Anda di halaman 1dari 20

Nilai :

LAPORAN PRAKTIKUM
SATUAN OPERASI INDUSTRI
(Viskositas 2)

Oleh :

Nama : Frida Pascha Nurfitrianty


NPM : 240110120066
Hari, Tanggal Praktikum : Jumat, 16 Mei 2014
Waktu : 13.00-15.00 WIB
Co.Ass : Dwi Rahayu
Farah Nuranjani

LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES


JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITASPADJADJARAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menemukan bahan yang memiliki
kekentalan. Kekentalan setiap bahan itu berbeda-beda dan dapat kita rasakan bila
memegangnya. Bila suatu bahan dilakukan dengan perlakuan yang berbeda akan
mengubah kekentalan suatu bahan tersebut. Untuk mengukur kekentalan tersebut
menggunakan alat viskometer. Viskositas merupakan pengukuran dari ketahanan
fluida yang diubah baik dengan tekanan maupun dengan tegangan. Menurut teori,
semakin rendah viskositas suatu fluida semakin besar juga pergerakan dari fluida
tersebut.
Pada praktikum kali ini digunakan sampel saus dengan 2 merek yang berbeda
dan sampel kecap dengan 3 merek yang berbeda. Perlakuan sampelnya pun
berbeda-beda ada yang dingin, sedang dan panas. Setiap perlakuan itu memiliki
nilai viskositas yang berbeda-beda. Viskositas menjelaskan ketahanan internal
fluida untuk mengalir dan mungkin dapat diperkirakan sebagai pengukuran dari
pergeseran fluida.

1.2 Tujuan Percobaan


1.2.1 Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Mahasiswa dapat mempelajari viskositas dalam unit operasi industri hasil
pertanian secara umum.
1.2.2 Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
Mahasisa dapat mengukur viskositas beberapa bahan hasil pertanian.
BAB II
TNJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Fluida


Menurut Setiawan tahun 2008, fluida dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
bagian, tetapi secara garis besar fluida dapat diklasifikasikan menjadi dua bagain
yaitu :
a. Fluida Newtonian
Fluida Newtonian adalah suatu jenis fluida yang memiliki kurva shear
stress dan gradien kecepatan linier. Contohnya adalah air, udara, ethanol,
benzena, dan sebagainya. Fluida Newtonian akan terus menerus mengalir
sekalipun terdapat gaya yang bekerja pada fluida tersebut, vikositas akan
berubah jika terjadi perubahan temperatur. Dengan kata lain fluida Newtonian
adalah fluida yang mengikuti hukum Newton tentang aliran.
b. Fluida Non-Newtonian
Fluida Non-Newtonian adalah fluida yang tidak tahan terhadap tegangan
geser (shear stress), gradient kecepatan (shear rate) dan temperatur. Dengan
kata lain kekentalan (Viscosity) merupakan fungsi daripada waktu. Fluida Non-
Newtonian ini antara lain : cat, minyak pelumas, lumpur, darah, obat-obatan
cair, bubur kertas, dan sebagainya.
Berikut ini beberapa model pendekatan untuk fluida Non-Newtonian :
1. Bingham Plastic
Bingham plastik adalah suatu model pendekatan fluida Non-Newtonian
dimana viscositasnya akan sangat tergantung pada shear stree dari fluida
tersebut. Semakin lama viskositasnya akan menjadi konstan.
2. Pseudoplastic
Pseudoplastis adalah suatu model pendekatan fluida Non-Newtonian
dimana viskositasnya cenderung menurun tetapi shear stress dari fluida ini
akan semakin meningkat.
3. Dilatant
Dilatant adalah suatu model pendektan fluida Non-Newtonian dimana
viskositas danshear stress dari fluida ini akan cenderung mengalami
peningkatan. Contoh fluida jenis ini adalah pasta.
Sementara itu penggolongan lain untuk fluida Non-Newtonian adalah :
1. Thixotropic (Shear thinning),
Fluida yang termasuk fluida shear thinning adalah fluida yang mengencer
akibat geseran. Viskositas nyatanya berkurang dengan meningkatnya laju
geseran – semakin kuat fluida mengalami geseran, maka fluida tersebut
semakin encer (viskositasnya berkurang) (Munson,2004).
Fluida thixptropic adalah fluida dimana viskositasnya seolah – olah
semakin lama semakin berkurang meskipun laju gesernya tetap. Apabila
terdapat gaya yang bekerja pada fluida ini maka viskositasnya akan menurun
contoh fluida ini adalh cat, campuran tanah liat, dan berbgai jenis jel
(Setiawan, 2008).
2. Rheopectic (Shear Thickening)
Fluida yang viskositasnya seolah – olah makin lama makin besar. Sebagai
contoh minyak pelumas. Bisa dikatakan bahwa jika ada suatu gaya yang bekerja
padanya makan fluida rheopectic akan bertambah (Setiawan, Didik.2008).
Sedangkan menurut Munson tahun 2004, untuk fluida yang mengental akibat
geseran disebut Shear Thickening fluida. Viskositas nyatanya meningkat dengan
peningkatan laju geseran, semakin fluida mengalami geseran maka semakin kental
fluida tersebut (viskositas bertambah).

2.2 Viskositas
Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliaran fluida yang merupakan
gesekan antara molekul – molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan
yang mudah mengalir dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan
sebaliknya bahan – bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang
tinggi. Pada hukum aliran viskos, Newton menyatakan hubungan antara gaya –
gaya mekanika dari suatu aliran viskos sebagai : Geseran dalam (viskositas)
fluida adalah konstan sehubungan dengan gesekannya. Hubungan tersebut
berlaku untuk fluida Newtonian, dimana perbandingan antara tegangan geser (s)
dengan kecepatan geser (g) nya konstan. Parameter inilah yang disebut dengan
viskositas. Aliran viskos dapat digambarkan dengan dua buah bidang sejajar yang
dilapisi fluida tipis diantara kedua bidang tersebut. Suatu bidang permukaan
bawah yang tetap dibatasi oleh lapisan fluida setebal h, sejajar dengan suatu
bidang permukaan atas yang bergerak seluas A. Jika bidang bagian atas itu ringan,
yang berarti tidak memberikan beban pada lapisan fluida dibawahnya, maka tidah
ada gaya tekan yang bekerja pada lapisan fluida. Suatu gaya F  dikenakan pada
bidang bagian atas yang menyebabkan bergeraknya bidang atas dengan kecepatan
konstan v, maka fluida dibawahnya akan membentuk suatu lapisan – lapisan yang
saling bergeseran.Setiap lapisan tersebut akan memberikan tegangan geser (s)
sebesar F/A yang seragam, dengan kecepatan lapisan fluida yang paling atas
sebesar v dan kecepatan lapisan fluida paling bawah sama dengan nol. Maka
kecepatan geser (g) pada lapisan fluida di suatu tempat pada jarak y dari bidang
tetap, dengan tidak adanya tekanan fluida.
Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliaran fluida yang merupakan
gesekan antara molekul – molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan
yang mudah mengalir dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan
sebaliknya bahan – bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang
tinggi. Pada hukum aliran viskos, Newton menyatakan hubungan antara gaya –
gaya mekanika dari suatu aliran viskos sebagai : Geseran dalam (viskositas)
fluida adalah konstan sehubungan dengan gesekannya. Hubungan tersebut
berlaku untuk fluida Newtonian, dimana perbandingan antara tegangan geser (s)
dengan kecepatan geser (g) nya konstan. Parameter inilah yang disebut dengan
viskositas. Aliran viskos dapat digambarkan dengan dua buah bidang sejajar yang
dilapisi fluida tipis diantara kedua bidang tersebut. Suatu bidang permukaan
bawah yang tetap dibatasi oleh lapisan fluida setebal h, sejajar dengan suatu
bidang permukaan atas yang bergerak seluas A. Jika bidang bagian atas itu ringan,
yang berarti tidak memberikan beban pada lapisan fluida dibawahnya, maka tidah
ada gaya tekan yang bekerja pada lapisan fluida. Suatu gaya F  dikenakan pada
bidang bagian atas yang menyebabkan bergeraknya bidang atas dengan kecepatan
konstan v, maka fluida dibawahnya akan membentuk suatu lapisan – lapisan yang
saling bergeseran.Setiap lapisan tersebut akan memberikan tegangan geser (s)
sebesar F/A yang seragam, dengan kecepatan lapisan fluida yang paling atas
sebesar v dan kecepatan lapisan fluida paling bawah sama dengan nol. Maka
kecepatan geser (g) pada lapisan fluida di suatu tempat pada jarak y dari bidang
tetap, dengan tidak adanya tekanan fluida (Anonim, 2013).

2.3 Viskometer
Menurut Hermawan, 2012 viskometer adalah alat yang dipergunakan untuk
mengukur viskositas atau kekentalan suatu larutan. Kebanyakan viscometer
mengukur kecepatan dari suatu cairan mengalir melalui pipa gelas (gelas kapiler),
bila cairan itu mengalir cepat maka viskositas cairan itu rendah (misalnya cair)
dan bila cairan itu mengalir lambat maka dikatakan viskositasnya tinggi (misalnya
madu). Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran cairan yang melalui
tabung berbentuk silinder. Ini merupakan salah satu cara yang paling mudah dan
dapat digunakan baik untuk cairan maupun gas.

(Glitterfy. 2012)
Ada beberapa viskometer yang sering digunakan untuk menentukan
viskositas suatu larutan, yaitu :  
1. Viskometer Ostwald 
2. Viskometer  Hoppler 
3.  Viskometer Cup and Bo
4. Viskometer Cone and Plate (Brookefield)
a. Viskositas Ostwald
Viskometer Ostwald yaitu dengan cara mengukur waktu yang dibutuhkan
bagi cairan dalam melewati 2 tanda ketika mengalir karena gravitasi melalui
viskometer ostwald. Untuk mengkalibrasi viscometer ostwald adalah dengan
air yang sudah diketahui tingkat viskositasnya. Cara penggunaannya adalah:
1. Pergunakan viscometer yang sudah bersih.
2. Pipetkan cairan ke dalam viscometer dengan menggunakan pipet.
3. Lalu hisap cairan dengan menggunakan pushball sampai melewati 2
batas.
4. Siapkan stopwatch, kendurkan cairan sampai batas pertama lalu mulai
menghitung.
5. Catat hasil, dan lakukan perhitungan dengan rumus.
6. Usahakan saat melakukan perhitungan, kita menggenggam di lengan
yang tidak berisi cairan.
b. Viskositas Hoppler
Viskositas dapat juga ditentukan dengan cara hoppler, berdasarkan hukum
stokes (berdasarkan jatuhnya benda melalui medium zat cair). Prosedur kerja
dengan menggunakan viscometer hoppler:
1. Ukur diameter bola.
2. Timbang massa bola.
3. Ukur panjang tabung viscometer dari batas atas sampai atas bawah.
4. Tentukan massa jenis masing-masing cairan.
5. Ukur temperature alat viskositas Hoppler.
6. Isi tabung dengan aquades dan dimasukan bola.
7. Pada saat bola diatas , stopwatch dihidupkan.
8. Pada saat bola dibawah, stopwatch dimatikan.
9. Catat waktu bola jatuh dari batas atas sampai batas bawah.
10. Tabung dibalik.
11. Ulangu prosedur 3-6 sebanyak 3 kali berturut-turut pada temperature
lain dan cairan yang lain.
c. Viskometer Cup and Bob
Dalam viskometer ini sampel dimasukkan dalam ruang antara dinding luar
bob/rotor dan dinding dalam mangkuk (cup) yang pas dengan rotor tersebut.
Berbagai alat yang tersedia berbeda dalam hal bagian yang berputar, ada alat
dimana yang berputar adalah rotornya, ada juga bagian mangkuknya yang
berputar. Alat viskotester adalah contoh viskometer dimana yang berputar
adalah bagian rotor. Terdapat dua tipe yaitu viscotester VT-03 F dan VT- 04
F:
1.  VT -04 F digunakan untuk mengukur zat cair dengan viskositas tinggi, 
2. VT-03F untuk mengukur zat cair yang viskositasnya rendah.
Prinsip pengukuran viskositas dengan alat ini adalah cairan uji dimasukkan
kedalam mangkuk, rotor dipasang .kemudian alat dihidupkan. Viskositas zat
cair dapat langsung dibaca pada skala .
d. Viskometer Cone and Plate ( Brookefield)
Cara pemakaiannya adalah sampel ditempatkan ditengah-tengah papan,
kemudian dinaikkan hingga posisi dibawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh
motor dengan bermacam kecapatan dan sampelnya digeser didalam ruang
semit antara papan yang diam dan kemudian kerucut yang berputar.
Viskometer Cone/ Plate adalah alat ukur kekentalan yang memberikan
peneliti suatu instrumen yang canggih untuk menentukan secara rutin
viskositas absolut cairan dalam volume sampel kecil. Cone dan plate
memberikan presisi yang diperlukan untuk pengembangan data rheologi
lengkap. Ada beberapa hal yang mempengaruhi akurasi dari alat ini, misalnya:
1. Dipakai pada cone dan plate
2. Ukuran sample
3. Waktu yang dibutuhkan untuk memungkinkan sampel untuk
menstabilkan pada pelat sebelum terbaca
4. Kebersihan kerucut dan plat
5. Jenis bahan, tinggi atau rendah viskositas, ukuran partikel
6. Tipe cone, cone rentang yang lebih rendah memberikan akurasi yang
lebih tinggi
7. Shear rate ditempatkan untuk sampel
 Prosedur Kalibrasi untuk Cone/Plate Viscometer
1.   Atur jarak antara cone spindle dengan plate sesuai dengan Instruction
Manual
2.  Pilih viscosity standard yang akan memberikan nilai pembacaan antara
10% hingga 100% dari Full Scale Range (FSR). Sebaiknya pilih
standard dengan nilai mendekati 100% FSR.
3.  Masukkan sample ke dalam cup dan biarkan selama 15 menit untuk
mencapai suhu setting
4.  Lakukan pengukuran dan catat hasilnya baik % Torque dan cP. 
Toleransi dari viscometer Brookfield adalah 1% dari Full Scale Range
(FSR). FSR adalah nilai maksium yang mampu diukur oleh alat dengan
kombinasi setting Spindle dan Kecepatan putar spindle yang kita tetapkan.
Sedangkan toleransi dari cairan standard adalah 1% dari nilai viscosity cairan
yang bersangkutan.

2.4 Kekentalan
Mnurut Innu, 2010 fluida adalah persenyawaan yang mengalami deformasi
(perubahan bentuk) secara kontinyu jika dikenakan shear stress. Resistensi yang
dikeluarkan oleh fluida terhadap beberapa deformasi disebut viskositas. Untuk
dan gas beberapa cairan dengan berat molekul yang rendah jika pada temperature
dan tekanan tertentu viskositasnya tetap, maka bahan tersebut dikenal dengan
fluida Newtonian.

2.5 Hubungan Fluida dengan Viskositas


Fluida (zat alir) adalah zat yang dapat mengalir, misalnya zat cair dan gas.
Fluida dapat digolongkan dalam dua macam, yaitu fluida statis dan dinamis.
Didalam fluida yang tidak diidealisir terdapat aktivitas molekuler antara bagian-
bagian lapisannya. Salah satu akibat dari adanya aktivitas ini adalah timbulnya
gesekan internal antara bagian-bagian tersebut, yang dapat digambarkan sebagai
gaya luncur diantara lapisan-lapisan fluida tadi.
Hal ini dapat dilihat dari perbedaan kecepatan bergerak lapisan-lapisan fluida
tersebut. Bila pengamatan dilakukan terhadap aliran fluida makin mengecil
ditempat-tempat yang jaraknya terhadap dinding pipa semakin kecil, dan praktis
tidak bergerak pada tempat di dinding pipa. Sedangkan kecepatan terbesar
terdapat ditengah-tengah pipa aliran.
Viskositas suatu fluida adalah sifat yang menunjukkan besar dan kecilnya
tahan dalam fluida terhadap gesekan. Fluida yang mempunyai viskositas rendah,
misalnya air mempunyai tahanan dalam terhadap gesekan yang lebih kecil
dibandingkan dengan fluida yang mempunyai viskositas yang lebih besar.
Dari hasil eksperimen didapatkan bahwa gaya (F) berbanding lurus dengan
kecepatan (V), luas (A) dan berbanding terbalik dengan jarak (L). Persamaannya :
η .V . A
F=
L
dengan η adalah nilai tetapan viskositas.
Oleh karena itu, viskositas berkaitan dengan gerak relatif antar bagian-bagian
fluida, maka besaran ini dapat dipandang sebagai ukuran tingkat kesulitan aliran
fluida tersebut. Makin besar kekentalan suatu fluida makin sulit fluida itu
mengalir. Viskositas suatu cairan murni atau larutan merupakan indeks hambatan
alir cairan. Beberapa zat cair dan gas mempunyai sifat daya tahan terhadap aliran
ini, dinyatakan dengan Koefisien Viskositas (η) (Innu, 2010).
BAB III
METODOLOGI PENGAMATAN DAN PENGUKURAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
1. Aqua gelas bekas;
2. Gelas kaca;
3. Kulkas;
4. Oven;
5. Spindle;
6. Tissu;
7. Viskometer.
3.1.2 Bahan
1. Saus sambal (2 merek)
2. Kecap (3 merek)
3. Air

3.2 Prosedur Praktikum


3.2.1 Pengujian Kecap
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada praktikum;
2. Memasang alat viskometer dengan benar;
3. Memasukan ketiga kecap ke dalam 3 gelas yang berbeda;
4. Memasukan sebagian bahan ke dalam oven dan sebagiannya lagi ke dalam
kulkas selama ±10 menit;
5. Memilih spindle yang akan digunakan, ukuran 62;
6. Memasangkan spindle pada viskometer;
7. Menguji ketiga merek kecap yang bersuhu sedang, panas, dan dingin;
8. Mengukur viskositasnya dengan menggunakan viskometer lalu
menghitungnya;
9. Membersihkan viskometer dan spindle yang terkena bahan dengan
menggunakan tissue untuk digunakan pada uji viskositas bahan
selanjutnya;
10. Mencatat hasil yang didapatkan pada praktikum;
11. Membuat grafik suhu terhadap viskositas pada setiap bahan yang
digunakan pada praktikum;
12. Membersihkan dan merapikan alat-alat yang telah digunakan.
3.2.2 Pengujian Saus Tomat dan Saus Cabai
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada praktikum;
2. Memasang alat viskometer dengan benar;
3. Memasukan saus tomat dan saus cabai ke dalam 3 gelas yang berbeda;
4. Memasukan sebagian bahan ke dalam oven dan sebagiannya lagi ke
dalam kulkas selama ±10 menit;
5. Memilih spindle yang akan digunakan,yaitu ukuran 63;
6. Memasangkan spindle pada viskometer;
7. Menguji saus tomat dan saus cabai yang bersuhu sedang, panas, dan
dingin;
8. Mengukur viskositasnya dengan menggunakan viskometer lalu
menghitungnya;
9. Membersihkan viskometer dan spindle yang terkena bahan dengan
menggunakan tissue untuk digunakan pada uji viskositas bahan
selanjutnya;
10. Mencatat hasil yang didapatkan pada praktikum;
11. Membuat grafik suhu terhadap viskositas pada setiap bahan yang
digunakan pada praktikum;
12. Membersihkan dan merapikan alat-alat yang telah digunakan.
BAB IV
HASIL

Tabel 1. Hasil Pengamatan


Nama Suhu Viskositas
No Perlakuan Pembacaan
Bahan (0C) (Mpa.s)
Dingin 22,4 25 25 x 100
Kecap
1 Sedang 25,6 20 20 x 100
ABC
Panas 41,5 8,4 8,4 x 100
Dingin 20,65 23 23 x 100
Kecap
2 Sedang 26 13 13 x 100
Bango
Panas 41,1 6 6 x 100
Dingin 17,9 26,75 26,75 x 100
Kecap
3 Sedang 26,4 15 15 x 100
Superindo
Panas 43,2 9,5 9,5 x 100
Dingin 18,7 61,6 61,6 x 2000
Saus Cabai
4 Sedang 26,4 43,5 43,5 x 2000
Indofood
Panas 39,7 49 49 x 2000
Saos Dingin 14,4 95,5 95,5 x 2000
5 Tomat Sedang 25,6 96 96 x 2000
Suiz Panas 38,6 96,5 96,5 x 2000

3000

2500
f(x) = − 82.42 x + 4238.95
Viskositas (MPa.s)

2000 R² = 0.98 Grafik Perbandingan


Suhu Terhadap
1500 Viskositas Kecap
ABC
1000 Linear (Grafik
Perbandingan Suhu
500
Terhadap Viskositas
0 Kecap ABC)
20 25 30 35 40 45
Suhu (0C)

Gambar 1. Grafik Perbandingan Suhu Terhadap Viskositas Kecap ABC


2500

2000
f(x) = − 75.11 x + 3596.89
Viskositas (Mpa.s)
R² = 0.87 Grafik Perbandingan
1500 Suhu Terhadap
Viskositas Kecap
1000 Bango
Linear (Grafik
500 Perbandingan Suhu
Terhadap Viskositas
0 Kecap Bango)
15 20 25 30 35 40 45
Suhu (0C)

Gambar 2. Grafik Perbandingan Suhu Terhadap Viskositas Kecap Bango

3000

2500
f(x) = − 63.21 x + 3552.03
Viskositas (Mpa.s)

2000 R² = 0.85 Grafik Perbandingan


Suhu Terhadap
1500 Viskositas Kecap
Superindo
1000 Linear (Grafik
Perbandingan Suhu
500
Terhadap Viskositas
0 Kecap Superindo)
15 20 25 30 35 40 45
Suhu (0C)

Gambar 3. Grafik Perbandingan Suhu Terhadap Viskositas Kecap Superindo


140000
120000
f(x) = − 977.05 x + 130351.33
Viskositas (Mpa.s)
100000
R² = 0.31 Grafik Perbandingan
80000 Suhu Terhadap
Viskositas Saus Cabai
60000 Indofood
40000 Linear (Grafik
Perbandingan Suhu
20000 Terhadap Viskositas
0 Saus Cabai Indofood)
15 20 25 30 35 40 45
Suhu 0C)

Gambar 4. Grafik Perbandingan Suhu Terhadap Viskositas Saus Cabai Indofood

193500
193000
f(x) = 82.49 x + 189838.7
Viskositas (Mpa.s)

192500 R² = 1
Grafik Perbandingan
192000 Suhu Terhadap
Viskositas Saos
191500 Tomat Suiz
191000 Linear (Grafik
Perbandingan Suhu
190500 Terhadap Viskositas
190000 Saos Tomat Suiz)
10 15 20 25 30 35 40 45
Suhu (0C)

Gambar 5. Grafik Perbandingan Suhu Terhadap Viskositas Saus Tomat Suiz


BAB V
PEMBAHASAN

Praktikum satuan operasi industri kali ini membahas mengenai viskositas


dimana seminggu sebelumnya telah mendapat responsi dengan materi yang sama.
Viskositas merupakan pengukuran dari ketahanan fluida yang diubah baik dengan
tekanan maupun dengan tegangan. Sampel pada praktikum kali ini adalah kecap
ABC, kecap Bango, kecap Superindo, saus cabai indofood, dan saus tomat.
Perlakuan setiap sampel berbeda dimana terdapat bahan dengan suhu dingin,
panas serta sedang. Pada perlakuan ketiga bahan kecap dilakukan pengukuran
suhu awal serta bahan yang sudah diukur di celupkan pada spindle dengan ukuran
62 serta 3 rpm. Hasil pembacaan pengukuran yang diperoleh pada kecap ABC ,
yaitu 25 untuk suhu dingin, 20 untuk suhu sedang, serta 8,4 untuk suhu panas.
Untuk kecap Bango pembacaan yang diperoleh pada suhu dingin, sedang serta
panas secara berrutan yaitu 23, 13, serta 6 sedangkan untuk kecap Superindo
diperoleh hasil secara berurutan dari mulai dingin, sedang serta panas untuk
pembacaan, yaitu 26,75, 15, dan 9,5. Untuk pengukuran kecap agar menapat nilai
viskositas dikonversi denganangka pengali sebesar 100.
Pada pengukuran Saus tomat dan saus cabai sama seperti kecap dilakukan
tiga perlakuan, yaitu panas, dingin, dan sedang. Ketika dilakukan percobaan hasil
yang diperoleh pada saat pembacaan saus tomat suiz pada proses dingin, sedang,
serta panas secar berurutan, yaitu 95,5, 96, dan 96,5 sedangkan saus cabai
Indofood pembacaan pada proses dingin, sedang, serta panas, yaitu 61,6, 43,5, dan
49 dimana untuk mendapatkan nilai viskositasnya dikonversi dengan faktor pegali
sebesar 2000. Jika dilihat dari keseluruhan hasil yang memiliki nilai viskositas
paling tinggi, yaitu pada saus tomat suiz dimana itu berarti kekentalan pada saus
toma suiz memiliki nilai yang paling tinggi. Saos tomat suiz hanya digunakan
sedikit karena persediaan bahan sangat sedikit sehingga pada saat dimasukkan
spindle kedalam gelas bahan terjadi kesulitan dimana spindle tersebut sulit
tenggelam didalam bahan.
Jika kita memperhatikan grafik maka untuk bahan kecap suhu dan viskositas
berbanding terbalik, semakin besar suhu semakin kecil viskositasnya. Untuk
sampel saus indofood grafik yang dihasilkan mengalami sedikit keganjalan karena
nilai suhu dan viskositasnya mengalami penurunan dan kemudian mengalai
kenaikan. Namun, jika dilihat grafik pada sampel saus suiz paling mendekati linier
dengan nilai regresi 0,9982 dimana pada saus suiz ini nilai suhu berbanding lurus
dengan viskositas dimana jika nilai suhu meningkat maka nilai viskositasnya pun
akan meningkat dan berlaku sebaliknya. Seharusnya nilai yang diperoleh untuk
kecap serta saus cabai dan tomat termasuk kedalam shear thinning dimana nilai
viskositas selalu menurun apabila dikenakan gaya. Namun, untuk saus suiz terjadi
proses shear thickning dimana nilai viskositas meningkat seiring dengan
dikenannya gaya terhadap bahan tersebut.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini, yaitu :
1. Semakin besar nilai viskositasnya maka semakin kental bahan tersebut;
2. Pada proses percobaan dengan saus cabai indofood mengalami sedikit
kekeliruan;
3. Nilai viskositas kecap berbanding terbalik dengan suhu;
4. Nilai viskosits saus suiz berbanding lurus dengan suhu.
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan sebagai pelajaran berikutnya, yaitu :
1. Memeriksa peralatan terlebih dahulu;
2. Teliti dalam mengerjakan praktikum;
3. Bertanya kepada asisten jika ada yang tidak dimengerti.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Viskositas. Terdapat pada http://id.wikipedia.org/wiki/Viskositas


(diakses pada hari Kamis, 22 Mei 2014 pukul 21.00 WIB).

Hermawan. 2012. Viskometer. Terdapat pada


http://analissolo.blogspot.com/2012/10/viskometer.html (diakses pada
hari Kamis, 22 Mei 2014 pukul 20.17 WIB).

Innu. 2010. Viskositas Cairan. Terdapat pada


http://www.academia.edu/5123485/VISKOSITAS_I (diakses pada hari :
Kamis, 22 Mei 2014 pukul 20.05 WIB).

Munson, et al. 2004. Mekanika Fluida Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Setiawan, Didik.2008.Hambatan Gesek Aliran.FT UI : Jakarta.


LAMPIRAN

Gambar 1.Viskometer Gambar 2. Sampel

Gambar 3. Termo Couple

Anda mungkin juga menyukai