Materi :
Disusun Oleh :
Materi:
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA
Disusun Oleh:
Muhammad Zaki Farilla Lazani
i
LEMBAR PENGESAHAN
ii
RINGKASAN
Viskositas atau kekentalan adalah gesekan yang terjadi antara lapisan zat cair
atau gas yang megnalir. Viskositas sendiri dibagi menjadi dua yaitu viskositas dinamis
dan viskositas kinematis. Tujuan dari praktikum ini adalah menentukan viskositas
dinamis sampel sprite, hilo, dan bearbrand, membuat grafik antara %V vs ɳ x, ρx vs ɳx,
dan Tx vs ɳx, serta menentukan hubungan antara viskositas dengan %volume, densitas
larutan, dan suhu sampel sprite, hilo, dan bearbrand. Faktor-faktor yang memengaruhi
viskositas ada 5, yaitu tekanan, suhu, berat molekul, gaya gesek, dan densitas.
Dalam menentukan viskositas perlu melakukan penentuan densitas sampel
dengan pycnometer, menentukan batas atas dan batas bawah, dan menentukan lama
waktu yang dibutuhkan larutan untuk mengalir dari batas atas ke batas bawah. Alat
utama yang digunakan adalah viskometer Ostwald.
Pada hasil percobaan, didapatkan bahwa semakin tinggi %V, semakin tunggi
pula viskositasnya. Lalu, densitas juga berbanding lurus dengan viskositas, semakin
tinggi densitas maka semakin tinggi viskositasnya. Selain itu viskositas berbanding
terbalik dengan suhu. Semakin tinggi suhu, maka viskositas semakin rendah. Saran untuk
percobaan ini adalah penambahan timbangan untuk menimbang pycnometer, pemanasan
dilakukan dengan melebih 2-3°C, serta mengganti sampel dengan sampel yang jarang
diuji seperti sirup, jus, dan lain sebagainya.
DAFTAR ISI
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
LAPORAN SEMENTARA.................................................................................A-1
LEMBAR PERHITUNGAN VISKOSITAS.......................................................B-1
LEMBAR PERHITUNGAN GRAFIK VISKOSITAS.......................................C-1
LEMBAR KUANTITAS REAGEN....................................................................D-1
LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN VISKOSITAS......................................E-1
LEMBAR ASISTENSI.........................................................................................F-1
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Manfaat Praktikum
1. Mahasiswa mampu menentukan viskositas dinamis sampel sprite, hilo, dan
bearbrand.
2. Mahasiswa mampu membuat grafik antara %V vs ηx, ρx vs ηx, dan Tx vs ηx.
3. Mahasiswa mampu menentukan hubungan antara viskositas dengan
%volume, densitas larutan, dan suhu sampel sprite, hilo, dan bearbrand.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Viskositas adalah suatu gesekan antara lapisan zat cair atau gas yang
mengalir. Tiap molekul dalam cairan dianggap dalam kedudukan setimbang.
Maka sebelum lapisan molekul dapat melewati lapisan molekul lainnya
diperlukan suatu energi tertentu sehingga suatu lapisan zat cair dapat
meluncur diatas lapisan lainnya. Karena adanya gaya gesekan antara lapisan
zat cair, maka suatu zat akan bersifat menahan aliran. Besar kecilnya gaya
gesekan tersebut tergantung dari sifat zat cair yang dikenal dengan nama
viskositas (Daniels, 1961).
F
η=
Dirumuskan: dv (Perry, 2008)
A
dy
Dengan: η = viskositas
F = gaya gesek
A = luas permukaan zat cair
dv = perbedaan kecepatan antara dua lapisan zat cair yang berjarak
dy
Jadi viskositas dapat didefinisikan sebagai gaya tiap satuan luas
(N/m2) yang diperlukan untuk mendapatkan beda kecepatan sebesar 1 m/s
antara dua lapisan zat cair yang sejajar dan berjarak 1 m (Perry, 2008).
Dalam satuan SI, viskositas sebesar 1 N.s/m2 disebut 10 poise. Untuk
kekentalan yang kecil dapat digunakan centipoise (10-2 poise) (Perry, 2008).
3
banyaknya zat cair yang mengalir per satuan luas tiap detik, satuannya
adalah m2/s atau 104 stokes.
Hubungan antara viskositas dinamis (μ) dengan viskositas
kinematis (υ) adalah (Perry, 2008):
μ
υ=
ρ
Dengan,
υ = viskositas kinematis (m2/s)
μ = viskositas dinamis (N.s/m2)
ρ = densitas (kg/m3)
4
Adalah rasio antara viskositas spesifik dengan konsentrasi zat
terlarut yang diekstrapolasi sampai konsentrasi mendekati nol (saat
pengenceran tak terhingga). Viskositas intrinsik menunjukkan kemampuan
suatu polimer dalam larutan untuk menambah viskositas larutan tersebut.
Nilai viskositas dari suatu senyawa makromolekul di dalam larutan adalah
salah satu cara yang paling banyak digunakan dalam karakterisasi senyawa
tersebut.Secara umum, viskositas intrinsik dari makromolekul linear
berkaitan dengan berat molekul atau derajat polimerisasinya. Viskositas
intrinsik dinyatakan dengan rumus:
ηsp
[ η ] =lim
c →0 c
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Viskositas:
Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas adalah sebagai berikut:
1. Tekanan
Viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan, sedangkan viskositas gas
tidak dipengaruhi oleh tekanan (Perry, 2008).
2. Suhu
Viskositas akan turun dengan naiknya suhu, sedangkan viskositas gas naik
dengan naiknya suhu. Pemanasan zat cair menyebabkan molekul-
molekulnya memperoleh energi. Molekul-molekul cairan bergerak
sehingga gaya antar molekul melemah. Dengan demikian viskositas cairan
akan turun dengan kenaikan temperatur (Perry, 2008).
3. Berat Molekul
Viskositas naik dengan naiknya berat molekul. Misalnya laju aliran
alkohol cepat, larutan minyak laju alirannya lambat dan kekentalannya
tinggi serta laju aliran lambat sehingga viskositas juga tinggi (Perry, 2008).
4. Gaya Gesek
Semakin besar gaya gesek antar lapisan maka viskositasnya semakin besar
(Perry, 2008).
5. Densitas
Pengaruh densitas terhadap viskositas dapat dilihat dari rumus (Daniels,
1961):
ρₓtₓ
ηₓ= ηₐ
ρₐtₐ
2.5 Cara-Cara Penentuan Viskositas
1. Cara Ostwald
5
Dasarnya adalah hukum Poiseuille II yang
menyatakan bahwa viskositas cairan yang
mengalir dengan volume v dalam waktu t
keluar dari pipa dengan radius r, panjang L
dan beda tekanan p dirumuskan sebagai:
πr ⁴ p
η= t
8 vL
(Daniels, 1961)
Viskometer Ostwald terdiri dari dua
Gambar 2.1: labu pengukur dengan tanda s1 dan s2, pipa kapiler dan labu contoh.
Viskometer Ostwald Dengan alat ini viskositas tidak diukur secara langsung tapi
menggunakan cairan pembanding misalnya aquadest atau cairan lain
yang telah diketahui viskositas dan densitasnya. Cairan dihisap melalui
labu pengukur dari viskosimeter sampai permukaan cairan lebih tinggi
daripada batas s1. Cairan kemudian dibiarkan turun. Ketika permukaan
cairan turun melewati batas s1, stopwatch dinyalakan dan ketika cairan
melewati batas s2, stopwatch dimatikan. Jadi waktu yang diperlukan
untuk melewati jarak antara s1 dan s2 dapat ditentukan (Daniels, 1961).
Perlakuan yang sama juga dilakukan terhadap zat x yang akan dicari
harga viskositasnya.
2. Cara Hoppler
Dalam viskometer bola jatuh, benda padat dibiarkan jatuh di bawah
gravitasi melalui media kental. Setelah periode akselerasi awal, solid tubuh
mencapai kecepatan terminal yang seragam ketika gaya gravitasi
diimbangi dengan resistensi viskos cairan. Dengan mengukur terminal
kecepatan tubuh yang jatuh, viskositas dapat ditentukan. Besarnya
viskositas didasarkan pada Hukum Stokes (Viswanath, 2006):
4
6 πrηv= πr ³ ( σ− ρ ) g
3
Dengan:
𝜂 : Viskositas fluida
ρ : Densitas fluida
σ : Densitas Bola
r : Jari-Jari Bola
g : Percepatan Gravitasi
6
Persamaan di atas dapat ditulis ulang menjadi:
2 r²g
η= (σ−ρ)
9 v
2.6 Kegunaan Viskositas
Pada umumnya viskositas sering digunakan untuk menentukan jenis pompa
(Perry, 2008).
7
BAB III
METODE PRAKTIKUM
8
4. Hisap air (melalui selang karet) sampai permukaan cairan lebih tinggi dari
batas atas ”s1” yang telah ditentukan. Kemudian biarkan cairan mengalir
secara bebas.
5. Hidupkan stopwatch pada saat cairan tepat berada di garis batas atas ”s1”
dan matikan stopwatch saat cairan tepat berada pada garis batas bawah
”s2”.
6. Catat waktu yang diperlukan oleh cairan untuk mengalir dari batas atas
”s1” ke batas bawah ”s2”.
7. Ulangi langkah 1 s/d 6 untuk sprite, hilo, dan bearbrand untuk dicari
viskositasnya.
ρₓtₓ
8. Tentukan harga viskositas dengan rumus ηₓ=
ρₐtₐ
ηₐ
9
Persen Volume vs Viskositas
1.900
f(x) = 0.01 x + 1.33
1.700 R² = 0.96
1.500
VIskositas (cP)
1.300 f(x) = 0.01 x + 0.9
R² = 0.77 Sprite
1.100
Linear (Sprite)
0.900 Hilo
0.700 Linear (Hilo)
0.500
0.300
0.100
5 10 15 Tabel
20 4.1 Data
25 30 Hasil
35 Percobaan
40 45 Aquadest
50
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Densitas Viskositas
Sampel %V Waktu Alir (s)
(gr/ml) (cP)
10
Gambar 4.1 Hubungan antara %V dengan Viskositas
11
Densitas vs Viskositas
1.800 f(x) = 32.45 x − 31.24
R² = 0.97
1.600
Viskositas (cP)
Sprite
Linear (Sprite)
1.400 f(x) = 33.53 x − 32.76
R² = 0.95 HIlo
Linear (HIlo)
1.200
Bearbrand
Linear (Bearbrand)
1.000
f(x) = 7.3 x − 6.76
R² = 0.54
0.800
1.000 1.010 1.020 1.030 1.040 1.050 1.060 1.070
Densitas (gr/ml)
Dari grafik di atas dapat kita lihat bahwa setiap kenaikan persen
volume dari sprite dan hilo, nilai viskositasnya pun mengalami kenaikan.
Grafik di atas menunjukkan bahwa hubungan dari persen volume dan
viskositas berbanding lurus.
Hal ini sesuai teori bahwa semakin besar nilai persen volumenya akan
membuat solute membesar yang menyebabkan konsentrasi semakin tinggi.
Sehingga, massa yang terkandung dalam larutan juga makin rapat dan
akhirnya interaksi antar
Tabel 4.3 molekul
Hubunganlebih sering
Densitas terjadi
dengan dan gaya antar
Viskositas
molekulnya meningkat yang disebut viskositas (Prisma, dkk. 2012).
Dapat kita simpulkan bahwa grafik percobaan dan teori sesuai, yaitu
hubungan persen volume dengan viskositas berbanding lurus. Semakin
tinggi persen volume, maka semakin tinggi juga viskositasnya.
12
VIskositas (cP)
1
0.95 Bearbrand
Linear (Bearbrand)
0.9
0.85
0.8
30 35 40 45 50 55 60 65 70
Suhu (°C)
Dari grafik di atas dapat kita lihat untuk sampel sprite dan hilo, ketika
densitasnya besar, nilai viskositasnya pun meningkat. Ada yang berbeda dari
sampel bearbrand, densitasnya mengalami kenaikan dan penurunan, tetapi nilai
viskositasnya mengalami kenaikan.
Dari data sampel sprite dan hilo, grafiknya sudah sesuai dengan teori yang
ada, dimana densitas sebanding dengan viskositas (Reza, 2013). Berbeda dengan
sampel bearbrand, dimana densitas mengalami kenaikan dan penurunan nilai
viskositasnya terus meningkat. Menurut Suriadi (2013), menjelaskan bahwa naik
dan turunnya nilai densitas disebabkan oleh massa yang diperoleh pada bahan
menunjukkan angka yang naik turun. Sama seperti sampel bearbrand di atas, massa
yang diperoleh dari sampel menunjukkan angka yang naik turun.
Dapat disimpulkan dari grafik di atas bahwa data sampel sprite dan hilo sudah
Tabel 4.4 Hubungan Suhu dengan Viskositas
sesuai dengan teori, yaitu densitas sebanding dengan viskositas. Berbeda dengan
sampel bearbrand yang densitasnya mengalami kenaikan dan penurunan, tetapi
viskositasnya terus mengalami kenaikan, hal ini disebabkan oleh massa yang
diperoleh pada sampel bearbrand menunjukkan angka yang naik turun.
Densitas Viskositas
Sampel Suhu (°C) Waktu Alir (s)
(gr/ml) (cP)
14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan data yang didapat, viskositas dinamis pada sprite, hilo, dan
bearbrand secara berurutan dengan %V dan suhu yang semakin naik
sebesar 1,114 cP, 1,193 cP, 1,196 cP, dan 1,503 cP ; 1,484 cP, 1,565 cP,
1,797 cP, dan 1,879 cP ; serta 0,845 cP, 0,942 cP, 1,019 cP, dan 1,098
cP.
2. Pada grafik antara %V vs ɳx, ρx vs ɳx, dan Tx vs ɳx, semakin tinggi %V,
densitas, dan suhu maka viskositasnya semakin tinggi pula. Akan tetapi,
seharusnya grafik Tx vs ɳx menunjukkan jika semakin tinggi suhu maka
viskositasnya semakin rendah.
3. Hubungan antara %V dan densitas dengan viskositas adalah sebanding.
Sedangkan, hubungan antara suhu dengan viskositas adalah berbanding
terbalik.
5.2 Saran
1. Penambahan timbangan untuk menimbang picnometer.
2. Pemanasan dilakukan dengan melebihkan 2-3°C.
3. Mengganti sampel dengan sampel yang jarang diuji seperti sirup, jus, dan
lain sebagainya.
15
DAFTAR PUSTAKA
16
RINGKASAN
Tegangan muka merupakan gaya atau tarikan yang arahnya ke dalam cairan
yang menyebabkan permukaan zat cair tersebut berkontraksi. Tegangan
permukaan suatu zat cair terjadi karena adanya resultan gaya tarik-menarik
molekul yang berada di permukaan zat cair tersebut. Tujuan dari praktikum ini
adalah menentukan nilai tegangan muka sampel hilo dan molto berdasarkan
metode kenaikan pipa kapiler dan metode tetes, menentukan pengaruh %V
terhadap tegangan muka, dan mengetahui pengaruh tinggi, jumlah tetesan, dan
volume tetesan terhadap tegangan muka. Faktor-faktor yang memengaruhi
tegangan muka adalah suhu, tekanan, visko sitas, dan densitas.
Terdapat dua metode untuk melakukan penentuan nilai tegangan muka
dalam praktikum ini, yaitu metode kenaikan pipa kapiler dan metode tetes.
Metode tetes dibagi menjadi dua lagi, yaitu volume konstan dan tetes konstan.
Alat utama pada praktikum ini ada dua yaitu pipa kapiler dan alat untuk metode
tetes.
Pada hasil percobaan, didapatkan kesimpulan bahwa semakin tinggi %V,
maka tegangan muka sampel akan semakin tinggi pula, kecuali sampel tersebut
mengandung surfaktan serta hubungan jumlah tetesan (n) dengan tegangan muka
dalah berbanding terbalik, sedangkan hubungan tinggi (h) dan volume tetesan (v)
adalah berbanding lurus. Saran yang dapat diberikan adalah focus pada
perhitungan tetesan pada metode tetes, ukue ketinggian pada pipa kapiler saat
tinggi sudah konstan, dana tur pembukaan sudut agar selalu sama sehingga tidak
terjadi perbedaan nilai.
viii
DAFTAR ISI
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
LAPORAN SEMENTARA.................................................................................A-1
LEMBAR PERHITUNGAN TEGANGAN MUKA...........................................B-5
LEMBAR PERHITUNGAN GRAFIK TEGANGAN MUKA...........................C-4
LEMBAR KUANTITAS REAGEN....................................................................D-1
LEMBAR ASISTENSI.........................................................................................F-1
xii
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
16
3. Mahasiswa mampu mengetahui pengaruh tinggi, jumlah tetesan, dan
volume terhadap tegangan muka.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Molekul-molekul yang terletak didalam cairan dikelilingi oleh
molekul-molekul lain sehingga mempunyai resultan gaya sama dengan nol.
Sedangkan untuk molekul yang berada di permukaan cairan, gaya tarik ke
bawah tidak diimbangi oleh gaya tarik ke atas. Akibat dari gaya tarik ke
bawah ini, maka bila keadaan memungkinkan cairan akan cenderung
mempunyai luas permukaan yang sekecil-kecilnya. Misalnya tetesan cairan
akan berbentuk bola, karena untuk suatu volume tertentu bentuk bola akan
mempunyai luas permukaan yang sekecil-kecilnya, maka ada tegangan pada
permukaan cairan yang disebut tegangan permukaan (Daniels, 1961).
Sehingga tegangan permukaan dapat didefinisikan sebagai gaya yang
bekerja sepanjang permukaan cairan dengan sudut yang tegak lurus pada
garis yang panjangnya 1 cm yang mengarah ke dalam cairan. Satuan tegangan
permukaan dalam cgs yaitu dyne/cm sedangkan dalam SI yaitu N/m (Daniels,
1961).
2. Metode Tetes
Jika cairan tepat akan menetes maka gaya tegangnan permukaan
sama dengan gaya yang disebabkan oleh gaya berat itu sendiri, maka:
mg = 2πγr
18
Dengan : m = massa zat cair
Harus diusahakan agar jatuhnya tetesan hanya disebabkan oleh
berat tetesannyasendiri dan bukan oleh sebab yang lain. Selain itu juga
digunakan metode pembanding dengan jumlah tetesan untuk volume (V)
tertentu.
Berat satu tetesan = v. ρ/n
3. Metode Cincin
Dengan metode ini, tegangan permukaan dapat ditentukan dengan
cepat dengan hanya menggunakan sedikit cairan. Alatnya dikenal dengan
nama tensiometer Duitog, yang berupa cincin kawat Pt yang dipasang pada
salah satu lengan timbangan. Cincin ini dimasukan ke dalam cairan yang
akan diselidiki tegangan mukanya dengan menggunakan kawat. Lengan
lain dari timbangan diberi gaya sehingga cincin terangkat di permukaan
cairan.
19
2.5 Meniskus Cekung dan Meniskus Cembung
Meniskus merupakan kelengkungan permukaan zat cair di dalam tabung
reaksi.
20
BAB III
METODE PERCOBAAN
Keterangan:
1. Alat untuk metode tetes
2. Alat untuk metode pipa kapiler
Data yang diperlukan:
- Densitas - Jumlah tetesan
- Tinggi cairan - Volume tetesan
21
3.3 Cara Kerja
3.3.1. Metode Kenaikan pipa kapiler
1. Tentukan densitas hilo dan molto dengan menggunakan
picnometer.
2. Tuangkan 100 ml cairan pembanding (aquadest) ke dalam beaker
glass 100 ml.
3. Masukan pipa kapiler ke dalam beaker glass, biarkan beberapa saat
agar aquadest naik ke pipa.
4. Setelah tinggi aquadest konstan, tutup bagian atas dari pipa kapiler
dengan ibu jari lalu angkat, kemudian ukur tingginya menggunakan
mistar .
5. Ulangi langkah 1, 2 dan 3 untuk hilo dan molto untuk dicari
tegangan mukanya .
ρₓhₓ
6. Hitung tegangan mukanya dengan rumus γₓ = ρₐhₐ γₐ
22
5. Lakukan langkah 1 s/d 4 untuk hilo dan molto yang akan dicari
tegangan mukanya.
ρₓvₓ
6. Hitung tegangan mukanya dengan rumus γₓ = γₐ
ρₐvₐ
23
Persen Volume vs Tegangan Muka
50.000
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.2 Data Hasil Percobaan dengan Metode Kenaikan Pipa Kapiler
Suhu Densitas Tegangan h n Volume
(°C) (gr/ml) Muka (N/m) (cm) (tetes) (ml)
27 0,996 71,8 0,9 192 1,2
4.2 Pembahasan
4.1.1 Metode Kenaikan Pipa Kapiler
Densitas h Tegangan
Sampel %V
(gr/ml) (cm) Muka (N/m)
Gambar 4.1 Hubungan %V dengan Tegangan Muka dengan Metode Kenaikan Pipa
Kapiler
24
Dari grafik di atas dapat kita lihat bahwa semakin tinggi persen volume maka
tegangan mukanya menurun. Pada sampel hilo terjadi kenaikan tegangan muka
pada persen volume 45%, sedangkan pada sampel molto terjadi kenaikan
tegangan muka pada persen volume 10% dan 20%.
Hal ini disbebabkan karena hilo dan molto merupakan surfaktan yang larut
dalam air. Surfaktan adalah suatu zat yang dapat menaikan dan menurunkan
tengan permukaan zat cair (Arsyad, 2001 dalam Alvauzi. 2017). Penambahan
surfaktan dalam larutan yang menyebabkan turunnya tegangan permukaan larutan
(Alvauzi, 2017).
Dapat disimpulkan bahwa hasil dari praktikum yang telah kami lakukan
sesuai dengan teori, kecuali pada persen volume 10%, 20%, dan 45% karena
penambahan surfaktan yang seharusnya terjadi penurunan pada nilai tegangan
muka.
Densitas n Tegangan
Sampel %V
(gr/ml) (tetes) Muka (N/m)
25
Persen Volume vs Tegangan Muka
120.000
Gambar 4.2 Hubungan antara %V dengan tegangan Muka dengan Metode Tetes
(Volume Konstan)
Dari grafik di atas dapat kita lihat untuk sampel hilo mengalami kenaikan
tegangan muka seiring dengan naiknya persen volume, sedangkan untuk sampel
molto mengalami penurunan tegangan muka seiring dengan naiknya persen
volume.
Menurut teori, semakin pekat atau semakin tinggi konsentrasi maka tegangan
permukaan semakin kecil (Jumini, 2015). Pada sampel hilo mengalami kenaikan
tegangan muka, hal ini disebabkan karena besarnya massa jenis. Semakin besar
massa jenis berarti semakin rapat muatan atau partikel cairan sehingga
Tabel 4.4 Data Hasil Percobaan dengan Metode Tetes (Tetes Konstan)
menyebabkan semakin besar gaya yang diperlukan untuk memecahkan
permukaan cairan tersebut (Salam, 2017).
Dapat kita simpulkan bahwa hasil praktikum untuk sampel molto sudah
sesuai dengan teori, sedangkan untuk sampel hilo tidak sesuai teori karena
besarnya massa jenis.
4.1.3 Metode Tetes (Tetes Konstan)
26
Persen Volume vs Tegangan Muka
165.000
Hilo
60.000 15 1,010 1,9 115,281
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Persen
25 Volume (%V)
1,015 2,4 146,339
Dari grafik di atas dapat dilihat untuk sampel hilo mengalami kenaikan
tegangan muka pada persen volume 15%, 25%, dan 35% lalu menurun pada
persen volume 45%, sedangkan untuk sampel molto nilai tegangan muka
mengalami penurunan seiring dengan naiknya %volume.
Menurut teori, semakin pekat atau semakin tinggi konsentrasi larutan maka
tegangan permukaan semakin kecil (Jumini, 2015). Pada sampel hilo terjadi
kenaikan nilai tegangan muka pada persen volume 15%, 25%, dan 35%, hal
tersebyt disebabkan karena densitas lebih besar sehingga menurut persamaan
reaksi akan membuat volume tetes semakin kecil yang berarti diameter tetes juga
semakin kecil (Sukarsono, 2017).
27
Dapat kita simpulkan bahwa hasil praktikum sudah sesuai dengan teori yang
ada, kecuali untuk sampel hilo yang mengalami kenaikan nilai tegangan muka
pada persen volume 15%, 25%, dan 35% yang disebabkan karena densitas yang
lebih besar.
28
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Tegangan muka pada sampel hilo dan molto secara berurutan saat 15%V
dengan metode kenaikan pipa kapiler adalah 48,539 N/m dan 41,010 N/m.
Sedangkan, untuk metode tetes (volume konstan) dan metode tetes (tetes
konstan) sebesar 80,806 N/m dan 35,082 N/m ; serta 115,281 dan 86,122
N/m.
2. Semakin tinggi %V, maka tegangan muka sampel akan semakin tinggi
pula, kecuali sampel tersebut mengandung surfaktan, karena surfaktan
menyebabkan hubungan %V dengan tegangan muka berbanding terbalik.
3. Hubungan jumlah tetesan (n) dengan tegangan muka adalah berbanding
terbalik, sedangkan hubungan tinggi (h) dan volume tetesan (v) dengan
tegangan muka adalah berbanding lurus.
5.2 Saran
1. Focus pada perhitungan tetesan pada metode tetes.
2. Ukur ketinggian pada pipa kapiler saat tingginya sudah konstan.
3. Atur pembukaan sudur agar selalu sama sehingga tidak terjadi perbedaan
nilai.
29
DAFTAR PUSTAKA
30
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II
Materi
VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA
A-1
2020
I. TUJUAN PERCOBAAN
VISKOSITAS
TEGANGAN MUKA
II. PERCOBAAN
A-2
Gambar 3.1 Viskometer Ostwald
TEGANGAN MUKA
1. Pipa Kapiler
2. Alat Metode Tetes
3. Picnometer
4. Corong
5. Beaker glass
6. Neraca analitik
7. Gelas ukur
8. Mistar
9. Erlenmeyer
1. 2.
Keterangan:
3. Alat untuk metode tetes
4. Alat untuk metode pipa kapiler
Data yang diperlukan:
- Densitas - Jumlah tetesan
- Tinggi cairan - Volume tetesan
A-3
2. Tentukan batas atas ”s1” dan batas bawah ”s2” pada viskometer
ostwald.
3. Isi viskometer ostwald dengan menggunakan 15 ml cairan
pembanding (aquadest).
4. Hisap air (melalui selang karet) sampai permukaan cairan lebih
tinggi dari batas atas ”s1” yang telah ditentukan. Kemudian biarkan
cairan mengalir secara bebas.
5. Hidupkan stopwatch pada saat cairan tepat berada di garis batas
atas ”s1” dan matikan stopwatch saat cairan tepat berada pada garis
batas bawah ”s2”.
6. Catat waktu yang diperlukan oleh cairan untuk mengalir dari batas
atas ”s1” ke batas bawah ”s2”.
7. Ulangi langkah 1 s/d 6 untuk sampel yang akan dicari
viskositasnya.
ρₓtₓ
8. Tentukan harga viskositas dengan rumus ηₓ= ηₐ
ρₐtₐ
TEGANGAN MUKA
Metode Kenaikan pipa kapiler
1. Tentukan densitas sampel dengan menggunakan picnometer.
2. Tuangkan 100 ml cairan pembanding (aquadest) ke dalam beaker
glass 100 ml.
3. Masukan pipa kapiler ke dalam beaker glass, biarkan beberapa saat
agar aquadest naik ke pipa.
4. Setelah tinggi aquadest konstan, tutup bagian atas dari pipa kapiler
dengan ibu jari lalu angkat, kemudian ukur tingginya menggunakan
mistar .
5. Ulangi langkah 1, 2 dan 3 untuk sampel yang akan dicari tegangan
mukanya .
ρₓhₓ
6. Hitung tegangan mukanya dengan rumus γₓ = γₐ
ρₐhₐ
Metode Tetes
A . Volume Konstan
1. Tentukan densitas sampel dengan menggunakan aquadest
sebagai cairan pembanding.
2. Isi alat metode tetes dengan menggunakan aquadest sebanyak
X ml sebagai cairan pembanding.
A-4
3. Buka kran dengan sudut tertentu dan tetap selama percobaan,
biarkan aquadest menetes sampai habis.
4. Hitung jumlah tetesan.
5. Lakukan langkah 1 s/d 4 untuk sampel yang akan dicari
tegangan mukanya.
ρₓnₐ
6. Hitung tegangan mukanya dengan rumus γₓ = γₐ
ρₐnₓ
B. Tetes Konstan
1. Tentukan densitas sampel dengan menggunakan
picnometer.
2. Isi alat metode tetes dengan menggunakan aquadest sebagai
cairan pembanding.
3. Buka kran dengan sudut tertentu dan tetap selama
percobaan, biarkan aquadest menetes sejumlah tetesan yang
telah ditentukan (Y tetesan).
4. Hitung volume tetesan.
5. Lakukan langkah 1 s/d 4 untuk sampel yang akan dicari
tegangan mukanya.
ρₓvₓ
6. Hitung tegangan mukanya dengan rumus γₓ = γₐ
ρₐvₐ
2.4 Hasil Percobaan
Data Aquadest
- Massa picnometer kosong : 18,552 gr
- γ aquadest : 71,8 N/m
- Massa picnometer + aquadest : 43,896 gr
- h aquadest : 0,9 cm
- Densitas aquadest : 0,996 gr/ml
- v tetes aquadest : 1,2 ml
- t aquadest : 1,2 detik
- n tetes aquadest : 192 tetes
- ɳ aquadest : 0,88 cP
VISKOSITAS
A-5
Sprite 35%V 44,360 1.9
TEGANGAN MUKA
A-6
LEMBAR PERHITUNGAN VISKOSITAS
1. Data Aquadest
Massa picnometer kosong = 18,552 gram
Massa picnometer + aquadest = 43,896 gram
Densitas aquadest = 0,996 gram/ml
t aquadest = 1,2 detik
η aquadest = 0,88 cP
Massa aquadest = 43,896 gram – 18,552 gram
= 25,344 gram
25,344 gram
V aquadest atau V picnometer =
0,996 gram/ml
= 25,446 ml
2. Menentukan Viskositas Sampel
a. Sprite
15%V
Mpikno+s = 44,233 gram
t = 1,5 detik
ρx =
B-1
ρx =
B-2
30%V
Mpikno+s = 44,433 gram
t = 2,4 detik
ρx =
B-3
ρx t x
ηx = η
ρa t a a
1,066 ×1,2
= × 0,88=0,942 cP
0,996 ×1,2
55°C
Mpikno+s = 45,65 gram
t = 1,3 detik
ρx =
B-4
LEMBAR PERHITUNGAN TEGANGAN MUKA
1. Data Aquadest
γ aquadest = 71,8 N/m
h aquadest = 0,9 cm
V aquadest = 1,2 ml
n aquadest = 192 tetes
2. Metode Kenaikan Pipa Kapiler
a. Hilo
15%V
Mpikno+s = 44,254 gram
hx = 0,6 cm
ρx =
B-5
1,023× 0,4
= ×71,8=32,776 N /m
0,996 ×0,9
45%V
Mpikno+s = 44,798 gram
hx = 0,4 cm
ρx =
b. Molto
5%V
Mpikno+s = 44,37 gram
hx = 0,5 cm
ρx =
B-6
ρx =
B-7
ρx na
γx = γ
ρa nx a
1,014 ×192
= × 71,8=93,557 N /m
0,996 ×150
35%V
Mpikno+s = 44,571 gram
nx = 141 tetes
ρx =
b. Molto
5%V
Mpikno+s = 44,37 gram
nx = 385 tetes
ρx =
B-8
nx = 391 tetes
ρx =
B-9
ρx V x
γx = γ
ρa V a a
1,010× 1,9
= ×71,8=115,281 N /m
0,996 ×1,2
25%V
Mpikno+s = 44,372 gram
Vx = 2,4 ml
ρx =
b. Molto
5%V
Mpikno+s = 44,37 gram
B-10
Vx = 1,5ml
ρx =
B-11
LEMBAR PERHITUNGAN GRAFIK VISKOSITAS
1. Viskositas vs %V
Sprite
x Y x2 xy
15 1,114 225 16,710
25 1,193 625 29,825
35 1,196 1225 41,860
45 1,503 2025 67,635
∑ 120 5,006 4100 156,030
n ∑xy −∑ x ∑ y
a= 2 2
n ∑ x (∑ x)
4 × 156,030−120 ×5,006
¿
4 ×4100−1202
¿ 0,0117
∑ x 2 ∑ y−∑ x ∑ xy
b=
n ∑ x 2 (∑ x)2
4100 ×5,006−120× 156,030
¿
4 × 4100−702
¿ 0,9005
y=ax+ b
y=0,0117 x+ 0,9005
Hilo
x y x2 xy
10 1,484 100 14,840
20 1,565 400 32,300
30 1,797 900 53,910
40 1,879 1600 75,160
∑ 100 6,725 3000 175,210
n ∑xy −∑ x ∑ y
a=
n ∑ x 2 (∑ x)2
4 × 175,210−100 ×6,725
¿
4 ×3000−1002
¿ 0,0142
∑ x 2 ∑ y−∑ x ∑ xy
b= 2 2
n ∑ x (∑ x)
3000× 6,725−100 ×175,210
¿
4 × 3000−1002
¿ 1,327
y=ax+ b
y=0,0142 x +1,327
C-1
C-2
2. Viskositas vs Densitas
Sprite
X y x2 xy
1,00 1,114 1,018081 1,124026
9
1,01 1,193 1,026169 1,208509
3
1,01 1,196 1,028196 1,212744
4
1,02 1,503 1,042441 1,534563
1
∑ 4,05 5,006 4,114887 5,079842
7
n ∑xy −∑ x ∑ y
a=
n ∑ x 2 (∑ x)2
4 × 5,079842−4,057 ×5,006
¿
4 × 4,114887−4,0572
¿ 33,532
∑ x 2 ∑ y−∑ x ∑ xy
b= 2 2
n ∑ x (∑ x)
4,114887 × 5,006−4,057 ×5,079842
¿
4 × 4,114887−4,0572
¿−32,758
y=ax+ b
y=33,532 x−32,758
Hilo
x y x2 xy
1,00 1,484 1,016064 1,49587
8
1,01 1,565 1,024144 1,58378
2
1,01 1,797 1,034289 1,82755
7
1,02 1,879 1,042441 1,91846
1
∑ 4,05 6,725 4,116938 6,82566
8
n ∑xy −∑ x ∑ y
a=
n ∑ x 2 (∑ x)2
C-3
4 × 6,82566−4,058× 6,725
¿
4 × 4,116938−4,0582
¿ 32,448
∑ x 2 ∑ y−∑ x ∑ xy
b=
n ∑ x 2 (∑ x)2
4,116938 × 6,725−4,058 × 6,82566
¿
4 × 4,116938−4,0582
¿−31,238
y=ax+ b
y=32,448 x−31,238
C-4
Bearbrand 30%V
x y x2 xy
1,04 0,845 1,087849 0,881335
3
1,06 0,942 1,136356 1,004172
6
1,06 1,019 1,134225 1,085235
5
1,06 1,098 1,129969 1,167174
3
∑ 4,23 3,904 4,488399 4,137916
7
n ∑xy −∑ x ∑ y
a=
n ∑ x 2 (∑ x)2
4 × 4,137916−4,237 ×3,904
¿
4 × 4,488399−4,2372
¿ 7,2992
∑ x 2 ∑ y−∑ x ∑ xy
b= 2 2
n ∑ x (∑ x)
4,488399 ×3,904−4,237 × 4,13791
¿
4 ×4,488399−4,237 2
¿−6,7557
y=ax+ b
y=7,2992 x−6,7557
3. Viskositas vs Suhu
Bearbrand 30%V
x y x2 xy
35 0,845 1225 29,575
45 0,942 2025 42,390
55 1,019 3025 56,045
65 1,098 4225 71,370
∑ 200 3,904 10500 199,38
n ∑xy −∑ x ∑ y
a= 2 2
n ∑ x (∑ x)
4 × 199,38−200 ×3,904
¿
4 ×10500−2002
¿ 0,0084
∑ x 2 ∑ y−∑ x ∑ xy
b=
n ∑ x 2 (∑ x)2
C-5
10500× 3,904−200× 199,38
¿
4 × 10500−200 2
¿ 0,558
y=ax+ b
y=0,0084 x+ 0,558
C-6
LEMBAR PERHITUNGAN GRAFIK TEGANGAN MUKA
1. Persen Volume vs Tegangan Muka (Kenaikan Pipa Kapiler)
Molto Cair
x y x2 xy
15 48,539 225 728,085
25 40,650 625 1016,250
35 32,776 1225 1147,160
45 33,032 2025 1486,440
∑ 120 154,997 4100 4377,935
n ∑xy −∑ x ∑ y
a= 2 2
n ∑ x (∑ x)
4 × 4377,935−120 × 154,997
¿
4 × 4100−1202
¿−0,544
∑ x 2 ∑ y−∑ x ∑ xy
b=
n ∑ x 2 (∑ x)2
4100 ×154,997−120× 4377,935
¿
4 ×4100−1202
¿ 55,068
y=ax+ b
y=−0,544 x+ 55,068
Molto
x y x2 xy
5 40,650 25 203,250
10 48,972 100 489,720
15 41,010 225 615,150
20 49,356 400 987,120
∑ 50 179,988 750 2295,240
n ∑xy −∑ x ∑ y
a=
n ∑ x 2 (∑ x)2
4 × 2295,240−50 ×179,988
¿
4 ×750−502
¿ 0,363
∑ x 2 ∑ y−∑ x ∑ xy
b= 2 2
n ∑ x (∑ x)
750× 179,988−50 ×2295,240
¿
3 ×750−502
¿ 40,458
y=ax+ b
y=0,363 x + 40,458
C-7
2. Persen Volume vs Tegangan Muka (Volume Konstan)
Hilo
x y x2 xy
15 80,806 225 1212,090
25 93,657 625 2341,425
35 100,421 1225 3514,735
45 110,620 2025 4977,900
∑ 120 385,504 4100 12046,150
n ∑xy −∑ x ∑ y
a= 2 2
n ∑ x (∑ x)
4 × 12046,150−120 ×385,504
¿
4 × 4100−1202
¿ 0,962
∑ x 2 ∑ y−∑ x ∑ xy
b=
n ∑ x 2 (∑ x)2
4100 ×385,504−120 ×12046,150
¿
4 × 4100−1202
¿ 67,514
y=ax+ b
y=0,962 x +67,514
Molto
X y x2 xy
5 36,490 25 182,450
10 36,071 100 360,710
15 35,082 225 526,230
20 32,160 400 643,200
∑ 50 139,803 750 1712,590
n ∑xy −∑ x ∑ y
a=
n ∑ x 2 (∑ x)2
4 × 1712,590−50 ×139,803
¿
4 ×750−502
¿−0,279
∑ x 2 ∑ y−∑ x ∑ xy
b= 2 2
n ∑ x (∑ x)
750× 138,803−50 ×1712,590
¿
4 × 750−502
¿ 38,446
y=ax+ b
y=−0,279 x +38,446
C-8
3. Tegangan Muka vs Tinggi Pipa Kapiler
Hilo
x y x2 xy
15 115,281 225 1729,215
25 146,339 625 3658,475
35 153,638 1225 5377,330
45 148,646 2025 6689,070
∑ 120 563,904 4100 17454,090
n ∑xy −∑ x ∑ y
a= 2 2
n ∑ x (∑ x)
4 × 17454,090−120 ×563,904
¿
4 × 4100−1202
¿ 1,0739
∑ x 2 ∑ y−∑ x ∑ xy
b=
n ∑ x 2 (∑ x)2
4100 ×563,904−120 ×17454,090
¿
4 × 4100−1202
¿ 108,758
y=ax+ b
y=1,0739 x +108,758
Molto
x y x2 xy
5 91,462 25 457,310
10 88,762 100 887,620
15 86,122 225 1291,830
20 67,865 400 1357,300
∑ 50 334,211 750 3994,060
n ∑xy −∑ x ∑ y
a=
n ∑ x 2 (∑ x)2
4 × 3994,060−50 ×334,211
¿
4 × 750−502
¿−1,4686
∑ x 2 ∑ y−∑ x ∑ xy
b= 2 2
n ∑ x (∑ x)
750× 334,211−50 ×3994,060
¿
4 ×750−502
¿ 101,91
y=ax+ b
y=−1,4686 x +101,91
C-9
LEMBAR KUANTITAS REAGEN
LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
KUANTITAS REAGEN
No. Jenis Reagen Kuantitas
A. Viskositas
1. Sprite 15%V, 25%V, 35%V, 45%V
2. Hilo 10%V, 20%V, 30%V, 40%V
3. Bearbrand 30%V 35°C, 45°C, 55°C, 65°C,
B. Tegangan Muka
1. Hilo 15%V, 25%V, 35%V, 45%V
2. Molto 5%V, 10%V, 15%V, 20%V
TUGAS TAMBAHAN :
Perbedaan Meniskus Cekung dan Meniskus Cembung (sumber jurnal,
rangkum, tulis tangan dan dilampirkan di bab 2 Tegangan Muka) saat ACC
data sudah dilampirkan.
CATATAN :
SEMARANG, 23 Maret 2020
Suhu ± 3-
ASISTEN,
4°C
Bawa lap,
mistar
Hansen Dwi Averiano Oktavian
Volume
NIM. 21030118120042
konstan =
D-1
LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN VISKOSITAS
1. Sprite
15
15%V = ×100 ml=15 ml ; Aquadest = (100-15) ml = 85 ml
100
25
25%V = ×100 ml=25 ml ; Aquadest = (100-25) ml = 75 ml
100
35
35%V = ×100 ml=35 ml ; Aquadest = (100-35) ml = 65 ml
100
45
45%V = ×100 ml=45 ml; Aquadest = (100-45) ml = 55 ml
100
2. Hilo
10
10%V = ×100 ml=10 ml ; Aquadest = (100-10) ml = 90 ml
100
20
20%V = ×100 ml=20 ml ; Aquadest = (100-20) ml = 80 ml
100
30
30%V = ×100 ml=30 ml ; Aquadest = (100-30) ml = 70 ml
100
40
40%V = ×100 ml=40 ml; Aquadest = (100-40) ml = 60 ml
100
3. Bearbrand
30
30%V = ×100 ml=30 ml ; Aquadest = (100-30) ml = 70 ml
100
E-1
DIPERIKSA
KETERANGAN TANDA TANGAN
TANGGA
NO
L
F-1
F-2