MASYARAKAT
KEGIATAN KE 5
MIKROBIOLOGI
Kegiatan ke 5
Mikrobiologi
A. TUJUAN KEGIATAN
B. KAJIAN PUSTAKA
1. Pengenalan Alat
Cabang ilmu yang membawa manusia untuk berusaha menambah dan
meluaskan pengetahuannya dibidang makhluk hidup dikenal dengan istilah
Mikrobiologi. Berkat penemuan Anthonyvan Leeuwenhoek, pada tahun 1673,
dengan bantuan mikroskop sederhananya, ia memperkenalkan kepada manusia
adanya bentuk kehidupan yang sangat kecil. Sejak mikroskop sederhana
Leeuwenhoek yang hanya mampu membesarkan objek sebesar 300 kali,
mikroskop telah mengalami evolusi, mulai ditemukannya mikroskop cahaya
sampai mikroskop elektron. Sekarang, mikroskop elektron mampu
membesarkan objek sebesar 250.000 kali (Subandi, 2007: 23-25).
Untuk kepentingan diagnostik di bidang Mikrobiologi, diperlukan
peralatan. Peralatan ini ada yang sudah pernah dikenal tetapi tidak sedikit
yang masih perlu dikenal lebih lanjut. Namun, mahasiswa harus mengetahui
dan mengenal cara penggunaan alat-alat tersebut dibawah ini:
a. Mikroskop
2
2. Sterilisasi
Menurut Hafsan (2015: 16–17), sterilisasi dengan cara pemanasan dapat
dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah:
a. Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara
langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dan lain
sebagainya
b. Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800 oC. Sterilisasi
panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya
erlenmeyer, tabung reaksi, dan lain sebagainya
3
c. Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang
mengandung air lebih tepat menggunakan metode ini supaya tidak terjadi
dehidrasi
d. Uap air panas bertekanan : menggunakan autoklaf
e. Penyinaran dengan sinar UV (Ultra Violet) juga dapat digunakan untuk
proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel
pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV.
3. Pembuatan Media
Sabouraud Dextrose Agar digunakan untuk budidaya ragi, jamur dan
bakteri aciduric. Komposisi dari SDA ini adalah dextrose, mikologi, pepton,
agar, dan disterilisasikan pada suhu 25oC. Sabouraud Dextrose Agar adalah
modifikasi Carliers dari formulasi yang dijelaskan oleh Sabouraud untuk
budidaya jamur (ragi, jamur), sangat berguna untuk jamur yang terkait dengan
infeksi kulit. media ini juga digunakan untuk menentukan kontaminasi
mikroba dalam makanan, kosmetik, dan spesimen klinis pepton mikologi
memberikan senyawa nitrogen. Dextrose memberikan sumber energi.
dekstrosa konsentrasi tinggi dan pH rendah nikmat pertumbuhan jamur dan
menghambat mencemari bakteri dari sampel uji. (Tim Himedia, 2011: 1).
Media Nutrient Agar (NA) sering digunakan untuk media biakan bakteri
dilaboratorium. Media NA dibuat dari 3 g ekstrak daging, 5 g pepton, 1000 ml
air dan 15 g agar-agar. Ekstrak daging dapat digantikan dengan air kaldu yang
dibuat dari 1 kg daging segar bebas lemak yang direbus dengan air sampai
diperoleh air kaldu 2000 ml, kemudian ditambah 0,5% natrium klorida.
membutuhkan sumber – sumber makanan yang mengandung C,H, O dan N
yang berguna untuk menyusun protoplasma (Ariyanti, 2016 : 2).
bersuhu dingin). Adapun cara yang umum digunakan untuk isolasi adalah cara
suspensi. Cara suspensi maksudnya adalah sampel mikroba yang telah
diambil, dibuat suspensi baru kemudian suspensi itu ditumbuhkan pada media
agar tertentu. Cara ini bertujuan agar pertumbuhan mikroba dari sampel pada
saat ditumbuhkan pada media agar, tidak terlalu menumpuk (crowded). Isolat
murni dapat diperoleh, bila dilakukan isolasi secara bertahap menggunakan
media yang tepat, misalnya Nutrient Agar untuk bakteri dan Potato Dextrose
Agar untuk mengisolasi khamir dan kapang.
Menurut Waluyo (2007 : 61 – 62), beberapa langkah pada pekerjaan
inokulasi dan isolasi mikroba adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan ruangan
Ruang tempat inokulasi harus bersih, dan bebas angin. Dinding ruang
yang basah menyebabkan butir-butir debu menempel. Pada waktu
mengadakan inokulasi, baik sekali bila meja tempat inokulasi didasari
dengan kain basah. Pekerjaan inokulasi dapat dilakukan di dalam suatu
kotak berkaca (ent-kas)
b. Pemindahan dengan kawat inokulasi
Ujung kawat inokulasi sebaiknya dari platina atau dari nikrom, ujung
kawat boleh lurus, boleh juga berupa kolongan yang berdiameter 1-3 mm.
Lebih dahulu ujung kawat ini dipijarkan sedang sisanya sampai tangkai
cukup dilewatkan nyala api saja. Setelah dingin kembali, ujung kawat itu
disentuhkan suatu koloni
c. Pemindahan dengan pipet
Cara ini dilakukan misalnya pada penyelidikan air murni atau
penyelidikan susu.
d. Teknik biakan murni (Cara menyendirikan piaraan murni)
Dialam bebas tidak ada mikroba yang hidup tersendiri terlepas dari
spesies lain. Seringkali mikroba patogen kedapatan secara bersama-sama
dengan mikroba saproba (saprobakteri). Dalam tekni biakan murni tidak
saja diperlukan bagaimana memperoleh suatu biakan murni, tetapi juga
bagaimana memelihara serta mencegah pencemaran dari luar. Medium
untuk membiakkan mikroba haruslah steril sebelum digunakan.
Pencemaran (kontaminasi) dari luar terutama berasal dari udara yang
mengandung banyak mikroorganisme. Teknik biakan murni untuk spesies
dikenal dengan beberapa cara.
Berdasarkan pada cara dan ciri reproduksinya terdapat empat kelas cendawan
sejati atau berfilamen ke dalam dunia:
Kelas Phycomycetes
Anggota kelas ini seringkali disebut sebagai cendawan tingkat
rendah karena pada umumnya dianggap “primitif” dalam skala evolusi.
Kelas mikroorganisme ini demikian besar lagi heterogen sehingga
beberapa ahli taksonomi membagi kelas Phycomycetes menjadi enam
kelas terpisah. Ciri yang dipunyai bersama diantara mereka ialah tidak
adanya septum di dalam hifa; ciri ini membedakannya dari anggota-
anggota ketiga kelas yang lainnya, yaitu Ascomycetes, Basidiomycetes,
dan Deuteromycetes (Pelczar, dkk, 2008: 200).
Kelas Ascomycetes
Banyak khamir tergolong kelas Ascomycetes karena membentuk
askospora. Pola sederhana pembentuk askospora. Pola sederhana
pembentukan askospora tampak pada daur hidup khamir yang umum,
yaitu Schizosaccharomyces. Secara aseksual, genus khamir ini
memperbanyak diri melalui pembelahan biner melintang. Khamir ini
dalam kelas ini, seperti khamir dari Saccharomyces cerevisiae (digunakan
untuk membuat roti, anggur, dan bir), memperbanyak diri secara aseksual
dengan bertunas. Ascomycetes berfilamen adalah dengan pembentukan
konidia dalam jumlah besar (Pelczar, dkk, 2008: 202).
Basidiomycetes
Basidiomycetes dicirikan oleh adanya basidiospora yang terbentuk
di luar pada ujung atau sisi basidium. Basidiomycetes yang banyak dikenal
meliputi jamur, cendawan papan pada pepohonan, dan cendawan karat
serta cendawan gosong yang menghancurkan serealia. Jamur adalah tubuh
7
6. Identifikasi Bakteri
Pada umumnya bakteri bersifat tembus cahaya, ini akan mempersulit
untuk dilihat atau diteliti sekalipun dibawah mikroskop. Hal tersebut
disebabkan karena banyak mikroba yang tidak mempunyai zat warna, seperti
umumnya yang didapatkan pada bakteri. Berbeda dengan mikroalga yang jelas
mempunyai butir-butir atau serat warna dalam selnya. Bakteri yang masih
hidup tidak nampak jelas bentuk maupun sifat-sifat morfologi lainnya. Bakteri
tunggal, yaitu yang berupa satu sel saja hanya kelihatan bening saja, walaupun
bakteri itu diambilkan dari suatu koloni tertentu. Oleh karena itu, untuk
memperlihatkan bagian-bagian sel diperlukan pewarnaan. Untuk
memperlihatkan inti atau bahan inti ada pewarnaan sendiri, untuk melihat
flagel ada cara lain lagi, demikian pula untuk melihat spora ada cara yang
khusus untuk itu saja. Misalnya, pewarnaan inti disebut juga pewarnaan secara
Feulgen. Pewarnaan yang lain adalah cara Giemsa, pewarnaan secara Gram,
secara Neisser, dan masih banyak lagi (Waluyo, 2007 : 55-56).
Menurut Irianto (2006 : 59) pengecatan bakteri sudah dilakukan sejak
permulaan berkembangnya mikrobiologi dipertengahan abad ke-19 oleh Louis
Pasteur dan Robert Koch. Pada umumnya, ada dua macam zat warna (bahan
cat) yang sering dipakai, yaitu sebagai berikut:
a. Zat warna yang bersifat asam: komponen warnanya adalah anion,
biasanya dalam bentuk garam natrium
b. Zat warna yang bersifat alkalis, dengan komponen warna kation,
biasanya dalam bentuk klorida.
Menurut Subandi (2012: 186-189), dalam pewarnaan gram digunakan 4
zat kimia yang berbeda, bahan-bahan kimia tersebut adalah:
8
a. Zat warna primer, yaitu kristal violet berfungsi sebagai zat warna
primer dan memberikan warna pada seluruh bagian sel berwarna biru
ungu.
b. Mordan yaitu Iodin gram. Zat ini berperan sebagai mordan, yaitu zat
kimia yang membentuk komplek yang tidak larut dengan mengikat zat
warna primer. Hasilnya adalah komplek kristal violet-iodin (CV-I)
yang berfungsi mengintesifkan warna zat warna primer sehingga
seluruh sel akan tampak ungu-gelap. Pada sel bakteri gram-positif,
komplek CV-I akan terikat pada asam ribonukleat-magnesium yang
merupakan komponen dinding sel dan membentuk kompleks asam
ribonukleat-magnesium-kristal violet-iodin (Mg-RNA-CV-I) yang
sifatnya sangat sulit dipisahkan/dihilangkan warnanya.
c. Zat Decolourizing, yaitu etil alkohol dengan konsentrasi 95% . Zat itu
berperan ganda sebagai pelarut lipida dan sebagai zat dehidrasi protein
Efektif-perannya bergantung pada konsentrasi lipida dari dinding sel
mikroorganisme.
d. Lawan-warna (Counterstain), yaitu safranin. Zat ini merupakan zat
kimia terakhir yang digunakan untuk mewarnai sel yang telah
kehilangna warnanya oleh alkohol. Karena hanya pada sel gram-
negatif yang mengalami kelenturan warnanya, maka gram-negatif itu
yang akan menerima zat warna safranin, sedangkan sel bakteri gram-
positif akan tetap bewarna seperti zat warna primer.
b. Alat Kaca
1. Bunsen 6 buah
2. Pipet Tetes 6 buah
3. Gelas Kimia 4 buah
9
c. Alat Stainless
1) Spatula 3 buah
2) Jarum Ose 6 buah
d. Alat kayu
Rak tabung reaksi 1 buah
2. Bahan
a. Aluminium Foil 2 roll
b. Aquades 5 liter
c. Label 1 pcs
d. Nutrient Agar (NA) 20 gram
e. Sabouraud Dextrose Agar (SDA) 65 gram
f. Spiritus 2 liter
g. Tisu secukupnya
h. Alkohol 95% 1 liter
i. Alkohol 75% 54 ml
j. Safranin 36 ml
k. Kristal Violet 36 ml
l. Lugol 36 ml
m. Lactophenol Blue Solution (LBS) 7 ml
n. Air kolam 600 ml
o. Susu pasteurisasi 1 liter
10
D. CARA KERJA
1. Pengenalan alat-alat dan penggunaan
a. Semua alat yang akan diamati dan diletakkan diatas meja
b. Setiap alat diberi label yang akan diamati
c. setiap alat yang diamati diamati dan diambil gambar
e. Alat dan atau bahan yang tidak tahan panas (<180◦C) ditempatkan pada
rak pintu atas dan yang tahan panas (<250◦C) pada rak pintu bawah
f. Pintu sterilizer dalam keadaan tertutup sebelum dihubungkan ke stop
kontak
g. Ozone sterilizer dihubungkan dengan stop kontak pada sumber arus 220V
h. Alat Ozon sterilizer dihidupkan dengan cara menekan tombol “POWER”
i. Proses sterilisasi dapat dimulai dengan menkan tombol “DESINFECT”
(kiri power) hinggalampu indicator menyala merah
j. Untuk mengaktifkan sterilisasi teknologi ozone pada rak pintu atas, dengan
menekan tombol O3 (kiri disinfect) hingga lampu indicator menyala
kuning
k. Proses sterilisasi berjalan selama ± 10 menit setelah lampu indicator mati
(dilarang membuka pintu Ozon sterilizer) otomatis
l. Lampu indikator power ditunggu hingga menyala, lalu matikan dengan
menekan tombol power
m. Sebelum membuka pintu Ozone sterilizer disarankan untuk menunggu ±20
menit, terhitung waktu setelah proses sterilisasi berakhir.
3. Penggunaan Autoklaf
a. Air dimasukkan hingga menyentuh besi penyangga agar pemanasan lebih
maksimal
b. Dasar panci autoklaf dibungkus dengan alumunium foil secara merata
c. Alat–alat yang telah dibungkus alumunium foil dimasukkan ke dalam
autoklaf
d. Autoklaf ditutup, kemudian selang di dalam autoklaf dimasukkan ke
dalam lubang yang berada di dalamnya. Lalu klep autoklaf dirapatkan,
setelah itu autoklaf dihubungkan ke sumber listrik
e. Katup autoklaf dibuka (ditandai dengan arah katup
f. Tombol on ditekan pada bagian bawah autoklaf
g. Air yang ada di dalam autoklaf ditunggu hingga mendidih
h. Kemudian katup autoklaf ditutup dan ditunggu hingga suhu di dalam
autoklaf mencapai 121oC atau 200oF dalam waktu 15 menit. Perhitungan
waktu 15 menit dimulai ketika suhu tepat mencapai 121oC atau 200oF, dan
selama waktu tersebut, suhu harus selalu dijaga
i. Jika sudah 15 menit, katup autoklaf dibuka secara perlahan hingga suhu di
dalam autoklaf sama dengan suhu di lingkungan (jarum pada preisure
gauge menunjuk angka nol). Kemudian klep–klep pengaman dibuka dan
dikeluarkan alat–alat yang telah disterilisasi dari dalam autoklaf dengan
hati–hati
12
q. Cawan petri yang berisi larutan Nutrient Agar dan susu (hasil pengenceran)
divorteks agar homogen.
r. Cawan petri kedua ditambahkan dengan larutan susu pada tabung reaksi II
hasil pengenceran sebelumnya sebanyak 1 ml (sebagai perbandingan),
kemudian dihomogenkan hingga memadat.
s. Cawan petri yang telah memadat masing-masing dimasukkan ke dalam
inkubator selama 48 jam dengan suhu 37◦C dengan posisi terbalik.
jumlah koloni 1
∑ sel= cawan petri
×
Fp
E. HASIL
18
19
F. PEMBAHASAN
20
21
KESIMPULAN
22
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR RUJUKAN
Juariah S, dan Sari W. P. 2018. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu Sebagai
Media Alternatif Pertumbuhan Bacillus sp. Jurnal Analisis Kesehatan
Klinikal Sains, Vol.6 No. 1. http://jurnal.univrab.ac.id. Diakses pada 3
Oktober 2020
Putri M.H dkk, 2017. Mikrobiologi. Jakarta : Pusat Pendidikan Sumber Daya
Manusia.
Fitri, L., & Yasmin, Y. (2011). Isolasi dan pengamatan morfologi koloni bakteri
kitinolitik. Jurnal Biologi Edukasi, 3(2), 20-25.
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JBE/article/view/465. Diakses pada 3
Oktober 2020
LAMPIRAN
25
26
27
28
29
30
31
32
33