Anda di halaman 1dari 29

1.

JUDUL PRAKTIKUM
Teknik Aseptik dan Sterilisasi.

2. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari praktikum ini antara lain:
a. Mempraktikan teknik aseptic yang digunakan di laboratorium, sebelum
dan sesudah bekerja dengan mikroba.
b. Menentukan karakteristik biakan mikroorganisme.
c. Mengetahui teknik pemindahan biakan mikroorganisme untuk subkultur
secara aseptic.

3. LANDASAN TEORI
3.1. Teknik Aseptik dan Sterilisasi

Saat bekerja dengan mikrobia hal yang paling penting adalah sterilisasi. Sterilisasi
merupakan suatu proses untuk mematikan semua organisme yang teradapat pada
suatu benda. Proses sterilisasi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu
penggunaan panas (pemijaran dan udara panas); penyaringan; penggunaan bahan
kimia (etilena oksida, asam perasetat, formaldehida dan glutaraldehida alkalin)
(Plezar dan Chan, 2005).

Menurut Suriawiria (2005), sterilisasi merupakan hal yang penting dalm


melakukan aktivitas laboratorium terutama yang melibatkan mikrobia. Karena
pada umumnya percobaan yang dilakukan menggunakan kultur murni.
Seandainya sterilisasi tidak dikerjakan maka mikroba kantaminan akan tumbuh
dan hasil yang seharusnya diperoleh dari percobaan menggunakan kultur murni
akan menimpang. Sterilisasi yang umum dilakukan dapat berupa sterilisasi secara
fisik, kimia dan mekanik, Sterilisasi secara fisik (pemanasan, penggunaan sinar
gelombang pendek yang dapat dilakukan selama senyawa kimia yang akan
disterilkan tidak akan berubah atau terurai akibat temperatur atau tekanan tinggi).
Dengan udara panas, dipergunakan alat bejana atau ruang panas (oven dengan
temperatur 170o sampai 180oC dan waktu yang digunakan adalah 2 jam yang
umumnya untuk peralatan gelas). Sterilisasi secara kimia (misalnya dengan

1
penggunaan disinfektan, larutan alkohol, larutan formalin). Sterilisasi secara
mekanik, digunakan untuk beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau
tekanan tinggi akan mengalami perubahan, misalnya adalah dengan saringan atau
filter. Sistem kerja filter, seperti pada saringan lain adalah melakukan seleksi
terhadap partikel-partikel yang lewat (dalam hal ini adalah mikroba).

Teknik transfer aseptis adalah suatu metode atau teknik di dalam memindahkan
atau mentransfer kultur bakteria dari satu tempat ke tempat lain secara aseptis agar
tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam kultur. Teknik transfer
aseptis ini sangat esensial dan kunci keberhasilan prosedur mikrobial yang harus
diketahui oleh seorang yang hendak melakukan analisis mikrobiologi (Pelczar
dan Chan, 2005).

Teknik aseptik sangat diperlukan untuk menghindarkan mikroorganisme dari


kontaminan yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Teknik aseptis
digunakan sepanjang kegiatan berlangsung baik alat, bahan, lingkungan sekitar
maupun praktikannya, untuk alat dan bahan praktikum dapat diterapkan metode
sterilitas. Penguasaan teknik aseptic ini sangat diperlukan dalam keberhasilan
laboratorium mikrobiologi dan hal tersebut merupakan salah satu metode
permulaan yang dipelajari oleh ahli mikrobiologi (Oram, 2001).

Teknik aseptis sangat penting dalam pengerjaan mikrobiologi yang memerlukan


ketelitian dan keakuratan disamping kesterilan yang harus selalu dijaga agar
terbebas dari kontaminan yang dapat mencemari. Populasi mikroba di alam
sekitar kita sangat besar dan komplek. Beratus-ratus spesies berbagai mikroba
biasanya menghuni bermacam-macam bagian tubuh kita, termasuk mulut, saluran
pencernaan, dan kulit. Sekali bersin terdapat beribu-ribu mikroorganisme
sehingga diperlukan teknik yang dapat meminimalisirnya seperti pengisolasian.
(Pelczar dan Chan, 2005).

2
3.2. Teknik Kultivasi Mikroba

Bakteri hidup dalam suatu koloni, baik bersimbiosis, bebas, ataupun parasit pada
makhluk hidup.Diperlukan suatu usaha untuk mengembakbiakkan bakteri dalam
skala laboratorium untuk mempelajari kehidupan dan keragamannya.
Pengembakbiakkan dilakukan dengan menumbuhkan bakteri dari sumber isolasi
seperti tanah, udara, sisa makanan, dan lain-lain dalam media yang mengandung
nutrisi. Mikroorganisme harus dipisahkan terlebih dahulu agar bisa dipelajari sifat
pertumbuhan masing-masing jenis mikroorganisme sehingga didapatkan kultur
murni. Kultur murni adalah suatu biakan yang terdiri dari sel-sel satu spesies.
Kultur murni diperoleh dengan cara isolasi menggunakan metode tuang maupun
gores (Pelczar dan Chan, 2005).

Isolasi mikroorganisme adalah memisahkan mikroorganisme tersebut dari


lingkungannya dan menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam medium
buatan. Pertumbuhan mikroorganisme dapat dilakukan dalam medium padat,
karena dalam medium padat sel-sel mikroorganisme akan terbentuk suatu koloni
sel yang tetap pada tempatnya. Ada beberapa teknik isolasi mikroba, yaitu:

a. Teknik Sebar (Spread plate)


Spread plate adalah teknik isolasi bakteri dengan cara menginokulasikan
suspensi bahan yang mengandung bakteri ke atas medium agar dan
diratakan menggunakan trigalski.
b. Teknik Tuang (Pour plate)
Teknik pour plate dilakukan dengan menaburkan agar yang belum padat
bersamaan dengan suspensi bakteri ke dalam cawan petri.
c. Teknik Gores (Streak plate)
Streak plate adalah cara pengisolasian bakteri yang inokulasinya dilakukan
dengan cara menggoreskan suspensi bahan yang mengandung bakteri pada
permukaan medium dengan kawat ose. Setelah inkubasi, akan ada bekas
goresan yang ditumbuhi koloni-koloni terpisah yang mungkin berasal dari
satu sel bakteri. Ada 4 macam cara penggoresan yang dapat dilakukan,
yaitu quadrant streak metode A, quadrant streak metode B, radiant streak,
dan continuous streak.

3
Gambar 1. Teknik Isolasi Streak Plate
d. Teknik Tusuk
Teknik tusuk yaitu dengan dengan cara meneteskan a tau
menusukan ujung jarum ose yang didalamnya terdapat inokolum,
kemudian dimasukkan ke dalam media (Winarni, 1997).
3.3. Kebersihan Tangan

Jauh sebelum akhir abad yang lalu, studi mengenai teknik cuci tangan sudah
banyak ditulis dalam literatur waktu itu. Pendapat mengenai pentingnya tangan
yang bersih, bahkan sudah ada jauh sebelum itu. Meskipun banyak bukti yang
memperkuat mencuci tangan secara teliti (benar) dan seringkali banyak ahli yang
hingga kini berpendapat bahwa tangan yang terkena kontaminasi merupakan
faktor utama terjadinya infeksi silang. Di rumah sakit, sekolah, maupun rumah
tangga, tanganlah yang senantiasa digunakan, misalnya, perawat ataupun dokter
dalam pemberian pelayanan, anak-anak bermain, dan para ibu melakukan
pekerjaan rumah tangga. Namun, seringkali mencuci tangan nampaknya lebih
merupakan suatu yang bersifat semacam upacara daripada sesuatu yang memang
seharusnya dilakukan. Banyak peneliti yang menguraikan manfaat antiseptik
tertentu untuk membersihkan tangan. Akan tetapi, apabila tak ada alasan untuk
menganggap tangan mengandung organisme yang pathogenis dan jika tidak
terjadi kontak langsung dengan sesuatu yang kotor, maka nampaknya tidak
dilakukan cuci tangan. Mencuci tangan lebih baik dilakukan dengan air yang

4
mengalir pada wastafel, dan krannya ditutup dan dibuka tidakdengan tangan,
melainkan dengan kaki. Jika kran itu dibuka tutup dengan tangan, maka
membuka dan menutupnya haruslah dengan lap kertas. (Papor towel).
Adapun cara mencuci tangan adalah sebagai berikut :
a. Basahi tangan dengan air.
b. Pakai sabun.
c. Gosok punggung tangan dan pergelangan tangan agar banyak keluar
sabun.
d. Bersihkan busa dan kotoran dari tangan, dengan cara menyiram aliran air
ke tangan.
e. Bersihkan sela-sela kuku dengan air mengalir.
f. Bilas sampai bersih.
g. Keringkan tangan dengan lap kertas, jika tidak ada dapat menggunakan lap
bersih (Hidayat dan Uliyah, 2004).

3.4. Media Pembiakan


Untuk menumbuhkan dan mengembangbiakan mikroba, diperlukan suatu
substrat yang disebut dengan media. Keragaman yang luas dalam hal tipe
nutrisi di antara mikroba diimbangi oleh tersedianya berbagai media yang
banyak macamnya untuk kultivasi. Agar mikroba dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik di dalam media, diperlukan persyaratan tertentu,
yaitu :
1. Media mengandung semua unsur hara yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba.
2. Media mempunyai tekanan osmosis, dan pH yang sesuai untuk
mikroba.
3. Media harus dalam keadaan steril.

a. Bentuk Media
Ditinjau dari bantuknya, jenis media dapat dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu :

5
1. Media padat
Media padat yaitu media yang mengandung agar. Jumlah agar yang
ditambahkan tergantung kepada jenis atau kelompok mikroba yang
ditumbuhkan.
2. Media cair
Umumnya media cair digunakan untuk menambah biomassa sel.
Jika ke dalam media tidak ditambahkan zat pemadat. Media cair
dipergunakan untuk pertumbuhan bakteri, ragi dan mikroalga.
3. Media semi padat
Jika penambahan zat pemadat hanya setengah atau kurang dari
seharusnya. Ini umumnya diperlukan untuk pertumbuhan mikroba
yang banyak memerlukan kandungan air dan hidup anaerobik atau
fakultatif untuk menambah biomassa sel.

3.5. Kultur Mikroba


a. Bakteri Bacillus sp

Gambar 2. Bakteri Bacillus sp.

Bacillus sp merupakan bakteri Gram positif, berbentuk batang, dapat


tumbuh pada kondisi aerob dan anaerob. Sporanya tahan terhadap panas
(suhu tinggi), mampu mendegradasi Xylandan karbohidrat. Bacillus sp
mempunyai sifat: (1) mampu tumbuh pada suhu lebih dari 50 oC dan suhu
kurang dari 5 oC, (2) mampu bertahan terhadap pasteurisasi, (3) mampu
tumbuh pada konsentrasi garam tinggi (>10%), (4) mampu menghasilkan

6
spora, dan (5) mempunyai daya proteolitik yang tinggi dibandingkan
mikroba lainnya. Bacillus adalah salah satu genus bakteri yang berbentuk
batang dan merupakan anggota dari divisi Firmicutes. Bacillus merupakan
bakteri yang bersifat aerob obligat atau fakultatif, dan positif terhadap uji
enzim katalase.

Bacillus secara alami terdapat dimana-mana, dan termasuk spesies yang


hidup bebas atau bersifat patogen. Beberapa spesies Bacillus
menghasilkan enzim ekstraseluler seperti protease, lipase, amilase, dan
selulase yang bisa membantu pencernaan dalam tubuh hewan. Jenis
Bacillus (B. cereus, B. clausii dan B. pumilus) termasuk dalam lima
produk probiotik komersil terdiri dari spora bakteri yang telah
dikarakterisasi dan berpotensi untuk kolonisasi, immunostimulasi, dan
aktivitas antimikrobanya.

Beberapa penelitian telah berhasil mengisolasi dan memurnikan


bakteriosin Bacillus sp. Gram positif diantaranya yaitu subtilin yang
dihasilkan oleh Bacillus subtilis, megacin yang dihasilkan oleh B.
megaterium, coagulin dihasilkan oleh B. coagulans, cerein dihasilkan oleh
B. cereus, dan tochicin yang dihasilkan oleh B. thuringiensis
.
Bakteriosin merupakan zat antimikroba berupa polipeptida, protein, atau
senyawa yang mirip protein. Bakteriosin disintesis diri bosom oleh bakteri
selama masa pertumbuhannya dan umumnya hanya menghambat
pertumbuhan galur-galur bakteri yang berkerabat dekat dengan bakteri
penghasil baktteriosin. Menurut Tagg et al., (1976), kriteria yang
merupakan ciri-ciri bakteriosin adalah sebagai berikut: (1) memiliki
spektra aktivitas yang lebih sempit, (2) senyawa aktif merupakan
polipeptida atau protein, (3) bersifat bakterisida, (4) mempunyai reseptor
spesifik pada sel sasaran, 5) gen determinan terdapat pada plasmid.
Senyawa antibiotik yang dihasilkan Bacillus sp adalah basitrasin, pumulin,
laterosporin, gramisidin, dan tirocidin yang efektif melawan bakteri Gram

7
positif serta kolistin dan polimiksin bersifat efektif melawan bakteri Gram
negatif. Sedangkan difficidin memilikis pektrum lebar, mikobacilin dan
zwittermicin bersifat antijamur.

b. Bakteri Tanah
Bakteri merupakan biota tanah (jasad hayati) yang termasuk dalam
kelompok microflora. Bakteri dikelompokkan menjadi dua yaitu bakteri
autotroph yang dapat menghasilkan makanan sendiri dan bakteri
heterotroph yang makanannya berasal dari bahan organik yang telah ada.
Beberapa manfaat dari bakteri autotroph yaitu dapat mempengaruhi sifat
tanah namun bakteri ini juga dapat mempengaruhi kesehatan manusia.

Beberapa jenis bakteri tanah ternyata sangat rapuh dan dapat terbunuh
hanya karena perubahan kecil yang terjadi dalam lingkungan tanah.
Beberapa jenis lainnya mampu bertahan dalam keadaan apapun, dapat
mengekstrak nitrogen dari udara, ataupun dapat memecahkan beberapa zat
beracun. Salah satu jenis bakteri adalah bakteri dekomposer yang berperan
penting dalam mendekomposisi bahan organik terutama ketika tahap awal
dekomposisi pada tingkat kelembaban yang tinggi. Contohnya adalah
Bacillus subtilis dan Pseudomonas fluorescens. Jenis-jenis bakteri lainnya
yaitu:
Bakteri nitrogen. Bakteri ini dapat mengikat nitrogen dari udara
dan menjadikannya senyawa amonia dan ion nitrat dengan bantuan
dari enzim nitrogenase sehingga dapat menambah kesuburan tanah.
Biasanya, bakteri ini berinteraksi dengan tanaman kacang-
kacangan dan polong-polongan. Contoh dari bakteri ini adalah
genus Genus bakteri ini banyak digunakan sebagai pupuk hijau
untuk beberapa tanaman. Daya tangkap dan penyerapan nitrogen
akan berkurang jika bakteri dipisahkan dari tanaman inangnya.
Bakteri untuk penyakit suppressors, untuk menekan beberapa
penyebab atau penyakit.

8
Aerob merupakan bakteri yang membutuhkan oksigen dan anaerob
adalah bakteri yang tidak memerlukan oksigen dan dapat menjadi
bakteri yang beracun. Anaerob dapat membatasi pertumbuhan pada
akar.
Actinobacteria berguna untuk membantu memecah humates dan
asam humat pada tanah secara perlahan. Bakteri ini hidup pada
tanah non-asam dengan pH yang melebihi 5.

9
4. HASIL PRAKTIKUM
a. Tabel Pengamatan Sebelum Inokulasi
No. Media Keterangan

1. Media Agar Cawan Petri


untuk Kultur Bakteri
Bacillus:
- Kondisi masih steril.
- Berwarna masih agak
keruh karena
ditambahkan agar
sebagai pemadat.
- Di tutup cawan petri
terdapat uap dari
larutan yang masih
hangat.
- Satu buah media agar
cawan petri belum
diinokulasi dengan
kultur Bacillus sp.

Media Agar Cawan Petri


untuk Kebersihan Tangan :
- Kondisi masih steril.
- Berwarna masih agak
keruh karena
ditambahkan agar
sebagai pemadat.
- Di tutup cawan petri
terdapat uap dari
larutan yang masih
hangat.

10
- Dibagi menjadi 5
daerah untuk
kebersihan tangan.
Daerah A (tangan
tidak dicuci), daerah
B (tangan dicuci
dengan air), daerah C
(tangan dicuci dengan
sabun kemudian
dibilas dengan air),
daerah D (tangan
disikat dan dicuci
dengan sabun
kemudia dibilas
dengan air), daerah E
(menggunakan
sanitizer).

2. Media Cair :
- Kondisi msih steril.
- Larutan masih
berwarna
bening/jernih karena
tidak terkontaminasi
mikroba.
- Dua buah media cair
belum diinokulasi
dengan kultur Bacillus
sp dan kultur bakteri
tanah.

11
3. Media Agar Miring :
- Kondisi masih steril
karena tidak terdapat
bercak atau bintik.
- Media berwarna keruh
karena ditambahkan
agar sebagai pemadat.
- Dua buah media agar
miring belum
diinokulasi dengan
kultur bakteri Bacillus
sp.

b. Tabel Pengamatan Inokulasi Selama 24 Jam

No Media Keterangan

1. Media Agar Cawan Petri


dengan Kultur Bacillus sp :
- Pada daerah yang
digoreskan kultur ada
bercak-bercak, berarti
bakteri mulai tumbuh.
- Daerah yang tidak
digoreskan kultur juga
terdapat bercak, berarti
media terkontaminasi.
- Pada daerah yang
digoreskan kultur
maupun yang

12
terkontaminasi
berubah warna dari
keruh menjadi warna
putih.

Media Agar Cawan Petri


untuk Kebersihan Tangan :
- Belum ada perubahan
pada media.
- Tidak ada bercak atau
bintik, berarti belum
tumbuh mikroba di
lima daerah.
- Media agar cawan
masih berwarna keruh,
belum berubah warna.

2. Media Cair dengan Kultur


Bacillus sp :
- Warna media menjadi
keruh menunjukkan
bahwa bakteri mulai
tumbuh merata.
- Terbentuk endapan di
dasar tabung reaksi.
- Apabila diamati
dengan teliti, mulai
tebentuk pelikel.

13
Media Cair dengan Kultur
Bakteri Tanah :
- Warna media berubah
dari bening menjadi
keruh, menunjukkan
bakteri mulai tumbuh.
- Terdapat endapan di
dasar tabung reaksi.
- Terdapat banyak
gelembung di
permukaan media.

3. Media Agar Miring dengan


Kultur Bacillus sp :
- Terdapat bercak-
bercak pada media
agar miring yang
menunjukkan bahwa
bakteri mulai tumbuh.
- Warna daerah yang
ditumbuhi bakteri
menjadi putih.

14
c. Tabel Pengamatan Inokulasi Selama 48 Jam
No Media Keterangan

1. Media Agar Cawan


Petri dengan Kultur
Bacillus sp :
- Koloni bakteri
yang tumbuh
semakin banyak.
Di pinngur
permukaan media
juga
terkontaminasi.
- Goresan kultur
berwarna putih,
namun pada
daerah yang
terkontaminasi
berwarna kuning.

Media Agar Cawan


Petri untuk kebersihan
Tangan :
- Terdapat bercak-
bercak yang tidak
merata pada
media agar cawan
petri.
- Bercak pada
daerah A lebih
banyak daripada
daerah B, bercak

15
pada B lebih
banyak daripada
daerah C, bercak
pada daerah C
lebih banyak dari
daerah D, dan
bercak pada
daerah D lebih
banyak dari
daerah E.

16
2. Media Cair dengan
Kultur Bacillus sp :
- Bercak berwarna
putih semakin
banyak dan warna
media semakin
keruh dari
sebelumnya.
- Terdapat endapan
pada dasar tabung
reaksi.
- Terdapat pelikel
halus di tengah
media

Media Cair dengan


Kultur Bakteri Tanah :
- Warna media
semakin keruh.
- Masih terdapat
gelembung di
bagian permukaan
tabung reaksi.

17
3. Media Agar Miring
dengan Kultur Bacillus
sp :
- Bakteri yang
tumbuh lebuh
banyak dan
merata.
- Warna media
lebih keruh
dibanding
inokulasi selama
24 jam.

5. PEMBAHASAN

Praktikum Teknik Aseptik dan Strerilisasi dilakukan pada hari Selasa, 17 Januari
2017 di Laboratorim Mikrobiologi Teknik, Teknik Kimia, Universitas Lampung.
Praktikum ini bertujuan untuk mempraktikan prosedur kerja dari teknik aseptik
serta menerapkan sterilisasi pada media pertumbuhan mikroba.

Pada praktikum ini alat-alat yang digunakan adalah lampu Bunsen yang berfungsi
menjaga udara panas yang mengelilingi area kerja dan mensterilisasi mulut tabung
reaksi dan jarum inokulasi sehingga dapat membunuh mikroba kontaminan dan
mengurangi terjadinya kontaminasi, jarum inokulasi digunakan untuk
memindahkan kultur mikroba ke media, sikat digunakan untuk membersihkan
tangan pada praktikum kebersihan tangan, plastic wrap digunakan untuk menutup
media agar cawan petri agar rapat dan terhindar dari kontaminasi, alumunium foil
digunakan untuk menutup media mulut tabung reaksi agar terhindar dari
kontaminasi.

Bahan-bahan yang digunakan adalah handsanitizer untuk membersihan tangan


pada praktikum kebersihan tangan, sabun untuk membersihkan tangan pada

18
praktikum kebersihan tangan, alcohol digunakan untuk membersihkan meja kerja
supaya steril dari kontaminan, satu buah media agar cawan petri untuk kebersihan
tangan, satu buah media cawan petri untuk kultur Bacillus sp, satu buah media
cair untuk kultur Bacillus sp, satu buah media cair untuk kultur bakteri tanah, dua
buah media agar miring untuk kultur Bacillus sp.

Keadaan semua media dalam kondisi steril dan tidak terkontaminasi. Untuk media
padat berwarna agak keruh karena ditambahkan agar sebagai pemadat, sedangkan
pada media cair, larutannya berwarna bening atau jernih. Pada praktikum ini
dilakukan transfer kultur Bacillus sp ke media agar cawan petri, media cair, dan
media agar miring. Dan transfer dari kultur bakteri tanah ke media cair.

Hal pertama harus dilakukan dalam transfer aseptik adalah lampu Bunsen harus
dinyalakan selama proses transfer aseptik, jarum inokulasi harus selalu disterilkan
sebelum dan setelah melakukan transfer aseptik. Sterilisasi jarum inokulasi
dilakukan dengan cara memanaskan jarum di api bunsen hingga memijar
kemudian didinginkan sebentar tanpa menyentuh apapun baru dapat dipakai.
Setiap kali kultur akan dipindahkan haruslah bekerja dekat dengan bunsen. Media
dan kultur yang hendak ditransfer harus di sterilisasi dengan cara dipanaskan di
api bunsen agar terhindar dari kontaminasi, kecuali untuk media agar cawan
miring.

Praktikum pertama adalah kebersihan tangan menggunakan media agar cawan


petri. Media tersebut dibagi menjadi lima daerah, yaitu : daerah A untuk tangan
yang tidak dicuci, daerah B untuk tangan yang dibilas dengan air, daerah C untuk
tangan yang yang dicuci dengan sabun dan dibilas dengan air, daerah D untuk
tangan yang dicuci dengan sabun dan disikat kemudia dibilas dengan air, daerah E
untuk tangan yang disterilkan dengan sanitizer. Setelah dibagi menjadi lima
daerah, tempelkan tangan pada media secara bergantian tanpa membuka penutup
cawab petri terlalu lebar. Setelah selesai tutup media agar cawan petri dengan
plastic wrap agar rapat dan tidak terkontaminasi.

Praktikum kedua adalah transfer mikroba dari media padat ke media padat
menggunakan kultur Bacillus sp dan media agar cawan petri. Pertama, panaskan

19
jarum inokulasi sampai memijar, kemudian dinginkan sebentar dan jangan
menyentuh apapun. Buka tutup tabung reaksi yang berisi kultur Bacillus sp dan
panaskan mulut tabung agar tetap steril. Masukkan jarum inokulasi ke dalam
kultur Bacillus sp. Keluarkan jarum inokulasi dan panaskan kembali mulut tabung
kemudian tutup dan letakkan pada tempat semula. Ambil media cawan petri,
angkat sedikit penutupnya kemudian goreskan jarum inokulasi pada permukaan
media secara zig-zag dan tidak boleh dilakukan berulang. Tutup media dengan
plastic wrap. Sterilkan kembali jarum inokulasi dan letakkan media yang telah
diinokulasi ke dalam incubator.

Praktikum ketiga adalah transfer mikroba dari media padat ke media cair
menggunakan kultur Bacillus sp dan media cair. Sebelum membakar jarum
inokulasi, letakkan tabung kultur dan tabung media di sela jari-jari supaya lebih
efisien dan mengurangi kemungkinan terkontaminasi. Panaskan jarum inokulasi
sampai memijar, kemudian dinginkan sebentar dan jangan menyentuh apapun.
Buka tutup tabung reaksi yang berisi kultur Bacillus sp dan panaskan mulut
tabung agar tetap steril. Masukkan jarum inokulasi ke dalam kultur Bacillus sp.
Keluarkan jarum inokulasi dan panaskan kembali mulut tabung kemudian tutup
dengan rapat. Kemudian, buka tutup tabung reaksi yang berisi media cair steril
dan panaskan mulut tabung, celupkan jarum inokulasi ke dalam media dan aduk
perlahan agar homogen. Keluarkan jarum inokulasi, panaskan mulut tabung reaksi
dan tutup dengan rapat. Setelah itu, panaskan kembali jarum inokulasi agar tetap
steril dan letakkan kembali media cair yang telah diinokulasi ke dalam incubator.

Praktikum keempat adalah transfer mikroba dari media padat ke media padat
menggunakan kultur Bacillus sp dan media agar miring. Sebelum membakar
jarum inokulasi, letakkan tabung kultur dan tabung media di sela jari-jari supaya
lebih efisien dan mengurangi kemungkinan terkontaminasi. Panaskan jarum
inokulasi sampai memijar, kemudian dinginkan sebentar dan jangan menyentuh
apapun. Buka tutup tabung reaksi yang berisi kultur Bacillus sp dan panaskan
mulut tabung agar tetap steril. Masukkan jarum inokulasi ke dalam kultur Bacillus
sp. Keluarkan jarum inokulasi dan panaskan kembali mulut tabung kemudian
tutup dengan rapat. Kemudian, buka tutup tabung reaksi yang berisi media agar

20
miring steril dan panaskan mulut tabung, masukkan jarum inokulasi ke dalam
media dan tekan perlahan tanpa merusak media. Keluarkan jarum inokulasi,
kemudian panaskan mulut tabung reaksi dan tutup tabung dengan rapat
menggunakan aluminium foil. Setelah itu, panaskan kembali jarum inokulasi agar
tetap steril dan letakkan kembali media agar miring yang telah diinokulasi ke
dalam incubator.

Praktikum kelima adalah transfer mikroba dari media padat ke media cair
menggunakan kultur bakteri tanah dan media cair. Sebelum membakar jarum
inokulasi, letakkan tabung kultur dan tabung media di sela jari-jari supaya lebih
efisien dan mengurangi kemungkinan terkontaminasi. Panaskan jarum inokulasi
sampai memijar, kemudian dinginkan sebentar dan jangan menyentuh apapun.
Tancapkan jarum inokulasi pada kultur tanah, jangan sampai partikel tanah ikut
masuk ke dalam media cair. Setelah itu, buka tutup tabung reaksi yang berisi
media cair steril dan panaskan mulut tabung, celupkan jarum inokulasi yang
sebelumnya sudah ditancapkan ke kultur tanah ke dalam media cair dan aduk
perlahan agar homogen. Keluarkan jarum inokulasi, panaskan mulut tabung reaksi
dan tutup dengan rapat. Setelah itu, panaskan kembali jarum inokulasi agar tetap
steril dan letakkan kembali media cair yang telah diinokulasi ke dalam incubator.

Semua media yang telah diinokulasi dengan kultur Bacillus sp dan kultur bakteri
tanah, diinkubasi selama 48 jam dan dicatat perubahannya setiap 24 jam. Pada 24
jam pertama mikroba sudah mulai tumbuh di dalam media, kecuali pada media
agar cawan petri untuk kebersihan tangan. Pada media agar cawan petri untuk
kebersihan tangan, mikroba belum tumbuh. Kondisi media masih steril dan warna
media masih agak keruh karena tambahan agar sebagai pemadat. Belum
tumbuhnya mikroba mungkin dikarenakan kebersihan tangan setiap orang
berbeda. Pada media cair dengan kultur Bacillus sp, mikroba nampak tumbuh di
daerah tempat mikroba tersebut digoreskan dan media berwarna menjadi lebih
keruh dari sebelumnya. Pada media cair dengan kultur Bacillus sp tampak
perubahan warna pada media menjadi lebih keruh, terdapat endapan putih di
bagian dasar tabung reaksi, serta pada media yang diberi kultur tanah terdapat
gelembung di bagian atas tabung reaksi. Pada media agar cawan dengan kultur

21
Bacillus sp dan tanah mulai tumbuh mikroba sesuai dengan tempat mikroba
tersebut digoreskan. Namun, selain di tempat yang digoreskan tumbuh juga
mikroba disekitarnya, hal tersebut menunjukkan bahwa media agar cawan
terkontaminasi saat proses inokulasi.

Pada pengamatan inkubasi selama 48 jam mikroba tumbuh jauh lebih banyak dari
pada yang sebelumnya pada masing-masing media, namun terjadi juga
pertumbuhan mikroba kontaminan di sekitar kultur mikroba. Hal itu disebabkan
oleh kontaminasi zat luar ketika proses transfer aseptik atau inokulasi
berlangsung. Pada media agar cawan petri untuk kebersihan tangan, kultur
mikroba mulai tumbuh dan pada semua bagian. Hal tersebut dikarenakan
kebersihan tangan setiap orang berbeda dan ketika akan menempelkan tangan
terkontaminasi oleh mikroba luar. Pada media agar cawan petri kultur Bacillus sp
mikroba yang tumbuh lebih banyak dari sebelumnya dan terlihat perbedaan warna
antara mikroba yang berwarna putih dan kontaminan yang berwarna kuning. Pada
media cair kultur Bacillus sp terdapat endapan putih pada dasar tabung reaksi dan
pelikel putih halus di bagian tengah media yang menunjukan pertumbuhan kultur
mikroba yang sangat banyak dan baik. Pada media cair kultur tanah terdapat
banyak gelembung pada bagian permukaan media yang menunjukan pertumbuhan
mikroba yang lebih banyak. Pada media agar miring kultur Bacillus sp
menunjukan pertumbuhan kultur mikroba yang banyak, ditunjukkan dengan
semakin tebal warna putih pada daerah yang digoreskan.

Kultur mikroba dapat tumbuh dikarenakan adanya nutrisi yang dibutuhkan, seperti
fosfat, magnesium untuk mengaktifkan enzim, sumber nitrogen, dan sumber
karbon. Terjadinya kontaminasi media mungkin dikarenakan proses inokulasi
yang kurang steril atau kurang sterilnya alat yang digunakan. Adanya endapan
pada media cair menunjukkan bahwa sel mikroba membentuk agregat sehingga
berat dan mengendap. Terbentuknya pelikel dikarenakan sel mikroba memiliki
pili yang menyebabkan sel yang satu menempel dengan sel yang lain. Kemudian,
warna media berubah menjadi keruh menunjukkan mikroba yang tersebar merata
dan biasanya mikroba tersebut bersifat motil. Adanya gelembung pada permukaan

22
cair yang diberi kultur tanah menunjukkan bahwa mikroba tersebut menghasilkan
gas.

6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

a. Inokulasi yang dilaukan di berbagai media berhasil.


b. Kultur mikroba dapat tumbuh dikarenakan adanya nutria yang
dibutuhkan, seperti fosfat, magnesium untuk mengaktifkan enzim,
sumber nitrogen, dan sumber karbon.
c. Terjadinya kontaminasi media mungkin dikarenakan proses inokulasi
yang kurang steril atau kurang sterilnya alat yang digunakan.
d. Terbentuknya endapan pada media cair menunjukkan bahwa sel
mikroba membentuk agregat sehingga berat dan mengendap.
e. Terbentuknya pelikel dikarenakan sel mikroba memiliki pili yang
menyebabkan sel yang satu menempel dengan sel yang lain.
Kemudian, warna media berubah menjadi keruh menunjukkan mikroba
yang tersebar merata dan biasanya mikroba tersebut bersifat motil.
f. Adanya gelembung pada permukaan cair yang diberi kultur tanah
menunjukkan bahwa mikroba tersebut menghasilkan gas.

6.2. Saran
Hendaknya para praktikan sangat berhati-hati dalam melakukan pemindahan
kultur mikroba agar tidak terjadi kontaminasi. Pada saat praktikum juga,
sebaiknya praktikan harus tertib dan jangan terburu-buru, kegiatan seperti
mengobrol harus dikurangi agar tidak tedapat kontaminasi pada media.

23
DAFTAR PUSTAKA

Agustian, Joni. 2016. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Industri. Lampung:


Universitas Lampung.

Hidayat A,A. & Uliyah M. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta: Egc.

Oram, R.F. S., Paul. J. Hummer, Jr. 2001. Biology Living System. Glencoe
Division Mc Millan Company. Waterville.

Pelczar, M. J. dan Chan, E. C. S.. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi 1. Alih bahasa


Hadioetomo, R. S., Imas, T., Tjitrosomo, S.S. dan Angka, S. L. Jakarta: UI Press.

Winarni, D. 1997. Diktat Teknik Fermentasi. Program Studi D3 Teknik Kimia


FTI-ITS: Surabaya.

24
LAMPIRAN

No. Gambar Keterangan

1. Bunsen
Bunsen digunakan sumber
api dan untuk
mempertahan uap panas di
sekitar are kerja.

2. Korek Api
Korek api digunakan
untuk menyalakan
bunsen.

3. Kultur Tanah
Kultur tanah yang akan
diinokulasikan pada media
cair.

25
4. Kultur Basillus sp
Kultur yang akan
diinokulasikan pada
media agar cawan petri,
media cair, dan media
agar miring.

5. Alkohol
Alkohol digunakan untuk
mensterilkan area kerja.

6. Sanitizer
Sanitizer digunakan untuk
mensterilkan tangan pada
praktikum kebersihan
tangan.

26
7. Sikat
Sikat digunakan untuk
membersihkan tangan
pada praktikum kebersihan
tangan.

8. Sabun
Sabun digunakan untuk
membersihkan tangan
pada praktikum kebersihan
tangan.

9. Jarum Inokulasi
Jarum inokulasi digunakan
untuk menginokulasi
kultur ke media atau untuk
membuat streak atau
goresan pada media.

27
10. Plastic Wrap
Plastic wrap digunakan
untuk menutup media agar
cawan petri agar rapat
sehingga terhindar dari
kontaminasi.

11. Media Agar Cawan Petri


Media agar cawan petri
digunakan sebagai media
untuk inokulasi bakteri
Bacillus sp dan praktikum
kebersihan tangan.

12. Media Cair


Media cair digunakan
sebagai media inokulasi
bakteri Bacillus sp dan
kultur tanah.

28
13. Media Agar Miring
Media agar miring
digunakan sebagai media
inokulasi bakteri Bacillus
sp.

29

Anda mungkin juga menyukai