Anda di halaman 1dari 10

Kultur Sel Program Studi Teknik Bioproses

LEMBAR TUGAS MANDIRI


Aseptic Work
Oleh Miranthy Cinthya R., 1906302195
Bab 1 Pendahuluan

1. Pengertian Kultur Sel


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata kultur adalah
pemeliharaan; pembudidayaan. Maka, kultur sel dapat diartikan sebagai pemeliharaan
atau pembudidayaan sebuah sel, baik berupa sel hewan maupun tumbuhan. Menurut
buku “The Complete Guide to Cell Culture”, kultur sel merupakan pertumbuhan sel
dari hewan ataupun tumbuhan dalam lingkungan buatan yang terkontrol. Sel-sel
tersebut dapat diambil secara langsung dari jaringan dan kemudian dipisahkan sebelum
kemudian dibiakkan atau dapat diperoleh dari cell line maupun cell strain yang telah
ada.
Kultur sel dapat berupa kultur sel primer, yaitu sel yang digunakan diambil
langsung dari organisme asalnya atau berupa cell line, yaitu kultur yang didapatkan dari
subkultur pertama dari kultur sel primer. Di antara keduanya, kultur sel primer memiliki
kekurangan yaitu karena sel diperoleh dari organisme asal, kemungkinan adanya
kontaminasi mikroorganisme lain lebih besar dibanding cell line. Dari sini dapat terlihat
bahwa teknik kultur sel memiliki keterbatasan, yaitu diperlukannya keahlian dan
keterampilan khusus untuk memastikan segala proses pembuatan kultur sel dilakukan
secara aseptik agar tidak ada kontaminasi (Andiana, dkk., 2017). Oleh karena itu,
sebelum melakukan pengkulturan sel, seseorang harus memahami teknik bekerja secara
aseptik.
2. Kondisi Aseptik dan Steril
2.1 Pengertian
Aseptik atau asepsis adalah keadaan bebas dari mikroorganisme penyebab
penyakit. Teknik aseptik merupakan upaya pencegahan masuknya mikroorganisme
pengontaminasi yang bersifat patogenik atau merugikan dengan menghambat,
merusak, membunuh atau mengeliminasinya. Teknik aseptik dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain antiseptik, desinfeksi, dan sterilisasi. Sedangkan, steril
berarti keadaan bebas dari mikroorganisme, baik berupa jamur, bakteri, ataupun
virus (Hafsan, 2014).
2.2 Perbedaan Aseptik dan Steril
Dari pengertian aseptik dan steril yang telah disebutkan pada poin sebelumnya,
dapat terlihat bahwa perbedaan aseptik dan steril adalah pada kondisi aseptik
mikroorganisme yang tidak merugikan (tidak bersifat patogenik) masih dapat
hidup, sedangkan pada kondisi steril semua mikroorganisme musnah walaupun
mikroorganisme tersebut tidak bersifat merugikan. Dengan teknik aseptik
Kultur Sel Program Studi Teknik Bioproses

menggunakan antiseptik dan desinfeksi, hanya mikroorganisme penyebab bahaya


yang akan dihambat, dirusak, atau dieliminasi.
Sterilisasi adalah langkah yang dilakukan untuk mencapai keadaan steril.
Sterilisasi dapat dilakukan melalui berbagai metode, antara lain dengan metode
sterilisasi fisik (misalnya menggunakan uap panas), sterilisasi kimia (misalnya
menggunakan alkohol), sterilisasi mekanik (dengan penyaringan), tindalisasi, dan
pasteurisasi (Hafsan, 2014). Perbedaan aseptik dan steril secara ringkas dapat
dilihat dalam tabel di bawah ini.
Aspek Aseptik Steril
Pengertian Keadaan bebas dari Keadaan bebas dari
mikroorganisme penyebab mikroorganisme, merupakan
penyakit salah satu keadaan yang
diinginkan dalam teknik aseptik
Cara Antisepsis, desinfeksi, dan Sterilisasi fisik, kimia, mekanik,
sterilisasi tindalisasi, pasteurisasi
Tabel 1. Perbedaan Aseptik dan Steril
(Hafsan, 2014)
3. Faktor Kerja Aseptik dalam Kultur Sel
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada saat melakukan pengkulturan
sel, yaitu lingkungan buatan bagi sel tersebut (meliputi nutrisi, temperatur, derajat
keasaman, dll.). Selain itu, perlu juga diterapkan teknik kerja aseptik dalam melakukan
pengkulturan sel. Teknik kerja aseptik ini meliputi area kerja, reagen, media
pertumbuhan, kebersihan diri yang baik, serta penanganan yang steril.
Kerja aseptik bertujuan untuk menjaga sterilitas ketika melakukan pengkulturan
atau mencegah terjadinya kontaminasi terhadap kultur yang diinginkan. Kerja aseptik
dilakukan karena terdapat banyak partikel debu yang mengandung mikroorganisme
yang mungkin saja masuk ke dalam cawan petri atau mengendap di area kerja. Apabila
pertumbuhan dari mikroorganisme yang tidak diinginkan ini terjadi, maka tentu saja
akan mempengaruhi hasil dari percobaan (Hafsan, 2014).

Bab 2 Area Kerja yang Steril

1. Area Kerja yang Aseptik


Area kerja yang digunakan untuk kerja aseptik adalah ruangan yang steril, yaitu
ruangan yang harus selalu bersih atau bebas dari mikroorganisme. Agar area kerja
mengikuti aturan teknik aseptik, maka meja kerja harus jauh dari aliran udara, misalnya
tidak dekat pintu atau jendela. Untuk menjaga aliran udara, dapat digunakan biosafety
cabinet atau cell culture hood. Lalu, area kerja juga harus dibasuh dengan antiseptik
atau senyawa pembersih lainnya sebelum dan sesudah digunakan.
Kultur Sel Program Studi Teknik Bioproses

Setiap benda yang bersentuhan dengan kultur sel harus steril, baik yang
berkontak langsung, misalnya pipet untuk memindahkan sel maupun yang tidak kontak
langsung, misalnya wadah yang digunakan sementara untuk menyimpan reagen steril
sebelum masuk ke media yang steril. Apabila sterilisasi peralatan terasa sulit, maka
penggunaan alat sekali pakai dapat dilakukan untuk mempersingkat waktu. Selain itu,
penyimpanan alat sekali pakai itu harus diperhatikan dengan baik dan jangan sampai
kemasannya terbuka sebelum waktu ingin digunakan (Gibco, 2020)

Gambar 1. Peralatan Dasar di Area Kerja Kultur Sel


Sumber: (The Complete Guide To Cell Culture, n.d.)
2. Cell Culture Hood
Biological Safety Cabinet atau Cell Culture Hood adalah area kerja
laboratorium dengan ventilasi udara yang telah direkayasa untuk mengamankan pekerja
yang bekerja dengan sampel dari kemungkinan terjadinya kontaminasi mikroorganisme
bersifat patogenik. Biosafety Cabinet dilengkapi dengan HEPA filter yang membuatnya
berbeda dari lemari asam. Biosafety Cabinet memiliki tingkat atau kelas keamanan
yang berbeda sesuai dengan fungsinya.

2.1 Kelas Keamanan Cell Culture Hood


a. Kelas I: Menyediakan perlindungan pada pekerja, tetapi tidak dengan sampel
atau material yang ada di dalam biosafety cabinet itu sendiri. Udara masuk dari
arah pekerja karena jendela depan dibiarkan terbuka lalu setelah udara masuk,
udara akan disaring dengan HEPA filter Sehingga, biosafety cabinet kelas I
memungkinkan terjadinya kontaminasi pada kultur sel.
b. Kelas II: Menyediakan perlindungan untuk sampel dan lingkungan.
Menggunakan kipas untuk menarik udara dari luar dan chamber kemudian
HEPA filter akan menyaring udara tersebut sebelum disirkulasikan ataupun
dikeluarkan. Sistem udara yang ditarik ini membuat pekerja lebih aman karena
arah udara adalah menuju sistem. Biosafety cabinet kelas II memiliki 4 tipe,
yaitu tipe A1, A2, B1, dan B2.
Kultur Sel Program Studi Teknik Bioproses

c. Kelas III: Digunakan untuk laboratorium dengan pengamanan maksimum,


khususnya untuk pemakaian bahan patogen yang berbahaya. Sirkulasi udara di
dalam chamber ditutup rapat, dan semua material yang masuk dan keluar harus
melalui pass box. Pekerja dapat bekerja tanpa kontak langsung dengan material

dengan menggunakan sarung tangan yang ada di bagian depan biosafety cabinet
kelas III (» Biosafety Cabinet, 2021).

Gambar 2. Biosafety Cabinet


Sumber: (microbeonline.com, 2019)

Bab 3 Reagen dan Media yang Steril

1. Reagen dan Media di Laboratorium

1.1 Reagen Laboratorium

Reagen laboratorium merupakan zat kimia yang ditambahkan untuk mengetahui


apakah proses reaksi kimia terjadi atau tidak (Medicalogy, 2021). Dalam kultur sel,
terdapat reagen yang dapat digunakan, contohnya HEPES, yaitu agen buffer yang
baik untuk beberapa media kultur sel dan reagen tripsin yang ideal untuk digunakan
dengan jaringan atau sel monolayer (Cell Culture Reagents | Thermo Fisher
Scientific - UK, 2021). Dalam melakukan pengkulturan sel, reagen yang digunakan
harus dalam keadaan steril dan tidak terkontaminasi mikroorganisme. Selain itu,
wujud reagen harus terlihat normal dan tanggal kadaluwarsa juga perlu
diperhatikan.

1.2 Media Pertumbuhan

Media adalah kata jamak dari medium yang bermakna substrat yang berisi
campuran nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroorganisme. Seperti
Kultur Sel Program Studi Teknik Bioproses

organisme lain pada umumnya, mikroorganisme juga memerlukan nutrisi untuk


melakukan pertumbuhan, sintesis sel, melakukan pergerakan, dan melakukan
metabolisme. Nutrisi ini diperoleh dari media kultur atau media pertumbuhan yang
umumnya mengandung air, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen, hidrogen, sumber-
sumber karbon, dan dapat pula ditambahkan faktor pertumbuhan seperti asam
amino, vitamin, atau nukleosida (Hafsan, 2014).

Dalam membuat media pertumbuhan atau media kultur, ada hal-hal yang perlu
diperhatikan, antara lain bahan baku air yang harus menggunakan air destilasi
dengan kontaminasi mikroorganisme tidak lebih dari 1000 CFU/ml dan lebih baik
jika di bawah 10 CFU/ml. Selain itu, penimbangan media pertumbuhan, konsentrasi
agar, proses pelarutan agar, ketebalan agar, serta luas cawan yang digunakan juga
perlu diperhatikan. Volume yang cukup untuk cawan petri berdiameter 9 cm adalah
media sebanyak 12-15 ml. Lalu media agar juga harus diperhatikan agar tidak
sampai overheating saat dicairkan kembali. Derajat keasaman atau pH juga perlu
diperhatikan agar sesuai persyaratan, yaitu kurang lebih 0,2 pH unit.

Jenis-jenis media pertumbuhan, antara lain:

a. Berdasarkan sifat fisik: Medium padat, medium cair, dan medium setengah
padat.
b. Berdasarkan komposisi bahan: Media sintetik dan media kompleks.
c. Berdasarkan tujuan: Media isolasi, media selektif, media pengkaya, media
peremajaan kultur, media dasar tanpa nutrisi.

Beberapa media pertumbuhan yang biasa digunakan dalam kultur sel, antara
lain:

1) Minimum Essential Medium (MEM), salah satu media kultur yang kompleks.
MEM mengandung asam amino, garam, glukosa, dan vitamin.
2) Basal Medium Eagle (BME), yaitu medium kultur sintetik yang banyak
digunakan untuk kultur sel, dikembangkan oleh Harry Eagle.
3) McCoy’s 5A Medium
4) Medium 199
5) Media Roswell Park Memorial Institute (RPMI) 1640

2. Prosedur Pensterilan

2.1 Menggunakan Metode Wet Heat (Autoklaf)

Sterilisasi dengan metode ini artinya sterilisasi dengan uap air bertekanan.
Metode ini adalah metode yang paling umum dilakukan di laboratorium dan rumah
Kultur Sel Program Studi Teknik Bioproses

sakit. Alat yang digunakan adalah autoklaf, umumnya material yang disterilkan
berupa medium, air, dan sebagainya.

Gambar 3. Proses Sterilisasi di Dalam Autoklaf

Sumber: (microbeonline.com, 2013)

Perlakuan ini dilakukan selama 15 menit hingga mencapai temperatur 121°C


pada 15-17 psia atau 1-2 atm. Pada suhu tersebut, semua sel yang hidup (termasuk
endospora dan virus) akan mati. Untuk volume cairan yang besar dan beberapa tipe
medium dibutuhkan proses autoclaving yang lebih lama agar semua mikroba mati
(Gozan, 2015). Sterilisasi dengan cara ini sering digunakan karena uap air panas
bertekanan tinggi memperbesar kemungkinan masuknya uap air ke dalam sel
mikroorganisme yang akan menyebabkan koagulasi protein protoplasma dan
berujung kepada kematian sel mikroorganisme tersebut (Hafsan, 2014).

2.2 Menggunakan Metode Dry Heat

Gambar 4. Oven untuk Sterilisasi Dry Heat

Sumber: (Heat Sterilization - Fox Valley Dental, 2017)

Sterilisasi dengan metode ini dilakukan dengan menggunakan alat berupa oven
selama 2 jam. Material yang disterilisasikan biasanya berupa padatan, misalnya
Kultur Sel Program Studi Teknik Bioproses

gelas atau logam. Hal ini dikarenakan suhu maksimum cairan sebesar 100°C.
Metode ini lebih efektif untuk diterapkan pada padatan yang tidak meleleh pada
suhu oven (160-170°C atau di atasnya).

Metode ini dapat mematikan mikroorganisme karena suhu yang tinggi akan
menyebabkan lisis atau pecah pada membran. Mekanisme lain yang mungkin
terjadi akibat suhu tinggi adalah denaturasi pada critical enzyme. Kekurangan dari
metode ini adalah tidak dapat diterapkan pada alat seperti alat bedah karena akan
menyebabkan alat tersebut menjadi tumpul apabila dilakukan berkali-kali (Gozan,
2015).

3. Penyimpanan Alat dan Media yang Steril

Agar tetap steril sebelum nantinya digunakan kembali, alat harus disimpan
dengan baik, langkahnya adalah alat yang sudah disterilkan dikeluarkan dari autoklaf
atau dari oven. Setelah itu, alat yang sudah steril dimasukkan ke dalam lemari kaca.
Setiap harinya perlu dilakukan pengecekan tanggal kadaluwarsaa alat dan media.
Apabila sudah tanggal kadaluwarsa, maka alat harus segera disterilkan kembali. Ruang
penyimpanan atau pintu lemari kaca harus selalu dalam keadaan tertutup dengan suhu
ruang 18-22°C. Kelembaban dan tekanan udara juga harus sesuai.

Walau sebaiknya media kultur harus menggunakan media yang masih segar
atau fresh, tetapi ada saatnya perlu disimpan media jadi yang siap pakai. Untuk media
jadi, penyimpanannya berbeda dengan penyimpanan alat. Media jadi pada cawan
sebaiknya disimpan dalam posisi terbalik dan ditumpuk tidak lebih dari tigas cawan.
Media tersebut disimpan pada suhu 5-8°C dan disarankan tidak disimpan lebih dari 2-
4 minggu untuk media cawan dan 3-6 bulan untuk media cair. Apabila media sudah
ditambahkan suplemen, sebaiknya dipakai di hari yang sama dan jangan disimpan .
Penyimpanan media di suhu yang lebih tinggi membuat media tersebut tidak tahan
lama. Maka dari itu, dianjurkan menyimpan media di suhu yang rendah (Hafsan, 2014).

Bab 4 Kebersihan Diri yang Baik

1. Antisipasi Paparan Kontaminan terhadap Kultur Sel


Kebersihan diri penting untuk diperhatikan untuk mengantisipasi adanya
paparan kontaminan terhadap kultur sel. Untuk menjaga kebersihan diri, sebelum dan
sesudah melakukan pengkulturan sel seseorang harus mencuci tangan. Selain itu, orang
tersebut perlu menggunakan alat pelindung diri (APD). Pada saat berada di
laboratorium juga dilarang untuk makan, minum, bahkan hanya menyimpan makanan
di dalamnya saja tidak diperbolehkan.
2. Peralatan Perlindungan Diri
Saat bekerja di dalam laboratorim, bukan tidak mungkin seseorang akan
mengalami kecelakaan, contohnya terkena bahan yang berbahaya. Untuk itu, saat
Kultur Sel Program Studi Teknik Bioproses

memasuki laboratorium seseorang perlu menggunakan alat pelindung diri (APD). Alat
pelindung diri (APD) ini, antara lain sarung tangan, jas laboratorium, penutup sepatu,
sepatu bot, pelindung wajah, kacamata pengaman, masker, dll.
3. Penanganan Diri Setelah Terkena Kontaminan
Apabila kita terpapar oleh kontaminan, maka harus segera dilakukan
dekontaminasi. Jika yang terpapat adalah mata, maka harus segera dilakukan perawatan
dekontaminasi mata dengan menggunakan air untuk mencegah penyebaran
kontaminasi dari satu area ke area lain. Untuk dekontaminasi kulit, tidak boleh
menggunakan detergen karena perawatan yang dilakukan harus dengan cara yang aman
bagi kulit. Untuk dekontaminasi pakaian, pakaian yang terkontaminasi perlu
dipindahkan secepatnya dan diletakkan di wadah tertentu.
Apabila terjadi kontaminasi di area kerja, dekontaminasi dapat dilakukan
dengan membasahi daerah yang terkena tumpahan termasuk wadah yang rusak dengan
menggunakan desinfektan lalu mendiamkannya selama 10 menit. Setelah itu, dapat
membasuh area kerja dengan menggunakan tisu atau lap dengan tetap menggunakan
sarung tangan.

Bab 5 Penanganan Steril

1. Menangani Reagen Supaya Tidak Terkontaminasi


Menurut buku “Cell Culture Basics Handbook” penanganan yang steril dapat
dilakukan dengan:
- Selalu membasuh tangan dan area kerja dengan etanol 70%.
- Membasuh bagian luar dari wadah dan alat lainnya dengan menggunakan etanol
70% sebelum menempatkannya ke dalam cell culture hood.
- Hindari menuangkan media dan reagen langsung dari botol atau labu.
- Gunakan pipet kaca yang steril atau pipet plastik sekali pakai saat bekerja dengan
cairan. Pipet sekali pakai tidak boleh digunakan lebih dari sekali untuk
menghindari kontaminasi. Pipet harus tetap tertutup sampai waktu akan digunakan.
- Selalu tutup botol atau labu dengan menggunakan penutupnya setelah digunakan
untuk menghindari masuknya mikroorganisme.
- Jangan membuka tutup labu atau botol yang steril kecuali saat ingin
menggunakannya. Setelah selesai menggunakan, segera kembalikan ke dalam cell
culture hood.
- Jika harus melepas penutup botol dan meletakkannya di area kerja, pastikan
penutup tersebut menghadap ke bawah.
- Selalu gunakan peralatan yang sudah steril.
- Saat melakukan prosedur sterilisasi, hindari untuk berbicara.
- Untuk meminimalisir kontaminasi, lakukan eksperimen secepat mungkin.
Walaupun perlu kerja secara cepat untuk meminimalisir kontaminasi, perlu juga
ketelitian dan kehati-hatian dalam melakukan eksperimen. Hal ini akan meminimalisir
Kultur Sel Program Studi Teknik Bioproses

kesalahan yang mungkin terjadi, contohnya menjatuhkan atau merusak alat karena
terlalu terburu-buru.
Kultur Sel Program Studi Teknik Bioproses

Referensi

Andiana, M., Rachmawati, Y., & Andayani, S. S. (2017). Kultur Sel Baby Hamster Kidney
(Bhk) Menggunakan Media Dulbecco's Modified Eagle Medium
(Dmem). Biotropic, 1(1), 10-17.
Biosafetycabinet.co.id. 2021. » Biosafety Cabinet. [online] Available at:
<https://www.biosafetycabinet.co.id/biosafety-cabinet/> [Accessed 27 February 2021].
Choudhary, A. (2021) Difference Between Aseptic and Sterile Conditions,
Pharmaguideline.com. Available at:
https://www.pharmaguideline.com/2017/10/difference-between-aseptic-and-sterile-
area.html (Accessed: 22 February 2021).
Fox Valley Dental. 2017. Heat Sterilization - Fox Valley Dental. [online] Available at:
<https://foxvalleydental.com/heat-sterilization/> [Accessed 27 February 2021].
Gozan, M., 2015. Pengantar Teknologi Bioproses. Penerbit Erlangga, pp.76-78.
H, Hafsan, 2014. Mikrobiologi Analitik. Makassar: Alauddin University Press, pp.62-74.
Invitrogen Gibco, 2020. Cell Culture Basics Handbook.
Medicalogy. 2021. Macam - Macam Reagen Laboratorium dan Fungsinya. [online] Available
at: <https://www.medicalogy.com/blog/reagen-laboratorium-dan-fungsinya/>
[Accessed 22 February 2021].
Microbeonline.com. 2013. [online] Available at: <https://microbeonline.com/moist-heat-
sterilization-definition-principle-advantages-disadvantages/> [Accessed 27 February
2021].
Microbeonline.com. 2019. [online] Available at: <https://microbeonline.com/biological-
safety-cabinet-bsc-types-working-mechanism/> [Accessed 27 February 2021].
n.d. The Complete Guide To Cell Culture. [ebook] Proteintech Group. Available at:
<https://www.ptglab.com/media/4457/the-complete-guide-to-cell-culture.pdf>
[Accessed 26 February 2021].
Rsuharapanibu.co.id. 2021. [online] Available at: <https://www.rsuharapanibu.co.id/wp-
content/uploads/2019/07/TEKNIK-ASEPTIK.pdf> [Accessed 27 February 2021].
Setiawan, E., n.d. Arti kata kultur2 - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. [online]
Kbbi.web.id. Available at: <https://kbbi.web.id/kultur-2> [Accessed 26 February
2021].
Thermofisher.com. 2021. Cell Culture Reagents | Thermo Fisher Scientific - UK. [online]
Available at: <https://www.thermofisher.com/id/en/home/life-science/cell-
culture/mammalian-cell-culture/reagents.html> [Accessed 27 February 2021].

Anda mungkin juga menyukai