler sulit maka digunakan cairan
pembanding (biasanya air) yang sudah diketahui nilai tegangan mukanya.

2. Metode Tetes
Jika cairan tepat akan menetes maka gaya tegangnan permukaan sama dengan
gaya yang disebabkan oleh gaya berat itu sendiri, maka:
mg = 2πγr
Dengan : m = massa zat cair
Harus diusahakan agar jatuhnya tetesan hanya disebabkan oleh berat
tetesannyasendiri dan bukan oleh sebab yang lain. Selain itu juga digunakan metode
pembanding dengan jumlah tetesan untuk volume (V) tertentu.
Berat satu tetesan = v. ρ/n
3. Metode Cincin
Dengan metode ini, tegangan permukaan dapat ditentukan dengan cepat dengan
hanya menggunakan sedikit cairan. Alatnya dikenal dengan nama tensiometer Duitog,
yang berupa cincin kawat Pt yang dipasang pada salah satu lengan timbangan. Cincin ini
dimasukan ke dalam cairan yang akan diselidiki tegangan mukanya dengan menggunakan
kawat. Lengan lain dari timbangan diberi gaya sehingga cincin terangkat di permukaan
cairan.
4. Metode Tekanan Maksimum Gelembung
Dasarnya adalah bahwa tegangan muka sama dengan tegangan maksimum
dikurangi gaya yang menekan gas keluar

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan muka:


Beberapa faktor yang mempengaruhi tegangan muka, antara lain (Perry, 2008):
1. Suhu
2. Tekanan
3. Viskositas
4. Densitas

2.4 Kegunaan Tegangan Muka


1. Mengetahui kelembaban tanah seperti yang ditunjukan tumbuhan dengan proses
kapilaritas (Giancoli, 2014 dalam Wahyuni, 2015).
2. Digunakan pada industri barang-barang ekstrak plastik untuk melepaskan hasil cetakan
dari cetakannya (Antonius, 2008:24-25 dalam Salam, 2017).
3. Mengetahui konsentrasi suatu larutan dengan membuat kurva kalibrasi γ vs konsentrasi
(Salam, 2017).

2.5 Pengaruh Gaya Adhesi dan Kohesi pda Tegangan Muka


Tegangan permukaan merupakan kencenderungan zat cair untuk menegang sehingga
pada permukaan zat cair seaolah-olah terdapat selaput atau lapisan yang tegang, sehingg dapat
menahan benda. Hal ini terjadi karena adanya kohesi. Kohesi adalah gaya tarik menarik antar
molekul yang sama (Yudhittiara, 2017). Selain gaya kohesi, gaya lain yang menyebabkan
teganagan muka adalah gaya adhesi. Adhesi adalah gaya tarik-menaril anatar molekul yang tidak
sejenis. Adanya gaya kohesi dan adhesi mempengaruhi bentuk permukaan cairan (meniskus).
Dalam suatu wadah. Jika cairan tersebut memiliki adhesi yang lebih besar dari kohesi, maka
meniskus yang akan didapatkan adalah meniskus cekung, seperti permukaan cair dalam wadah
yang terbuat dari gelas (Rohyami, 2018).

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan dan Alat yang digunakan


3.1.1. Bahan yang digunakan
1. Cuka dapur
2. Wipol
3. Aquadest secukupnya.
3.1.2. Alat yang digunakan
1. Pipa Kapiler
2. Alat Metode Tetes
3. Picnometer
4. Corong
5. Beaker glass
6. Neraca analitik
7. Gelas ukur
8. Mistar
9. Erlenmeyer

3.2 Gambar Alat Utama

Keterangan:
1. Alat untuk metode tetes
2. Alat untuk metode pipa kapiler
Data yang diperlukan:
- Densitas - Jumlah tetesan
- Tinggi cairan - Volume tetesan

3.3 Cara Kerja


3.3.1. Metode Kenaikan pipa kapiler
1. Tentukan densitas sampel dengan menggunakan picnometer.
2. Tuangkan 100 ml cairan pembanding (aquadest) ke dalam beaker glass 100 ml.
3. Masukan pipa kapiler ke dalam beaker glass, biarkan beberapa saat agar aquadest
naik ke pipa.
4. Setelah tinggi aquadest konstan, tutup bagian atas dari pipa kapiler dengan ibu jari
lalu angkat, kemudian ukur tingginya menggunakan mistar .
5. Ulangi langkah 1, 2 dan 3 untuk sampel yang akan dicari tegangan mukanya .
ρₓ hₓ
6. Hitung tegangan mukanya dengan rumus γ ₓ= ρ ₐ h ₐ γ ₐ

3.3.2. Metode Tetes


A . Volume Konstan
1. Tentukan densitas sampel dengan menggunakan aquadest sebagai cairan
pembanding.
2. Isi alat metode tetes dengan menggunakan aquadest sebanyak X ml sebagai
cairan pembanding.
3. Buka kran dengan sudut tertentu dan tetap selama percobaan, biarkan
aquadest menetes sampai habis.
4. Hitung jumlah tetesan.
5. Lakukan langkah 1 s/d 4 untuk sampel yang akan dicari tegangan mukanya.
ρₓ nₐ
6. Hitung tegangan mukanya dengan rumus γ ₓ= γₐ
ρₐ n ₓ
B. Tetes Konstan
1. Tentukan densitas sampel dengan menggunakan picnometer.
2. Isi alat metode tetes dengan menggunakan aquadest sebagai cairan
pembanding.
3. Buka kran dengan sudut tertentu dan tetap selama percobaan, biarkan
aquadest menetes sejumlah tetesan yang telah ditentukan (Y tetesan).
4. Hitung volume tetesan.
5. Lakukan langkah 1 s/d 4 untuk sampel yang akan dicari tegangan mukanya.
ρₓvₓ
6. Hitung tegangan mukanya dengan rumus γ ₓ= γₐ
ρₐv ₐ

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Data Hasil Percobaan Cairan Pembanding (Aquadest)

Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Cairan Pembanding (Aquadest)

Suh Densistas Tegangan h n (jumlah V


u Muka (c tetes) (mL)
m
)
28° 0,99791 0,71496 2 89 tetes 2,8
C gr/cm3 dyne/cm c mL
m
2. Hubungan %V dengan teganagan muka
4.2.1. Metode Pipa Kapiler

Tabel 4.2.1 Data Cuka Dapur

% Densistas h (cm) Tegangan Muka


V
1 1,805 gr/cm3 2,2 cm 0,7813 dyne/cm
0
1 1,812 gr/cm3 1,9 cm 0,6803 dyne/cm
5
2 1,803 gr/cm3 2,5 cm 0, 8862 dyne/cm
0

Tabel 4.2.2 Data Wipol


% Densistas h (cm) Tegangan Muka
V
1 1, 8007 2,3 cm 0,8132 dyne/cm
0 gr/cm3
1 1,8006 gr/cm3 2,2 cm 0,7778 dyne/cm
5
2 1,80061 2,4 cm 0,8484 dyne/cm
0 gr/cm3

Gambar 4.1 Hubungan %V dengan TM pada cuka dapur metode pipa kapiler

Gambar 4.2 Hubungan %V dengan TM pada wipol dengan metode pipa kapiler
Pada hasil percobaan yang kami dapt mengenai hubungan %V dengan
tegangan muka cuka cuka dapur 10% adalah sebesar 2,8511 dyne/cm, pada
cuka dapur 15% adalah sebesar 2,4732 dyne/cm dan pada 20% 3,2363 dyne/cm.
Dapat diamati bahwa tiap kenaikan %V akan terjadi kenaikan tegangan muka.
Hal ini sesuai dengan teori dimana semakin menignkatnya jumlah persen
volume maka tegangan muka sampel akan meningkat juga. Hal ini terjadi
karena semakin meningkat persen volume maka konsentrasi dan jumlah partikel
akan meningkat juga. Tegangan permukaan akan meningkatkan seiring dengan
peningkatan konsentrasi karena meningkatnya jumlah partikel-partikel yang
ada. Secara singkat, faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan muka adalah
volume, konsentrasi, suhu, ukuran partikel, dan konsentrasi partikel.

(Bhuiyan, 2014)
Pada grafik 4.2 yang berisi data hasil percobaan dari wipol, dapat
diperoleh data Bahwa tegangan muka wipol10% adalah sebesar 2,9736
dyne/cm, wipol 15% sebesar 2,844 dyne/cm dan wipol 20% sebesar 3,2363
dyne/cm.
Pada grafik wipol, terdapat penurunan dalam alur pertamanya dan
kemudian mengalami peningkatan tinggi dan tegangan muka. Penurunan tinggi
cairan dikarenakan terdapat sulfaktan pada wipol. Sulfaktan terdiri dari 2
senyawa yang bersifat hidrofobik dan hidrofilik. Pada saat pelarutan wipol
dengan aquadest, senyawa hidrofilik akan alrut dan hidrofobik akan tersuspensi
dalam air. Semakin banyak konsentrasi wipol, maka senyawa hidrofilik
semakin besar sehingga gaya adhesi turun dan ketinggian pada pipa kapiler
menurun.
(Tang, dkk., 2014)
4.2.2. Metode Tetes (Tetes Konstan)

Tabel 4.2.3 Data Cuka Dapur

% Densistas n (tetesan) Tegangan Muka


V
1 0.9914 gr/cm3 117 0,9338 dyne/cm
0
1 0,9995 gr/cm3 136 1,09113 dyne/cm
5
2 0,9895 gr/cm3 106 0,8443 dyne/cm
0

Tabel 4.2.4 Data Wipol


% Densistas n (tetesan) Tegangan Muka
V
1 1, 8007 320 2,5425 dyne/cm
0 gr/cm3
1 1,8006 gr/cm3 216 1,7160 dyne/cm
5
2 1,80061 276 2,1925 dyne/cm
0 gr/cm3
Gambar 4.3 Hubungan %V dengan TM pada cuka dapur metode volume konstan

Gambar 4.4 Hubungan %V dengan TM wipol metode volume konstan

Pada hasil percobaan yang kami dapat mengenai hubungan %V dengan


tegangan muka cuka dapur pada 10% adalah 0,9338 dyne/cm, pada 15% adalah
1,0913 dyne/cm, pada 20% adalah 0,8443 dyne/cm. Dapat dilihat bahwa terjadi
penurunan tegang muka pada cuka dapur 20%. Hal ini sesuai dengan teori
bahwa semakin tinggi konsentrasi (%V) maka semakin rendah nilai tegang
permukaannya (Alvauzi, 2017). Begitu juga pada percobaan wipol, terjadi
penurunan tegangan muka. Data-data yang diperoleh dari hasil percobaan wipol
10% adalah 2,5425 dtne/cm, pada wipol 15% adalah 1,7160 dyne/cm, pada
wipol 20% adalah 2,1925 dyne/cm. Terjadi penurunan tegangan muka pada
wipol yang berkonsentrasi sebesar 15%.
Dapat kita amati juga Bahwa terjadi kenaikan tegangan muka seiring
kenaikan konsentrasi (%V). Hal ini dapat kita liat pada cuka dapur 15% dan
wipol 20%. Hal ini dapat terjadi karena terjadinya farmasi misel dalam larutan
serfaktan dimana salah satu alasan terjadinya hal ini adalah karena masalah
kesetimbangan adsorpsi pada larutan surfaktan tersebut (Inoue, 2002).
4.2.3. Metode Tetes (Volume Konstan)

Tabel 4.2.5 Data Cuka Dapur

% Densistas v(mL) Tegangan Muka


V
1 0.9914 gr/cm3 1,2 mL 0,3044 dyne/cm
0
1 0,9995 gr/cm3 2,1 mL 0,5371 dyne/cm
5
2 0,9895 gr/cm3 1,4 mL 0,3545 dyne/cm
0

Tabel 4.2.6 Data Wipol


% Densistas v(mL) Tegangan Muka
V
1 1, 8007 1,1 mL 0,2778 dyne/cm
0 gr/cm3
1 1,8006 gr/cm3 1 mL 0,2525 dyne/cm
5
2 1,80061 1 mL 0,2525 dyne/cm
0 gr/cm3

Gambar 4.5 Hubungan %V dengan TM pada cuka dapur dengan metode tetes konstan

Gambar 4.6

Hubungan %V dengan TM pada cuka dapur dengan metode tetes konstan

Dapat kita amati dari grafik dan tabel di atas bahwa tejadi penurunan dan
kenaikan tegangan muka seiring naiknya konsentrasi (%V) cuka dapur dan juga wipol.
Pada percobaan cuka dapur diperoleh data cuka 10% dengan tegangan muka 0,3044
dyne/cm, 15% dengan teganagn muka 0,5371 dyne/cm, dan 20% dengan tegangan muka
0,3545. Pada percobaan wipol diperoleh hasil percobaan wipol 10% 0,2778 dyne/cm,
wipol 15% 0,2525 dyne/cm, dan wipol 20% sebesar 0,2525 dyne/cm.
Alasan terjadi kenaikan tegangan muka, seperti yang terjadi pada cuka dapur 15%
adalah karena semakin meningkatnya %V maka akan meningkatkan konsentrasi dan
jumlah partikel. Tegangan muka akan meningkat sering dengan peningkatan konsentrasi
(Bhuiyan er Al, 2013). Tetapi dapat juga kita amati bahwa ada terjadi penurunan
tegangan jmuka pada cuka dapur 20% dan wipol 15%. Hal ini terjadi karena penurunan
hidrofitas dan molekul-molekul surfaktan karena pengaruh hidrasi oleh rantai surfaktan
sehingga menyebabkan keadaan dimana tegangan muka pada larutan surfaktan
cenderung konstan (seperti yang terjadi di wipol 20%) atau cenderung meningkat
tegangan mukanya (Inoue, 2002)
BAB V
PENUTUP

1. Kesimpulan
6. Hubungan antara densitas terhadap viskositas berbqnding luas, sehingga semakin
besar desitasnya, viskositas akan semakin besar.
7. Hubungan antara %V terhadap viskositas berbanding lurus, sehingga semakin besar
%V semakin besar pula viskositasnya.
8. Hubungan antara suhu (T) terhadap viskositasnya berbanding terbaiknya, sehingga
semakin tinggi suhu, viskositas akan semakin kecil

2. Saran
1. Pengukuran massa dilakukan dengan teliti karena akan mempengaruhi nilai densitas
9. Pada saat dipanaskan, suhu cairan dilebihkan 4°C agar saat digunakan suhunya tidak
terlalu rendah.
10. Pengukuran waktu saat melewati batas bawah dilakukan dengan teliti karena akan
sangat mempengaruhi hasil akhir.
DAFTAR PUSTAKA

Alvauzi, W.Z.2017. Pengaruh Penambahan Konsentrasi Larutan Surfaktan Lauryl Sulfate


Tegangan Permukaan dan Viskositas Oli Mesin Pertamina Enduro 4 Stroke. Universitas
Negeri Yogyakarta.
Badger, W.Z. and Bachero, J.F., ”Introduction to chemical Engineering”,International student
edition, McGraw Hill Book Co.,Kogakusha,Tokyo.
Bhuiyan, M.H.U dkk. 2014. Effect of Nanoparticles Concentration and Thier Sizes on Surface
of Tension of Naonofluids. 6th BSME International Conference of Thermal Enfineering.
Daniels, F.,1961, “experimental physical Chemistry”,6 th ed., McGraw Hill book., Kogakusha,
Tokyo.
Inoue, Tohru dkk 2002. Surface Tension Study on Aqueous Solution of Nonionic Surfactant with
Unsaturated Hydricarcon Chain. Journal od Oleo Science ISSN 1345-8957
Perry, R. H. 2008. Chemical Engineering Hand Book 8th ed. Mc Graw Hill Book Co. Kogakusha
Co. Ltd. Tokyo.
Salam, Rezky. 2017. Uji Kerapatan, Viskositas dan Tegangan Permukaan pada Tinta Print
dengan Bahan Dasar Arang Sabut Kelapa. Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin
Makassar: Makassar.
Wahyuni, Hari Sri. 2015. Pengukuran Tegangan Permukaan Larutan Detergen Menggunakan
Apitan Kaca dengan Bantuan Analisa Foto. Universitas Sanata Dharma: Yogyakarta.
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II

MATERI
Viskositas dan Tegangan Muka

Disusun Oleh :
Monica Kezia

Kelompok : 5 / Senin Siang


1. Aaron Nathaniel L. 21030119130109
2. Monica Kezia 21030119130133
3. M. Rizky Adhyaksa 21030119140173

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
I. TUJUAN PRAKTIKUM
2.1 Viskositas
1. Menentukan viskositas dinamis suatu buavita, ultramilk, cuka dapur dan wipol.
4. Membuat grafik antara %V vs ηx, ρx vs ηx, dan Tx vs ηx.
5. Menentukan hubungan antara viskositas dengan %volume, densitas larutan, dan suhu
buavita, ultramilk, cuka dapur dan wipol.
2.2 Tegangan Muka
1. Menentukan nilai tegangan muka berdasarkan metode kenaikan pipa kapiler dan metode
tetes
4. Menentukan pengaruh %V terhadap tegangan muka.
5. Mengetahui pengaruh tinggi, jumlah tetesan, dan volume tetesan terhadap tegangan
muka.

II. PERCOBAAN
2.1 Bahan Yang Digunakan
II.1.1 Viskositas
1. Buavita
2. Ultramilk
3. Aquadest
II.1.2 Viskositas
1. Wipol
4. Cuka Dapur
5. Aquadest
2.2 Alat Yang Digunakan
2.2.1 Viskositas 2.2.2 Tegangan Muka
1. Viscometer Ostwald 1. Pipa kapiler
2. Beaker Glass 2. Alat metode tetes
3. Picnometer 3. Picnometer
4. Corong 4. Corong
5. Stopwatch 5. Beaker glass
6. Neraca analitik 6. Neraca analitik
7. Gelas ukur 7. Gelas ukur
8. Erlenmeyer 8. Mistar
9. Erlenmeyer

2.3 Cara Kerja


Viskositas
1. Tentukan densitas sampel dengan menggunakan picnometer.
1. Tentukan batas atas ”s1” dan batas bawah ”s2” pada viskometer ostwald.
2. Isi viskometer ostwald dengan menggunakan 15 ml cairan pembanding
(aquadest).
3. Hisap air (melalui selang karet) sampai permukaan cairan lebih tinggi dari batas
atas ”s1” yang telah ditentukan. Kemudian biarkan cairan mengalir secara bebas.
4. Hidupkan stopwatch pada saat cairan tepat berada di garis batas atas ”s 1” dan
matikan stopwatch saat cairan tepat berada pada garis batas bawah ”s2”.
5. Catat waktu yang diperlukan oleh cairan untuk mengalir dari batas atas ”s1” ke
batas bawah ”s2”.
6. Ulangi langkah 1 s/d 6 untuk sampel yang akan dicari viskositasnya.
ρₓt ₓ
7. Tentukan harga viskositas dengan rumus η ₓ= ηₐ
ρₐtₐ
Tegangan Muka
2.3.1. Metode Kenaikan pipa kapiler
1. Tentukan densitas sampel dengan menggunakan picnometer.
2. Tuangkan 100 ml cairan pembanding (aquadest) ke dalam beaker glass
100 ml.
3. Masukan pipa kapiler ke dalam beaker glass, biarkan beberapa saat agar
aquadest naik ke pipa.
4. Setelah tinggi aquadest konstan, tutup bagian atas dari pipa kapiler dengan
ibu jari lalu angkat, kemudian ukur tingginya menggunakan mistar .
5. Ulangi langkah 1, 2 dan 3 untuk sampel yang akan dicari tegangan
mukanya .
ρₓ hₓ
6. Hitung tegangan mukanya dengan rumus γ ₓ= ρ ₐ h ₐ γ ₐ

2.3.2. Metode Tetes


A . Volume Konstan
1. Tentukan densitas sampel dengan menggunakan aquadest sebagai
cairan pembanding.
2. Isi alat metode tetes dengan menggunakan aquadest sebanyak X ml
sebagai cairan pembanding.
3. Buka kran dengan sudut tertentu dan tetap selama percobaan, biarkan
aquadest menetes sampai habis.
4. Hitung jumlah tetesan.
5. Lakukan langkah 1 s/d 4 untuk sampel yang akan dicari tegangan
mukanya.
ρₓ nₐ
6. Hitung tegangan mukanya dengan rumus γ ₓ= γₐ
ρₐ n ₓ
B. Tetes Konstan
1. Tentukan densitas sampel dengan menggunakan picnometer.
2. Isi alat metode tetes dengan menggunakan aquadest sebagai cairan
pembanding.
3. Buka kran dengan sudut tertentu dan tetap selama percobaan, biarkan
aquadest menetes sejumlah tetesan yang telah ditentukan (Y tetesan).
4. Hitung volume tetesan.
5. Lakukan langkah 1 s/d 4 untuk sampel yang akan dicari tegangan
mukanya.
ρₓvₓ
6. Hitung tegangan mukanya dengan rumus γ ₓ= γₐ
ρₐv ₐ

2.4 Hasil Percobaan


Massa picno kosong = 20,82 gram
Massa picno+aquadest = 46,33 gram
Massa aquadest = 25,52 gram
ρa = 0,99791 gr/cm3
Volume picno = 25,5734 mL
T air = 1,5 s

Viskositas

Ultramilk

% Massa Densistas Waktu air


V
5 25,61 gram 1,0014 gr/cm3 1,6 s
8 25,38 gram 0,9924 gr/cm3 1,7 s
1 25,68 gram 1,0042 gr/cm3 1,9 s
1
1 25,54 gram 0,9987 gr/cm3 2s
4

% Massa Densistas Waktu air


V
5 25,94 gram 0,9909 gr/cm3 1,8 s
8 25,35 gram 0,9913 gr/cm3 1,9 s
1 25,56 gram 0,9995 gr/cm3 2s
1
1 25,5 gram 0,9971 gr/cm3 2,1 s
4
% Mas Densist Waktu T T T
V sa as air (55°C) (60°C (65°C
) )
2 25,4 0,9949 1,6 s 1,5 s 1,4 s 1,3 s
5 2 gr/cm3
% gram
BuavitaCuka DapurTegangan Muka

Cuka Dapur

%V Massa Densita Tetes (volume Volume H (pipa


s konstan) (n kapiler)
kosntan)
10 25,42 0,9949 117 1,2 mL 2,2 cm
% gram gr/cm3
15 25,56 0,9995 136 2,1 mL 1,9 cm
% gram gr/cm3
20 25,237 0,9899 106 1,4 mL 2,5 cm
% gram gr/cm3
Wipol

%V Massa Densita Tetes (volume Volume H (pipa


s konstan) (n kapiler)
kosntan)
10 25,24 0,987gr/ 320 1,1 mL 2,3. cm
% gram cm3
15 25,239 0,9869 216 1 mL 2,2 cm
% gram gr/cm3
20 25,237 0,9869 276 1 mL 2,4 cm
% gram gr/cm3

Semarang, 20 Maret 2020


MENGETAHUI
PRAKTIKAN ASISTEN

(Monica Kezia) (Cantika Aulia Salsabila)


21030119130133 21030117120041
LEMBAR PERHITUNGAN

1. Kalibrasi
Massa picno kosong = 20,82 gram
Massa picno+aquadest = 46,33 gram
Massa aquadest = 25,52 gram
ρa = 0,99791 gr/cm3
T1 = 25°C Densitas= 0,99797gr/cm3
T2 = 30°C
T air = 28°C Densitas air = 0,99567gr/cm3
2.MENGHITUNG VISKOSITAS SAMPEL
( m p+ ml )−m p
Rumus : ρ s a m p e l=
V pic no
ρxt x
ɳ s a m p e l= .ɳa
ρata
Diketahui : ρaq = ρa = 0,99791 gr/ml
ta = 1,5 sekon
a. Ultramilk
o 5%V
25,61 g r
ρ s= =1,004 g r /ml
25,573 ml
1,004 x 1,6
ɳ s= . 0,99628=1,0664
0,99791 x 1,5

o 8%V
25,38 g r
ρ s= =0,9924 g r /ml
25,5734 m l
0,9924 x 1,7
ɳ s= . 0,99628=1,229
0,99791 x 1,5

o 11%V
26 ,68 g r
ρ s= =1,0042 g r /ml
25,5734 m l
1 1,0042 x 1,9
ɳ s= . 0,99628=1,086
0,99791 x 1,5

o 14%V
25,54 g r
ρ s= =0,9987 g r /ml
25,5734 m l
0,9987 x 2
ɳ s= . 0,99628=1,3294
0,996 x 1,5

b. Buavita
o 5%V
25,34 g r
ρ s= =0,9909 g r /m l
25,5734 m l
0,9909 x 1,8
ɳ s= .0,99628=1,1871
0,999791 x 1,2
o 8%V
25,35 g r
ρ s= =0,9913 g r /m l
25,1734 m l
0,9913 x 1,9
ɳ s= .0,99628=1,2536
0,99791 x 1,2
o 11%V
25,56 g r
ρ s= =0,9995 g r /m l
25,5734 m l
0,9995 x 2
ɳ s= .0,99628=1,3305
0,99791 x 1,2
o 14%V
25,54 g r
ρ s= =0,9987 g r /m l
25,574 m l
0,9987 x 2
ɳ s= .0,99628=1,3294
0,9971 x 1,2

c. Cuka Dapur
o 50oC
26,42 g r
ρ s= =0,9940 g r /m l
25,5734 m l
1,0156 x 1,7
ɳ s= . 0,99628=1,0585
0,99791 x 1,5

o 55oC
26,42 g r
ρ s= =0,9940 g r /m l
25,5734 m l
0,9940 x 1,5
ɳ s= . 0,99628=0,9924
0,99791 x 1,5

o 60oC
26,42 g r
ρ s= =0,9940 g r /m l
25,5734 m l
0,9940 x 1,4
ɳ s= . 0,99628=0,9262
0,99791 x 1,5

o 65oC
26,42 g r
ρ s= =0,9940 g r /m l
25,5734 m l
0,9940 x 1,3
ɳ s= . 0,99628=0,861
0,99791 x 1,5

3.MENGHITUNG TEGANGAN MUKA SAMPEL


a) Metode Kenaikan Pipa Kapiler
a. Cuka Dapur
o 10%V
25,2 54 g r
ρ s= =0,9914 g r /ml
25,5734 m l
0,9914 x 2,2
γ s= .0,7149=0,7813 d y n e /c m
0,99791 x 2

o 15%V
25,56 g r
ρ s= =0,9995 g r /m l
25,5734 m l
0,9995 x 1,9
γ s= . 0,71496=0,6803 N /m2
0,99791 x 2

o 20%V
25,304 g r
ρ s= =0,9895 g r /m l
25,5734 m l
0,9895 x 1,4
γ s= . 0,71496=0,8862 d y n e /c m
0,99791 x 2,8

b. Wipol
o 10%V
26,24 g r
ρ s= =0,987 g r /ml
25,573 ml
0,987 x 2,3
γ s= . 0,71496=0,8132d y n e/c m
0,99791 x 2

o 15%V
26,239 g r
ρ s= =0,9869 g r /m l
25,5734 m l
0,9869 x 2,2
γ s= . 0,71496=0,7778 d y n e /c m
0,99791 x 2
o 20%V
25,237 g r
ρ s= =0,9868 g r /m l
25,5734 m l
0,9868 x 2,4
γ s= . 0,71496=0,8484 d y n e /c m
0,99791 x 2
b) Metode Tetes (Volume Konstan)
• Cuka Dapur
o 10%V
25,2 54 g r
ρ s= =0,9914 g r /m
25,5734 m l
0,9983 x 136
γ s= . 0,71496=0,9338 d y n e /c m
0,99791 x 89
o 15%V
25,2 54 g r
ρ s= =0,9914 g r /ml
25,5734 m l
0,9914 x 136
γ s= . 0,71496=1,0943 d y n e/c m
0,99791 x 89

o 20%V
25,2 54 g r
ρ s= =0,9914 g r /m
25,5734 m l
0,9914 x 106
γ s= . 0,71496=0,8553 d y n e/c m
0,99791 x 89

b. Wipol
o 10%V
26,24 g r
ρ s= =0,987 g r /ml
25,573 ml
0,987 x 320
γ s= . 0,71496=2,5425 d y n e /c m
0,99 791 x 89

o 15%V
26,239 g r
ρ s= =0,9869 g r /m l
25,5734 m l
0,9868 x 216
γ s= .0,71496=1,7160 d y n e /c m
0,99791 x 89

o 20%V
25,237 g r
ρ s= =0,9868 g r /m
25,5734 m l
0,9868 x 276
γ s= .0,71496=2,1925 d y n e /c m
0,99791 x 89

c) Metode Tetes (Tetes Konstan)


a. Cuka Dapur
o 10%V
25,2 54 g r
ρ s= =0,9914 g r /ml
25,5734 m l
0,9914 x 1,6
γ s= . 0,71496=0 , d y n e/c m
0,996 x 1,9

o 15%V
25,2 54 g r
ρ s= =0,9914 g r /m
25,5734 m l
0,9914 x 2,1
γ s= .0,71496=0,5371 d y n e / c m
0,996 x 1,9
o 20%V
ρ s=1,0149 g r /ml
1,0149 x 1,4
γ s= . 0,71496=0 ,3545 d y n e /c m
0,99791 x 2,8
b. Wipol
o 10%V
26,24 g r
ρ s= =0,987 g r /ml
25,573 ml
0,987 x 1,4
γ s= . 0,71496=0,2778 d y n e /c m
0,996 x 1,9

o 15%V
26,239 g r
ρ s= =0,9869 g r /m l
25,5734 m l
0,9869 x 1,6
γ s= . 0,71496=0,2525 d y n e /c m
0,996 x 1,9

o 20%V

25,237 g r
ρ s= =0,9868 g r /m l
25,5734 m l
0,9868 x 1,8
γ s= . 0,71496=0,2525
0,996 x 1,9
LEMBAR KUANTITAS REAGEN
LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

LEMBAR KUANTITAS REAGEN


MATERI : Lemak
HARI/TANGGAL : Senin. 9 Maret 2020
KELOMPOK : 5 / Senin Siang
NAMA ANGGOTA : Aaron Nathaniel L.
Monica Kezia
M. Rizky Adhyaksa
ASISTEN : Anissa Ardanti Wulandari
KUANTITAS REAGEN

No. JENIS REAGEN KUANTITAS

Visko:
1. Susu Ultramilk (5%, 8%, 11%, 14%)
2. Buavita (5%, 8%, 11%, 14%)
3. Cuka dapur (25%)(50°C, 55°C, 60°C, 65°C)

TM:
1. Cuka dapur (10%V, 15%V, 20%V)
2. Wipol (10%V, 15%V, 20%V)

TUGAS TAMBAHAN :

Cari dan ringkas pengaruh gaya adhesi dan kohesi pada tegangan muka (tulis
tangan)

CATATAN :

· Suhu 3-4°C Semarang, 2 Maret 2020


· Tetes Konstan = 20 tetes Asisten
· Volume Konstan = 10 ml

Anissa Ardanti Wulandari


NIM. 21030116140099
LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN

1. Viskositas
a. Susu Ultramilk
· 5%V × 100 ml = 5 ml, aquadest = 100 ml – 5 ml = 95 ml
· 8% V × 100 ml = 8 ml, aquadest = 100 ml – 8 ml = 92 ml
· 11% V × 100 ml = 11 ml, aquadest = 100 ml – 11 ml = 89 ml
· 14% V × 100 ml = 14 ml, aquadest = 100 ml – 14 ml = 86 ml
b. Buavita
· 5%V × 100 ml = 5 ml, aquadest = 100 ml – 5 ml = 95 ml
· 8% V × 100 ml = 8 ml, aquadest = 100 ml – 8 ml = 92 ml
· 11% V × 100 ml = 11 ml, aquadest = 100 ml – 11 ml = 89 ml
· 14% V × 100 ml = 14 ml, aquadest = 100 ml – 14 ml = 86 ml
c. Cuka Dapur
· 25% V × 100 ml = 25 ml, aquadest = 100 ml – 25 ml = 75 ml

2. Tegangan Muka
a. Cuka Dapur
· 10% V × 100 ml = 10 ml, aquadest = 100 ml – 10 ml = 90 ml
· 15% V × 100 ml = 15 ml, aquadest = 100 ml – 15 ml = 85 ml
· 20% V × 100 ml = 20 ml, aquadest = 100 ml – 20 ml = 80 ml
b. Wipol
· 10% V × 100 ml = 10 ml, aquadest = 100 ml – 10 ml = 90 ml
· 15% V × 100 ml = 15 ml, aquadest = 100 ml – 15 ml = 85 ml
· 20% V × 100 ml = 20 ml, aquadest = 100 ml – 20 ml = 80 ml

Anda mungkin juga menyukai