Anda di halaman 1dari 8

EMISI GAS BUANG YANG DIHASILKAN KENDARAAN BERMOTOR

ABSTRAK
Penggunaan kendaraan bermotor semakin bertambah dengan pesat, begitu pula emisigas
buang yang dihasilkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar emisigas
buang dari kendaraan bermotor. Salah satu inovasi yang dapat diambil adalah penambahan
zat aditif dengan premium. Untuk melihat pengaruh campuran premium denganvariasi
penambahan zat aditif terhadap emisi gas buang yang dihasilkan dilakukan pengujianempat
jenis bahan bakar yaitu premium tanpa zat aditif, campuran premium dengan zat aditif5 ml, 7
ml dan 9 ml.Pengujian dilakukan pada motor Yamaha Vega. Hasil pengujian menunjukan
bahwa penambahan zat aditif menurunkan kadar emisi gas buang CO sebesar 1.402
%, kadar HCsebesar 32.8 ppm, dan
mengalami peningkatan kadar CO2 sebesar 0.333 %, kadar O2sebesar 1.407 % dari kadar rat
a

rata emisi gas buang yang menggunakan premium tanpazat aditif, menggunakan campuran premium
dengan zat aditif 5 ml,7 ml dan 9 ml. Disinidiperoleh penurunan dan peningkatan kadar emisi
gas buang yang paling baik pada penggunaan campuran premium dengan
zat aditif 9 ml untuk penurunan kadar
CO, HC dan peningkatan kadar O2, serta peningkatan kadar CO2 pada penggunaan campuran
premiumdengan zat aditif 7 ml.
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG MASALAH


Polusi udara kota di beberapa kota besar di Indonesia telah sangat memprihatinkan.Beberapa
hasil penelitian tentang polusi udara dengan segala resikonya telah dipublikasikan,termasuk
resiko kanker darah. Namun, jarang disadari entah berapa ribu warga kota yangmeninggal
setiap tahunnya karena infeksi saluran pernapasan, asma, maupun kanker paru- paru akibat
polusi udara kota. Meskipun sesekali telah turun hujan langit di kota-kota besar diIndonesia
tidak biru lagi. Udara kota telah dipenuhi oleh jelaga dan gas-gas yang
berbahaya bagi kesehatan manusia. Diperkirakan dalam sepuluh tahun mendatang terjadi peni
ngkatan jumlah penderita penyakit paru-paru dan saluran pernapasan. Bukan hanya infeksi sa
luran pernapasan akut yang kini menempati urutan pertama dalam pola penyakit diberbagaiwi
layah di Indonesia, tetapi juga meningkatnya jumlah penderita penyakit asma dan
kanker paru-paru.

hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), dan oksida fotokimia (Ox). Kendaraan
bermotormenyumbang hampir 100% timbal, 13-44%
suspended particulate matter
(SPM), 71-89%hidrokarbon, 34-73% NOx, dan hampir seluruh karbon monoksida (CO) ke
udara Jakarta.Sumber utama debu berasal dari pembakaran sampah rumah tangga, di mana
mencakup 41%dari sumber debu di Jakarta. Sektor industri merupakan sumber utama dari
sulfur dioksida. Ditempat-tempat padat di Jakarta konsentrasi timbal bisa 100 kali dari
ambang batas.Asap kendaraan merupakan sumber utama bagi karbon monoksida di
berbagai perkotaan. Data mengungkapkan bahwa 60% pencemaran udara di Jakarta
disebabkan
karena benda bergerak atau transportasi umum yang berbahan bakar solar terutama berasal da
riMetromini. Formasi CO merupakan fungsi dari rasio kebutuhan udara dan bahan bakar
dalam proses pembakaran di dalam ruang bakar mesin diesel. Percampuran yang baik antara
udaradan bahan bakar terutama yang terjadi pada mesin-mesin yang menggunakan
Turbochargemerupakan salah satu strategi untuk meminimalkan emisi CO. Karbon
monoksida yangmeningkat di berbagai perkotaan dapat mengakibatkan turunnya berat janin
danmeningkatkan jumlah kematian bayi serta kerusakan otak. Karena itu strategi
penurunankadar karbon monoksida akan tergantung pada pengendalian emisi seperti
pengggunaan bahan katalis yang mengubah bahan karbon monoksida menjadi karbon dioksid
a dan penggunaan bahan bakar terbarukan yang rendah polusi bagi kendaraan
bermotor.Setiap kendaraan akan menghasilkan gas sisa pembakaran sesuai dengan
cara pengoperasian mesin. Pada kondisi kendaraan hidup stasioner memberikan emisi lebih
besardibandingkan dengan kendaraan berjalan. Secara umum, reaksi pembakaran bahan
bakarfosil secara sempurna pada proses kendaraan bermotor.Pada saat proses pembakaran
tidak sempurna maka tidak seluruh hidrokarbonteroksidasi, sehingga masih menyisakan
hidrokarbon (HC) dan gas karbonmonoksida (CO)dengan proporsi lebih besar.Pada kasus
mobil Esemka, tingginya emisi gas hidrokarbon (HC)dan karbonmonoksida (CO)
kemungkinan disebabkan sistem pada mesin belum mampumelakukan pembakaran secara
sempurna, sehingga menghasil gas CO dan HC melebihi bakumutu. Karbonmonoksida (CO)
memberikan dampak lebih dominan dibandingkan denganhidrokarbon (HC) maupun NOx.
Pengaruh
Tingginya karbon monoksida dari hasil uji emisi mobil Esemka, lebih memberikandampak
membahayakan dibandingkan dengan hidrokarbon (HC). Hidrokarbon (HC) yangmerupakan
bahan bakar utama kendaraan bermotor tidak semua teroksidasi secara sempurna.

Indikasi tingginya HC pada emisi mobil Esemka menunjukkan bahwa mesin belum
memilikikemampuan optimal dalam mengubah bahan bakar manjadi energy dan manyisakan
emisi.Di antara senyawa- senyawa yang terkandung di dalam gas kendaraan bermotor
yangdapat menimbulkan pengaruh sistemik, yang paling penting adalah karbon monoksida
dantimbal. Pengaruh langsung dari kedua zat di atas terhadap kehidupan manusia dan
bentukkehidupan lainnya sangat berbeda-beda, dari pengaruh yang berat (mematikan)
sampai pengaruh yang ringan (menimbulkan perasaan jengkel). Adanya zat pencemar di udar
amempunyai kecenderungan untuk menaikkan jumlah penderita atau memperberat
penyakitkanker paru-paru, emphysema, TBC, pneumonia, bronkitis, asma, dan bahkan
influensa.Gas CO tidak berbau, tidak berasa, sehingga kehadiranya tidak dapat dirasakan
secarakasat mata. Justru sifat ini yang sangat berbahaya karena manusia yang terpapar
tidakmerasakan, akan tetapi akan terkena dampak secara mematikan. Senyawa CO sangat
mudah berkaitan dengan hemoglobin (Hb), bila dibandingkan dengan daya ikat oksigen
dengan Hb,maka daya ikat CO adalah240 kali daya ikat oksigen.Fungsi oksigen untuk jaringan
tubuh adalah untuk pelengkap proses pembakaran yangmenghasilkan tenaga. Menurunnya
kemampuan darah mengangkut oksigen dari paru-paru keseluruh jaringan tubuh
menyebabnya turunnya tenaga yang dihasilkan oleh metabolisme sel-sel (pertukaran zatantar
sel).Karena tidak berbau, maka pengguna tidak menyadari bila ada ancaman gas
CO.keterlambatan menghindar dari paparan CO menyebabkan oksigen dalam darah
tergantikankendudukannya oleh CO. bila konsentrasi hingga sekitar 80 ppm, maka ancaman
kematianakan besar. Mari renungkan bersama.
5. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat
ditarikkesimpulan bahwa asap kendaraan bermotor memiliki pengaruh yang cukup besar
terhadapkesehatan masyarakat. Namun, pengaruh dari pencemaran/polusi udara khususnya
akibatkendaraan bermotor tidak sepenuhnya dapat dibuktikan karena sulit dipahami dan
bersifatkumulatif.
Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat diajukan saran-
saransebagai berikut :1. Pemerintah hendaknya lebih serius memperhatikan tentang
pengendalian pencemaranudara terutama dengan lebih intensif melakukan pemeriksaan gas
buang (uji emisi)
kendaraan bermotor baik untuk roda dua maupun roda empat (pribadi maupun dinas) danmen
sosialisasikan pentingnya perawatan kendaraan bermotor.2. Pemerintah sebaiknya
menetapkan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) yang pernahdilaksanakan di Jakarta
dimana seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali hanyadiperbolehkan menggunakan sepeda.3.
Masyarakat hendaknya memiliki prinsip hemat dalam mengonsumsi kendaraan
bermotordengan mengurangi jumlah kendaraan pribadi dan menggunakan kendaraan
umum.4. Kepada semua masyarakat yang berkompeten agar menciptakan bahan bakar
alternatifyang lebih ramah lingkungan seperti CNG (
Compressed Natural Gas
), LPG, dan minyak nabati
EMISI GAS BUANG DAN PERMASALAHANNYA
By : Sasongko. Widyaiswara Madya Dept Otomotif
Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar udara di banyak
kota besar dunia, gas-gas beracun dari jutaan knalpot setiap harinya menimbulkan masalah
serius di banyak negara tak terkecuali Indonesia, kendaraan berbahan bakar bensin menjadi
salah satu sumber pencemar udara terbesar melebihi industri dan rumah tangga. Erwin
(2006) menyebutkan bahwa polusi udara dari kendaraan bermotor, pembangkit tenaga
listrik, industri dan rumah tangga menyumbang 70 % dengan komposisi kuantitas
karbonmonoksid(CO) 99 %, hidrokarbon(HC) sebanyak 89 %, dan oksida nitrogen(Nox)
sebanyak 73 % serta partikulat lainnya yang meliputi timah hitam,sulfur oksida dan partikel
debu.
Sugiarto (2006) menyatakan bahwa dari data WHO sekitar 3 juta orang meninggal
karena polusi udara setiap tahun atau sekitar 5 % dari 55 juta orang meninggal setiap tahun
di dunia. 1,5 juta orang yang meninggal sebelum waktunya terjadi di kota-kota Asia,
kehidupan yang produktif diperpendek oleh masalah kesehatan yang disebabkan menghirup
udara yang kotor.
Komite penghapusan bensin bertimbal menyebutkan bahwa pada tahun 2002 Jakarta
merupakan kota nomor 3 terpolusi di dunia setelah Mexico dan Bangkok. Sugiarto (2006),
Ubaydillah (2009) menyatakan bahwa kota Mexico dan Bangkok sudah tidak masuk dalam
katagori 5 besar kota terpolusi di dunia, 5 kota terpolusi dari 15 kota terpolusi di dunia
terdapat di Asia urutan kota-kota tersebut adalah no.1. Katmandu, Nepal, no.2. New Dehli,
India, no.3. Jakarta, Indonesia no.4. Chongqing China, no.5. Calcutta, India, sepertiga dari
pencemaran karbondioksida(CO) di dunia dikeluarkan dari daerah ini.
Sudrajad (2005) menyatakan data Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) hasil
pemantauan kualitas udara di 10 kota di Indonesia, melalui 33 stasiun dan 9 stasiun
bergerak(mobil pemantau udara) terdapat beberapa kota yang diketahui masuk dalam
kategori tidak sehat yakni Jakarta (26 titik), Semarang (1 titik), Surabaya (3 titik), Bandung (1
titik), Medan (6 titik), Pontianak (16 titik), Palangkaraya (4 titik), dan Pekan Baru (14
titik). Satu lokasi di Jakarta yang diketahui merupakan daerah kategori sangat tidak sehat
berdasarkan pantauan lapangan.
Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang semakin meningkat dengan berbagai merk
dan tipe akan meningkatkan konsumsi pemakaian bahan bakar minyak dan menimbulkan
efek pencemaran udara, kenaikan konsumsi BBM sangat wajar jika melihat data Gabungan
Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyatakan jumlah penjualan kendaraan
bermotor meningkat cukup signifikan sejak empat tahun terakhir.
Jumlah kendaraan di Indonesia berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik
Republik Indonesia mulai tahun 2009 sampai dengan 2012 menunjukkan adanya kenaikan
jumlah kendaraan yang luar biasa.
Tabel data jumlah kendaraan bermotor di Indonesia
No Jenis 2009 20010 2011 2012
Mobil
1 7.910.407 8.891.041 9.548.866 10.432.259
Bus
2 2.160.973 2.250.109 2.254.109 2.273.821
Truk
3 4.452.343 4.687.789 4.958.738 5.286.061
Sepeda
4 52.767.093 61.078.188 68.839.341 76.381.183
motor
Jumlah total 67.290.816 76.907.127 85.601.054 94.373.324
Data Badan Pusat Statistik Republik Indonesia.
Melihat permasalahan tersebut maka sudah menjadi suatu keharusan bagi pemerintah
dan industri kendaraan bermotor serta masyarakat di Indonesia untuk menyadari sedini
mungkin efek bahaya yang ditimbulkan oleh polutan emisi gas buang dan secara bersama-
sama mengupayakan suatu tindakan bagaimana agar udara yang terhirup bisa berkurang
dari pencemaran yang diakibatkan oleh polutan emisi gas buang serta ramah lingkungan.
Proses pembakaran motor bensin yang terdiri atas unsur bensin (Heptane C7H16 dan
Iso Oktana C8H18 ) dengan udara ( O2, N2, dan unsur yang lain) akan menghasilkan emisi
gas buang yang meliputi Hidrokarbon (HC), Carbon Monoxid (CO), Carbon Dioxid (CO2),
Nitrogen Oxid (NOx) Tetra Ethyl Lead/Timah Hitam (Pb),dan Sulfur/belerang (SO2) serta
bahan partikulat yang lainnya. (Spuller, 1987. Petter, 1989. Robert, 1993.)

Adapun karakteristik dari emisi gas buang adalah :


A. HC atau Hidrokarbon
Hidrokarbon(HC) merupakan unsur senyawa bahan bakar bensin, HC yang ada pada
gas buang adalah dari senyawa bahan bakar yang tidak terbakar habis dalam proses
pembakaran motor, HC diukur dalam satuan ppm (part permillion) (Robert, 1993. Weller,
1989. Spuller, 1987.). Hidrokarbon total yang ada di atmosfir menunjukkan korelasi yang
positif dengan kepadatan lalu lintas, kebanyakan hidrokarbon yang dilepas adalah metan.
Hidrokarbon merupakan gas toxid bagi manusia, hidrokarbon yang bersifat
karsinogenik dapat berbahaya karena hidrokarbon didalam udara mengalami reaksi foto
kimia sehingga dapat berubah menjadi gas yang lebih berbahaya dari pada asalnya
(menjadi peroxiasetil nitrat, keton, dan aldihida) sehingga hidro karbon pada konsentrasi
yang sedang sampai tinggi dapat menyebabkan gangguan kesehatan terutama pada
selaput lendir, mata, hidung dan tenggorokan dan jika terakumulasi dalam waktu yang agak
lama hidrokarbon juga berpotensial menyebabkan penyakit kanker. (Spuller, 1987. Petter,
1989. Robert, 1993. Soemirat, 2004 )
Hidrokarbon yang tinggi dapat disebabkan gangguan pada sistem pengapian,
misalnya kabel busi yang jelek, koil yang jelek, busi yang jelek, saat pengapian terlalu maju
serta tekanan kompresi yang rendah, sehingga dengan adanya gangguan tersebut diatas
akan mengakibatkan pembakaran yang tidak sempurna dan menghasilkan emisi HC yang
besar.
B. CO atau Karbonmonoksid
Karbonmonoksid(CO) merupakan senyawa gas beracun yang terbentuk akibat
pembakaran yang tidak sempurna dalam proses kerja motor, gas CO merupakan gas yang
relatif tidak stabil dan cenderung bereaksi dengan unsur lain, CO dapat diubah dengan
mudah menjadi karbon dioksida(CO2) dengan bantuan sedikit oksigen dan panas, CO
diukur dalam satuan % pervolume atau dalam ppm tetapi dalam industri otomotif sesuai
dengan alat ukur yang digunakan sering diukur dalam satuan % per volume (Spuller, 1987.
Weller, 1989. Robert, 1993, Anonymoys,1994)
Karbonmonoksid(CO) akan menyebabkan berkurangnya kemampuan darah dalam
menyerap oksigen yang dibutuhkan organ tubuh yang sangat vital yakni otak, paru dan
jantung serta jaringan tubuh, akibat dari adanya kandungan CO dalam aliran darah (karena
kestabilan karboksimoglobin kira-kira 140 kali kestabilan oksimoglobin sehingga darah akan
lebih mudah mengikat CO daripada O2 yang secara otomotis fungsi darah sebagai
pengangkut oksigen untuk bagian vital tubuh menjadi terganggu). CO pada kadar
konsentrasi yang rendah sampai sedang akan dapat menimbulkan efek
penyakit Cardiovascular effect (adanya ancaman kesehatan akibat menghirup CO dalam
konsentrasi rendah) serta ancaman yang serius bagi penderita penyakit jantung seperti
angina, clogged arteries, sedangkan efek menghirup CO pada konsentrasi sedang sampai
tinggi dapat menyebabkan langsung gangguan pada penglihatan, kemampuan konsentrasi
dalam bekerja, kesulitan dalam menyelesaikan rangkaian tugas, dalam konsentrasi yang
tinggi dapat menyebabkan kematian (Spuller, 1987, Petter, 1989, Robert, 1993, Wardana ,
2001, Soemirat, 2004 ).
Kadar CO yang besar diakibatkan oleh perbandingan campuran antara bahan bakar
bensin dan udara tidak sesuai, dimana kandungan bensin terlalu banyak, tetapi disini
walaupun kandungan bahan bakar bensin terlalu banyak tetapi masih dapat terbakar
sehingga menghasilkan emisi CO yang besar, CO besar dapat disebabkan oleh kesalahan
dalam penyetelan karburator sehingga homogenitas campuran menjadi jelek, filter udara
yang kotor juga akan mengurangi jumlah udara yang masuk kedalam silinder.
C. NOx atau Nitrogen Oksid
Adalah unsur dari Nitrgen Oksida (NO) dan Nitrogen Oksida (NO2) tetapi dalam dunia
otomotif sering dinyatakan dalam NOx saja, NOx juga merupakan senyawa gas beracun
yang ditimbulkan dari proses pembakaran yang tidak sempurna serta juga diakibatkan oleh
suhu pembakaran diruang bakar yang cukup tinggi (Spuller, 1987. Weller,1989. Robert,
1993)
NOx adalah gas toksid bagi manusia, efek yang terjadi tergantung pada dosis serta
lamanya pemaparan yang diterima seseorang, pada konsentrasi berkisar 50 100 ppm dan
terpapar dalam waktu beberapa saja orang dapat terkena peradangan paru-paru, pada fase
ini orang masih sembuh kembali dalam waktu 6 hingga 8 minggu, pada konsentrasi 150
200 ppm dapat menyebabkan pemampatan broncholi dan disebut bronchilitis fibrosis
obliterns, orang dapat meninggal dunia dalm waktu 3 5 minggu setelah pemaparan,
konsentrasi 500 ppm dapat mematikan dalam waktu 2 10 hari.(Wakdbott, GeorgeL. 1973
dalam Soemirat, 2004)

D. Pb atau Timah Hitam


Timah hitam(Pb) merupakan senyawa beracun yang terkandung dalam bahan bakar
bensin dengan tujuan untuk menaikkan angka oktan bensin sehingga pada waktu
pembakaran dalam proses kerja motor tidak mudah terjadi detonasi atau knocking (Spuller,
et, al. 1987). Timah hitam adalah neurotoksin racun penyerang syaraf bersifat akumulatif
yang dapat merusak pertumbuhan otak pada anak-anak. Pada saat ini kandungan Pb/timbal
dalam premium masih ada walaupun dalam kandungan yang sangat kecil ( 0,013 gr/l) untuk
premium tanpa timbal dan 0,3 gr/l untuk premium dengan timbal, data dari Pertamina
(Anonymoys,2014)
Studi mengungkapkan bahwa dampak timah hitam sangat berbahaya pada anak-
anak karena berpotensi menurunkan tingkat kecerdasan (IQ), selain itu timah hitam (Pb)
sebagai salah satu komponen polutan udara mempunyai efek toksit yang luas pada manusia
dan hewan dengan mengganggu fungsi ginjal, saluran pencemaan, sistem saraf pada
remaja, menurunkan fertilitas, menurunkan jumlah spermatozoa dan meningkatkan
spermatozoa abnormal serta aborsi spontan. (Anonymous, 2001)
Timah hitam (Pb) adalah metal kehitaman yang bersifat racun sistemik, keracuanan Pb
akan menimbulkan gejala-gejala rasa logam di mulut, garis hitam pada gusi, anorexia,
muntah-muntah, kolik, encephlitis, wrist drop, irritable, perubahan kepribadian, kelumpuhan
dan kebutaan, basophilic stippling dari sel darah merah merupakan gejala patognomonis
bagi keracunan Pb, gejala lain adalah berupa anemia dan albuminuria. Pb organik
cenderung menyebabkan encepahlopathy, pada keracunan akut terjadi gejala mengines dan
cerebral diikuti dengan stupor, koma dan kematian.(McKinney, Jammes. D. 1980 dalam
Soemirat. 2004)
E. CO2 atau Karbon Dioksida
Karbon dioksida(CO2) merupakan senyawa yang tidak beracun dari hasil
pembakaran motor pada kondisi pembakaran yang baik akan dihasilkan CO2 yang tinggi
(min 12% volume), peningkatan CO2 di atmosfer akan membawa dampak terhadap
pemanasan global melalui efek rumah kaca, Menurut penelitian Intergovernmental Panel on
Climate Change, emisi CO2 antropogenik / hasil kegiatan manusia total adalah 7,1 Giga ton
karbon per tahum (Weller, 1989. Sumarwoto, 1992. Robert, 1993;).
Sumbangan Indonesia pada emisi CO2 sedunia adalah sekitar 1,3%, dan sumbangan
ini terus meningkat karena meningkatnya konsumsi energi menyusutnya luas lahan hutan
dan kebakaran hutan, kadar CO2 dalam atmosfer pelan-pelan naik dari 280 ppm dalam
periode praindustri yaitu sebelum tahun 1750 menjadi 358 ppm pada tahun 1994
(Soemarwoto, 2001 ), tingkat emisi gas rumah kaca cenderung meningkat dari waktu ke
waktu akibat meningkatnya aktivitas manusia setelah era industri.
Apabila laju peningkatan emisi gas rumah kaca ini tidak diturunkan maka
dikhawatirkan dalam waktu seratus tahun mendatang, konsentrasi gas rumah kaca di
atmosfer akan meningkat dua kali lipat dari konsentrasi saat ini serta dapat meningkatkan
suhu udara global sampai 6,5 C, peningkatan suhu global sebesar ini akan menyebabkan
terganggunya kondisi iklim global dan aktivitas biologis di muka bumi (Boer, 2002 dalam
Soemarno, 2006).
F. SO2 atau Sulfur
Pembakaran bahan bakar, gas dan batubara mengandung sulfur tinggi, dan
diperkirakan memberi kontribusi sebanyak sepertiga dari seluruh gas SO2 atmosfir
pertahun, akan tetapi karena hampir seluruhnya berasal dari buangan industri dan
kendaraan bermotor maka hal ini dianggap cukup gawat, apabila pembakaran bahan bakar
fosil ini bertambah di kemudian hari, maka dalam waktu singkat sumber-sumber buatan ini
akan dapat memproduksi lebih banyak SO2 dari pada sumber alamiah, didalam udara sulfur
dioksida mengalami reaksi fotokimia dan berubah menjadi berbagai macam senyawa
sebelum jatuh ke permukaan bumi, gas SO2 misalnya dapat teroksidasi menjadi SO3 yang
mempunyai sifat iritian yang lebih kuat daripada SO2. Selain itu SO3 ini bekerja sinergistik
dengan SO2 yang selanjutnya baik SO2 mapun SO3 dapat bereaksi dengan air dan
menjadi asam sulfat yang merupakan iritan yang kuat, jumlah SO2 dalam udara sangat
bervariasi dengan musim maupun dengan keadaan cuaca sehingga didapat varisasi yang
tidak menentu (Soemirat, 2004).
Wakdbott dan George L (1973) dalam Soemirat (2004) menyatakan bahwa SO2
dikenal sebagai gas yang tidak berwarna bersifat iritan yang kuat bagi kulit dan lendir, pada
konsentrasi 6 12 ppm SO2 mudah diserap oleh selapu lendir saluran pernapasan.
Selain berpengaruh terhadap kesehatan manusia sulfur dioksida(SO2) juga
berpengaruh terhadap tanaman, hewan dan gedung-gedung yang mempunyai arti sejarah,
patung-patung bernilai seni dapat rusak karena SO2 mudah menjadi H2SO4 yang bersifat
korosif, demikian juga yang terjadi pada knalpot kendaraan seringkali terjadi korosi(keropos)
yang tidak disadari oleh para pemilik kendaraan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2001.http//:www.geogle.com/portofolio bahan bakar cair/universitas


Indonesia. Desember, 24, 2006.
Anonymous. 2004. Komite Penghapusan Bensin Bertimbal. April, 30, 2004
Anonymous. 2006. http//: www.bps.go.id Badan Pusat Statistik Republik Indonesia Jumlah
Kendaraan Bermotor 2009 2012. Jakarta. Januari , 5, 2012
Anonymous. 2014. http://triwisibolang.blogspot.com/2012/12/apakah-bensin-
premium-bebas-timbal.htm. januari. 29. 2014
Heisler Heinz. 1994. Advanced Engine Technology, The College of Notrh West London,
Willesden Centre, London UK. p 688-710.
Juhara Erwin. 2006 Demi Anak-anak Kita Kurangi pemakaian Kendaraan Bermotor, Pikiran
Rakyat Bandung
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.045 th 1997. tentangIndeks Standar
Pencemaran Udara
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.23 /10/ th 1997. tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Peraturan Pemerintah No. 41 th 1999. tentang Pengendalian Pencemaran Udara
Petter A Weller. 1989. Fachkunde Fahrzeugtechnik, Holland+Johenshands Germany. p 107
173
Robert, 1993. Automotive Band Book, VDI Verlag Germany. p 108 -184
Roekmijati, 2002. Senyawa Aditif Pengganti TEL, Kilang edisi, IMGP.
Soemarno, 2006. Materi Kuliah PAT Hutan Ozon Pemanasan Global, Boer, 2002
Sumarwoto Otto. 1994. Indonesia Dalam Kancah Isu Lingkungan Global, PT Gramedia
Pustaka Utama. p 217 - 218
Spuller, 1987. Bahan Bakar Step IV, VEDC Malang. 61 15 45 90. p 1-4
Soemirat Juli. 1994. Kesehatan Lingkungan.Gadjahmada University Press
Ubaydilah, 2009. Fenomena Hutan Beton dan Polusi, http://antasari.net.com September,
9,2009
Wardana.Wisnu Arya.2001, Dampak Pencemaran Lingkungan.PT Andi Yogya p 23-26

Anda mungkin juga menyukai