Anda di halaman 1dari 19

Nilai :

LAPORAN PRAKTIKUM
SATUAN OPERASI INDUSTRI
(Viskositas)

Oleh :
Nama

: Rifayani Fadhilah

NPM

: 240110130068

Hari, Tanggal Praktikum

: Jumat, 15 Mei 2015

Waktu

: 12.30 15.00 WIB

Co. Ass

: Nedia Cahyati M.

LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES


DEPARTEMEN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Fluida merupakan zat yang sudah tidak asing lagi dan selalu kita temui

dalam kehidupan sehari-hari. Fluida yang tidak ideal memiliki aktivitas molekular
internal yang menyebabkan gesekan. Gesekan tersebut menyebabkan tahanan
yang memiliki intensitas, besar kecilnya tahanan tersebut selanjutnya disebut
viskositas.
Setiap fluida memiliki sifat dan karakteristik yang khas atau berbeda.
Viskositas merupakan salah satu sifat penting dari fluida. Dengan mengetahui
viskositas suatu fluida kita dapat menentukan perlakuan apa yang tepat untuk
diterapkan kepada fluida tersebut.
Keteknikan pertanian tidak hanya menangani alat dan mesin pertanian
ataupun bahan pangan hasil panen. Bidang keteknikan pertanian terutama
pengolahan hasil pangan akan sangat sering dihadapkan dengan fluida terutama
zat cair. Zat cair yang sering ditemui adalah susu, minyak dan air. Tidak hanya itu,
saus, kecap, madu, selai, dan masih banyak lagi zat cair merupakan hasil
pengolahan pangan pertanian.
Menangani hasil pangan merupakan hal yang sangat krusial, karena pangan
dikonsumsi oleh makhluk hidup. Pengolahan hasil pangan harus dilakukan secara
tepat, sesuai dengan karakteristik bahan yang diolah. Maka dari itu, sangatlah
penting bagi mahasiswa teknik pertanian untuk mengetahui bagaimana cara
membedakan kekentalan zat cair secara kuantitatif. Untuk mengetahui kekentalan
zat cair secara kuantitatif dapat digunakan viskometer.
1.2

Tujuan

1.2.1 Tujuan Instruksional Umum


Mahasiswa dapat mempelajari viskositas dalam unit operasi industri hasil
pertanian secara umum.
1.2.2 Tujuan Instruksional Khusus
Mahasiswa dapat mengukur viskositas beberapa bahan hasil pertanian.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Fluida
Fluida adalah istilah yang digunakan untuk menyebut segala jenis zat yang

dapat mengalir baik dalam bentuk cairan ataupun gas, apapun yang dapat
mengalir maka akan disebut fluida. Contoh fluida yang sangat sederhana adalah
air untuk cairan dan udara untuk gas.
Berdasarkan kerapatannya, fluida dibagi menjadi dua macam yaitu fluida
tidak dapat mampat atau yang sering disebut incompressible dan yang dapat
mampat atau yang sering disebut compressible. Kerapatan dipengaruhi oleh
perubahan temperature dan tekanan, namun hal ini tidak berlaku bagi fluida tidak
mampat, biasanya yang sangat terpengaruh oleh perubahan temperature dan
tekanan adalah gas, maka gas termasuk golongan dapat mampat.
Berdasarkan mekanikanya, fluida terbagi menjadi dua juga, yaitu fluida
dinamis atau fluida dalam keadaan gerak dan fluida statis atau dalam keadaan
diam.
Fluida dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, tetapi secara garis
besar fluida dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian (Setiawan, 2008). Kedua
klasifikasi tersebut adalah fluida Newtonian dan Non-Newtonian.
2.1.1 Fluida Newtonian
Fluida Newtonian adalah suatu jenis fluida yang memiliki kurva shear
stress dan gradien kecepatan linier. Contohnya adalah air, udara, ethanol, benzena,
dan sebagainya. Fluida Newtonian akan terus menerus mengalir sekalipun
terdapat gaya yang bekerja pada fluida tersebut, vikositas akan berubah jika
terjadi perubahan temperatur. Dengan kata lain fluida Newtonian adalah fluida
yang mengikuti hukum Newton tentang aliran.
2.1.2 Fluida Non-Newtonian
Fluida Non-Newtonian adalah fluida yang tidak tahan terhadap tegangan
geser (shear stress), gradient kecepatan (shear rate) dan temperatur. Dengan kata
lain kekentalan (Viscosity) merupakan fungsi daripada waktu. Fluida NonNewtonian ini antara lain : cat, minyak pelumas, lumpur, darah, obat-obatan cair,

bubur kertas, dan sebagainya. Berikut ini beberapa model pendekatan untuk fluida
Newtonian :
1. Bingham Plastic
Bingham plastik adalah suatu model pendekatan fluida Non-Newtonian
dimana viscositasnya akan sangat tergantung pada shear stree dari fluida tersebut.
Semakin lama viskositasnya akan menjadi konstan.
2. Pseudoplastic
Pseudoplastis adalah suatu model pendekatan fluida Non-Newtonian
dimana viskositasnya cenderung menurun tetapi shear stress dari fluida ini akan
semakin meningkat.
3. Dilatant
Dilatant adalah suatu model pendektan fluida Non-Newtonian dimana
viskositas danshear stress dari fluida ini akan cenderung mengalami peningkatan.
Contoh fluida jenis ini adalah pasta.
Penggolongan lain untuk fluida Non-Newtonian adalah :
1. Thixotropic (Shear thinning)
Fluida yang termasuk fluida shear thinning adalah fluida yang mengencer
akibat geseran. Viskositas nyatanya berkurang dengan meningkatnya laju geseran
semakin kuat fluida mengalami geseran, maka fluida tersebut semakin encer
(viskositasnya berkurang) (Munson, 2004).
Fluida thixptropic adalah fluida dimana viskositasnya seolah olah semakin
lama semakin berkurang meskipun laju gesernya tetap. Apabila terdapat gaya
yang bekerja pada fluida ini maka viskositasnya akan menurun contoh fluida ini
adalh cat, campuran tanah liat, dan berbgai jenis jel (Setiawan, 2008).
2. Rheopectic (Shear Thickening)
Fluida yang viskositasnya seolah olah makin lama makin besar. Sebagai
contoh minyak pelumas. Bisa dikatakan bahwa jika ada suatu gaya yang bekerja
padanya makan fluida rheopectic akan bertambah (Setiawan,2008).
Sedangkan menurut Munson tahun 2004, untuk fluida yang mengental
akibat geseran disebut Shear Thickening fluida. Viskositas nyatanya meningkat
dengan peningkatan laju geseran, semakin fluida mengalami geseran maka
semakin kental fluida tersebut (viskositas bertambah).

2.2

Viskositas
Viskositas adalah gaya gesekan internal fluida antara molekul-molekul yang

menyusun fluida tersebut atau yang lebih sering kita sebut sebagai kekentalan zat
cair. Pada zat cair, gaya kohesi atau tarik menarik antara molekul sejenis lah yang
menyebabkan viskositas, sedangkan dalam zat gas, tumbukan antar molekul yang
menyebabkan adanya viskositas. Semakin banyak gaya tarik menarik antar
molekul maka semakin kental zat cair tersebut dan semakin sulit untuk mengalir.
Contohnya adalah minyak, madu dan oli. Untuk mengurangi kekentalan zat cair
dapat digunakan suhu, karena apabila dipanaskan, maka ikatan antar molekul
sejenis akan terputus, sehingga zat cair lebih encer.
Viskositas suatu fluida adalah sifat yang menunjukkan besar dan kecilnya
tahan dalam fluida terhadap gesekan. Fluida yang mempunyai viskositas rendah,
misalnya air mempunyai tahanan dalam terhadap gesekan yang lebih kecil
dibandingkan dengan fluida yang mempunyai viskositas yang lebih besar.
Satuan Sistem Internasional (SI) untuk koefisien viskositas adalah Ns/m2 =
Pa.s (pascal sekon). Satuan CGS (centimeter gram sekon) untuk koofisien
viskositas adalah dyn.s/cm2 = poise (P). Viskositas juga sering dinyatakan dalam
sentipoise (cP). 1 cP = 1/100 P.
Viscositas suatu cairan murni atau larutan merupakan indeks hambatan alir
cairan. Beberapa zat cair dan gas mempunyai sifat daya tahan terhadap aliran ini,
dinyatakan dengan Koefisien Viscositas () (Raynaldo, 2011). Viscositas
digunakan dalam dunia industri sebagai alat untuk mengukur kekentalan dari
suatu zat yang akan diuji baik berupa cairan maupun gas.
2.3

Viskometer
Viskometer adalah alat untuk mengukur viskositas atau kekentalan.

Kebanyakan viskometer mengukur kecepatan dari suatu cairan mengalir melalui


pipa gelas (gelas kapiler), bila cairan itu mengalir cepat maka viskositas cairan itu
rendah (misalnya cair) dan bila cairan itu mengalir lambat maka dikatakan
viskositasnya tinggi (misalnya madu). Viskositas dapat diukur dengan mengukur
laju aliran cairan yang melalui tabung berbentuk silinder. Ini merupakan salah satu

cara yang paling mudah dan dapat digunakan baik untuk cairan maupun gas
(Instrumentasi, 2012).
Ada banyak jenis viscometer, diantaranya yaitu viscometer Ostwald,
viscometer Lehman dan viscometer Bola Jatuh Stokes.

BAB III
METODOLOGI PENGAMATAN DAN PENGUKURAN
3.1

Alat dan Bahan

3.1.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum pindah panas kali ini adalah sebagai
berikut :
1. Viskometer
2. Tissue
3. Kulkas
4. Water Bath
5. Gelas Plastik
6. Termometer Digital
7. Spindel 63
8. Spindel 62
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum pindah panas kali ini adalah sebagai
berikut :
1. Madu
2. Kecap ABC
3. Saus Del Monte
4. Saus Indofood
5. Saus ABC
3.2

Prosedur Percobaan
1.

Menyiapkan bahan berdasarkan jenisnya masing-masing satu jenis


bahan tersedia dalam tiga gelas.

2.

Memasukkan masing-masing bahan kedalam gelas plastik transparan.

3.

Menyiapkan peralatan viskometer dengan spindle yang sesuai dengan


jenis bahan. (Spindel 63 untuk saus, Spindel 62 untuk madu dan kecap).

4. Semua bahan dengan jenis yang sama diberi tiga perlakuan yang
berbeda

berdasarkan suhunya. Pada perlakuan sedang, bahan tidak

diberi perlakuan apa-apa. Untuk bahan yang diberi perlakuan dingin


dimasukkan kedalam kulkas selama lima menit sementara untuk bahan
yang diberi perlakuan panas dimasukkan kedalam water bath sehingga
mencapai suhu 50 C.
5.

Mengukur suhu masing-masing bahan menggunakan termometer.

6.

Mengukur viskositas bahan dengan viskometer dengan menggunakan


jenis spindle yang telah ditentukan.

BAB IV
HASIL PERCOBAAN
4.1

Tabel Hasil Pengukuran

Tabel 1. Hasil Pengamatan Pengukuran Viskositas


Bahan

Perlakuan

Suhu (C)

Dingin
Sedang
Panas
Dingin
Sedang
Panas
Dingin
Sedang
Panas
Dingin
Sedang
Panas
Dingin
Sedang
Panas

18.3
26.7
48.5
16.6
25.8
48.4
16.6
25.5
49.1
19.5
26.9
48.5
16.5
26.7
49.2

Madu
Kecap
ABC
Saus
Del Monte
Saus
Indofood
Saus
ABC
4.2

Pembacaa

Faktor

Viskositas

n
31.5
35
16
69
34
8.5
61
80
64
76
90.5
80.5
83
69
62.5

Pengali
200
50
50
50
50
100
2000
900
2000
800
400
400
800
800
800

(m.Pa.s)
6300
2750
800
3450
1700
850
122000
32000
128000
60800
36200
32200
66400
55200
50000

Perhitungan
Viskositas = Pembacaan Faktor Pengali (i)

Madu
Dingin Viskositas = 31.5 200 = 6300 m.Pa.s
Sedang Viskositas = 35 50 = 2750 m.Pa.s
Panas

Viskositas = 16 50 = 800 m.Pa.s

Kecap ABC
Dingin Viskositas = 69 50 = 3450 m.Pa.s
Sedang Viskositas = 34 50 = 1700 m.Pa.s
Panas

Viskositas = 8.5 100 = 850 m.Pa.s

Saus Del Monte


Dingin Viskositas = 61 2000 = 122000 m.Pa.s
Sedang Viskositas = 80 900 = 32000 m.Pa.s
Panas

Viskositas = 64 2000 = 128000 m.Pa.s

Saus Indofood
Dingin Viskositas = 76 800 = 60800 m.Pa.s
Sedang Viskositas = 90.5 400 = 36200 m.Pa.s
Panas

Viskositas =80.5 400 = 32200 m.Pa.s

Saus ABC
Dingin Viskositas = 83 800 = 66400 m.Pa.s
Sedang Viskositas = 69 800 =55200 m.Pa.s
Panas
4.3

Viskositas = 62.5 800 =50000 m.Pa.s


Grafik

f(x) = - 2750x + 8783.33


R = 0.97

Gambar 1. Grafik Hubungan Viskositas dengan Temperatur pada Madu

f(x) = - 1300x + 4600


R = 0.96

Gambar 2. Grafik Hubungan Viskositas dengan Temperatur pada Kecap ABC

f(x) = 3000x + 88000


R = 0

Gambar 3. Grafik Hubungan Viskositas dengan Temperatur pada Saus Del Monte

f(x) = - 30200x + 92866.67


R = 0.99

Gambar 4. Grafik Hubungan Viskositas dengan Temperatur pada Saus Indofood

f(x) = - 8200x + 73600


R = 0.96

Gambar 5. Grafik Hubungan Viskositas dengan Temperatur pada Saus ABC

BAB V
PEMBAHASAN
Praktikum satuan operasi industri kali ini melakukan uji coba terhadap
viskositas lima bahan dengan jenis yang berbeda. Percobaan juga dilakukan
dengan tiga analisis suhu pada tiap bahan, yaitu pada suhu rendah, sedang, dan
suhu tinggi. Pada masing-masing temperatur, nilai viskositas yang dihasilkan
berbeda-beda sehingga semua bahan yang digunakan pada percobaan dapat
diklasifikasikan ke dalam suatu jenis bahan shear thinning atau shear tickening.
Shear Thinning fluids merupakan sebutan untuk jenis fluida yang nilai
viskositasnya akan berkurang dengan meningkatnya laju geseran. Semakin kuat
fluida mengalami geseran, maka fluida tersebut semakin encer. Kebanyakan
suspensi koloid dan larutan polimer adalah fluida yang termasuk golongan ini.
Misalnya cat lateks tidak menetes dari kuas karena lajur geserannya kecil dan
viskositasnya yang besar. Namun, cat tersebut mengalir dengan mulus pada
dinding karena lapisan tipis cat antara dinding dengan kuas mengakibatkan laju
geseran yang besar (du/dy) dan nilai visktositas yang kecil. Sedangkan Shear
Thickening Fluid merupakan sebutan untuk jenis fluida yang nilai viskositasnya
meningkat dengan peningkatan laju geseran. Dari pengertian diatas dapat
ditentukan jenis fluida untuk masing-masing bahan yang digunakan.
Untuk mengukur viskositas, digunakan alat viscometer dengan spindel yang
berbeda. Untuk saus digunakan spindel 63, sedangkan untuk madu dan kecap
digunakan spindel 62. Semakin kental suatu cairan, semakin kecil spindel yang
digunakan.
Pada semua percobaan, baik dengan menggunakan bahan berupa madu,
kecap maupun saus, diperoleh hasil bahwa pada saat suhu bahan rendah, nilai
viskositasnya tinggi dan semakin tinggi suhunya nilai viskositas bahan semakin
berkurang. Kecuali pada saus Del Monte. Hal ini mungkin terjadi karena
ketidaktelitian praktikan atau human error lainnya. Namun mayoritas, hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu, maka bahan tersebut semakin encer dan
dapat disimpulkan bahwa semua bahan yang digunakan dalap praktikum termasuk
ke dalam jenis bahan shear thinning.

Adanya perubahan nilai viskositas akibat suhu ini kita kenal dengan Indeks
kekentalan/Indeks viskositas. Perubahan ini timbul akibat adanya perubahan
ikatan molekul yang menyusun fluida tersebut. Akibatnya, apabila sebuah fluida
(misalnya madu/kecap/saus yang digunakan dalam praktikum) dikenakan sebuah
temperatur yang berbeda, maka kekentalannya akan berubah.
Viskositas dari setiap bahan tentu berbeda-beda, apabila dilihat dari suhu
yang sama yaitu sedang, maka dapat dibuktikan bahwa saus ABC memiliki
viskositas tertinggi, diikuti saus Indofood, saus Del Monte, madu dan terakhir
kecap.
Bila viskositas gas meningkat dengan naiknya temperatur, maka viskositas
cairan justru akan menurun jika temperatur dinaikkan. Fluiditas dari suatu cairan
yang merupakan kebalikan dari viskositas akan meningkat dengan makin
tingginya temperatur. Hal ini terbukti pada data yang diperoleh dari hasil
praktikum dengan menggunakan cairan (fluida) yaitu kecap dan saus. Akan tetapi,
dari grafik yang diplot dari data hasil yang diperoleh, dapat terlihat bahwa semua
Flow Behavior Indeks (n/B pada regresi) bernilai negatif. Oleh karena itu, maka
analisis pengklasifikasian jenis fluida pada praktikum ini tidak dengan
menggunakan nilai n karena percobaan yang dilakukan tidak berdasarkan analisis
waktu melainkan lebih menekankan pada pengaruh temperatur.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat dibuat untuk praktikum satuan operasi industri kali

ini adalah sebagai berikut :


1.

Viskositas adalah gaya gesekan internal fluida antara molekul-molekul


yang menyusun fluida tersebut atau yang lebih sering kita sebut sebagai
kekentalan zat cair.

2.

Viskositas diukur menggunakan viskometer.

3.

Madu dan kecap memiliki kekentalan yang berbeda dengan saus.


Sehingga saat

melakukan pengukuran

viskositas

menggunakan

viscometer, digunakan spindel yang berbeda.


4.

Semakin tinggi suhu suatu zat cair maka semakin rendah viskositasnya.
Hal ini menunjukan jenis bahan yang Shear Thinning.

6.2

Saran
Saran untuk praktikum satuan operasi industri kali ini adalah :
1.

Peralatan yang kurang memadai memperlambat jalannya proses


praktikum.

2.

Sebaiknya alat dan bahan sudah dipastikan tersedia.

DAFTAR PUSTAKA
Instrumentasi.
2012.
Viskometer.
Terdapat
pada
:
http://tugasinstrumen.blogspot.com/2012/10/viskometer.html (Diakses pada
hari Jumat, 22 Mei 2015 pukul 03.08 WIB)
Munson. 2004. Mekanika Fluida Edisi Keempat Jilid 1. Erlangga : Jakarta.
Raynaldo, F. A.. 2011. Laporan Praktikum Satuan Operasi Industri (Viksositas).
FTIP : Jatinangor.
Setiawan, D.2008.Hambatan Gesek Aliran. FT UI : Jakarta.

LAMPIRAN

Gambar 6. Jurnal

Gambar 7. Spindel-spindel

Gambar 8. Viskometer

Gambar 9. Termometer Digital

Anda mungkin juga menyukai