E-mail : hasbi.priadi@gmail.com
ABSTRAK
Bahan LPG berbasis gas alam masih dominan seagai bahan bakar yang digunakan masyarakat,
dimana pada masa yang akan datang kebutuhan masyarakat akan mengalami peningkatan dengan
kemajuan industri. Pada penelitian ini telah dimbuat suatu bakar alternatif sebagai substitusi LPG
dengan menggunakan dimetil eter (DME). Produksi DME melalui proses langsung dari gasifikasi
batubara dan biomassa. Reaksi dilakukan di dalam reaktor unggun diam dengan katalis Cu-ZnO-
Al2O3/ZSM-5. Tekanan yang digunakan adalah 20 bar. Variabel bebas yang digunakan yaitu variasi
temperatur pada 250˚C, 270˚C, 280˚C dan rasio gas sintesis (H2/CO) untuk biomassa (H2/CO)=0,5
dan batubara (H2/CO)=2. Hasil produk terbesar yang didapatkan pada kondisi temperatur 270˚C dan
rasio H2/CO=2 didapatkan yield sebesar 83%, analisa DME yang telah dihasilkan menggunakan gas
kromatografi dengan jenis TCD dan FID untuk mengetahui hasil reaksi dari sintesis DME langsung.
ABSTRACT
Materials of natural gas-based LPG is still the dominant fuel used seagai society, where the future
needs of the community will increase with the progress of industry. This research will make an
alternative fuel as a substitute for LPG by using dimethyl ether (DME). DME production through the
direct process of gasification of coal and biomass. The reaction carried out in the fixed bed reactor
with catalyst Cu-ZnO-Al2O3/ZSM-5. The pressure used was 20 bar. The independent variables used
were variations of temperature at 250 ˚ C, 270˚C, 280˚C and the ratio of synthesis gas (H2/CO) for
biomass (H2/CO) = 0.5 and coal (H2/CO) = 2. The results of the largest product obtained under
conditions of temperature 270 ˚ C and the ratio H2/CO = 2 obtained a yield of 83%, which has
resulted DME analysis using gas chromatography with TCD and FID types to determine the reaction
of the direct synthesis of DME.
Key word: Synthesis Gas, Direct DME synthesis, Cu-ZnO-Al2O3/ZSM-5
1. Pendahuluan
Penggunaan LPG meningkatkan efisiensi penggunaan energi karena nilai kalor LPG
lebih tinggi dibandingkan minyak. Dengan pemakaian 1 liter minyak tanah akan setara
dengan pemakaian 0,57 kg LPG. Besarnya subsidi yang diberikan untuk setiap
pemakaian0,57 kg LPG dengan sendirinya akan lebih kecil dibandingkan dengan besaran
subsidi untuk 1 liter minyak tanah. Dipastikan pemerintah akan mengalami penghematan
CO + H! O ↔ CO! + H! (3)
Metanol dibentuk dengan hidrogenasi CO dan CO2 (reaksi (1) dan (2)) kemudian melakukan
proses dehidrasi untuk membentuk DME dan H2O (reaksi (4)). Air yang terbentuk bereaksi
dengan CO untuk membentuk CO2 dan H2 (reaksi (3)) yang dikenal dengan reaksi water gas
shift (WGS). Dengan adanya katalis komposit, reaksi (1) sampai (3) akan di katalisasi dengan
komponen sintesis metanol yang berupa CuO-ZnO-Al2O3 dan reaksi (4) akan di katalisasi
dengan komponen ZSM-5. Penggunaan katalis komposit menyebabkan 2 tahapan umum
sintesis DME berubah menjadi 1 tahap dalam proses sintesis, dimana dengan 1 tahapan akan
menghemat biaya produksi DME serta meghemat energi yang dibutuhkan dalam
memproduksi DME.
Inti permukaan katalis hybrid yaitu Cu dalam sintesis DME langsung menerapkan
reaksi hidrogenasi, dimana dalam sintesis DME langsung ikatan C-O terhidrogenasi oleh Cu
sehingga ikatan rangkap akan bereaksi dengan hidrogen (2H). Reaksi water gas shift
merupakan salah satu tahapan yang terjadi di dalam inti katalis dimana terdapat dua proses
yaitu ; dehidrogenasi H2O untuk O yang teradsorpsi dan CO2 yang terbentuk karena adanya
reaksi yang cepat antara CO dengan O yang teradsorpsi.
Metanol yang terbentuk karena hidrogenasi CO akan beralih pada permukaan asam
katalis ZSM-5 dimana dihasilkan proton. Menurut teori kimia organik, terbentuk radikal yang
meninggalkan H2O dan membentuk kation karbon. DME kemudian terbentuk dengan reaksi
nucleophilic-displacement yang terjadi karena molekul metanol yang teradsorpsi pada kation
karbon.
Dari sekian banyak pembahasan tentang gugus aktif sistem katalis CuZnAl,
diperlukan dua pendapat yang saling menguatkan hasil-hasil penelitian terkini. Menurut
(Nakamura et al. 2005),diperlukan suatu rasio tertentu antara Cu0 dan Cu+ pada sistem katalis
berbahan dasar CuZn agar memiliki keaktifan tinggi .Demikian pula disebutkan bahwa gugus
aktif katalis untuk sintesis metanol dari CO2dan H2 adalah gugus Cu-Zn, sedangkan untuk
sintesis metanol dari CO dan H2 gugus aktifnya adalah Cu-O-Zn.
2.3. Kopresipitasi
Jenis Karakteristik
Pelet Bentuk : Silindrik, Uniform, cincin
Katalis Cu-ZnO-Al2O3, merupakan jenis katalis hybrid dengan Cu sebagai active site.
ZnO dalam proses sintesis DME langsung berperan sebagai promotor. Adanya ZnO pada
katalis sintesis DME satu tahap digunakan sebagai promotor yang berfungsi untuk
mengurangi sintering Cu dimana sintering Cu akan menurunkan performa katalis karena luas
permukaan aktif yang terdegradasi. dan Al2O3 berperan sebagai support catalyst untuk
memperbesar luas permukaan katalis sehingga reaksi yang berada di dalam katalis terdispersi
dengan baik. Pada dasarnya katalis sintesis DME langsung di persiapkan dengan metode
kopresipitasi dimana pembentukan terjadi dengan pengendapan pada garam klor/garam nitrat
yang kemudian melakukan presipitasi kembali dengan logam Al untuk menambah permukaan
katalis sehingga dispersi reaktan pada permukaan aktif terjadi secara merata.
2.6. Katalis ZSM-5
Katalis ZSM-5 pada digunakan sebagai proses dihidrasi dalam sintesis DME yang
berasal dari metanol. ZSM-5 memiliki aktifitas katalis yang tinggi pada temperatur reaksi
tertentu. Pada proses hidrogenasi CO akan terbentuk air, dan ZSM-5 tidak sensitif terhadap
air. Kemudian pada penelitian Yang et al.[1] diketahui bahwa ZSM-5 memiliki aktifitas dan
stabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan katalis komersial untuk dehidrasi seperti γ-
Al2O3. Terlebih lagi dengan melihat penelitian Aguayo et al. [2] diketahui bahwa katalis
hybrid Cu-ZnO-Al2O3-ZSM-5 memiliki kemampuan yang sangat baik dalam siklus regenrasi-
reaksi katalis yang terganggu.
Selain ZSM-5,!-Al2O3 merupakan salah satu katalis yang dapat melakukan proses
dehidrasi pada proses sintesis DME langung namun terdapat perbedaan yang signifikan
antara katalis ini. !-Al2O3 memiliki keasaman lewis, sedangkan ZSM-5 memiliki asam lewis
Secara garis besar, teknik karakterisasi dapat dibagi menjadi beberapa kelompok bahasan,
berdasarkan sifat-sifat yang akan diteliti ;
Pada uji karakterisasi katalis sintesis DME dilakukan beberapa metode yaitu XRD
dan XRF. XRD dimaskudkan untuk meng identifikasi fasa bulk suatu katalis dan untuk
!"
!"!#$% !"#$%&'#(#%&$ = (2.2)
(! ! !! ! )!/!
Karakteristik yang dilakukan dengan XRD akan menghasilkan hasil sebagai berikut ;
1. Ukuran dan dispersi kristal, yang merupkan fraksi atau jumlah bagian atom logam yang
berhubungan dengan jumlah situs aktif.
2. Distribusi di dalam granul penyangga yang menentukan akses pada situs aktif.
3. Metode Penelitian
3.1.Diagram Alir Penelitian
Penelitian ini memerlukan diagram alir penelitian guna melaksanakan tahapan-tahapan untuk
menghasilkan Di-Methyl Ether. Adapun tahapan-tahapan nya yaitu dimulai dari persiapan
bahan-bahan sampai pembuatan produk. Detail diagram alir dapat dilihat pada Gambar 2.1 :
Variabel penelitian yang dilakukan adalah variasi temperatur dan rasio H2/CO pada
tekanan 20 bar. Instumentasi yang digunakan di dalam penelitian adalah ;
4.1.1. XRF
Katalis yang digunakan dalam penelitian ini adalah katalis hibrida yang memiliki dua inti
aktif yaitu tembaga dan zeolit. Analisa XRF digunakan untuk mengetahui komposisi yang
terdapat di dalam katalis. Desain katalis CuO-ZnO-Al2O3 yang terdapat di dalam literatur
adalah 47.3, 23.9 dan 2.9 wt% (Chen et.al.2012) merupakan persen masa campuran
Tabel 3.1 menunjukan komposisi dari masing-masing unsur yang berada di dalam katalis
CuO-ZnO-Al2O3 , untuk komposisi masing masing Cu-Zn-Al adalah ; 66,25 27,16 dan 4.7
dengan melakukan perbandingan dari katalis desain awal yang berdasarkan literatur diperoleh
persen error untuk masing masing komponen utama katalis adalah Cu = 2,7 % Zn = 13% dan
Al2O3 = 20% .
4.1.2. XRD
Selain menggunakan analisa XRF perlu dilakukan analisa lain yaitu XRD untuk mengetahui
kristal yang terbentuk di dalam katalis CuO-ZnO-Al2O3. Banyaknya kristal yang terbentuk
dapat diketahui dengan melihat nilai peak dalam intensitas serta 2θ. Data XRD yang
didapatkan dapat dilihat pada Gambar 3.1
Berdasarkan Gambar 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa banyaknya kristal yang terbentuk
adalah kristal tembaga dimana tembaga merupakan inti aktif dari katalis kemudian dapat
diamati dengan grafik 4.1 terdapat kristal zinc oksida yang berfungsi sebagai sebagai katalis
pendukung serta Al2O3 yang juga berfungsi sebagai katalis pendukung. Sebagai inti aktif dari
katalis, tembaga harus memiliki jumlah kristal yang besar oleh karena itu hasil XRD untuk
katalis CuO-ZnO-Al2O3 individual telah berhasil dibuat berdasarkan jumlah kristal inti aktif
dan terdapat kristal dari katalis pendukung.
4.2.Uji Aktifasi
4.2.1. Pengaruh Rasio H2/CO
80
70
60
Konversi
(%)
50
40
CO
30
H2
20
10
0
0.5
2
Rasio
H2/CO
90
80
70
SelekAfitas
(%)
60
50
40
DME
30
MeOH
20
10
0
0.5
2
Rasio H2/CO
Gambar 3. 2 Pengaruh rasio pada selektifitas DME dan MeOH pada suhu 270°C
Pengaruh selektifitas pada rasio H2/CO dimana pada saat rasio H2/CO berada pada
kondisi 0,5 dan 2 selektifitas DME naik, berlawanan dengan selektifitas metanol yang
menurun pada rasio H2/CO 0,5 dan 2. Pada rasio H2/CO = 0,5 selektifitas metanol lebih
besar dibandingkan dengan rasio H2/CO = 2, hal ini karena pada saat pada saat gas masuk CO
lebih tinggi dibandingkan H2 konversi H2 meningkat, hal ini menyebabkan terbentuknya
metanol karena konversi H2 lebih dominan untuk berubah menjadi metanol (Mohradi
et.al,2008). Pada penelitian ini, rasio H2/CO =0,5 tidak memiliki kesetimbangan yang baik
berdasarkan laju alir keluaran. Dengan tidak adanya kesetimbangan yang baik maka akan
banyak reaksi yang mungkin terjadi diantaranya reaksi karbonilasi dan reaksi metanasi.
Apabila menggunakan teori kesetimbangan untuk rasio H2/CO = 0,5 maka kesetimbangan
dalam reaksi sintesis DME langsung akan bergerak ke arah kiri karena adanya kelebihan CO
dan mengurangi pembentukan DME serta CO2. Kemudian karena pada rasio 0,5 H2
90
80
70
60
Yield
(%)
50
40
DME
30
20
MeOH
10
0
0.5
2
Rasio
(H2/CO)
Gambar 3.3 Pengaruh rasio pada Yield DME dan MeOH pada suhu 270°C
Dengan mengetahui selektifitas dan konversi dapat diketahui yield atau banyaknya produk
yang dihasilkan pada reaksi sintesis DME. Pada Gambar 3.4 merupakan masing masing yield
DME dan MeOH pada rasio H2/CO yang berbeda-beda. Yield DME dan MeOH akan naik
dengan bertambahnya rasio dari 0,5 hingga 2. Dalam rasio H2/CO = 0,5 meskipun konversi
CO dan H2 rendah namun selektifitas MeOH naik sehingga berbanding lurus dengan
selektifitas DME karena pengaruh reaksi dehidrasi metanol untuk menjadi DME sehingga
yield metanol dan DME dapat bertambah.
Efek temperatur dan konversi CO pada selektifitas dan yiled DME sangat penting dalam
reaksi sintesis DME langsung maupun reaksi sintesis MeOH. Dengan melakukan analisis
stokiometri dan temodinamika maka akan di dapatkan temperatur yang optimum untuk reaksi
70
60
50
Konversi
(%)
40
30 CO
20 H2
10
0
245
250
255
260
265
270
275
280
285
Temperatur
(°C)
Gambar 3. 4 Pengaruh temperatur pada konversi CO dan H2 pada rasio H2/CO = 0,5
80
70
60
SelekAfitas
(%)
50
40
DME
30
MeOH
20
10
0
245
250
255
260
265
270
275
280
285
Temperatur
(°C)
Gambar 3.5 Pengaruh temperatur pada selektifitas DME dan MeOH pada rasio H2/CO = 0,5
20
Yield
(%)
15
DME
10
MeOH
5
0
245
250
255
260
265
270
275
280
285
Temperatur
(°C)
Gambar 3. 6 Pengaruh temperatur pada yield DME dan MeOH pada rasio H2/CO = 0,5
80
70
60
Konversi
(%)
50
40
CO
30
H2
20
10
0
245
250
255
260
265
270
275
280
285
Temperatur
(°C)
90
80
70
SelekAfitas
(%)
60
50
40
DME
30
MeOH
20
10
0
245
250
255
260
265
270
275
280
285
Temperatur
(°C)
90
80
70
60
Yield
(%)
50
40
DME
30
MeOH
20
10
0
245
250
255
260
265
270
275
280
285
Temperatur
(°C)
Gambar 3. 9 Pengaruh temperatur pada yield DME dan MeOH pada rasio H2/CO = 2
Pada Gambar 3.6 dan 3.9 selektifitas DME dan MeOH meningkat pada suhu 270°C
kemudian menurun pada suhu 280°C. Dengan menghubungkan perinsip termodinamika
dengan pengaruh selektifitas dari sintesis DME dan metanol, pada suhu dibawah 300°C
reaksi hydrocracking lebih dominan pada kondisi ini. Pada saat lebih banyak terbentuk
hidrokarbon maka, selektifitas DME akan berkurang. Sebagian DME akan bereaksi dan
berubah menjadi air, kemudian air akan bereaksi dengan CO dan menghasilkan CO2 yang
akan bereaksi kembali menjadi DME atau menjadi reaksi samping dari sintesis DME
langsung. Pada gambar 3.8 dan 3.10 yield dari DME menurun pada variasi suhu yang
berbeda karena pengaruh konversi dan selektifitas. Untuk pengaruh MeOH yang bertambah
pada rasio H2/CO = 0,5. Hal ini karena pengaruh rasio yang telah dijelaskan pada analisis
rasio dimana CO yang berlebih menyebabkan konversi H2 yang bertambah dan menyebabkan
selektifitas MeOH meningkat.
a. Rasio H2/CO yang tinggi dari sintesis DME langsung akan menghasilkan yield DME
sebesar 83%, namun pada rasio H2/CO rendah menghasilkan DME yang lebih rendah
yaitu11%.
b. Kondisi Temperatur optimum reaksi sintesis DME berada pada suhu 270°C karena pada
suhu ini yield, konversi CO adalah 75 % dan H2 adalah 45%, selektifitas DME pada suhu
ini adalah 83 % dengan Yield DME sebesar .
c. Adanya karbon monoksida yang tersisa pada reaksi menimbulkan beberapa reaksi
samping yang membentuk metanol.
Daftar Pustaka
Aguayo AT,Erena J,Sierra I, Olazar M, Bilbao J. Deactivation and regeneration of hybrid
catalyst in the single step synthesis of DME from syngas and CO2. Catalyst today
2005;106:265-70
Andres Aguayo, Javier Erena, Diana Mier. Et al. Kinetic Modeling of Dimethyl Ether
Synthesis in a Single Step on a CuO-ZnO-Al2O3/γ-Al2O3 Catalyst. Chemical
Resources. 2007; 46; 5522-5530
Andres Garcia, Agustin Martinez. The influence of zeolite surface-aluminium species on the
deactivation of CuZnAl/Zeolite hybrid catalyst for the direct DME synthesis. Catalyst
Today. 2013;227;144-153
Chen Wei-Hsin, Lin Bo-Jhih, Huang Men-Han.One step synthesis of dimethyl ether form gas
mixture containing CO2 with high velocity. Applied Energy.2012;98;92-101
Gholamremza Moradi, Javad Ahmadpour, Mahdi Nazari. Effects of Feer Composition and
Space Velocity on Direct synthesis of Dimethyl Ether from syngas. Chemical
Resources.2008 ;47 ; 7672-7679
Gonzalo Prieto, Krijin P, Petra A. Towards greener catalyst manufacture : Reduction of
wastewater from the preparation Cu/ZnO/Al2O3 methanol synthesis catalyst. Catalysis
Today. 2012;215;142-151