PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peranan transportasi di era globalisasi saat ini semakin vital. Sektor
Transportasi menjadi komponen utama sistem kehidupan, sistem
pemerintahan, sistem kemasyarakatan dan hal ini menyebabkan jumlah
kendaraan meningkat. Saat ini populasi kendaraan bermotor di Indonesia
per Juli 2016 adalah 124.348.224 unit dengan pertumbuhan 10 – 15 persen
(korlantas POLRI). Tingginya populasi kendaraan bermotor di Indonesia
menyebabkan berbagai dampak negatif yaitu kemacetan lalu lintas,
tingginya angka kecelakaan dan polusi udara semakin bertambah.
Jumlah populasi kendaraan yang tinggi tersebut berdampak pada
penurunan kualitas udara. Hasil penelitian menunjukan bahwa kontribusi
pencemaran udara yang berasal dari sektor transportasi mencapai 60%,
selebihnya sektor industri 25%, rumah tangga 10%, dan sampah 5%
(Saepudin dan Admono, 2005). Kendaraan bermotor yang beroperasi dijalan
akan menimbulkan emisi gas buang yang langsung dibuang ke udara bebas.
Senyawa emisi gas buang kendaraan bermotor yang berbahaya meliputi
Carbon Monoxide (CO), Sulfur Oxide (Sox), Hidrokarbon (HC), Timah (Pb),
Nitrogen Oxide (NOx), Smoke (asap dan partikel debu). Senyawa tersebut
berbahaya bagi lingkungan dan manusia. Dampak yang ditimbulkan berupa
gangguan pernapasan, gangguan organ dalam seperti paru-paru hati dan
lainya, gangguan syaraf, ganguan reproduksi, menurunkan kecerdasan pada
anak serta menimbulkan kematian (A. Tri Tugaswati, 2008). Pada dasarnya
jenis bahan pencemar yang dikeluarkan semua jenis kendaraan adalah sama
hanya komposisinya yang berbeda karena perbedaan kondisi dan sistem
operasi antara mesin kendaraan yang satu dengan yang lainya. Mesin
kendaraan terbaru umumnya memiliki gas buang dengan kadar lebih rendah
dibandingkan dengan mesin kendaraan yang lebih terdahulu, hal ini karena
semakin ketatnya peraturan yang mengatur dengan tegas batasan emisigas
buang kendaraan bermotor baru sehingga mampu mendorong industri untuk
memproduksi kendaraan bermotor yang lebih ramah lingkungan. Akan tetapi
tidak semua pemilik kendaraan bermotor memiliki kesadaran terhadap
kondisi kendaraanya dan enggan untuk mengeluarkan biaya perawatan guna
mengurangi kadar emisi yang dihasilkan.
C. Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah memfokuskan masalah
pengamatan pelaksanaan pengujian tingkat opasitas emisi gas buang mesin
diesel dengan prosedur pengujian emisi gas buang yang ditetapkan pada
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2006 pada lampiran
ke II tentang cara uji kendaraan bermotor kategori M, N, dan O
berpenggerak penyalaan kompresi pada sampel 83 kendaraan mesin diesel
di UPT PKB Kabupaten Jember.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pelaksanaan pengujian emisi gas buang di UPT PKB
Kabupaten Jember?
2. Apakah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pengujian emisi mesin
diesel yang sesuai standar pelaksanaan?
3. Bagaimana pengaruh prosedur SNI pelaksanan pengujian emisi mesin
diesel terhadap hasil emisi ?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pengujian emisi gas buang
kendaraan bermotor mesin diesel di UPT PKB Kabupaten Jember.
2. Untuk mengetahui kendala dalam pelaksanaan pengujian emisi mesin
diesel
3. Untuk mengetahui pengaruh prosedur SNI pelaksanaan pengujian emisi
terhadap hasil uji emisi gas buang mesin diesel.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat bagi penulis
a. Untuk melatih pola pikir yang obyektif di dalam menyikapi
permasalahan yang berkaitan dengan pengujian kendaraan
bermotor.
b. Implementasi dari disiplin ilmu yang diperoleh selama di lembaga
pendidikan.
2. Manfaat bagi Unit PKB di daerah
a. Meningkatkan akuntabilitas pengujian tingkat opasitas emisi gas
buang kendaraan bermotor.
b. Masukan bagi unit pengujian di daerah mengenai mengenai
prosedur pengujian dan pengaruhnya terhadap hasil pengeluaran
tingkat opasitas gas buang mesin diesel.
c. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat berupa pelaksanaan
pengujian kendaraan bermotor yang sesuai prosedur.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Aspek Teori
2. Siklus Diesel
Siklus diesel adalah siklus teoritis utuk compression-ignition engine
atau mesin diesel. Perbedaan antara siklus diesel dan Otto adalah
penambahan panas pada tekanan tetap. Karena alasan ini siklus diesel
kadang disebut siklus tekanan tetap. Dalam diagram p-v, siklus diesel
digambarkan sebagai berikut:
5. Teori Pembakaran
Pada motor bakar, proses pembakaran merupakan reaksi kimia yang
berlangsung sangat cepat antara bahan bakar dengan oksigen yang
menimbulkan panas sehingga mengakibatkan tekanan dan temperatur
gas yang tinggi. Kebutuhan oksigen untuk pembakaran diperoleh dari
udara yang memerlukan campuran antara oksigen dan nitrogen, serta
beberapa gas lain dengan persentase yang relatif kecil dan dapat
diabaikan. Reaksi kimia antara bahan bakar dan oksigen yang diperoleh
dari udara akan menghasilkan produk hasil pembakaran yang
komposisinya tergantung dari kualitas pembakaran yang terjadi.
Bahan bakar yang digunakan dalam motor bakar dapat dibedakan
menurut wujudnya yaitu:
1. Gas
2. Cair
3. Padat
Adapun kriteria utama yang harus dipenuhi bahan bakar yang akan
digunakan dalam motor bakar adalah sebagai berikut:
a. Proses pembakaran bahan bakar dalam silinder harus secepat
mungkin dan panas yang dihasilkan harus tinggi.
b. Bahan bakar yang digunakan harus tidak meninggalkan endapan
atau deposit setelah proses pembakaran, karena akan
menyebabkan kerusakan pada dinding silinder.
c. Gas sisa pembakaran harus tidak berbahaya pada saat dilepaskan
ke atmosfer.
6. Konsep Reaksi Pembakaran
Pembakaran adalah Reaksi kimia dari komposisi bahan bakar terhadap
oksigen. Komposisi bahan bakar dimaksud adalah :
a) Zat arang (carbon) dengan unsur kimia C
b) Zat air (hydrogen) dengan unsur kimia H2
c) Zat lumas (netrogen) dengan unsur kimia N2
d) Zat belerang (sulphair) dengan unsur kimia S2
Reaksi pembakaran stoikiometri diesel (C18 H23):
CaHb + (a+b/4)(O2+3,773N2) = aCO2 + (b/2)H2O + 3,773(a+b/4)N2
C12H23+(12+23/4)(O2+3,773N2)=12CO2+(23/2)H2O+3,773(12+23/
4)N2
C12H23+(17,75)(O2+3,773N2)=12CO2+11,5H2O+3,773(17,75)N2
Relatif massa
167 + 2443,16 = 2610,16
Per unit massa
1 + 14,6 = 15,6
Sebagaimana diketahui bahwa yang menonjol dari udara adalah
oksigennya, yang dapat dilihat konsentrasinya:
Dalam prosentase berat : 23% O2 dan 77% N2
Dalam prosentasi volume : 21% O2 dan 79%N2)
Berikut adalah langkah-langkah (tahap-tahap) dari proses
pembakaran yaitu:
a. Injeksi (penyemprotan) bahan bakar oleh injector
b. Cracking proses (proses pemecahan) bahan bakar dari partikel-
partikel besar menjadi partikel-partikel kecil
c. Pengabutan bahan bakar, partikel-partikel kecil berubah bentuk
menjadi kabut (fog).
d. Penguapan bahan bakar, setelah kabut langsung menguap-uap
inilah sebagai penyabab pembakaran.
e. Penyalaan bahan bakar.
f. Pembakaran bahan bakar.
Sumber: (eprints.undip.ac.id/41566/3/BAB_II_giant.pdf)
7. Dampak Emisi
a. Karbon Monoksida (CO)
Karbon monoksida dapat terikat dengan haemoglobin darah lebih
kuat dibanding oksigen membentuk karboksihaemoglobin (COHb),
sehingga menyebabkan terhambatnya pasokan oksigen ke jaringan
tubuh. Menurut Suhardjana (1990), sumber antropogin gas CO di
udara yang terbesar disumbangkan oleh kegiatan transportasi yaitu
dari kendaraan bermotor berbahan bakar bensin, sebesar 65,1%.
(http://ardibudianto.web.unej.ac.id)
b. Hidrokarbon
Adalah gas buang yang diakibatkan karena bahan bakar yang tidak
terbakar. HC ini adalah bagian dari bensin yang dilepaskan baik dalam
bentuk tidak berbakar atau terpecah dengan tidak sempurna. Ada
beberapa faktor yang menyebabkan adanya HC; sebagi contoh:
pembkaran yang tidak sempurna oleh oksigen yang tidak mencukupi,
nyala yang tertekan di dekat dinding mesin interior, turunnya suhu
yang disebabkan oleh rendahnya kandungan bensin, dan lain-lain.
Dengan kata lain, kita dapat mengatakan bahwa hc adalah komponen
bensin yang tersisa dan tidak terbakar atau bentuknya berubah tanpa
terbkar dengan sempurna. Karakteristik HC :
1. Molekul ringan, tidak terlihat sehingga melayang di udara
2. Berbahaya bagi kesehatan, mengikat hemoglobin darah kita
3. Semakin kecil HC semakin
bagus(http://ardibudianto.web.unej.ac.id)
c. Nitrogen Oksida
Dua komponen di atas (HC dan CO) adalah produk yang dihasilkan
karena mereka tidak terbakar dengan sempurna, sehingga mereka
tidak menjadi CO2 selama proses pembakaran bensin (reaksi oksidasi).
Di sisi lain, mekanisme pembentukan Nox adalah sangat jauh berbeda
dari dua komponen ini. N dan O dalam NOx berasal dari udara. N2 dan
O2 masing-masing bersifat inert di udara , namun, mereka bereaksi
antara satu dengan lainnya dan menghasilkan NOx pada kondisi suhu
tinggi ketika pembakaran bensin. Karena itu, semakin tinggi suhunya,
semakin banyak NOx dihasilkan adalah gas buang yang ditimbulkan
oleh nitrogen yang teroksidasi karena tekanan dan panas kompresi
berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan karena gas ini adalah racun.
(http://ardibudianto.web.unej.ac.id)
d. Sulfur Dioksida
Senyawa-senyawa belerang yang bertindak sebagai zat pencemar
yang berbahaya adalah gas-gas SO2 dan SO3. Gas SO2 di atmosfer
sebagian besar berasal dari hasil pembakaran minyak bumi dan
batubara yang mengandung belerang, di samping ada juga yang
berasal dari hasil oksidasi biji-biji sulfida di industri.Udara yang
mengadung SO2 dalam kadar cukup tinggi dapat menyebabkan radang
paru-paru dan tenggorokan pada manusia serta khlorosis (kepucatan)
pada daun-daun. Oksidasi SO2 akan menyebabkan terbentuknya SO3.
SO3 bila bereaksi dengan uap air akan menyebabkan hujan asam (acid
rain). pH air hujan yang mengandung oksida belerang akan turun
menjadi 3 – 4. Akibatnya timbul korosi logam-logam, kerusakan
bangunan yang terbuat dari batu pualam dan memudarnya cat-cat
pada lukisan. SO2 apabila terisap oleh pernafasan, akan bereaksi
dengan air dalam saluran pernafasan dan membentuk asam sulfit yang
akan merusak jaringan dan menimbulkan rasa sakit. Apabila SO3 yang
terisap, maka yang terbentuk adalah asam sulfat, dan asam ini lebih
berbahaya. (http://ardibudianto.web.unej.ac.id)
e. CO2
CO2 adalah produk akhir proses oksidasi bensin. Senyawa ini
dihasilkan dari penggabungan C dalam bensin dengan O2 dalam udara.
CO2 itu sendiri bukan komponen yang berbahaya. Namun, jika
konsentrasi CO2 tinggi di bumi, maka akan mencegah panas
permukaan keluar ke angkasa luar, yang akhirnya akan meningkatkan
suhu bumi. Gas-gas, seperti CO2, yang memiliki efek meningkatkan
suhu di bumi, disebut “gas rumah kaca”.
a) Mengindikasikan derajat thernis pembakaran
b) Diukur dalam prosentase, semakin tinggi semakin bagus
(tertinggi 16%)
c) Bersifat ringan, tidak terlihat dan tidak berbahaya tetapi dapat
menjadi gas rumah kaca
d) Tumbuhan, Biota laut dan lahan gambut memerlukan gas ini
Sumber: (http://ardibudianto.web.unej.ac.id)
f. Partikulat
Partikel asap atau jelaga hidrokarbon selalu mengganggu
pandangan karena kapekatan dan kehitaman asapnya juga bersifat
karsinogenik (bersifat kanker). Pada umumnya partikulat ukuranya 5
mikron merupakan partikel udara yang dapat masuk ke dalam paru-
paru dan mengendap di alveoulus (repository – USU)
g. Timbal (Pb)
Timbal merupakan salah satu unsur kimia sebagai polutan (bahan
pencemar) udara yang paling berbahaya. Timbal sering juga disebut
dengan timah hitam (Pb; lead). Timbal merupakan logam yang sangat
berbahaya bagi kesehatan manusia yang berlangsung seumur hidup
karena timbal berakumulasi dalam tubuh manusia. Dalam dosis rendah
sekalipun kasus paparan polusi timbal ternyata dapat menimbulkan
gangguan pada tubuh tanpa menunjukkan gejala klinik.2-6 Timbal juga
terbukti meningkatkan jumlah kematian pada penderita penyakit
jantung. Sampai saat ini belum dapat ditentukan berapa kadar
terendah dari timbal dalam tubuh yang aman untuk kesehatan (Hasan,
2012).
8. Pengujian Kendaraan Bermotor
Pengujian Kendaraan Bermotor adalah serangkaian kegiatan menguji
dan/atau memeriksa bagan atau komponen Kendaraan Bermotor , Kereta
Gandengan, dan Kereta Tempelan dalam rangka pemenuhan terhadap
persyaratan teknis dan laik jalan. Serta mengurangi pencemaran
lingkungan akibat polusi emisi gas buang kendaraan bermotor dan
kebisingan suara, agar dapat terciptanya transportasi darat yang
mendapat jaminan secara teknis (Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun
2012 Tentang Kendaraan). Pada dasarnya pengujian bermotor bertujuan
untuk:
a. Memberikan jaminan keselamatan secara teknis terhadap
penggunaan kendaraan bermotor di jalan.
b. Melestarikan lingkungan dari kemungkinan pencemaran yang
diakibatkan oleh penggunaan kendaraan bermotor dijalan.
c. Memberikan pelayanan umum kepada masyarakat.
10. Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti derajat
ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada obyek dengan
data yang dikumpulkan oleh peneliti (Sugiyono:2008). Dengan begitu
dapat disimpulkan bahwa ketepatan validitas sebuah alat ukur yang
digunakan dalam sebuah penelitian tergantung pada kemampuan alat
ukur tersebut dalam memenuhi segala tujuan pengukuran yang sedanfg
dilakukan.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam menentukan sebuah validitas
penelitian adalah aspek kecermatan dari pengukuran itu sendiri, dimana
sebuah alat ukur yang digunakan harus mampu menghasilkan data yang
tepat dan dapat menunjukan sebuah gambaran yang cermat terkait
dengan data tersebut. Dalam hal ini cermat diartikan sebagai sebuah
kondisi dimana alat ukur tersebut mampu memberi gambaran yang jelas
mengenai perbedaan yang terdapat di dalam pengukuran.
11. Standar Operasional Prosedur
Pengertian Standar Operasional Prosedur (SOP) menurut Istyadi
Insani, dalam bukunya yang berjudul Standar Operasional Prosedur (SOP)
Sebagai Pedoman Pelaksanaan Administrasi Perkantoran dalam Rangka
Peningkatan Pelayanan dan Organisasi Pemerintah menyatakan bahwa:
“Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah dokumen yang berisi
serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai
proses penyelenggaraan adminstrasi perkantoran yang berisi cara
melakukan pekerjaan, waktu pelaksanaan, tempat penyelenggaraan
dan aktor yang berperan dalam kegiatan” (2010:11).
Berdasakan uraian diatas Standar operasional prosedur adalah tata
cara atau tahapan yang dibakukan dan yang harus dilalui untuk
menyelesaikan suatu proses kerja tertentu. Cara uji kadar Opasitas untuk
kendaraan bermotor kategori M,N dan O (roda empat atau lebih)
berpenggerak penyalaan kompresi pada kondisi akselerasi bebas
menggunakan SNI 19-7118.2-2005 sebagai berikut:
1. Ruang Lingkup
Cara uji ini digunakan untuk mengukur opasitas asap menggunakan
smoke opacimeter pada kondisi akselerasi bebas kendaraan bermotor
kategori M, N dan O berpenggerak penyalaan kompresi.
Cara uji ini berlaku untuk :
a.kendaraan bermotor lama (yang beroperasi di jalan)
b.keperluan pemeriksaan dan perawatan
2. Acuan normatif
ISO 11614:1999, Reciprocating internal compression-ignition
engines - Apparatus for measurement of the opacity and for
determination of the light absorption coefficient of exhaust gas.
3. Istilah dan definisi
a. Opasitas
perbandingan tingkat penyerapan cahaya oleh asap yang
dinyatakan dalam satuan persen.
b. Pengujian akselerasi bebas
pengujian pada kendaraan berpenggerak penyalaan kompresi
yang dilakukan pada putaran mesin idle hingga tercapai putaran
mesin maksimum 3.3 kategori M, N dan O
c. Kategori M
kendaraan bermotor beroda empat atau lebih dan digunakan
untuk angkutan orang
d. kategori N
kendaraan bermotor beroda empat atau lebih dan digunakan
untuk angkutan barang
e. kategori O kendaraan bermotor penarik untuk gandengan atau
tempel
4. Prinsip
Pengujian akselerasi bebas dilakukan dengan cara melewatkan gas
buang kendaraan bermotor kedalam suatu tabung asap pada alat
smoke opacimeter kemudian nilai opasitas asap dibaca pada alat
dengan metoda penyerapan cahaya ( light absorption) .
5. Peralatan
a) Smoke opacimeter
Alat uji emisi gas buang yang digunakan sebagaimana
persyaratan yang diberikan oleh ISO 11614.
b) Alat ukur temperatur oli mesin.
c) Alat ukur putaran mesin.
d) Alat ukur temperatur lingkungan.
6. Persiapan kendaraan uji
Persiapan kendaraan uji dengan tahapan sebagai berikut :
a) kendaraan yang akan diukur harus diparkir pada posisi datar;
b) pipa gas buang (knalpot) tidak bocor;
c) temperatur oli mesin normal 600 C sampai dengan 700C atau
sesuai dengan rekomendasi manufaktur;
d) sistem asesoris (AC, tape, lampu) dalam kondisi mati;
e) kondisi temperatur tempat kerja pada 200 C sampai dengan 350
C.
7. Persiapan peralatan
Persiapan smoke opacimeter dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut :
a) pastikan bahwa alat dalam kondisi telah terkalibrasi;
b) hidupkan sesuai prosedur pengoperasian (sesuai dengan
rekomendasi manufaktur alat uji).
8. Pengukuran dan Pencatatan
Pengujian opasitas asap menggunakan smoke opacimeter
dengan tahapan sebagai berikut:
a) persiapkan kendaraan uji sesuai langkah 6;
b) siapkan alat uji sesuai langkah 7;
c) naikkan (akselerasi) putaran mesin hingga mencapai 2.900
rpm sampai dengan 3.100 rpm kemudian tahan selama 60
detik dan selanjutnya kembalikan pada kondisi idle;
d) masukkan probe alat uji ke pipa gas buang sedalam 30 cm,
bila kurang dari 30 cm maka pasang pipa tambahan;
e) injak pedal gas maksimum (full throttle) secepatnya hingga
mencapai putaran mesin maksimum, selanjutnya tahan 1
hingga 4 detik. Lepas pedal gas dan tunggu hingga putaran
mesin kembali stationer. Catat nilai opasitas asap;
f) ulangi proses 8 butir (e) ini minimal tiga kali;
g) catat nilai prosentase rata-rata opasitas asap dari langkah
butir (f) dalam satuan persen (%) yang terukur pada alat uji.
B. Aspek Legalitas
1. Pelaksanaan Pengujian Kendaraan Bermotor
a. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Pasal 48 ayat (2)
Persyaratan laik jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditentukan oleh kinerja minimal Kendaraan Bermotor yang diukur
sekurang-kurangnya terdiri atas:
1) emisi gas buang;
2) kebisingan suara;
3) efisiensi sistem rem utama;
4) efisiensi sistem rem parkir;
5) kincup roda depan;
6) suara klakson;
7) daya pancar dan arah sinar lampu utama;
8) radius putar;
9) akurasi alat penunjuk kecepatan;
10) kesesuaian kinerja roda dan kondisi ban; dan
11) kesesuaian daya mesin penggerak terhadap berat kendaraan
Sedangkan pelaksanaanya pada pasal 49 yang berbunyi
1) Kendaraan Bermotor, kereta gandengan, dan kereta tempelan
yang diimpor, dibuat dan/atau dirakit di dalam negeri yang akan
dioperasikan di jalan wajib dilakukan pengujian.
2) Pengujian sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi:
a) Uji Tipe; dan
b) Uji Berkala.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 Tentang Kendaraan
Pasal 121
1) Kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan yang
akan dioperasikan di jalan wajib dilakukan pengujian.
2) Kendaraan Bermotor, Kereta Gandengan, dan Kereta Tempelan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi yang dibuat atau
dirakit didalam negeri dan/atau diimpor.
3) Pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
1. Uji Tipe; dan
2. Uji Berkala
4) Dalam pelaksanaan pengujian sebagaimanadimaksud pada ayat
(1) jenis Kendaraan Bermotor dibagi ke dalam kategori:
a) L1, L2, L3, L4 dan L5 untuk sepeda motor;
b) M1 untuk Mobil Penumpang;
c) M2 dan M3 untuk Mobil Bus; dan
d) N1, N2, N3, O1, O2, O3, dan O4 untuk Mobil Barang.
Pada pasal 122 juga dijelaskan bahwa :
1) Pengujian Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 121 hanya dapat dilakukan oleh unit pelaksana pengujian
Kendaraan Bermotor yang memiliki:
1. prasarana dan peralatan pengujian yang akurat, sistem dan
prosedur pengujian, dan sistem informasi manajemen
penyelenggaraan pengujian; dan
2. tenaga penguji yang memiliki sertifikat kompetensi penguji
Kendaraan Bermotor
2) Peralatan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dipelihara dan dikalibrasi secara berkala
Pasal 161
1) Setiap unit pelaksana Uji Berkala Kendaraan Bermotor
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 143 ayat (2) harus
diakreditasi oleh menteri yang bertanggungjawab di bidang
sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan.
2) Untuk memperoleh akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), unit pelaksana Uji Berkala Kendaraan Bermotor harus
memenuhi persyaratan:
a) lokasi;
b) kompetensi penguji Kendaraan Bermotor;
e) standar fasilitas prasarana dan peralatan pengujian
Kendaraan Bermotor;
f) keakurasian peralatan pengujian Kendaraan Bermotor;
g) sistem dan tata cara pengujian; dan
h) sistem informasi Uji Berkala Kendaraan Bermotor.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan teknis unit
pelaksana Uji Berkala diatur dengan peraturan menteri yang
bertanggung jawab dibidang sarana dan prasarana lalu lintas dan
angkutan jalan.
c. Peraturan Menteri perhubungan Nomor 133 Tahun 2015 Tentang
Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor
Pasal 11
1) Pemeriksaan persyaratan teknis kendaraan bermotor meliputi:
a) Susunan;
b) Perlengkapan;
c) Ukuran;
d) Rumah-rumah;
e) Rancangan teknis kendaraan bermotor sesuai dengan
peruntukanya; dan
f) Berat kendaraan
d. Keputusan Menteri Perhubungan No. 63 Tahun 1993Tentang
Persyaratan Ambang Batas Laik Jalan Kendaraan Bermotor, Kereta
Gandengan, Kereta Tempelan, Karoseri dan Bak Muatan Serta
Komponen komponenya.
Dalam peraturan ini dijelaskan ambang batas emisi gas buang
kendaraan bermotor pada pasal 3
“Persyaratan ambang batas laik jalan, salah satunya adalah emisi
gas buang kendaraan bermotor”
Dan Pasal 4
“Ambang batas laik jalan sebagaimana dimaksud pasal 3 sesuai
ketentuan yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri yang
bertanggung jawab dibidang Pengelolaan Lingkungan Hidup.”
e. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2006
Dalam peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Ambang Batas Emisi Gas Buang kendaraan Bermotor Lama adalah
batas maksimum zat atau bahan pencemar yang boleh dikeluarkan
langsung dari pipa gas buang kendaraan bermotor lama;
2. Uji Emisi Kendaraan Bermotor Lama adalah uji emisi gas buang
yang wajib dilakukan untuk kendaraan bermotor secara berkala.
Berdasarkan pasal diatas nilai ambang batas adalah batas
maksimum gas buang yang dikeluarkan kendaraan bermotor. Adapun
ambang batasnya tertera pada pasal 3
1) Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.
2) Metode uji kandungan CO dan HC sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 diukur pada kondisi tanpa beban (idle) sedangkan
kandungan asap diukur pada kondisi percepatan bebas (free
accelaration) .
C. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir adalah alur pikir yang logis dalam bentuk diagram
bertujuan menjelaskan secara garis besar pola substansi penelitian yang
akan dilaksanakan. Uma Sekaran dalam bukunya Bussines Research, 1992
dalam (Sugiyono, 2010) mengemukan bahwa kerangka berfikir merupakan
model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai
faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Kerangka berpikir penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
PROSEDUR PENELITIAN
A. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di Unit Pelaksana Teknis Pengujian
Kendaraan Bermotor Kabupaten Jember, Jalan Gajah Mada No.210,
Kaliwates Kabupaten Jember Jawa Timur.
B. Metode Penelitian
1. Bagan Alir penelitian
Mulai
Identifikasi Masalah
Studi Pustaka
Rumusan Masalah
Pengumpulan Data
Analisis Data
Pemecahan Masalah
Kesimpulan
Selesai
Dari metode penelitian ini yang dilakukan terlebih dahulu adalah
mengidentifikasi masalah, selanjutnya studi pustaka yaitu mencari beberapa
dasar teori dan referensi dari beberapa ahli, setelah itu merumuskan
permasalahan. Selanjutnya peneliti mengumpulkan data primer melalui:
Observasi, Dokumentasi, Wawancara dan Data sekunder berupa studi dari
beberapa dasar hukum dan dasar teori. Data yang telah diperoleh kemudian
di analisis apakah sesuai atau tidak.
2. Desain Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir pada bab II maka dapat
didapatkan suatu tata hubungan atau paradigma penelitian sebagai berikut.
Paradigma Penelitian
X1 Y1
E. Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian dalam penelitian ini berupa item-item yang disusun
berdasarkan indikator yang terdapat pada definisi operasional variabel.
Berikut ini diuraikan penyusunan instrumen variabel Standar Operasional
prosedur sesuai SNI-19-7118.2-2005
SNI 19-7118.2-2005
OPASITAS OPASITAS
YA TIDAK (%) (%)
Persiapan
1
Kendaraan Uji
2 Persiapan Peralatan
3 Pengukuran dan
pencatatan
1) persiapkan kendaraan
uji sesuai langkah
No.1
2) siapkan alat uji sesuai
langkah No.2
3) naikkan (akselerasi)
putaran mesin hingga
mencapai 2.900 rpm
sampai dengan 3.100
rpm kemudian tahan
selama 60 detik dan
selanjutnya
kembalikan pada
kondisi idle
4) masukkan probe alat
uji ke pipa gas buang
sedalam 30 cm, bila
kurang dari 30 cm
maka pasang pipa
tambahan
5) injak pedal gas
maksimum (full
throttle) secepatnya
hingga mencapai
putaran mesin
maksimum,
selanjutnya tahan 1
hingga 4 detik. Lepas
pedal gas dan tunggu
hingga putaran mesin
kembali stationer.
Catat nilai opasitas
asap
6) ulangi proses
pengukuran butir
ke(5) minimal tiga
kali
7) catat nilai prosentase
rata-rata opasitas
asap dari langkah 6
dalam satuan persen
(%) yang terukur
pada alat uji
JUMLAH
F. Teknik Analisis Data
Setelah diperoleh data yang dibutuhkan, tahap berikutnya adalah
pengolahan data. Data yang terkumpul perlu di olah lebih dahulu dengan
tujuan menyederhanakan seluruh data yang terkumpul,menyajikan dalam
susunan yang baik dan rapi untuk dianalisis.
1. Reduksi data
Merangkum , memilih hal hal yang pokok, memfokuskan pada hal yang
penting. Data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas
dan mempermudah penulis untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya bila diperlukan. Dalam penelitian ini, data yang diperoleh
meluli wawancara kemudian data tersebut dirangkum dan diseleksi
sehingga akan memberikan gambaran yang jelas.
2. Penyajian Data
Setelah data di reduksi,datadisajikan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya, tetapi yang sering
digunakan adalah teks yang bedrsifat naratif. (Sugiyono,2005:95)
3. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data yaitu
menghitung rata-rata / mean (M), simnpangan baku (SD), modus (Mo)
dan median (Me) dari masing-masing variabel. Untuk menghitung mean
(M), simpangan baku (SD), modus (Mo) dan median (Me) digunakan
rumus data bergolongan atau data yang telah tersusun ke dalam
distribusi frekuensi sebagai berikut:
a) Mean (M)
Me = Median
Tb = Batas bawah, dimana median akan terletak
n = Banyaknya data/ jumlah sampel
F = Jumlah semua frekuensi sebelum kelas median
F = Frekuensi kelas median
c) Modus (Mo)
Mo = Modus
Tb = Titik bawah
P = Panjang kelas interval dengan frekuensi terbanyak
d1 = frekuensi pada kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval
terdekat sebelumnya
d2 = Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval
berikutnya.
d) Simpangan Baku/Standar Deviasi (SD)
Cara 2
G. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian mencakup kegiatan yang berhubungan dengan waktu
penyusunan penelitian yang sudah dilaksanakan. Proses penelitian ini
dilaksanakan mulai bulan Maret hingga Agustus 2017.
Penyusunan
1
proposal
Pengumpulan
2
proposal
Seminar
3
proposal
Perbaikan
4
proposal
Pengumpulan
5 revisi
proposal
Pengumpulan
6
data
7 Analisis data
Penyusunan
8
KKW
Pengumpulan
9
KKW
10 Seminar KKW
Perbaikan
11
KKW
Pengumpulan
12
Revisi KKW
BAB IV
Bagus Yunianto,
13 Honorer
A.Ma.PKB
Dwi Rachman,
14 Honorer
A.Ma.PKB
Yuwan Setiawan,
15 Honorer
A.Ma.PKB
Ahid Qobila F,
16 Honorer
A.Md.PKB
Beni Andriyanto,
17 Honorer
A.Md.PKB
Aldinar Sasindy,
18 Honorer
A.Ma.PKB
KETERAN
NO NAMA ALAT MEREK KONDISI
GAN
1 LUJAN GAS Baik Digunakan
ANALYZER
CO-HC Tester
2 LUJAN Baik Digunakan
LH5154
Headlight Tester
4 IYASAKA Baik Digunakan
KBT-1500-A
Brake Tester
5 IYASAKA Rusak Tidak
KSMT-1500-A digunakan
Speedometer Tester
6 IYASAKA Rusak Tidak
Digunakan
KSST-1500-A
Play Detector
Axle Load
ASPEK SESUAI
NO
Tidak
SNI 19-7118.2-2005 Dilaksanakan Keterangan
Dilaksanakan
Persiapan Kendaraan
Uji
1.
kendaraan yang akan
diukur harus diparkir pada
posisi datar.
8. Pengukuran dan
pencatatan
injak
1 pedal gas maksimum
12. (full throttle)secepatnya
hingga mencapai putaran
mesin maksimum,
selanjutnya tahan 1
hingga 4 detik. Lepas
pedal gas dan tunggu
hingga putaran mesin
kembali stationer. Catat
nilai opasitas asap
JUMLAH PELAKSANAAN
NOMOR ASPEK PROSEDUR SNI
NOMOR UJI KONDISI
NO KENDARAAN SNI (%)
OPTIONAL
1 P 8835 SY DR 20215 14 9 64
2 P 8781 OH BOO 14420 14 9 64
3 P 9322 MY DR 15320 14 10 70
4 P 9304 BA DR 17285 14 10 70
5 P 9325 PD ML 9047 14 8 57
6 P 9467 K DR 22170 14 8 57
7 P 8762 QA DR 12317 14 9 64
8 P 8842 SD DR 20788 14 8 57
10 P 7654 DE BW 4761 14 9 64
11 P 9358 KO DR 21771 14 9 64
12 P 9314 PG SB 74199 K 14 8 57
14 P 9327 KT DR 89376 14 8 57
15 P 9290 PW DR 13957 14 7 50
16 P 8857 SY DR 21795 14 8 57
17 P 9409 K DR 22183 14 8 57
19 P 9305 MD MG 9599 14 9 64
20 P 8768 RN DR 16289 14 9 64
21 P 9358 ML DR 21778 14 8 57
22 P 8331 QB DR 22813 14 9 64
23 P 8798 TF DR 14960 14 9 64
24 P 8357 QB DR 22814 14 9 64
25 P 8851 RF DR 21812 14 9 64
26 P 9147 ML CD 02103 14 8 57
27 W 2289 RN SB 14748 G 14 8 57
29 P 9329 KB DR 19790 14 9 64
30 P 8807 TL BD 96160 14 9 64
31 P 9346 LY DR 21283 14 9 64
32 W 8577 J SB 13683 G 14 9 64
33 N 9005 YE CN 15884 14 8 57
34 P 7172 UT DR 10845 14 8 57
35 P 9003 UQ DR 15696 14 8 57
38 P 9318 LK DR 18868 14 8 57
39 P 8438 LL DR 13397 14 8 57
40 P 8757 RU DR 61543 14 9 64
42 P 9366 ME DR 11140 14 7 50
43 AG 8225 AF KD 13433 K 14 9 64
44 P 9332 NV DR 15812 14 8 57
45 P 8590 US DR 11151 14 8 57
46 P 8852 QU DR 15636 14 9 64
47 K 1932 WL SM 71519 14 9 64
CD
48 KT 8284 KJ 14 9 64
021029680
49 P 8772 TF DR 15762 14 9 64
51 P 8848 SK BW 5938 14 9 64
52 P 8217 RL BW 6044 14 8 57
54 P 8753 QJ DR 10203 14 9 64
55 P 8758 SI DR 10299 14 10 70
56 P 8069 Q DR 34875 14 8 57
57 P 8775 SI DR 3390 14 7 50
56 P 9283 PR DR 10985 14 8 57
59 P 7610 NU BW 8063 14 8 57
60 P 9349 LW DR 21608 14 9 64
61 P 8740 RB DR 6047 14 9 64
62 P 8732 UT DR 5925 14 8 57
63 P 9312 PG DR 6474 14 8 57
64 P 9330 LM DR 19925 14 8 57
65 P 9216 UN DR 19899 14 9 64
68 P 9137 NL LM 4460 14 9 64
69 P 9290 UN DR 20567 14 8 57
70 P 8769 RN DR 3540 14 8 57
71 P 9319 LK DR 63670 14 9 64
75 P 8743 QT DR 7138 14 8 57
76 P 8828 QU DR 7252 14 8 57
77 P 9072 UQ GT 5533 14 7 50
78 P 1398 UR DR 9993 14 7 50
79 P 8772 S DR 9967 14 9 57
80 P 8757 UM MR 3973 14 8 57
81 P 8786 R SB 33018` K 14 7 50
82 P 8755 T SB 36158 K 14 8 57
83 P 8821 TN DR 19416 14 9 64
RATA RATA 14 8 57
NOMOR OPASITAS
NO NOMOR UJI
KENDARAAN OPTIONAL (%) ASPEK SNI (%)
1 P 8835 SY DR 20215 54 40
3 P 9322 MY DR 15320 27 11
4 P 9304 BA DR 17285 58 47
5 P 9325 PD ML 9047 68 52
6 P 9467 K DR 22170 50 31
7 P 8762 QA DR 12317 65 44
8 P 8842 SD DR 20788 43 35
11 P 9358 KO DR 21771 35 29
12 P 9314 PG SB 74199 K 70 57
14 P 9327 KT DR 89376 54 29
15 P 9290 PW DR 13957 43 32
16 P 8857 SY DR 21795 55 38
17 P 9409 K DR 22183 60 42
19 P 9305 MD MG 9599 37 19
20 P 8768 RN DR 16289 54 40
CD
21 KT 8284 KJ 50 43
021029680
22 P 9358 ML DR 21778 60 58
23 P 8331 QB DR 22813 68 20
24 P 8798 TF DR 14960 78 52
25 P 8357 QB DR 22814 50 41
26 P 8851 RF DR 21812 56 32
27 P 9147 ML CD 02103 63 38
28 W 2289 RN SB 14748 G 55 40
30 P 9329 KB DR 19790 44 35
31 P 8807 TL BD 96160 40 41
32 P 9346 LY DR 21283 45 34
33 W 8577 J SB 13683 G 50 46
34 N 9005 YE CN 15884 60 39
35 P 7172 UT DR 10845 38 38
36 P 9003 UQ DR 15696 47 43
38 P 9318 LK DR 18868 50 36
39 P 8438 LL DR 13397 57 50
40 P 8757 RU DR 61543 61 54
42 P 9366 ME DR 11140 64 42
43 AG 8225 AF KD 13433 K 56 56
44 P 9332 NV DR 15812 65 55
45 P 8590 US DR 11151 43 33
46 P 8852 QU DR 15636 35 30
47 K 1932 WL SM 71519 40 40
48 S 8534 WF DG 6811 K 50 43
49 P 8772 TF DR 15762 54 46
52 P 8848 SK BW 5938 48 26
53 P 8217 RL BW 6044 57 45
56 P 8758 SI DR 10299 65 31
57 P 8069 Q DR 34875 53 42
58 P 9283 PR DR 10985 44 40
59 P 7610 NU BW 8063 61 43
60 P 9349 LW DR 21608 60 31
61 P 8740 RB DR 6047 42 32
62 P 8732 UT DR 5925 64 50
63 P 9312 PG DR 6474 53 40
64 P 9330 LM DR 19925 59 43
65 P 9216 UN DR 19899 60 32
68 P 9137 NL LM 4460 46 29
69 P 9290 UN DR 20567 44 40
70 P 8769 RN DR 3540 56 45
71 P 9319 LK DR 63670 36 27
75 P 8743 QT DR 7138 58 28
76 P 8828 QU DR 7252 55 35
77 P 9072 UQ GT 5533 47 40
78 P 1398 UR DR 9993 53 39
79 P 8772 S DR 9967 60 47
80 P 8757 UM MR 3973 56 38
81 P 8786 R SB 33018 K 48 34
82 P 8755 T SB 36158 K 57 44
83 P 8821 TN DR 19416 63 40
RATA RATA 53 38
Gambar IV.12 Grafik Hasil Uji Emisi mesin diesel Tanpa SOP
c. Uji T-Test
Penentuan uji analisis hipotesis dilaksanakan setelahmengetahui hasil
uji normalitas. Dari Uji Normalitas diperoleh hasil bahwa data
berdistribusi normal, model statistiknya adalah :
1) Model statististik parametrik menggunalkan uji t-test pada program
SPSS ver 16 for windows dan menggunakan rumus Paired Sample
Test
a) Pengambilan Keputusan
Penentuan Hipotesis
Ho : Tidak ada perbeedaan hasil pengujian emisi gas buang mesin
diesel yang menggunakan prosedur SNI dengan hasil opasitas gas
buang kendaraan.
Ha : Ada perbedaan hasil pengujian emisi gas buang mesin diesel
yang menggunakan prosedur SNI dengan hasil opasitas gas buang
kendaraan.
b) Menentukan dasar pengambilan keputusan
1) Berdasarkan nilai Signifikansi
Jika Sig > 0,05 maka Ho diterima
Jika Sig < 0,05maka Ho ditolak
Sesuai tabel 4.5 pairedt-test di atas, opasitas memiliki nilai Sig
0.00 maka Ho ditolak dan Ha diterima
2) Berdasarkan t-hitung
Jika t tabel < t hitung < t tabel maka ho diterima
Jika t hitung < -t tabel , t hitung t tabel maka ho ditolak
Berdasarkan gambarIV.15paired t-test di atas, T hitung
14,601>t tabel 1,994 maka Ho ditolak dan Ha diterima yaitu
terdapat perbedaan hasil pengujian emisi mesin diesel sebelum
dan sesudah menggunakan prosedur SNI.
Hasil analisis data diatas menunjukan bahwa terdapat perbedaan hasil
pengujian menggunakan prosedur SNI dan tanpa prosedur, maka dari itu
terdapat pengaruh yang signifikan mengenai prosedur pelaksanaan
pengujian terhadap hasil uji.
A. Kesimpulan
Setelah dilaksanakan analisis dan pembahasan tentang pelaksanaan
pengujian emisi gas buang mesin diesel di UPT PKB Kabupaten Jember pada
bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Unit Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kabupaten
Jember dalam melaksanakan pengujian emisi gas buang belum sesuai
dengan aspek SNI sesuai dengan SNI 19-7118.2-2005 yang tertera pada
lampiran II Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun 2005.
Dari 14 aspek SNI rata-rata penguji hanya melaksanakan 8 tahapan
pengujian emisi gas buang mesin diesel
2. Terdapat beberapa kendala dalam pelaksanan pengujian emisi gas buang
mesin diesel yaitu:
a.Tidak terdapat Standar Operasional Prosedur pengujian emisi gas buang
mesin diesel.
b. Fasilitas alat pelindung diri kurang memadai karena tidak terdapat
kaca mata pelindung dan masker medis.
c. Posisi kerja kurang ergonomis karena penguji merasa cepat lelah
ketika harus merangkak masuk ke dalam kolong kendaraan untuk
memasukan probe ke dalam pipa pembuangan.
3. Hasil pengujian emisi gas buang mesin diesel yang dilakukan menunjukan
adanya perbedaan persentase opasitas sebelumnya 54 % menjadi 38 %
dan menunjukan bahwa pengujian emisi mesin diesel menggunakan
aspek SNI hasilnya lebih baik. Dari hasil analisis data menggunakan T test
, Taraf signifikansi tingkat opasitas adalah 0,000 dan lebih kecil dari 0,05
dan T hitung 14,56 lebih besar dari T tabel yaitu 1,994. Maka Ho ditolak
dan Ha diterima artinya terdapat perbedaan hasil pengujian emisi gas
buang mesin diesel yanng menggunakan prosedur SNI dengan yang
dilakukan secara optional dan jika terdapat perbedaan maka terdapat
pengaruh prosedur SNI terhadap hasil uji.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas , untuk mengurangi dampak akibat emisi
penggunaan kendaraan bermotor mesin diesel di jalan serta memberikan
pelayanan umum yang lebih maksimal kepada masyarakat maka saran yang
dapat dilakukan adalah