Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS SUMBER EMISI BERGERAK KENDARAAN

BERMOTOR MENGGUNAKAN PORTABLE GAS ANALYZER

THE ANALYSIS OF SOURCE EMISSIONS MOVING MOTOR


VEHICLES USING PORTABLE GAS ANALYZER
Virda Maharani1, Yundrawan Ega Wibowo2, Muhammad Adhiragil Kandiyas3, Zalfa
Maulida Ihsani4, Abdul Malik5
Rabu Pagi – Kelompok 1
1,2,3,4,5)
Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jl. Raya Dramaga Kampus IPB
Dramaga, Bogor, 16680
egawibowo20@gmail.com

Abstrak : Emisi transportasi adalah pancaran atau pelepasan gas buang yang berasal dari sector
transportasi. Gas buang yang dimaksud merupakan gas buang yang berasal dari kendaraan
bermotor yang dipancarkan atau yang diemisikan ke udara ambien berupa gas dari berbagai
polutan dan partikel. Praktikum Teknik Lingkungan Terpadu dengan judul Analisis sumber emisi
kendaraan bermotor menggunakan portable gas analyzer dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 10
Oktober 2018 pada pukul 07.30 – 10.00 WIB. Praktikum dilaksanakan daerah parkiran SIL. Alat
yang digunakan dalam praktikum adalah portable gas analyzer. Kendaraan motor roda dua yang
digunakan bermerek Supra X Honda 125 dengan tipe NF 125 TRM sedangkan kendaraan roda
empat yang digunakan bermerek Daihatsu dengan tipe Luxia. Emisi yang diukur dengan alat adalah
gas CO, O2, SO2, NO2, NO, C2H7, dan H2S. Nilai emisi dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
spesifikasi kendaraan, tipe kendaraan, umur, dan perawatan. Kandungan O2 yang berlebihan
menandakan pembakaran yang terjadi pada mesin tidak efisien. Pembakaran yang tidak efisien
menghasilkan sedikit energi gerak tetapi lebih banyak memakan bahan bakar. Pembakaran yang
tidak efisien juga menghasilkan gas-gas emisi Diketahui dari hasil praktikum. Mesin kendaraan
roda empat yang digunakan masih baik karena dirawat dengan teratur, sedangkan mesin kendaraan
roda dua yang dipakai pembakarannya tidak efisien. Diperlukan perawatan yang baik demi
menjaga kualitas kendaraan dan juga mengurangi emisi yang dihasilkan dari kendaraan.
Kata kunci : Efisien, Emisi bergerak, gas buang, pembakaran, perawatan

Abstract : Transportation emissions are emission or release of exhaust gas from the transportation
sector. The exhaust gas in question is the exhaust gas coming from motorized vehicles emitted or
emitted into ambient air in the form of gases from various pollutants and particles. Integrated
Environmental Engineering Practicum of Analysis of motor vehicle emission sources using a
portable gas analyzer was carried out on Wednesday, October 10, 2018 at 07.30 - 10.00 WIB. The
practicum was carried out in the SIL parking area. The tool used in the practicum is a portable gas
analyzer. Two-wheeled motor vehicles used branded Supra X Honda 125 with type NF 125 TRM
while four-wheeled vehicles used branded Daihatsu with Luxia type. Emissions measured by means
are CO, O2, SO2, NO2, NO, C2H7, and H2S gases. Emission values are influenced by various factors
such as vehicle specifications, vehicle type, age, and maintenance. Excessive O2 content indicates
that the combustion that occurs in the engine is not efficient. Inefficient combustion produces less
energy in motion but consumes more fuel. Inefficient combustion also produces emissions gases
Known from the results of the lab. The four-wheeled vehicle engine used is still good because it is
regularly maintained, while the two-wheeled engine used by the combustion is inefficient. Good care
is needed in order to maintain the quality of the vehicle and also reduce emissions generated from
the vehicle.
Keywords : Combustion, efficient, exhaust gases, maintenance, mobile emission
PENDAHULUAN
Udara merupakan faktor yang penting dalam hidup dan kehidupan. Namun
pada era modern ini, sejalan dengan perkembangan pembangunan fisik kota dan
pusat-pusat industri, serta berkembangnya transportasi, maka, kualitas udara pun
mengalami perubahan yang disebabkan oleh terjadinya pencemaran udara, atau,
sebagai berubahnya salah satu komposisi udara dari keadaan yang normal; yaitu
masuknya zat pencemar (berbentuk gasgas dan partikel kecil/aerosol) ke dalam
udara dalam jumlah tertentu untuk jangka waktu yang cukup lama, sehingga dapat
mengganggu kehidupan manusia, hewan, dan tanaman (Aly 2015).
Penggunaan kendaraan bermotor di dalam kehidupan manusia tidak bisa
dikurangi, seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk. Hal yang perlu
diperhatikan pula adalah meningkatnya jumlah kendaraan namun tidak diikuti
dengan upaya pelestarian lingkungan hidup, sehingga disini perlu dipertimbangkan
dampak dari gas buang hasil proses pembakaran terhadap pencemaran udara dan
lingkungan. Kesadaran masyarakat akan pencemaran udara akibat gas buang
kendaraan bermotor di kota-kota besar saat ini makin tinggi. Dari berbagai sumber
bergerak seperti mobil penumpang, truk, bus, lokomotif kereta api, kapal terbang,
dan kapal laut, kendaraan bermotor saat ini maupun dikemudian hari akan terus
menjadi sumber yang dominan dari pencemaran udara di perkotaan.
Perkembangan otomotif sebagai alat transportasi, baik di darat maupun di
laut, sangat memudahkan manusia dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Selain
mempercepat dan mempermudah aktivitas, di sisi lain penggunaan kendaraan
bermotor juga menimbulkan dampak yang sangat buruk terhadap lingkungan,
terutama gas buang dari hasil pembakaran bahan bakar yang tidak terurai atau
terbakar dengan sempurna (Kusuma 2002). Emisi yang dikeluarkan dari gas buang
kendaraan bermotor antara lain SOx, NOx, CO, HC, dan partikulat debu. Parameter
pencemaran udara untuk gas CO dan NO2 dianalisis karena gas ini memiliki
prosentase yang cukup besar dalam pencemaran udara. Gas tersebut cukup
berbahaya bagi kesehatan manusia bahkan dapat menyebabkan kematian apabila
berada di atas standar baku muku. Sumber utama CO dan NO2 berasal dari asap
kendaraan bermotor. Konsentrasi CO dan NO2 total yang ada di dalam atmosfer
menunjukkan korelasi yang positif dengan kepadatan lalu lintas. Efeknya terhadap
kesehatan yaitu CO mempunyai daya ikat yang tinggi terhadap Hb dalam aliran
darah sehingga dapat menghalangi masuknya O2 dalam darah. Konsentrasi gas
NO2 yang cukup tinggi dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf yang
mengakibatkan terjadinya kejang - kejang. Bila keracunan zat NO2 ini terus
berlanjut akan dapat menyebabkan kelumpuhan (Basuki 2007). Analisis sumber
emisi kendaraan bermotor dengan menggunakan portable gas analyzer bertujuan
agar mahasiswa dapat menentukan emisi gas buang yang berasal dari sumber
bergerak yakni kendaraan bermotor pada roda dua dan kendaraan bermotor pada
roda empat.
METODOLOGI
Praktikum Teknik Lingkungan Terpadu dengan judul Analisis sumber emisi
kendaraan dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 10 Oktober 2018 pada pukul 07.30
– 10.00 WIB. Praktikum dilakukan di daerah parkiran SIL. Alat yang digunakan
dalam praktikum adalah portable gas analyzer. Kendaraan motor roda dua yang
digunakan bermerek Supra X Honda 125 dengan tipe NF 125 TRM sedangkan
kendaraan roda empat yang digunakan bermerek Daihatsu dengan tipe Luxia.
Adapun prosedur percobaan praktikum dapat dilihat pada diagram alir berikut:

Mulai

Siapkan kendaraan bermotor roda dua dan roda empat

Catat spesifikasi mobil dan dicek kembali oli kendaraan

Untuk mobil, putaran mesin dinaikkan sampai 2900 – 3100 rpm


kemudian tahan selama 60 detik dan kembali pada keadaan idle

Lakukan pengukuran pada kondisi idle dengan putaran mesin 600 –


1000 rpm

Pada kendaraan roda 2, putaran mesin dinaikkan sampai 1900 – 2100


rpm. kemudian tahan selama 60 detik dan kembali pada keadaan idle

Lakukan pengukuran pada kondisi idle dengan putaran mesin 800 –


1400 rpm

portable gas analyzer dimasukkan ke knalpot Sedalam 30 cm dan


tunggu selama 20 detik.

Catat hasil uji

Selesai
ioi

Gambar 1 Prosedur percobaan praktikum


PEMBAHASAN
Emisi transportasi adalah pancaran atau pelepasan gas buang yang berasal
dari sector transportasi. Gas buang yang dimaksud merupakan gas buang yang
berasal dari kendaraan bermotor yang dipancarkan atau yang diemisikan ke udara
ambien berupa gas dari berbagai polutan dan partikel (Aly 2015). Menurut
Yuliastuti (2015), emisi gas buang kendaraan bermotor diukur dalam gram per
kendaraan per km dari suatu perjalanan dan terkait dengan beberapa faktor seperti
tipe kendaraan, umur kendaraan, ambang temperatur dan ketinggian. Kendaraan
dengan usia dan jenis bahan bakar yang berbeda akan menghasilkan kadar emisi
yang berbeda juga.
Menurut Aly (2015) dalam buku “Emisi Transportasi Kualitas Emisi
Berdasarkan Marni Model”, jenis polutan yang dilepaskan oleh kendaraan
bermotor umumnya berbentuk senyawa kimia seperti Karbon Monoksida (CO),
Nitrogen Oksida (NOx), Hidrokarbon (HC), Karbon Dioksida (CO2), dan
Particulate Matter (PM). Selain itu, SO2 juga merupakan gas buang kendaraan.
Karbon Monoksida (CO) adalah gas yang tak berwarna dan tidak beraroma, gas ini
terjadi bila bahan bakar atau unsur C tidak mendapatkan ikatan yang cukup dengan
O2 artinya udara yang masuk ke ruang silinder kurang atau suplai bahan bakar
berlebihan. Nitrogen Oksida (NO), tidak berwarna dan tidak beraroma, gas ini
terjadi akibat panas yang tinggi pada ruang bakar akibat proses pembakaran
sehingga kandungan nitrogen pada udara berubah menjadi NOx. Hidro Karbon
(HC), warna kehitam-hitaman dan beraroma cukup tajam, gas ini terjadi apabila
proses pembakaran pada ruang bakar tidak berlangsung dengan baik atau suplai
bahan bakar berlebihan (Muziansyah 2015). Karbon Dioksida (CO2), Tidak
berwarna dan tidak beraroma, gas ini terjadi akibat pembakaran yang sempurna
antara bahan bakar dan udara dalam hal ini oksigen. Particulate Matter (PM10)
adalah debu partikulat yang terutama dihasilkan dari emisi gas buangan kendaraan.
Sekitar 50% - 60% dari partikel melayang merupakan debu berdiameter 10 μm.
Debu PM10 ini bersifat sangat mudah terhirup dan masuk ke dalam paru-paru,
sehingga PM10 dikategorikan sebagai Respirable Particulate Matter ( RPM ).
Akibatnya akan mengganggu sistem pernafasan bagian atas maupun bagian bawah
(alveoli). Pada alveoli terjadi penumpukan partikel kecil sehingga dapat merusak
jaringan atau sistem jaringan paru-paru, sedangkan debu yang lebih kecil dari 10
μm, akan menyebabkan iritasi mata (Muziansyah 2015).
Menurut Tugaswati (2007), Terdapat faktor penting yang menyebabkan
dominannya pengaruh sektor transportasi terhadap pencemaran udara perkotaan di
Indonesia, yaitu perkembangan jumlah kendaraan yang cepat (eksponensial). Tidak
seimbangnya prasarana transportasi dengan jumlah kendaraan yang ada (misalnya
jalan yang sempit). Pola lalu lintas perkotaan yang berorientasi memusat, akibat
terpusatnya kegiatankegiatan perekonomian dan perkantoran di pusat kota.
Masalah turunan akibat pelaksanaan kebijakan pengembangan kota yang ada,
misalnya daerah pemukiman penduduk yang semakin menjauhi pusat kota.
Kesamaan waktu aliran lalu lintas. Jenis, umur dan karakteristik kendaraan
bermotor. Faktor perawatan kendaraan dan jenis bahan bakar yang digunakan. Jenis
permukaan jalan dan struktur pembangunan jalan. Siklus dan pola mengemudi.
Pengukuran emisi gas buang pada sumber bergerak dilakukan pada
kendaraan bermotor roda dua dan roda empat. Pengukuran dilakukan secara
langsung pada kendaraan dengan mengunakan alat pengukur emisi portable gas
analyzer. Analisis yang dilakukan meliputi karakteristik pembakaran dan
karakteristik emisi gas buang. Objek pengukuran adalah kendaraan roda dua dengan
sistem pembakaran dan bahan bakar berbeda yang dianalisis berdasarkan kapasitas
mesin kendaraan. Parameter yang diukur adalah Oksigen (%), Karbon Dioksida
CO2 (%), Karbon Monoksida CO (gr/m3 ), Nitrogen Dioksida NO2 (gr/m3 ), Sulful
Dioksida SO2 (gr/m3 ), C2H7 dan H2S.
Tabel 1. Data hasil pengukuran/pengujian pada motor
Parameter/No, Satuan
1 2 3 4 5
Pengujian
Temp.Oli C 68.85
Putaran mesin rpm
CO Low ppm 1.3 1.6 1.1 1.8 1.1
O2 % 26.85 26.85 26.85 26.85 26.85
SO2 ppm 0.00 0.00 0.00 0.20 0.00
NO2 ppm 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
No ppm 2.00 1.60 2.00 1.60 1.60
C2 H7 % 0.23 0.23 0.23 0.23 0.23
H2 S ppm 0.20 0.20 0.20 0.40 0.40
Pengukuran karakteristik kendaraan roda dua mesin 4 tak dilakukan pada
motor Supra X Honda 125. Karakteristik perbandingan gas hasil pembakaran
terhadap kapasitas mesin yang berbeda dengan waktu pengukuran selama 10 menit
Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil pengukuran menunjukan bahwa
kandungan O2 diperoleh sebesar 26.85 %.. O2 yang terlalu banyak keluar dari sisa
gas buang menandakan proses pembakaran di mesin tidak efisien. Jika kelebihan,
artinya ada kebocoran di sistem gas buang atau setelan bahan bakar terlalu irit.
Kandungan O2 yang berlebihan dalam gas buang mengidentifikasikan bahwa
pembakaran terjadi dalam kondisi campuran miskin, berarti hanya sebagian kecil
dari oksigen yang terbakar dan sebagian kecil pula bahan bakar yang terbakar. Hasil
pengukuran kandungan CO tertinggi diperoleh 1.8 ppm, dan kandungan CO
terendah diperoleh pada pengukuran ke-3 dan ke-5 sebesar 1.1 ppm. Semakin kecil
kandungan CO semakin sempurna proses pembakarannya dan bensin semakin irit,
ini menunjukan bagaimana bahan bakar dan udara tercampur dan terbakar. Semakin
tinggi kandungan CO semakin boros bensinnya, ini menunjukkan kurangnya udara
dalam campuran. Berdasarkan pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 05 Tahun 2006 Tentang Ambang Batas Gas Buang Kendaraan Bermotor
Lama, kandungan CO pada pengunaan motor ini berada dibawah ambang batas
baku mutu, sehingga dapat dikategorikan aman.
Tabel 2. Data hasil pengukuran/pengujian pada mobil
Parameter/No, Satuan 1 2 3 4 5
Pengujian
Temp.Oli ֯C 86.65
Putaran mesin rpm
CO Low ppm 0.00 0.00 0.30 0.80 0.50
O2 % 23.93 23.93 23.93 23.93 23.93
SO2 ppm 0.10 0.00 0.10 0.30 0.00
NO2 ppm 0.20 0.10 0.00 0.00 0.00
No ppm 0.40 0.40 0.40 0.40 1.20
C2 H7 % 0.00 0.00 0.34 0.32 0.32
H2 S ppm 0.20 0.30 0.20 0.30 0.30
Pengukuran karakteristik kendaraan roda empat dilakukan pada mobil
Daihatsu. Karakteristik perbandingan gas hasil pembakaran terhadap kapasitas
mesin yang berbeda dengan waktu pengukuran selama 10 menit Hasil pengukuran
dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil pengukuran menunjukan bahwa kandungan O2
diperoleh sebesar 23.92 %. O2 yang terlalu banyak keluar dari sisa gas buang
menandakan proses pembakaran di mesin tidak efisien. Jika kelebihan, artinya ada
kebocoran di sistem gas buang atau setelan bahan bakar terlalu irit. Kandungan O2
yang berlebihan dalam gas buang mengidentifikasikan bahwa pembakaran terjadi
dalam kondisi campuran miskin, berarti hanya sebagian kecil dari oksigen yang
terbakar dan sebagian kecil pula bahan bakar yang terbakar. Hasil pengukuran
kandungan CO tertinggi diperoleh pada pengukuran ke-5 sebesar 0.5 ppm, dan
kandungan CO terendah diperoleh pada pengukuran ke-1 dan ke-2 sebesar 0.00
ppm. Semakin kecil kandungan CO semakin sempurna proses pembakarannya dan
bensin semakin irit, ini menunjukan bagaimana bahan bakar dan udara tercampur
dan terbakar. Semakin tinggi kandungan CO semakin boros bensinnya, ini
menunjukkan kurangnya udara dalam campuran. Berdasarkan pada Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2006 Tentang Ambang Batas
Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama (Lampiran 3), kandungan CO pada
pengunaan mobil ini berada dibawah ambang batas baku mutu, sehingga dapat
dikategorikan aman.

SIMPULAN
Emisi bergerak dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Setiap kendaraan memiliki
tingkat emisi yang berbeda-beda. Tingkat emisi dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti spesifikasi kendaraan, tipe kendaraan, umur, dan perawatan. Pembakaran
yang tidak efisien mengakibatkan meningkatnya jumlah emisi. Kandungan O2 yang
berlebihan dalam gas buang mengidentifikasikan bahwa pembakaran terjadi dalam
kondisi campuran miskin, berarti hanya sebagian kecil dari oksigen yang terbakar
dan sebagian kecil pula bahan bakar yang terbakar.
SARAN
Sebaiknya waktu pelaksanaan praktikum sesuai dengan kontrak perkuliahan
dan praktikan diharapkan lebih memerhatikan Dosen atau Asisten Praktikum ketika
sedang menjelaskan materi praktikum sehingga dapat mengefisiensi waktu
praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Aly SH. 2015. Emisi Transportasi Kuantitas Berdasarkan Marni Model. Makasar
(ID) : Penebar Plus.
Basuki KT. 2007. Penurunan konsentrasi CO dan N02 pada emisi gas buang dengan
menggunakan media penyisipan TiO2 lokal pada karbon aktif. Journal of
Family Nursing. 1(1) : 45 – 64.
Kusuma IGBW. 2002. Alat penurun emisi gas buang pada motor, mobil, motor
tempel, dan mesin pembakaran tak bergerak. Jurnal Teknologi. 6(3) : 95 –
101.
Muziansyah D, Sulistyorini R, Sebyang S. 2015. Model emisi gas buang kendaraan
bermotor akibat aktivitas transportasi (studi kasus : terminal Pasar Bawah
Ramayana Kota Bandar Lampung). JRSDD. 3(1) : 57 – 70.
Yuliastuti A. 2008. Estimasi Sebaran Keruangan Emisi Gas Buang Kendaraan
Bermotor Di Kota Semarang [Skripsi]. Semarang (ID). Universitas
Diponegoro. Semarang.
Tugaswati T. 2007. Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dan Dampaknya
Terhadap Kesehatan [Skripsi]. Surabaya. (ID) : ITS.
Lampiran 1 Data kendaraan motor
DATA KENDARAAN
Merek : Supra X Honda 125

Tipe : NF 125 TRM

Tahun Produksi : 2012

No. Kendaraan : F 2944 PQ

No. Identifikasi Kendaraan (NIK) : 3201 3069 047 00001

No. Mesin : JB 91E3000461

Odometer : -

Tipe Mesin : SOHC 4 Langkah

Kapasitas & Jumlah silinder : 125 CC

Bahan Bakar : Pertamax

Oli Samping : - (untuk 2 lankah)

Data Hasil Pengukuran/Pengujian pada Motor


Parameter/No, Satuan
1 2 3 4 5
Pengujian
Temp.Oli C 68.85
Putaran mesin rpm
CO Low ppm 1.3 1.6 1.1 1.8 1.1
O2 % 26.85 26.85 26.85 26.85 26.85
SO2 ppm 0.00 0.00 0.00 0.20 0.00
NO2 ppm 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
No ppm 2.00 1.60 2.00 1.60 1.60
C2 H7 % 0.23 0.23 0.23 0.23 0.23
H2 S ppm 0.20 0.20 0.20 0.40 0.40
Lampiran 2 Data kendaraan mobil
DATA KENDARAAN
Merek : Daihatsu

Tipe : Luxio

Tahun Produksi : 2014

No. Kendaraan : 0135931

No. Identifikasi Kendaraan (NIK) : MHKW CB3JPK002759

No. Mesin : DEK 2800

Odometer : 51444

Tipe Mesin : Otomatis

Kapasitas & Jumlah silinder : 4

Bahan Bakar : Bensin

Data Hasil Pengukuran/Pengujian pada Mobil


Parameter/No, Satuan 1 2 3 4 5
Pengujian
Temp.Oli ֯C 86.65
Putaran mesin rpm
CO Low ppm 0.00 0.00 0.30 0.80 0.50
O2 % 23.93 23.93 23.93 23.93 23.93
SO2 ppm 0.10 0.00 0.10 0.30 0.00
NO2 ppm 0.20 0.10 0.00 0.00 0.00
No ppm 0.40 0.40 0.40 0.40 1.20
C2 H7 % 0.00 0.00 0.34 0.32 0.32
H2 S ppm 0.20 0.30 0.20 0.30 0.30
Lampiran 3. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2006
Tentang Ambang Batas Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama

Anda mungkin juga menyukai