Menurut buku “The Complete Guide to Cell Culture”, kultur sel merupakan
pertumbuhan sel dari hewan ataupun tumbuhan dalam lingkungan buatan yang terkontrol. Sel-
sel tersebut dapat diambil secara langsung dari jaringan dan kemudian dipisahkan sebelum
kemudian dibiakkan atau dapat diperoleh dari cell line maupun cell strain yang telah ada.
Penggunaan cell lines untuk kultur sel memiliki keunggulan dari pada sel yang diambil
langsung dari jaringan. Untuk melakukan kultur sel, diperlukan juga penyimpanan sel mikroba
untuk memudahkan proses pengkulturan sel. Pada laporan ini, akan dibahas beberapa hal
mengenai cell lines dan repository microbes.
1. CELL LINES
1.1.Definisi Cell Lines
Kultur sel dapat berupa kultur sel primer maupun kultur sel dengan
menggunakan cell line. Kultur sel primer artinya sel yang digunakan dalam kultur
telah diisolasi secara langsung dari jaringan tubuh organisme asalnya dan dibiakkan
dalam kondisi yang sesuai. Sel primer kemudian bisa disubkultur dengan
memindahkannya ke vessel baru dengan medium yang segar sebagai ruang
pertumbuhan selanjutnya. Subkultur dapat memperbanyak kultur sel primer yang
dibuat dan menghasilkan cell line karena tahap subkultur menstimulasi proliferasi dan
melanjutkan pertumbuhan sel (Gibco, 2020).
Maka, kultur sel dengan cell line dapat diartikan sebagai kultur sel yang
menggunakan sel dari hasil subkultur pertama sel primer (Gibco, 2020). Kultur sel
dengan menggunakan cell line lebih unggul daripada kultur sel primer karena
kemungkinan adanya kontaminasi dari lingkungan lebih kecil.
1.2.Tipe Cell Lines
Berdasarkan rentang hidup pada kulturnya, terdapat dua tipe dari cell lines, yaitu:
a. Finite Cell Lines
Finite cell lines adalah cell lines yang rentang hidup dalam kulturnya dibatasi.
Sel-sel normal biasanya membelah dalam jumlah terbatas sebelum akhirnya
mengalami penuaan sel (kehilangan kemampuannya untuk berproliferasi atau
membelah). Biasanya, sel-sel ini membelah 20 hingga 100 kali, tergantung
pada spesies, perbedaan garis keturunan sel, kondisi kultur, dan lain-lain.
Beberapa cell line menjadi immortal melalui proses yang disebut transformasi,
yang dapat terjadi secara spontan ataupun secara kimiawi atau dapat pula
dengan diinduksi oleh virus. Ketika finite cell line mengalami transformasi dan
memperoleh kemampuan untuk membelah tanpa batasan waktu, maka cell line
itu menjadi continous cell line.
b. Continuous Cell Lines
Seperti yang sudah sedikit dibahas pada bagian finite cell lines, continuous cell
lines adalah finite cell lines yang telah mengalami transformasi sehingga dapat
membelah terus menerus. Ciri dari continuous cell lines adalah sudah
ditransformasi, bersifat abadi, dan tumorigenik (dapat memicu atau
menyebabkan tumor). Sel yang ditransformasikan untuk continuous cell lines
dapat diperoleh dari kultur sel primer normal atau cell strains dengan
memperlakukannya dengan karsinogen kimiawi atau dengan menginfeksi
virus onkogenik.
Berikut merupakan tabel perbedaan finite cell lines dan continuous cell lines.
Sifat Finite Cell Lines Continuous Cell Lines
Laju Pertumbuhan Lambat Cepat
Mode Pertumbuhan Monolayer Suspensi atau monolayer
Yield Rendah Tinggi
Transformasi Normal Immortal, tumorigenik
Ploidi Euploid Aneuploid
Kultur Sel Program Studi Teknik Bioproses
3. Isolasi sel tunggal dan viabilitas sel, Sel tunggal yang viabel harus diisolasi
dan diklon untuk memastikan bahwa populasi sel identik secara genetik, secara
signifikan mengurangi heterogenitas ekspresi.
4. Jaminan monoklonalitas
5. Skrining produktivitas klon dan titer - Uji yang mendeteksi jumlah protein
atau antibodi rekombinan yang dihasilkan dari cell line yang diturunkan secara
klonal.
2. REPOSITORY MICROBES
2.1.Pengertian
Repository microbes artinya adalah tempat yang digunakan untuk menyimpan
mikroba yang nantinya akan digunakan dalam penelitian. Istilah ini tidak dapat
dipisahkan dari istilah preservasi. Preservasi adalah usaha untuk menyimpan
mikroorganisme agar tetap viabel atau mampu hidup (Fitriana, 2019).
Secara umum, tujuan utama preservasi adalah mengurangi laju metabolisme
mikroorganisme sekecil mungkin dengan tetap mempertahankan viabilitasnya, dan
memelihara biakan sebaik mungkin sehingga angka pemulihan (recovery) dan
kemampuan bertahan hidup (survival) tetap tinggi dengan perubahan yang seminimal
mungkin (Machmud, 2001).
2.2.Manfaat
Manfaat dari koleksi kultur mikroba, antara lain:
1. Untuk mengumpulkan, memelihara, dan menyebarkan kultur mikroba.
2. Untuk mengumpulkan data kultur dan membuatnya dapat diakses oleh komunitas
penelitian mikrobiologi melalui katalog cetak atau online. Data budaya biasanya
sama berharganya dengan organisme itu sendiri, dan peneliti perlu mengakses
informasi ini. Database tingkat lanjut sangat penting untuk transfer pengetahuan
ini. Peneliti dan ahli taksonomi dapat memilih strain untuk aplikasi penelitian
tertentu melalui katalog cetak atau database online. Data ini, terutama di era
bioinformatika, akan menjadi lebih berharga.
3. Untuk bertindak sebagai simpanan mikroorganisme yang aman dengan distribusi
terbatas.
4. Untuk menyediakan layanan identifikasi tentang berbagai jenis mikroorganisme
Kultur Sel Program Studi Teknik Bioproses
panjang, antara lain teknik kering beku atau liofilisasi dan penyimpanan secara
kriogenik.
2.4.Tahapan
Penyimpanan Jangka Pendek
a. Penyimpanan dalam Akuades Steril
Tidak semua bakteri dapat disimpan dengan baik dalam akuades steril,
tetapi bakteri yang berbentuk batang dan bereaksi gram negatif seperti bakteri
Pseudomonas dapat disimpan cukup lama dalam akuades steril pada suhu ruang
atau suhu 10-15°C. Pada kondisi ini, bakteri yang disimpan masih bisa tumbuh
dengan lambat, sehingga tidak dapat dijamin stabilitas genetiknya untuk jangka
panjang. Penyimpanan dengan cara ini juga memungkinkan terjadinya
kontaminasi (Machmud, 2001).
Tahap penyimpanan mikroba dalam akuades steril adalah sebagai berikut:
1) Aquades steril disiapkan dalam botol dengan tutup berukuran 25 ml, 5-10
ml/botol (Sly, 1983) atau dalam tabung ependorf.
2) Mikroba yang akan disimpan ditumbuhkan dalam bentuk biakan murni pada
medium agar miring yang sesuai.
3) Biakan bakteri berumur 24-48 jam disimpan dengan beberapa cara seperti:
• Menambahkan 3-5 ml aquades steril ke dalam biakan miring, mengocok
tabung hingga diperoleh suspensi pekat bakteri (108 -109 sel/ml), dan
memindahkan 1 ml suspensi ke dalam tiap botol yang berisi air steril.
• Memindahkan satu ose biakan miring bakteri ke dalam tabung reaksi
berisi 3-5 ml aquades steril, tabung dikocok hingga suspensi merata, dan
memindahkan 1 ml suspensi ke dalam tiap botol yang berisi air steril.
• Memindahkan satu ose biakan miring bakteri langsung ke dalam tiap botol
yang berisi air steril dan mengocok hingga merata.
4) Botol ditutup rapat dan disimpan pada suhu ruang atau suhu 10-15°C
5) Uji viabilitas mikroba dan pemeliharaan stok isolat dilakukan secara rutin.
6) Penumbuhan kembali biakan dilakukan dengan mengambil botol dari tempat
penyimpanan, mengocok, dan mengambil satu ose suspensi dan
menumbuhkan pada medium cair atau langsung pada medium agar yang
sesuai.
Kultur Sel Program Studi Teknik Bioproses
11) Pengujian juga dilakukan secara periodik dan rutin, paling tidak setiap
tahun, untuk mengetahui viabilitas mikroba.
12) Penumbuhan kembali mikroba:
• Ampul dikeluarkan dari tempat penyimpanan dan direndam pada
suhu 37°C atau dibiarkan beberapa saat pada suhu ruang untuk
mencairkan isi ampul (thawing).
• Secara aseptik leher ampul dipotong dengan pemotong kaca dan
dipatahkan.
• Beberapa tetes medium cair dimasukkan ke dalam ampul, dibiarkan
beberapa saat dan agak dikocok agar biakan cepat larut.
• Sebagian suspensi diambil dan ditumbuhkan pada cawan medium
agar yang sesuai.
• Koloni mikroba ditumbuhkan pada medium agar miring.
b. Kriopreservasi
Mikroba dapat disimpan lama dalam kondisi beku dengan cara
mengurangi sebagian besar aktivitas atau kecepatan metabolismenya. Dalam
teknik ini, mikroba disimpan dalam freezer yang bersuhu -20°C dan -70°C.
Semakin rendah suhu penyimpanan, semakin kecil peluang kehilangan
viabilitasnya. Tetapi apabila mikroba disimpan pada suhu di bawah titik beku air,
maka bagian luar dan dalam sel akan terdapat es dan hal tersebut menyebabkan
rusaknya dinding sel mikroba. Untuk mencegah hal ini, pada kriopreservasi
digunakan senyawa antibeku atau cryoprotectant seperti gliserol. Gliserol bekerja
dengan menurunkan titik beku suspensi sehingga pembentukan kristal es di dalam
sel mikroba dapat diminimalisir dan gliserol juga melindungi jaringan intraseluler
dengan cara menembus membran sel dan memodifikasi pembentukan kristal es
melalui pencegahan peningkatan konsentrasi elektrolit di dalam sel tersebut.
Tetapi, gliserol juga memiliki kekurangan yaitu dapat bersifat toksik bagi
mikroba apabila digunakan lebih dari 10% (Fitriana, 2019).
Tahapan teknik kriopreservasi adalah sebagai berikut:
1) Penyediaan Ampul, Ampul (ukuran 1 ml) yang akan digunakan untuk
menyimpan mikroba diberi label di dalamnya dengan potongan kertas filter
dan di bagian luarnya juga diberi label dengan menggunakan spidol
Kultur Sel Program Studi Teknik Bioproses
Kesimpulan
• Cell line adalah kultur yang diperoleh dari subkultur pertama dari kultur primer.
• Cell line lebih unggul daripada kultur sel primer karena meminimalisir kemungkinan
kontaminasi mikroorganisme lain.
• Repository microbes adalah tempat yang digunakan untuk menyimpan mikroba yang
nantinya akan digunakan dalam penelitian
Kultur Sel Program Studi Teknik Bioproses
Referensi
Andiana, M., Rachmawati, Y., & Andayani, S. S. (2017). Kultur Sel Baby Hamster Kidney
(Bhk) Menggunakan Media Dulbecco's Modified Eagle Medium
(Dmem). Biotropic, 1(1), 10-17.
Caktu, K. and Turkoglu, E., 2011. Microbial culture collections: The essential resources for
life. Gazi University Journal of Science, 24(2), pp.175-180.
Chaudhary, V. and Singh, P., 2017. CELL LINE: A REVIEW. International Journal of
Advance Research in Science and Engineering, 6(4), pp.254-263.
Fitriana, F., 2019, March. Preservation of Corynebacterium striatum bacteria using silica gel.
In Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia (Vol. 5, No. 1, pp.
134-138).
Khumairoh, I. and Puspitasari, I.M., 2016. Kultur Sel. Farmaka, 14(2), pp.98-110.
Machmud, M., 2001. Teknik penyimpanan dan pemeliharaan mikroba. Buletin AgroBio, 4(1).
n.d. The Complete Guide To Cell Culture. [ebook] Proteintech Group. Available at:
<https://www.ptglab.com/media/4457/the-complete-guide-to-cell-culture.pdf>
[Accessed 26 February 2021].
Najmiyati, E. and Akhadi, D.H., 2012. Viabilitas dan kinerja konsorsium mikroba
pendegradasi hidrokarbon setelah penyimpanan dalam pendingin dan penyimpanan
beku. Ecolab, 6(2), pp.81-89.
Susilawati, L. and Purnomo, E.S., 2016. Viabilitas sel bakteri dengan cryoprotectant agents
berbeda (sebagai acuan dalam preservasi culture collection di laboratorium
mikrobiologi). Biogenesis: Jurnal Ilmiah Biologi, 4(1), pp.34-40.