Anda di halaman 1dari 9

PSIKOMETRIK DAN PENERAPANNYA DALAM

PENGELOLAAN KUALITAS UDARA

PSYCHOMETRIC AND ITS IMPLEMENTATION IN AIR QUALITY


MANAGEMENT
Abdul Malik1, Muhammad Adhiragil Kandiyas2, Virda Maharani3, Yundrawan Ega Wibowo4,
Zalfa Maulida Ihsani5
Rabu Pagi – Kelompok 1
1,2,3,4,5)
Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jl. Raya Dramaga Kampus IPB
Dramaga, Bogor, 16680
egawibowo20@gmail.com

Abstrak : Psikometrik adalah kajian mengenai sifat-sifat campuran udara dengan uap air. Psokometri
berperan penting dalam proses pengeringan, karena udara pada atmosfer tidak kering tetapi
mengandung sejumlah uap air. Kondisi psikometri dapat digambarkan dengan diagram psikometri.
Praktikum ini bertujuan agar mengetahui parameter sifat termodinamika udara basah dan udara kering
serta dapat menggunakan grafik psikometrik. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 12
September 2018 pada pukul 07.30 – 10.00 WIB. Praktikum dilaksanakan di tiga lokasi berbeda meliputi
RK. IPB. F. 03.02, Taman UPT Fateta, dan Parkiran SIL Fateta Institut Pertanian Bogor. Alat yang
digunakan dalam praktikum berupa termometer suhu basah dan termometer suhu dingin yang dimiliki
setiap kelompok. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri bahwa suhu yang dianggap
nyaman untuk suasana bekerja 18 - 28 ˚C maka suhu ruangan di lokasi ke-2 atau di Taman UPT Fateta
masih berada pada standar. Sedangkan suhu di RK. IPB. F.0302 dan Parkiran SIL Fateta pada saat
penelitian belum memenuhi standar. Hal ini menunjukkan wilayah yang bervegatasi lebih baik dari
wilayah yang tidak bervegetasi. Penyehatan udara ruang adalah upaya yang dilakukan agar suhu dan
kelembaban, debu, pertukaran udara, bahan pencemar dan mikroba di ruang kerja memenuhi
persyaratan kesehatan. Terdapat tata cara pelaksanaan salah satunya adalah pengaturan suhu dan
kelembapan.
Kata Kunci : Psikometrik, Termometer, Termodinamika

Abstract : Psychometrics is the study of the properties of air mixtures with water vapor. Psychocometry
plays an important role in the drying process, because the air in the atmosphere is not dry but contains
some moisture. Psychometric conditions can be described by psychometric diagrams. This practice aims
to find out the parameters of the thermodynamic properties of wet air and dry air and can use
psychometric charts. This practicum is carried out on Wednesday 12 September 2018 at 07.30 - 10.00
WIB. Practicum is carried out in three different locations including RK. IPB. F. 03.02, UPT Fateta
Garden, and Parking SIL Fateta Bogor Agricultural University. The tools used in the lab are wet
temperature thermometers and cold temperature thermometers that are owned by each group. Decree
of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 1405 / MENKES / SK / XI / 2002
concerning Health Requirements for Office and Industry Work Environment that the temperature
considered comfortable for working atmosphere is 18-28 ˚C then the room temperature in the 2nd
location or in UPT Fateta Park is still are on standard. While the temperature in RK. IPB. F.0302 and
SIL Fateta parking lot at the time the research did not meet the standards. This shows an area that has
better control than non-vegetated areas. Space air conditioning is an effort made so that temperature
and humidity, dust, air exchange, pollutants and microbes in the workspace meet health requirements.
There are procedures for implementing one of them is setting temperature and humidity.
Keywords : Psychometrics, Thermometers, Thermodynamics
PENDAHULUAN
Kenyamanan merupakan salah satu sasaran karya arsitektur. Kenyamanan
terdiri atas kenyamanan psikis dan kenyamanan fisik. Kenyamanan psikis yaitu
kenyamanan kejiwaan. Sedangkan kenyamanan fisik dapat terukur secara obyektif,
yang meliputi kenyamanan spasial, visual, auditorial dan termal. Kenyamanan termal
dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi pikiran yang mengekspresikan kepuasan
dengan lingkungan termal (Nugroho, 2006). Dalam kaitannya dengan bangunan,
kenyamanan didefinisikan sebagai suatu kondisi tertentu yang dapat memberikan
sensasi yang menyenangkan bagi pengguna bangunan (Rilatupa 2008).
Menurut Frick (2007), Kenyamanan termal tergantung oleh 3 hal, yaitu suhu
udara, kelembaban udara dan pergerakan udara. Suhu udara terkait dengan radiasi,
kelembaban udara terkait dengan uap air, sedangkan pergerakan udara terkait dengan
tekanan. Masing-masing faktor tersebut akhirnya membentuk perpaduan yang khas
dalam mewujudkan kenyamanan termal fisik manusia, yang sering disebut sebagai
daerah nyaman. Daerah nyaman fisik manusia, untuk tipe udara diam, dapat dicapai
pada kondisi bersuhu 21-27 oC dan berkelembaban 20-70 %. Selain itu, untuk tipe
udara yang bergerak (kecepatan 0,1-1,0 m/detik), daerah nyaman dapat dicapai pada
kondisi bersuhu 25-35 oC dan berkelembaban 5-85 %. Sebaliknya, kondisi ruang
bangunan mempunyai status di luar toleransi kenyamanan termal jika mempunyai
keadaan udara yang bersuhu di atas 51 oC dan keadaan angin yang berkecepatan lebih
dari 2 m/detik (Azizah 2014).
Kenyamanan termal pada suatu ruangan dapat dilakuakan dengan grafik
psikometri sebagai salah satu penerapan pada bidang teknik lingkungan. Oleh sebab
itu, praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui parameter sifat termodinamika
udara basah di tiga lokasi yang berbeda melalui pengukuran thermometer udara basah
dan udara kering serta menggunakan grafik psikometrik.

METODOLOGI
Praktikum Psikrometri Dan Penerapannya Dalam Pengelolaan Kualitas Udara
dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 12 September 2018 pada pukul 07.30 – 10.00
WIB. Praktikum dilaksanakan di tiga lokasi berbeda meliputi RK. IPB. F. 03.02,
Taman UPT Fateta, dan Parkiran SIL Fateta Institut Pertanian Bogor. Alat yang
digunakan dalam praktikum berupa termometer suhu basah dan termometer suhu
dingin yang dimiliki setiap kelompok. Satu kelompok praktikum mendapatkan dua
termometer bola basah dan bola kering dengan dua kali pengambilan sampel.
Pelaksanaan pengukuran suhu di setiap lokasi bisa dilaksanakan bersamaan dengan
membagi satu kelompok menjadi dua kelompok sesuai jumlah termometer yang
tersedia. Adapun prosedur percobaan praktikum dapat dilihat pada diagram alir berikut.
Mulai

Termometer diambil dengan ketentuan satu kelompok dua termometer

Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan termometer suhu


basah dan suhu kering pada tiga lokasi yang berbeda.

Termometer ditempatkan pada ketinggian setara dada manusia pada


saat pengukuran, sehingga hasil pengukuran mudah dibaca.

Untuk pengukuran di parkiran SIL dilakukan di bawah parkiran


berkanopi untuk menjauhkan termometer dari radiasi matahari secara
langsung namun udara dapat mengalir di sekitar termometer.

Pengukuran dilaksanakan dalam dua kali ulangan, yaitu pada menit


ke-10 dan menit ke-20 setelah termometer berada di lokasi

Hasil pengukuran dicatat dalam format tabel yang telah dibuat


sebelumnya

Hasil pengukuran suhu bola basah dan suhu bola kering diplotkan
pada grafik psikometri untuk melengkapi beberapa sifat
termodinamika udara seperti kelembaban relatif, titik embun, entalpi,
volume spesifik, dan kelembaban spesifik

Selesai
ioi
Gambar 1 Prosedur percobaan praktikum

HASIL DAN PEMBAHASAN


Psikometrik adalah kajian mengenai sifat-sifat campuran udara dengan uap air.
Psokometri berperan penting dalam proses pengeringan, karena udara pada atmosfer
tidak kering tetapi mengandung sejumlah uap air. Kondisi psikometri dapat
digambarkan dengan diagram psikometri. Diagram psikometri menggambarkan proses
udara pengering ketika melewati drying chamber (Novrizqa dan Prabowo 2013).
Proses pengeringan pada psikometri diawali dengan naiknya temperatur dari
udara akibat udara pemanas yang disuplai dalam ruang pengeringan. Kenaikan
temperatur udara dapat dilihat dari pergeseran titik udara awal ke arah kanan yang
ditandai dengan naiknya temperatur dry bulb udara. Proses selanjutnya yaitu
pemindahan massa dengan diuapkannya kandungan air dalam produk pengering.
Proses penguapan ditandai dengan naiknya titikkondisi udara pemanas dalam
psychometric chart ke arah kiri atas. Hal tersebut dikarenakan akibat dari naiknya
kandungan air dalam udara setelah terjadi proses penguapan air dari produk/sampel ke
udara (Ferianto dan Ichsani 2013).
Berikut table hasil pengukuran
Lokasi 1: RK IPB F 0302
Waktu Pengukuran: 08.55-09.15
Tabel 1 Hasil Pengukuran RK IPB F 0302
Ulangan Tbk Tbb RH Tdp h v w
ke (°c) (°c) (%) (°c) (kJ/kG.UK) (m^2/kg.UK) (kg/kgUK)
1 29,2 24,9 71 23 77 0,881 0,018
2 30 25 67 23,2 76,5 0,884 0,018
Rata-rata 29,6 24,95 69 23,1 76,75 0,8825 0,018
Lokasi 2: Taman UPT Fateta
Waktu Pengukuran: 08.30-08.50
Tabel 2 Hasil Pengukuran Taman UPT Fateta
Ulangan Tbk Tbb RH Tdp h v w
ke (°c) (°c) (%) (°c) (kJ/kG.UK) (m^2/kg.UK) (kg/kgUK)
1 27 23,5 75 22,2 70 0,874 0,017
2 27 24 79 23,2 72,5 0,875 0,0178
Rata-rata 27 23,75 77 22,7 71,25 0,8745 0,0174
Lokasi 3: Parkiran SIL Fateta
Waktu Pengukuran: 08.30-08.50
Tabel 3 Hasil Pengukuran Taman UPT Fateta
Ulangan Tbk Tbb RH Tdp h v w
ke (°c) (°c) (%) (°c) (kJ/kG.UK) (m^2/kg.UK) (kg/kgUK)
1 28 23,5 70 21,9 70 0,875 0,0166
2 28,5 24 70 22,1 72,5 0,876 0,017
Rata-rata 28,25 23,75 70 22 71,25 0,8755 0,0168
Suhu udara sangat berperan dalam kenyamanan bekerja karena tubuh manusia
menghasilkan panas yang digunakan untuk metabolisme basal dan muskuler. Namun
dari semua energi yang dihasilkan tubuh hanya 20 % saja yang dipergunakan dan
sisanya akan dibuang ke lingkungan. Jika dibandingkan dengan standar baku mutu
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri bahwa suhu yang dianggap nyaman untuk suasana bekerja 18
- 28 ˚C maka suhu ruangan di lokasi ke-2 atau di Taman UPT Fateta masih berada pada
standar. Suhu udara ruang kerja yang terlalu dingin dapat menimbulkan gangguan kerja
bagi karyawan, salah satunya gangguan konsentrasi dimana pegawai tidak dapat
bekerja dengan tenang karena berusaha untuk menghilangkan rasa dingin tersebut
(Mukono dan Sudamarji 2005). Sedangkan suhu di RK. IPB. F.0302 dan Parkiran SIL
Fateta pada saat penelitian belum memenuhi standar. Hal ini menunjukkan wilayah
yang bervegatasi lebih baik dari wilayah yang tidak bervegetasi. Lokasi 2 merupakan
suhu terendah dengan rerata memiliki RH 77%, sedangkan pada lokasi lain, RH yang
didapat sekitar 70%. Hal ini disebabkan lokasi 2 memiliki vegetasi yang banyak dan
juga air mengalami evaporasi dan evapotranspirasi lebih banyak pada lokasi ini. Oleh
karena itu RH pada lokasi 2 memilki angka yang tinggi.
Kelembaban udara yang relatif rendah yaitu kurang dari 20 % dapat
menyebabkan kekeringan selaput lendir membran, sedangkan kelembaban tinggi akan
meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme. Hasil pengukuran kelembaban relatif di
RK. IPB. F.0302 sebesar 69%, Taman UPT Fateta sebesar 77%, dan Parkiran SIL
Fateta sebesar 70%. Jika dibandingkan dengan standar baku mutu Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri dimana
kelembaban yang ideal berkisar 40-60 %, maka hasil pengukuran kelembaban pada 3
(tiga) lokasi tersebut berada di atas standar yang berarti berpotensi sebagai tempat
pertumbuhan mikrorganisme (Mukono dan Sudamarji 2005). Sehingga nilai
kelembapan ruangan pada saat penelitian belum memenuhi standar.

Gambar 2 Thermal Comfort di Lokasi ke-1


Gambar 3 Thermal Comfort di Lokasi ke-2

Gambar 4 Thermal Comfort di Lokasi ke-3


Berdasarkan pengukuran dan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh
kondisi suhu di setiap lokasi. Gambar 1 dan gambar 3 menunjukan kondisi thermal
comfort di lokasi ke-1 dan lokasi ke-3 yang menujukkan kondisi di lokasi tidak sesuai
dengan standar ASHRAE 55-2017, dimana kondisi suhu di lokasi cukup panas.
Sedangkan, gambar 2 menunjukan kondisi thermal comfort di lokasi ke-2 yang
menujukkan kondisi di lokasi sesuai dengan standar ASHRAE 55-2017, dan kondisi
suhu di lokasi netral dan nyaman untuk ditempati.
Penyehatan udara ruang adalah upaya yang dilakukan agar suhu dan kelembaban,
debu, pertukaran udara, bahan pencemar dan mikroba di ruang kerja memenuhi
persyaratan kesehatan. Terdapat tata cara pelaksanaan salah satunya adalah pengaturan
suhu dan kelembapan. Agar ruang kerja perkantoran memenuhi persyaratan kesehatan
perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut :
a) Tinggi langit-langit dari lantai minimal 2,5 m.
b) Bila suhu udara > 28°C perlu menggunakan alat penata udara seperti Air
Conditioner (AC), kipas angin, dll).
c) Bila suhu udara luar < 18°C perlu menggunakan pemanas ruang.
d) Bila kelembaban udara ruang kerja > 60 % perlu menggunakan alat dehumidifier.
e) Bila kelembaban udara ruang kerja < 40 % perlu menggunakan humidifier
(misalnya : mesin pembentuk aerosol).
Selain suhu dan kelembapan, debu, pertukaran udara, bahan pencemar serta
mikroba di ruang kerja dapat diatur sehingga dapat memenuhi persyaratan kesehatan.
Untuk debu agar kandungan debu di dalam udara ruang kerja perkantoran memenuhi
persyaratan kesehatan maka perlu dilakukan upayaupaya sebagai berikut :
a) Kegiatan membersihkan ruang kerja perkantoran dilakukan pada pagi dan sore
hari dengan menggunakan kain pel basah atau pompa hampa (vacum pump).
b) Pembersihan dinding dilakukan secara periodik 2 kali/tahun dan dicat ulang 1
kali setahun.
c) Sistem ventilasi yang memenuhi syarat.
Pertukaran udara ruang perkantoran dapat berjalan dengan baik, maka perlu
dilakukan upaya-upaya sebagai berikut :
a) Untuk ruangan kerja yang tidak ber AC harus memiliki lubang ventilasi minimal
15% dari luas lantai dengan menerapkan sistem ventilasi silang.
b) Ruang yang menggunakan AC secara periodik harus dimatikan dan diupayakan
mendapat pergantian udara secara alamiah dengan cara membuka seluruh pintu
dan jendela atau dengan kipas angin.
c) Membersihkan saringan/filter udara AC secara periodik sesuai ketentuan pabrik.
Kandungan gas pencemar dalam udara ruang kerja perkantoran agar tidak
melebihi konsentrasi maksimum perlu dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut :
a) Pertukaran udara ruang diupayakan dapat berjalan dengan baik.
b) Ruang kerja tidak berhubungan langsung dengan dapur.
c) Dilarang merokok didalam ruang kerja.
d) Tidak menggunakan bahan bangunan yang mengeluarkan bau yang menyengat.
Mikroba agar angka kuman di dalam udara ruang agar tidak melebihi batas
persyaratan maka perlu dilakukan beberapa tindakan sebagai berikut :
a) Karyawan yang sedang menderita penyakit yang ditularkan melalui udara untuk
sementara waktu tidak boleh berkerja.
b) Lantai dibersihkan dengan antiseptik.
c) Memelihara sistem ventilasi agar berfungsi dengan baik
b) Memelihara sistem AC sentral.

SIMPULAN
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri bahwa suhu yang dianggap nyaman untuk suasana bekerja 18
- 28 ˚C maka suhu ruangan di lokasi ke-2 atau di Taman UPT Fateta masih berada pada
standar. Sedangkan suhu di RK. IPB. F.0302 dan Parkiran SIL Fateta pada saat
penelitian belum memenuhi standar. Hal ini menunjukkan wilayah yang bervegatasi
lebih baik dari wilayah yang tidak bervegetasi.

SARAN
Sebaiknya waktu pelaksanaan praktikum sesuai dengan kontrak perkuliahan dan
praktikan diharapkan lebih memerhatikan Dosen atau Asisten Praktikum ketika sedang
menjelaskan materi praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Azizah R. 2014. Kajian kenyamanan termal pada rumah tinggal dengan model
innercourt. Jurnal Arsitektur NALARS. 13( 2) : 73 – 88.
Ferianto, Ichsani D. 2013. Studi eksperimen pengaruh variasi temperatur dan kecepatan
udara pengering terhadap karakteristik pengeringan batubara pada coal dryer
dengan tube heater tersusun staggered. Jurnal Teknik Pomits. 2(3): 373-378.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri
Mukono dan Sudarmaji. 2005. Pengaruh kualitas udara dalam ruangan ber -ac terhadap
gangguan kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 1(2) : 160-169.
Nugroho MA. 2011. A Preliminary study of thermal environment in Malaysia’s
terraced houses. Journal and Economic Engeneering. 2(1). 25 – 28.
Novrizqa AS, Prabowo. 2013. Studi numerik karakteristik pengeringan batubara pada
fluidized bed coal dryer terhadap pengaruh variasi temperatur air heater dengan
tube heater tersusun staggered dan perbandingan volume chamber dan volume
batubara sebesar 50%. Jurnal Teknik Pomits. 2(1): 56-61.
Rilatupa J. 2008. Aspek kenyamanan termal pada pengkondisian ruangan dalam.
Jurnal Sains dan Teknologi EMAS. 18(3) : 191 – 198.
LAMPIRAN
Berikut terlampir lokasi saat praktikum dilaksanakan

Gambar 5 Lokasi ruangan saat pengukuran

Gambar 6 Lokasi taman saat pengukuran

Anda mungkin juga menyukai