LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENANGANAN HASIL PERTANIAN
(Pengeringan Bahan Hasil Pertanian)
Oleh :
Nama
: Ismail
NPM
: 240110130109
Waktu
Asisten Dosen
: 1. Riska Dwi W. T.
2. Nedia Cahyati
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan pangan yang berasal dari tanaman, seperti buah-buahan dan sayuran
dalam keadaaan segar adalah kelompok bahan makanan yang agak mudah rusak.
Kelompok bahan pangan ini tergantung dari jenisnya relatif lebih tahan pada suhu
kamar. Buah-buahan seperti pisang, mangga akan mengalami proses pematangan
terlebih dahulu sebelum mengalami proses pembusukan. Kandungan air yang
terdapat dalam bahan hasil pertanian memegang peranan yang sangat penting
dalam menjaga kualitas dari bahan hasil pertanian.
Kadar air bahan hasil pertanian mempengaruhi kualitas dan daya simpan
dari suatu bahan tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air dari suatu bahan
hasil pertanian begitu penting dalam proses pengolahan maupun pendistribusian
untuk mendapat penanganan yang tepat. Penanganan bahan hasil pertanian
dikatakan tepat jika penanganan tersebut mampu mengelola hubungan antara
faktor-faktor yang dimiliki bahan hasil pertanian dengan lingkungan dimana
bahan hasil pertanian berada. Kadar air bahan hasil pertanian memegang
peranan yang sangat penting dalam menjaga kualitas dari bahan hasil
pertanian. Terjadinya kerusakan pada bahan-bahan hasil pertanian selepas
panen secara
kimia
disebabkan
karena
masih
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengeringan
Secara umum, pengeringan merupakan proses pemindahan air dari dalam
bahan melalui penguapan dengan menggunakan energi panas. Selama
pengeringan berlangsung, energi panas dipindahkan dari udara sekeliling ke
permukaan bahan, sehingga terjadi peningkatan suhu dan terbentuknya uap air.
Kandungan air dari bagian dalam bahan berdifusi ke permukaan bahan, dan juga
uap air yang terkandung di dalam udara sekeliling bahan secara kontinyu dialirkan
keluar dari mesin pengering.
Tujuan pengeringan bahan hasil pertanian adalah untuk mengurangi
kandungan air bahan sampai dengan kadar air aman, baik untuk proses
pengolahan maupun penyimpanan. Menurut Henderson (1976), pengeringan
adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari
bahan dengan menggunakan media pengering (udara, cair, atau padat) sampai
pada tingkat kadar air kesetimbangan (Equilibrium Mousture Contents = EMS)
dengan kondisi udara luar (atmosfer) normal atau tingkat kadar air yang setara
dengan nilai aktifitas air (aw) yang aman dari kerusakan oleh mikrobiologi,
enzimatis, dan kimia.
2.2 Kadar Air
Kadar air bahan hasil pertanian memegang peranan sangat penting dalam
menjaga kualitas dari bahan hasil pertanian. Terjadinya kerusakan pada bahan
hasil pertanian selepas panen secara biologis, fisiologis, dan kimia disebabkan
karena masih tingginya kadar air di dalam bahan. Informasi kadar air dari suatu
bahan hasil pertanian sangat diperlukan untuk mengetahui kondisinya apakah
telah memenuhi syarat dalam proses penanganan pasca panen, misalnya untuk
proses perontokan, penyimpanan dan lain-lain.
Kandungan air di dalam bahan hasil pertanian biasanya dinyatakan dalam
persentase basis basah (m) dan persentase basis kering (M). Dalam perhitungan-
perhitungan teknik, kadar air basis kering lebih sering dipakai karena pembagi
pada perhitungan kadar air basis kering adalah bahan setelah dikeringkan yang
tidak mengandung air sehingga beratnya tetap dan perubahan penurunan
kandungan air lebih terlihat dengan jelas.
Kandungan air basis basah dapat dinyatakan sebagai berikut:
100Wm
(Wm Wd )
m=
................................................(1)
M = 100
M=
Wm
Wd
100m
100 m
...................................................(2)
....................................................(3)
Dimana:
m = Kadar air basis basah (%)
M = Kadar air basis kering (%)
Wm= Berat air dalam bahan (kg)
Wd = Berat bahan padat (bagian yang tidak mengandung air) (kg)
Penentuan kadar air dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode,
yaitu metode praktis dan metode dasar. Metode praktis, metode ini mudah
dilakukan tetapi hasilnya kurang teliti sehingga sering sering perlu dilakukan
kalibrasi alat terlebih dahulu. Yang termasuk metode ini adalah metode kalsium
karbida dan metode pengukuran dengan alat ukur kadar air (electric moisture
meter).
Metode dasar, kadar air ditentukan dengan mengukur kehilangan berat yang
diakibatkan oleh pengeringan atau pemanasan pada kondisi tertentu dan
dinyatakan sebagai persentase dari berat mula-mula. Yang termasuk ke dalam
metode dasar adalah metode oven, metode destilasi dan metode Karl Fisher.
udara didasarkan pada proses penguapan air. Penguapan air akan terjadi lebih
cepat pada tekanan udara rendah jika dibandingkan dengan tekanan udara
tinggi.
4. Pengeringan beku
Pada pengeringan beku, uap air disublimasikan keluar dari bahan pada
suhu dan tekanan yang rendah. Struktur bahan tetap dipertahankan dengan
baik pada kondisi proses pengeringan beku (Suhadi, 2005).
2.5 Laju Pengeringan
Proses pengeringan dapat dibagi menjadi dua periode yaitu periode
lajupegeringan tetap dan periode
pengeringan tetap akan terjadi pada bahan yang mengandung banyak air sehinga
membentuk lapisan air yang akan mengering dari permukaannya. Laju
pengeringan tetap akan ditentukan sepenuhnya oleh laju pindah panas dari udara
pengering dan massa uap air dari permukaan bahan yang dikeringkan.
Beberapa bahan hasil pertanian tidak menunjukkan periode laju pengeringan
tetap sama sekali karena terdapat pengaruh laju pindah panas dan massa internal
bahan yang menentukan laju pengeringan. Laju pengeringan tetap akan berhenti
pada saat air bebas dipermukaan habis dan laju pengurangan kadar air akan
berkurang secara progresif. Kadar air disaat laju pengeringan tetap berhenti
disebut kadar air kritis.
Pada prakteknya semua bahan pertanian yang dikeringkan akan mengalami
periode laju pengeringan menurun. Laju pengeringan menurun dibatasi oleh
Equilibrium Mostuire Content EMC dari kurva kadar air antara nol dan mendekati
RH 100%. Pada laju pengeringan menurun melibatkan dua proses yaitu
perpindahan kadar air di dalam bahan ke permukaan dan penguapan kadar air dari
permukaan bahan.
Apabila sejumlah bahan dikeringkan pada keadaan udara tertentu dan kadar
air bahan dicatat setiap selang waktu tertentu, akan diperoleh suatu kurva
kandungan air terhadap waktu pengeringan. Kurva hubungan kandungan air
terhadap waktu juga dapat menggambarkan laju pengeringan pada bahan hasil
pertanian.
dx
k A Y
dt
Dimana :
x
= waktu pengeringan
WD = lajpengerinan (kg/s)
K
dt
k t t e
d
Dimana :
t
te
Modus operasi
Curah
Kontinyu
Konveksi, konduksi, radiasi, medan
elektromagnetik, pindah panas
kombinasi
Intermiten dan kontinyu
Tekanan operasi
Bergerak, diaduk,disebar
Vakum
Tekanan atmosfer
Udara
Udara super panas
Gas buang
Di bawah suhu didih
Suhu pengeringan
Jumlah tahapan
Aliran campuran
Tunggal
Multitahap
Singkat (< 1 menit )
Sedang (1-60 menit)
M Me
k
e
Mo Me
Dimana :
M = kadar air basis kering (decimal)
Mo = kadarair awal (decimal)
Me = kadar air kesetimbangan (decimal)
k
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1
Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Cawan.
2. Desikator.
3. Moisture tester.
4. Oven.
5. Stopwatch.
6. Timbangan analitik.
3.1.2
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Beras.
6. Mengeluarkan cawan yang berisi bahan (kacang tanah) dari oven kemudian
memasukan cawan ke dalam desikator selama 5 menit pada setiap interval
waktu yang telah ditentukan.
7. Membuat kurva laju pengeringan dari data-data tersebut di atas.
8. Menentukan persamaan kurva laju pengeringan bahan dan mencari besaran
konstanta laju pengeringan pada bahan tersebut.
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
4.1 Hasil Pengukuran
BAB V
HASIL PERCOBAAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Pengeringan Beras
Kadar air (%)
Kada
Me
r Air
nit Ke-
12
12
12,
,6
12
,6
12
6
12,
/t
MR
Ln MR
12
1,1
Rata-rata
(%/m
(%)
(t)
0
12,6
12,8
,9
12
,7
12
7
12,
,7
13
,6
12
6
12,
,8
25
6,
12,6
,0
12
,8
12
7
12,
,8
12
,7
12
6
12,
3
4,
1,1
12,8
4
5
0,1178
0,1178
267
3,
25
1,0
175
2,
625
1,1
12,7
12,8
0,0606
0,1178
,9
11,
,8
11
,4
15
30
45
60
11,4
-
56
0,
25
0,3
767
-
125
-
11,5
- 1,1632
4.2 Perhitungan
A. Perhitungan M/t
1. Menit ke 0 =
12,6
0
=~
2. Menit ke 1 =
12,8
1
= 12,8
3. Menit ke 2 =
12,6
2
= 6,3
4. Menit ke 3 =
12,8
3
= 4,267
5. Menit ke 4 =
12,7
4
= 3,175
6. Menit ke 5 =
12,8
5
= 2,56
7. Menit ke 15 =
11,5
15
= 0,767
B. Perhitungan MR
Diketahui : Me = 11%
1. MR0 =
MoMe
MoMe
26,611
12,611
=1
2. MR1 =
M 1Me
MoMe
26,811
12,611
= 1,125
3. MR2 =
M 2Me
MoMe
26,611
12,611
=1
4. MR3 =
M 3Me
MoMe
26,811
12,611
= 1,125
5. MR4 =
M 4Me
MoMe
26,711
12,611
= 1,0625
6. MR5 =
M 5Me
MoMe
26,811
12,611
= 1,125
M 15Me
MoMe
7. MR15 =
11,511
12,611
=-
0
0
=-
= 0,3125
C. Mencari ln MR
1.
ln MR 0
=0
2.
ln MR1
= 0,1178
3.
ln MR2
=0
4.
ln MR3
= 0,1178
5.
ln MR 4
= 0,0606
6.
ln MR5
= 0,1178
7.
ln MR15
= - 1,1632
D. Kontanta
1. K0 = -
ln MR 0
t
2. K1 = -
ln MR 1
t
=-
0,1178
1
3. K2 = -
ln MR 2
t
=-
0
2
4. K3 = -
ln MR 3
t
=-
0,1178
3
= - 0,1178
=0
= - 0,0393
5. K4 = -
ln MR 4
t
6. K5 = -
ln MR 5
t
7. K15 = -
ln MR 15
t
=-
0,0606
4
= - 0,0115
=-
0,1178
5
= - 0,0235
=-
1,1632
15
MoMe
MoMe
26,611
12,611
kt
= e
0 x 0
= e
1=2. MR1 =
M 1Me
MoMe
26,811
12,611
kt
= e
0,1178 x 1
= e
1,125 = 1,125
3. MR2 =
M 2Me
MoMe
26,611
12,611
kt
= e
0x 2
= e
1=1
4. MR3 =
M 3Me
MoMe
26,811
12,611
kt
= e
= e
0,0393 x3
1,125 = 3,251
5. MR4 =
M 4Me
MoMe
kt
= e
= - 0,0775
26,711
12,611
= e
0,0606 x 4
1,0625 = 1,0625
6. MR5 =
M 5Me
MoMe
kt
= e
26,811
12,611
0,1178 x 5
= e
1,125 = 1,125
7. MR15 =
M 15Me
MoMe
11,511
12,611
kt
= e
0,0775 x15
= e
0,3125 = 3,1979
14
12
10
8
M/t)
6
4
Linear ()
2
0
0
10
20
30
40
50
60
70
Waktu (menit)
12
10
8
M/t)
6
4
Linear ()
2
0
0
f(x)
2 = 4
R = 0
10
12
12
10
8
6
Linear ()
4
2
0
0
10 20 30 40 50 60 70
Waktu (menit)
0.2
0
-0.2
0 f(x)10
30 40
= - 20
0x - 0.06
R = 0
50
60
70
-0.4
ln MR -0.6
-0.8
Linear ()
-1
-1.2
-1.4
Waktu (menit)
BAB V
PEMBAHASAN
nilai konstanta ini, rasio kadar air setiap intervalnya sesuai dengan hasil masingmasing parameter yaitu kadar air rata-rata (MR) dan konstanta pengeringan (k)
Apabila proses pengeringan diteruskan, air didalam produk akan berkurang,
perpindahan air kepermukaan tidak dapat mengimbangi cepatnya air menguap
dari permukaan keudara sekitar. Fase ini merupakan akhir dari periode
pengeringan dengan laju tetap dan disebut kadar air kritis (critical moisture
content), tanda dimulainya periode laju pengeringan menurun pertama. Pada
keadaan tersebut permukaan bahan yang dikeringkan sudah tidak jenuh dan mulai
kelihatan ada bagian yang mengering. Faktor yang mengendalikan laju
pengeringan pada periode ini adalah hal-hal yang mempengaruhi perpindahan air
didalam bahan padat yang dikeringkan. Tergantung dari produk yang dikeringkan,
produk pertanian yang tidak higroskopis biasanya hanya memiliki satu periode
laju pengeringan menurun, sedangkan produk pertanian higroskopis memiliki dua
periode laju pengeringan menurun.
Berdasarkan hasil grafik diatas, perbandingan antara waktu terhadap laju
pengeringan grafik yang terbentuk sesuai dengan literatur. Semakin lama waktu
yang digunakan pada proses pengeringan maka semakin menurun nilai laju
pengeringan. Nilai regresi yang diperoleh sebesar 0,2593 yang menunjukkan
bahwa hubungan (korelasi) antar parameter kurang valid. Dikarenakan terjadi
peningkatan atau penurunan kadar air secara tiba-tiba.
dengan laju pengeringan, adapula hubungan grafik kadar air terhadap laju
pengeringan. Semakin menurunnya kadar air maka laju pengeringan pun semakin
melambat. Hubungan tersebut menunjukkan bahwa kadar air pada sudah
berkurang sehingga laju pengeringan pun melambat.
Grafik waktu terhadap kadar air bahan ini menunjukkan bahwa semakin
lama waktu pengeringan maka kadar air semakin menurun. Grafik ini
menunjukkan laju pengeringan. Laju pengeringan yang terjadi pada bahan ini
adalah constant rate. Hal ini dibuktikan dengan adanya penurunan secara
progresif pada waktu ke-15 menit menuju 1 jam. Selain itu, hubungan waktu
dengan nilai MR (kadar air rata-rata), semakin lama waktu pengeringan maka
nilai MR semakin menurun.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Setelah melaksanakan praktikum ini dapat disimpulkan, bahwa :
1.
Semakin lama waktu pengeringan maka kadar air bahan semakin menurun.
2.
3.
Laju pengeringan yang terjadi pada pengeringan kacang tanah yaitu laju
pengeringan konstan (constant rate).
4.
5.
6.
7.
6.2 Saran
Untuk
melaksanakan
praktikum
ini
diharapkan
praktikan
mampu
DAFTAR PUSTAKA
Heldman, Dennis. 1984. Food Process Engineering. Avi Publishing Company,
Inc: Westport, Connecticut.
Henderson, S.M. and R.L. Perry. 1976. Agricultural Process Engineering. 3rd.
edition. The Avi Publishing Company, Inc., Westport, Connecticut.
Sarifah, Ir. M. App.Sc., R., Dadi Ir. M.Sc., Sudaryanto, Ir., MP., N., W., Asri,
S.T.P.2012.Penuntun Praktikum MK TPHP 2012, FTIP, Universitas
Padjajaran
Toledo. T Romeo.1979. Fundamental of Food Process Engineering. AVI
Publishing Company. Westport, Connecticut.
Sugiyono, dan Muchtadi, Tien. R. 1989. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi
Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB
Suhadi, Ujang. 2005. Karakteristik Bahan Hasil Pertanian. Materi Kuliah MK.
Teknik Penanganan Hasil Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas
Padjadjaran.
Wiratakusumah, Aman. 1992. Peralatan dan Unit Proses Industri Pangan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktur Jenderal Perguruan
Tinggi. Pusat Antar Universitas. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Zein, Sudaryanto, Ujang Suhadi, Sawitri, Ulfi Ibrahim. 2005. Teknik Penanganan
Hasil Pertanian. Bandung: Pustaka Giratuna.