Anda di halaman 1dari 40

SAP KULIAH

I PENGANTAR

a. Pengertian Mikrobiologi

b. Peranan Mikrobiologi dalam Akuakultur

II MORFOLOGI DAN METABOLISME MIKROBA 

Morfologi Mikroorganisme (Virus, bakteri, virus bakteri, virus tanaman, virus


a.
hewan, Archaea, Mycoplasma, dan fitoplasma)

b. Sifat bahan genetik mikroorganisme

c. Metabolisme Mikroorganisme

III STERILISASI, DISINFEKSI, DAN ANTISEPTIS 

IV PEMBIAKAN DAN PEMELIHARAAN MIKROORGANSIME 

a. Isolasi mikroorganisme

b. Teknik isolasi mikroorganisme

V PERHITUNGAN MIKROORGANISME 

VI IDENTIFIKASI ORGANISME GRAM POSISITF 

VII IDENTIFIKASI BAKTERI AEROB GRAM NEGATIF 

VIII PEWARNAAN MIKROBA 

IX MEKANISME AKSI BAHAN ANTIMIKROBA 

X UJI KERENTANAN ANTIBIOTIKA 

XI DINDING SEL BAKTERI (MORFOLOGI DAN BIOKIMIA) 

XII KERUSAKAN DINDING SEL BAKTERI (LYSIS) 

XIII PATOGENISITAS MIKROORGANISME DALAM AKUAKULTUR 

XIV PROBIOTIK DAN PENGGUNAANNYA DALAM AKUAKULTUR 


SAP PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

Pertemuan Materi
Ke
1 Pengenalan peralatan mikrobiologi
2 Penyiapan medium dan sterilisasi bahan dan peralatan
3 Teknik pemindahan biakan mikroba secara aseptik
4 Penggunaan pipet serologis secara aseptik
5 Isolasi bakteri dan fungi dari lingkungan akuatik
6 Pewarnaan Gram
7 Karakterisasi sifat biokimia dan fisiologi bakteri
8 Morfologi fungi
9 Penghitungan bakteri dengan metode hitungan cawan
10 Uji mikrobiologis air
11 Pengaruh suhu dan salinitas terhadap pertumbuhan bakteri
12 Pengaruh bahan antimikroba terhadap pertumbuhan bakteri
13 Seleksi bakteri probiotik untuk akuakultur
14 Ujian Praktikum
PRAKTIKUM 1
PENGENALAN PERALATAN MIKROBIOLOGI

Pendahuluan
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup yang
sangat kecil dan interaksinya pada kehidupan manusia, baik yang merugikan
maupun yang menguntungkan. Salah satu contoh yang nyata dalam kehidupan
sehari-hari antara lain untuk pembuatan tahu, pembuatan tempe, pembuatan tape,
pembusukan atau dekomposisi, makanan yang membasi, bahkan beberapa
penyakit baik yang ringan maupun yang berbahaya.
Mikrobiologi akuatik mempelajari jasad renik yang hidup dalam lingkungan
perairan yang memberikan pengaruh pada kehidupan akuatik maupun manusia,
baik itu merugikan maupun menguntungkan. Dalam mempelajari mikrobiologi
butuh ilmu dasarnya, antara lain dalam pembuatan tempat menjadi steril,
pembuatan media hidup jasad renik yang kita teliti steril, dan lain sebagainya.
Karena pengaruh makhluk kecil ini cukup besar bagi kehidupan manusia,
maka kita sebagai makhluk yang berilmu harus mempelajarinya agar dapat
memberikan keuntungan dan mencegah mereka memberikan pengaruh yang
negatif dalam kehidupan.

Tujuanpraktikum:
a) Mengetahui dan mengenal alat-alat yang digunakan dalam laboratoium
mikrobiologi.
b) Mengetahui fungsi dan prinsip kerja alat- alat laboratoriummikrobiologi.

Metode:
Bahan :
1. Alkohol/etanol
2. Alumunium foil
3. Kertas pembungkus
Alat :
1. Inkubator
2. Oven
3. Autoklaf
4. Peralatan tranfer (Jarum tanam tajam dan jarum ose)
5. Mikropiper, makropipet, dan tip
6. Cawan petri(petri dish)
7. Tabung reaksi
8. Labu Erlenmeyer
9. Beaker glass
10. Tabung durham
11. Pembakar bunsen
12. Pinset
13. Pipet piler
14. Kaca silinder
15. Pipet volume
16. Kulkas
17. Koloni conter
18. Shaking inkubator
19. Laminar Air Flow

Prosedur:
Metode aseptik
1. Jas lab selalu dipakai selama bekerja di laboratorium
2. Meja laboratorium dibersihkan setiap memulai ataupun mengakhiri
pekerjan dilaboratorium dengan desinfektan.
3. Tangan harus dicuci dengan air mengalir/semprot dengan alkohol/etanol
dan sabun sebelum dan sesudah melakukankegiatan dilaboratorium
4. Dilarang makan dan minum dilaboratorium
5. Diperhatikan dengan hati-hati semua biakan mikroorganisme, diusahakan
jangan dibawa keluar dari laboratorium dandibersihkan dengan
desinfektan apabila tercecer dilantai saatdipindahkan
6. Disiapkan penyangga apabila ingin menggunakan pipet yangsama lebih
dari satu kali.
7. Setelah semua sudah terlaksana selanjutnya melakukansterilisasi terhadap
alat-alat yang akan digunakan, dengan caramembukusnya, terus
dimasukan kedalam oven dan seterusnya
8. agar tidak ada bakteri yang menempel/terkontaminasi ketika alat tersebut
akan digunakan untuk melakukan pekerjaan dilaboratorium.
Pengenalan alat
 Amati, catat dan pelajari fungsi serta prosedur kerja setiap alat.

PRAKTIKUM 2
PENYIAPAN MEDIUM DAN STERILISASI BAHAN DAN
PERALATAN
Pendahuluan
Sterilisasi termasuk ke dalam teknis aseptik, yaitu teknik yang digunakan
agar alat atau media kultur tetap terjaga dalam kondisi steril. Sterilisasi memiliki
pengertian proses pembebasan suatu bahan dari semua bentuk kehidupan.
Keberhasilan dalam kultur jaringan sangat ditentukan oleh kondisi steril selama
proses berlangsung. Kondisi aseptis meliputi media kultur, peralatan yang akan
digunakan, serta meja kerja.Sterilisasi dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu
sterilisasi secara mekanik, sterilisasi secara fisik, dan sterilisasi secara kimiawi.
Sterilisasi secara fisik dibagi menjadi pemanasan dan penyinaran. Pemanasan
yang dilakukan yaitu dengan mengeringkan peralatan kaca pada oven yang
sebelumnya dimasukkan autoklaf terlebih dahulu dan pembakaran sisi cawan petri
serta mulut tabung reaksi pada bunsen selama proses penuangan medium.
Media merupakan suatu substrat yang digunakan untuk menumbuhkan
bakteri yang diinginkan. Media yang sangat baik untuk memisahkan campuran
mikroorganisme adalah media agar. Teknik yang digunakan untuk menumbuhkan
mikroorganisme pada media agar memungkinkan setiap selnya berhimpun
membentuk koloni, sekelompok massa sel yang dapat dilihat dengan mata
telanjang. Media pertumbuhan mikrobial dapat diklasifikasikan menjadi empat,
yaitu berdasarkan sumber nutrien, keadaan fisik,komponen kimiawi penyusun,
dan persayaratan nutrisi bakteri.
Berdasarkan persyaratan nutrisi bakteri, media dibagi menjadi : 1) Media
yang dapat menunjang pertumbuhan bakteri yang memiliki persyaratan untuk
tumbuh dengan rumit yang disebut Enrichment Media. Bakteri ini tidak dapat
tumbuh pada media biasa karena membutuhkan beberapa nutrisi pengaya yang
dapat menyokong pertumbuhannya; 2) Differential Mediamerupakan media yang
digunakan untuk membedakan bentuk dan karakter koloni bakteri yang tumbuh..
Media ini berguna untuk isolasi dan identifikasi bakteri; 3) Selected Mediaadalah
media pertumbuhan yang terpilih dan khusus, maksudnya media ini dapat
menghambat pertumbuhan tipe mikroba lain namun membiarkan tipe mikroba
lain dapat tumbuh. Media ini sangat berguna untuk identifikasi; 4) Test
Mediayaitu media yang digunakan untuk mengukur secara kuantitatif suatu
vitamin maupun antibiotik.
Tujuanpraktikum:
 Mempelajari prosedur umum untuk merekonstruksi (mengembalikan
kepada keadaan asalnya) medium berbentuk bubuk (terdehidrasi) dan
menaruhnya dalam jumlah yang dikehendaki ke dalam wadah-wadah yang
sesuai serta mempelajari berbagai macam prosedur sterilisasi bahan dan
peralatan.

Metode:
Bahan :
1. Tissue
2. Kapas,
3. TSA (Triptyc Soy Agar) komposisi tripton 15 g, soya pepton 5 g, NaCl 5
g, agar 15 g dan aquades 1000 ml,
4. Akuades,
5. Alkohol 70%.
Alat :
1. Gelas ukur,
2. Labu erlenmeyer,
3. Timbangan,
4. Kertas timbang,
5. Spatula atau sendok,
6. Batang pengaduk,
7. Bunsen,
8. Pemanas air,
9. Tabung reaksi,
10. Cawan petri steril,
11. Autoklaf
12. Pipet serologi.

Prosedur:
SterilisasiAlat
1. Sterilisasi alat dilakukan dengan membungkus peralatan kaca, seperti pipet
serologis dan cawan petri.
2. Kertas yang digunakan, yaitu kertas yang berukuran A4.
3. Pembungkusan pipet serologis dilakukan dengan membagi kertas A4
menjadi empat bagian, kemudian sisi kertas tanpa tulisan dililitkan sampai
menutupi seluruh bagian pipet.
4. Pembungkusan cawan petri menggunakan kertas A4 tanpa dibagi.
5. Saat membungkus, bagian kertas yang terdapat tulisan berada di luar.
6. Alat-alat tersebut dimasukkan ke dalam autoklaf untuk dan dimasukkan ke
dalam oven untuk sterilisasi pengeringan.

Pembuatan Medium
1. Alkohol 70% disemprotkan pada tangan dan meja tempat kerja.
2. Langkah awal dalam pembuatan medium, yaitu TSA yang telah ditimbang
sebanyak 40 gr dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer dan ditambahkan
akuades secukupnya.
3. Larutan dipanaskan pada penangas air sampai homogen.
4. Larutan tersebut diisikan pada tabung reaksi, ditutup dengan kapas pada
mulut tabung, dan disimpan pada waterbath agar medium tetap dalam
keadaan cair.
5. Penuangan medium dapat dilakukan dengan mulut tabung atau sisi cawan
petri dibakar atau dilewatkan api terlebih dahulu dengan posisi tangan di
belakang bunsen sebelum membuka ruangan atau bagian steril di dalam
tabung, cawan, atau erlenmeyer.
6. Cawan petri dibuka secukupnya dengan menggunakan ibu jari dan
posisinya dekat dengan api dan masukkan medium yang masih cair.
7. Cawan petri segera ditutup dan diratakan dengan menggoyang cawan.
8. Media yang telah padat disimpan pada inkubator dan diamati keesokan
harinya.
PRAKTIKUM 3
TEKNIK PEMINDAHAN BIAKAN MIKROBA SECARA
ASEPTIK

Pendahuluan
Mikrobiologi merupakan telaah mengenai organisme hidup yang berukuran
mikroskopis (mikroorganisme). Mikroorganisme terdapat dalam populasi yang
beragam dan dapat ditemukan dimana-mana. Mikroba memiliki karakteristik dan
ciri yang berbeda-beda di dalam persyaratan pertumbuhannya. Karakteristik
persyaratan pertumbuhan mikroba inilah yang menyebabkan bermacam-
macamnya media penunjang pertumbuhan mikroba.
Penggunaan media adalah salah satu teknik yang dikembangkan dalam
membiakkan mikroba di laboratorium. Media merupakan bahan nutrien yang
digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme. Media yang digunakan dapat
berupa media padat dan media cair. Media cair merupakan media yang dalam
keadaan cair tanpa ditambahkan bahan pemadat, sedangkan media padat
merupakan media yang ditambahkan bahan pemadat (agar-agar, amilum atau
gelatin). Komposisi kedua media tersebut dapat berupa sintetik dapat pula alami.
Namun, agar merupakan substrat yang sangat baik untuk memisahkan campuran
mikroorganisme sehingga masing-masing jenisnya terpisah. Teknik yang
digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme pada media agar
memungkinkan setiap selnya membentuk koloni
Terdapat beberapa teknik dalam mempelajari mikroorganisme, salah
satunya yaitu teknik aseptik. Teknik aseptik merupakan teknik yang digunakan
agar alat atau media kultur tetap terjaga dalam kondisi steril. Kondisi yang steril
juga dapat menentukan kesuksesan dalam mengkultivasi, mengisolasi dan
mengidentifikasi mikroba. Oleh karena itu, dalam pemindahan biakan mikroba
harus dilakukan dalam kondisi aseptik agar hasil pemindahan biakan akan tumbuh
dengan baik tanpa kontaminan.

Tujuanpraktikum:
 Menguasai teknik pemindahan biakan murni dari satu wadah ke wadah
yang lain secara aseptik.

Metode :
Bahan :
1. Tissue,
2. Media padat SWC (Sea Water Complete) komposisi yeast ekstrak 1 g,
akuades 250 ml, bacto peptone 5 g, gliserol 3 ml, air laut 750 ml, dan
bacto agar 20 g,
3. Media cair LB (Luria Berthani) komposisi tryptone 10 g, yeast ekstrak 5
g, NaCl 10 g, dan akuades 1 l,
4. Alkohol 70%
Alat :
1. Rak tabung reaksi,
2. Tabung reaksi,
3. Kapas,
4. Bunsen,
5. Korek api,
6. Lup inokulasi,
7. Inkubator

Prosedur:
1. Meja kerja dan tangan praktikan disemprot alkohol 70%,
2. Bunsen disiapkan pada meja kerja dan dinyalakan dengan korek api.
3. Tabung reaksi yang berisi media steril dan biakan murni disimpan di
tangan kanan sedangkan lup inokulasi disimpan di tangan kiri.
4. Lup inokulasi dibakar diatas bunsen hingga memijar dan dibiarkan dingin
selama 30 detik sebelum digunakan.
5. Sumbat pada tabung reaksi dibuka dengan cara melingkarkan jari
kelingking di sekitarnya.
6. Mulut tabung dipanaskan diatas api untuk mencegah adanya kontaminan.
7. Pada media cair LB, biakan murni diambil dengan cara lup inokulasi yang
telah disterilkan dicelupkan pada media yang berisi biakan murni lalu
dicelupkan kembali pada media yang steril dan tabung reaksi kembali
ditutup dengan sumbat kapas.
8. Pada media padat SWC, lup inokulasi yang telah disterilkan dimasukkan
pada media agar miring 1, kemudian dicelupkan pada media agar miring 2
dan ditarik ke atas dengan gerakan zig-zag.
9. Seluruh tabung reaksi diletakkan pada rak tabung reaksi dan semua tabung
yang telah diinokulasi diberi label kemudian disimpan pada inkubator
selama 24 jam.
PRAKTIKUM 4
PENGGUNAAN PIPET SEROLOGIS SECARA ASEPTIK

Pendahuluan

Mikroba terdapat dimana-mana, sehingga dalam pemindahan media atau


biakan murni harus dilakukan dengan teknik aseptik. Media yang digunakan dapat
berupa media cair dan media padat. Pemindahan media cair dilakukan dengan
menggunakan pipet serologis. Pipet serologis adalah satu alat yang digunakan
dalam mikrobiologi. Pipet serologis merupakan alat yang digunakan untuk
memindahkan larutan dengan volume yang diketahui. Tersedia berbagai macam
ukuran kapasitas pipet serologis, diantaranya pipet berukuran 1 ml, 5 ml dan 10
ml.
Penggunaan cairan dengan menggunakan pipet serologis biasanya dibantu
dengan alat yang disebut bulb. Perbedaan pipet serologis dan pipet volumetrik
adalah ada tidaknya gaaris skala pada dinding tabel. Pipet serologis memiliki garis
skala pada dinding pipet, sedangkan pipet volumetrik tidak. Sehingga, untuk
melakukan pengukuran yang tepat digunakan pipet serologis.
Keterampilan dalam penggunaanya sangat dibutuhkan untuk menjaga agar
media tetap dalam keadaan steril. Hal ini dikarenakan mikroba dapat masuk
masuk melalui kontak langsung melalui tangan yang tercemar dan juga udara.
Oleh karena itu, ntuk mencegah kontaminan pada media atau biakan yang
dipindahkan diperlukan teknik aseptik.

Tujuanpraktikum :
 Mempelajari teknik pemipetan sehingga dapat memindahkan biakan kaldu
dalam jumlah yang ditentukan secara aseptik.

Metode :
Bahan :
1. Tissue,
2. Kapas,
3. Media SWC cair steril (komposisi yeast ekstrak 1 g, akuades 250 ml,
bacto peptone 5 g, gliserol 3 ml, dan air laut 750 ml)
4. Biakan vibrio harveyi
5. Alkohol 70%
Alat :
1. tabung reaksi,
2. rak tabung reaksi,
3. pipet serologis berukuran 1 ml,
4. bunsen,
5. bulb

Prosedur:
1. Pipet berukuran 1 ml dipegang di tangan kanan kemudian bulb dipasang di
pangkal pipet.
2. Udara di dalam bulb dikeluarkan dengan cara gelembung bulb dan huruf a
ditekan.
3. Tabung berisi media dipegang di tangan kiri lalu sumbat diangkat dari
mulut tabung dengan cara jari kelingking dilingkarkan ke sekelilingnya.
4. Lewatkan mulut tabung diatas api.
5. Ujung pipet 1 ml dimasukkan ke dalam tabung sampai terendam dengan
baik dan media disedot pelan-pelan, yaitu huruf s pada bulb ditekan
sampai garis skala menunjukkan angka 0,6 ml.
6. Apabila cairan melewati batas garis tersebut maka huruf e ditekan sampai
dasar miniskus segaris dengan tanda nol pada pipet.
7. Hal tersebut dilakukan pada media swc cair dan biakan vibrio harvei.
8. Biakan atau media yang telah dipindahkan diberi label dan diinkubasi pada
inkubator selama 24 jam dengan suhu 28oC.

PRAKTIKUM 5
ISOLASI BAKTERI DAN FUNGI DARI LINGKUNGAN
AKUATIK

Pendahuluan
Mikroorganisme terdapat dalam populasi yang beragam dan dapat
ditemukan dimana-mana. Mikroorganisme dapat berupa jamur, fungi, prtozoa,
dan mikroorganisme lain. Mikroba terdapat dimana-mana, termasuk lingkungan
akuatik. Mikroba memiliki karakteristik dan ciri yang berbeda-beda di dalam
persyaratan pertumbuhannya. Selain itu, mikroba yang terdapat di alam dapat
bersifat menguntungkan dan merugikan. Untuk mengetahui sifat suatu mikroba
tersebut, biasanya ditelaah dan diidentifikasi terlebih dahulu. Biasanya mikroba
ditemukan dalam bentuk campuran. Untuk memisahkan satu makroba dari
makroba lainnya dilakukan isolasi. Sehingga mikroba tersebut mudah untuk
dipelajari dan diidentifikasi.
Melalui isolasi dapat diperoleh suatu biakan murni. Biakan murni
merupakan biakan dimana sel-selnya berasal dari pembelahan satu sel tunggal.
Biakan murni diperlukan karena semua metoda mikrobiologis yang digunakan
untuk menelaah dan mengidentifikasi mikroba, termasuk penelaahan ciri-ciri
kultural, morfologis, fisiologis, maupun serologis, hanya memerlukan satu
macam mikroba saja.
Ada beberapa metoda untuk memperoleh biakan murni dari suatu biakan
campuran. Metoda yang paling sering digunakan adalah teknik cawan gores dan
cawan tuang. Kedua metoda ini didasarkan pada prinsip sama yaitu mengencerkan
organisme sedemikian sehingga individu spesies dapat dipisahkan dari lainnya,
dengan anggapan bahwa setiap koloni terpisah yang tampak pada cawan petri
setelah inkubasi berasal dari satu sel tunggal.

Tujuanpraktikum
 Mempelajari cara mengisolasi bakteri dari lingkungan akuatik dengan
metode penggoresan kuadran serta mengamati ciri-ciri koloni bakteri
tumbuh.

Metode :
Bahan :
1. Tissue,
2. Media padat SWC (Sea Water Complete) komposisi yeast ekstrak 1 g,
akuades 250 ml, bacto peptone 5 g, gliserol 3 ml, air laut 750 ml, dan
bacto agar 20 g,
3. Media padat TSA(Triptyc Soy Agar) komposisi tripton 15 g, soya pepton 5
g, NaCl 5 g, agar 15 g dan aquades 1000 ml,
4. Media padat TCBS (Thiosulphate Citrate Bile-salt Sucrose) komposisi
TCBS medium 89 g dan aquades 1000 ml,
5. Media padat GYA (Glucose Yeast Agar) glukosa 10 g, agar 20 g dan ragi
instan 4 g, aquades 1000 ml
6. Alkohol 70%
Alat :
1. Bunsen,
2. Korek api,
3. Lup inokulasi,
4. Cawan petri
5. Inkubator
Prosedur:
1. Cawan petri yang berisi media dibalik dan dibagi menjadi empat bagian,
yaitu sektor 0, 1, 2, dan 3 dengan spidol.
2. Tepi cawan petri diputar-putar di samping api, sedangkan lup inokulasi
dibakar sampai memijar dan dibiarkan mendingin.
3. Lup inokulasi yang telah dingin dicelupkan pada air sampel dan
digoreskan perlahan pada media.
4. Lup digoreskan pada sektor 0 terlebih dahulu, kemudian disusul gerakan
keluar sektor 1.
5. Lup inokulum dipijarkan kembali di atas api dan dibiarkan hingga
mendingin.
6. Goresan pada sektor 0 dilanjutkan ke sektor 1 sampai sektor 1 penuh berisi
goresan yang tidak bertumpang tindih disusul gerakan keluar.
7. Lakukan hal yang sama sampai sektor 3.
8. Langkah terakhir yaitu media yang telah digores air sampel disimpan pada
inkubator selama 24 jam dan yang terakhir sampel diamati.

Gambar 1 Pembagian Kuadran pada Dasar Cawan Petri


PRAKTIKUM 6
PEWARNAAN GRAM

Pendahuluan
Bakteri merupakan organisme uniseluler berukuran 0,5–1,5 x 11,0–3 μm
tergolong protista prokariot yaitu dicirikan dengan tidak adanya membran yang
memisahkan inti dengan sitoplasma. Ukurannya yang sangat kecil menimbulkan
kesulitan dalam melihat dan mengamati bakteri pada keadaan hidup. Salah satu
teknik yang digunakan dalam mengidentifikasi bakteri adalah pewarnaan gram.
Melalui teknik pewarnaan gram, dapat diketahui struktur bakteri seperti flagela,
kapsula, spora, dan nukleus.
Pewarnaan Gram perlu dilakukan untuk identifikasi bakteri menjadi lebih
spesifik berdasarkan ada atau tidaknya peptidoglikan pada dinding selnya.
Pewarnaan Gram ini akan mewarnai bakteri yang mengandung peptidoglikan
tebal menjadi ungu karena mampu menahan kristal ungu dalam selnya, dan akan
mewarnai bakteri yang mengandung peptidoglikan tipis menjadi merah muda
karena tidak mampu menahan kristal ungu dalam selnya. Bakteri yang berwarna
ungu disebut bakteri Gram positif, dan bakteri yang berwarna merah muda disebut
bakteri Gram negatif.
Pewarnaan gram merupakan pewarnaan majemuk dan differensial.
Pewarnaan majemuk karena menggunakan lebih dari satu zat warna. Sedangkan
dinamakan pewarnaan differensial karena dapat mengelompokkan bakteri,
misalnya, bakteri gram positif dan bakteri gram negatif atau bakteri tahan asam
dan tidak tahan asam. Larutan yang digunakan dalam pewarnaan gram, yaitu
larutan kristal violet, larutan iodine, alkohol, dan larutan safranin. Kristal violet
merupakan pewarna utama yang berfungsi mewarnai bakteri. Larutan KI
digunakan untuk mengintensifkan pewarna utama. Alkohol merupakan larutan
pembilas, sedangkan larutan safranin berfungsi sebagai pewarna pembanding.
Apabila bakteri tidak mampu mempertahankan atau mengikat pewarna utama
maka pewarna tambahan yang diserap oleh bakteri. Pewarnaan Gram akan
membantu kita untuk pengklasifikasian bakteri yang berkaitan dengan budidaya
perairan. Dengan pewarnaan ini kita bisa mengetahui bahwa bakteri tersebut
termasuk jenis yang bermanfaat bagi budidaya atau termasuk jenis yang
merugikan bagi budidaya.

Tujuanpraktikum
 Mengenal dan mempelajari prosedur pewarnaan gram serta memahami
pentingnya setiap langkah dalam prosedur tersebut.

Metode :
Bahan :
1. Tissue,
2. Akuades steril,
3. Alkohol 70%,
4. Larutan Iodine,
5. Larutan kristal violet,
6. Larutan safranin
Alat :
1. Bunsen,
2. Korek api,
3. Lup inokulasi,
4. Gelas objek,
5. Botol semprot,
6. Mikroskop

Prosedur:
1. Siapkan gelas objek yang bersih dari lemak dengan menggunakan alkohol
70% dan diberi label
2. Teteskan satu tetes akuades
3. Isolat diambil secara aseptik dengan jarum ose steril sebanyak 1 ose
biakan, suspensikan secara homogen
4. Lakukan fiksasi diatas nyala api hingga terlihat kering
5. Larutan Kristal Violet diteteskan diatas preparat dan dibiarkan selama 1
menit, cuci preparat dengan air mengalir
6. Larutan Iodine lugol diteteskan diatas preparat dan dibiarkan selama 1
menit, cuci preparat dengan air mengalir
7. Larutan alkohol aseton diteteskan diatas preparat dan dibiarkan selama 30
detik, cuci preparat dengan air mengalir
8. Larutan Safranin diteteskan diatas preparat dan dibiarkan selama 30 detik,
cuci preparat dengan air mengalir
9. Preparat dapat diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 400x atau
1000x yang sebelumnya telah ditetesi dengan minyak imersi.
10. Hasil yang diperoleh berupa warna ungu untuk bakteri gram positif dan
merah untuk bakteri gram negatif
PRAKTIKUM 7
KARAKTERISASI SIFAT BIOKIMIA DAN FISIOLOGI
BAKTERI

Pendahuluan
Mikrobiologi akuatik mempelajari jasad renik yang hidup dalam
lingkungan perairan yang memberikan pengaruh pada kehidupan akuatik maupun
manusia, baik itu merugikan maupun menguntungkan. Dalam mempelajari
mikrobiologi butuh ilmu dasarnya, antara lain dalam pembuatan tempat menjadi
steril, pembuatan media hidup jasad renik steril, pemindahan biakan mikroba
secara aseptik, penggunaan pipet serologis secara aseptik, isolasi bakteri dan
cendawan dari suatu bahan, pewarnaan Gram bakteri, dan lain sebagainya.
Pengujian karakter bakteri dari segi biokimia dan fisiologi dilakukan
setelah pengujian bakteri berdasarkan warna Gramnya. Hal ini untuk mengetahui
kerja bakteri terhadap perombakkan karbohidrat, hidrolisis lemak, peruraian
protein, dan reduksi macam-macam unsur. Uji Oksidatif/Fermentatif dilakukan
untuk melihat bakteri uji tersebut bersifat aerobik atau anaerobik terhadap
pemanfaatan glukosa. Media uji Oksidatif/Fermentatif mengandung glukosa untuk
melihat kerja bakteri dalam penguraian glukosa. Dalam media juga terkandung
indikator bromtimol blue untuk melihat perubahan warna jika glukosa dalam
media telah dirombak. Media awal berwarna hijau. Bila glukosa dalam media
dapat dirombak oleh bakteri, maka media menjadi asam sebagai hasil sampingan
dari perombakan glukosa. Karena media asam, maka warna media berubah
menjadi berwarna kuning. Media diberi parafin untuk menciptakan suasana
anaerobik. Media yang tidak diberi parafin memberikan suasana aerobik.
Uji motilitas dilakukan untuk melihat fisiologi bakteri berdasarkan
motilitas atau pergerakannya. Bakteri yang memiliki alat gerak akan menyebar
dipermukaan media.Uji oksidase dilakukan untuk mengetahui bahwa bakteri
memiliki enzim dehidrogenase untuk mengoksidase bahan atau tidak. Hasil positif
ditandai dengan perubahan warna media menjadi warna ungu. Uji katalase
dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya enzim katalese untuk menguraikan
hidrogen-peroksida (H2O2). Reaksi antara enzim katalase dengan hidrogen-
peroksida memberikan hasil berupa H2O dan O2. Bila larutan uji menjadi
bergelembung maka bakteri memiliki enzim katalase sehingga terbentuk
gelembung-gelembung O2. Uji gelatin dilakukan untuk melihat kepemilikian
enzim proteolitik pada bakteri untuk menguraikan gelatin. Gelatin yang telah
teruraikan oleh bakteri tidak akan membeku pada suhu dingin. Sedangkan gelatin
yang tidak teruraikan oleh bakteri akan membeku pada suhu dingin.

Tujuanpraktikum
 Mengetahui karakterisasi sifat biokimia dan fisiologis bakteri sehingga
dapat melakukan identifikasi bakteri melalui beberapa pengujian, yaitu uji
oksidatif/fermentatif, uji motilitas, uji oksidase, uji katalase, dan uji
gelatin.

Metode:
Bahan :
1. Tissue
2. Biakanbakteri,
3. Alkohol 70%
4. Media uji oksidatif/fermentatif komposisi O/F medium 9,4 g, aquades
1000 ml,
5. Media uji motilitas (media sulfidaindol motility) komposisi SIM medium
30 g, aquades 1000 ml,
6. Media uji oksidase komposisi p-aminodimetilaniline-oxalat 1 %,
7. Media uji katalase komposisi H2O2,
8. Media uji gelatin.
Alat :
1. Jarum ose,
2. Gelas objek,
3. Pipet,
4. Tabung reaksi,
5. Alat penusuk,
6. Akuades,
7. Bunsen
Prosedur :
Uji Oksidatif / Fermentatif
1. Koloni bakteri diambil sebanyak 1 ose dengan menggunakan jarum ose
steril
2. Ditusukkan secara vertikal hingga ¾ pada kedua medium O/F
3. Ditambahkan 0,5 ml parafin cair steril pada salah satu medium
4. Diinkubasi pada suhu kamar selama 24 jam
5. Diamati perubahan warna yang terjadi, reaksi oksidatif bila media yang
tidak ditutup dengan parafin berubah warna menjadi kuning dan yang
tertutup parafin tetap berwarna hijau, sedangkan reaksi fermentatif bila
kedua tabung berubah warna menjadi kuning.
Uji Motilitas
1. Koloni bakteri diambil sebanyak 1 ose dengan menggunakan jarum ose
steril.
2. Ditusukkan secara vertikal hingga ¾ medium SIM
3. Diinkubasi pada suhu kamar selama 24 jam
4. Diamati pertumbuhan bakteri pada medium, hasil uji tersebut digunakan
untuk mengetahui motilitas bakteri (ada tidaknya alat gerak/flagel), bakteri
yang bersifat motil akan tumbuh menyebar pada permukaan media,
sedangkan bakteri yang bersifat non motil hanya tumbuh pada bekas
tusukan media.

Uji Oksidase
1. p-aminodimethylaniline-oxalat 1% diteteskan pada kertas saring
2. 1 ose biakan bakteri diambil dan dioleskan secara merata pada p-
aminodimethylaniline-oxalat
3. Diamati perubahan warna yang terjadi, reaksi menunjukkan hasil positif
jika kertas saring yang ditetesi p-aminodimethylaniline-oxalat 1% dan
diolesi dengan bakteri berubah warna menjadi merah, sedangkan reaksi
menunjukkan hasil negatif jika kertas saring yang ditetesi p-
aminodimethylaniline-oxalat 1% dan diolesi dengan bakteri tidak
menunjukkan perubahan warna.
Uji Katalase
1. H2O2 diteteskan pada gelas objek sebanyak satu tetes
2. Bakteri diambil sebanyak satu ose biakan bakteri
3. Diamati perubahan yang terjadi, jika terdapat gelembung menunjukkan
reaksi positif, sedangkan uji dikatakan negatif jika tidak terdapat
gelembung yang muncul.

Uji Gelatin
1. Koloni bakteri diambil sebanyak 1 ose dengan menggunakan jarum ose
steril.
2. Ditusukkan secara vertikal pada medium gelatin
3. Diinkubasi pada freezer selama 24 jam
4. Diamati terjadi pembekuan atau tidak. Gelatin yang telah teruraikan oleh
bakteri tidak akan membeku pada suhu dingin. Sedangkan gelatin yang
tidak teruraikan oleh bakteri akan membeku pada suhu dingin

PRAKTIKUM 8
MORFOLOGI FUNGI
Pendahuluan
Mikrobiologi akuatik mempelajari jasad renik yang hidup dalam
lingkungan perairan yang memberikan pengaruh pada kehidupan akuatik maupun
manusia, baik itu merugikan maupun menguntungkan. Beberapa yang termasuk
mikroorganisme, diantaranya bakteri, fungi, protozoa, alga mikroskopis, dan
virus.Namun pada praktikum ini, mikroorganisme yang dipelajari adalah fungi.
Fungi merupakan agen oportunis pada ikan dan kerang-kerangan.
Keberadaan fungi baik di perairan maupun ekosistem terestial merupakan
komponen yang normal. Ikan yang terserang fungi biasanya diakibatkan oleh
luka atau infeksi penyakit lain. Beberapa jenis fungi tidak hanya sekedar sebagai
saprofit fakultatif saja, melainkan dapat menimbulkan penyakit yang serius. Fungi
menyerang dengan cara menghancurkan daging terlebih dahulu, kemudian
menembus lebih dalam lagi hingga menyerang ginjal, hati, dan otak. Fungi terbagi
menjadi khamir dan kapang. Perbedaan yang mendasar antara khamir dan kapang
adalah ukurannya, khamir berisifat mikroskopis sedangkan kapang bersifat
makroskopis. Kapang merupakan multiseluler yang bersifat aktif karena
merupakan organisme saprofit dan mampu memecah bahan – bahan organik
kompleks menjadi bahan yang lebih sederhana. Di bawah mikroskop dapat dilihat
bahwa kapang terdiri dari benang yang disebut hifa, kumpulan hifa ini dikenal
sebagai miselium. sedangkan, khamir umumnya digunakan untuk bentuk-bentuk
yang menyerupai jamur dari kelompok Ascomycetes yang tidak berfilamen tetapi
uniseluler berbentuk ovoid atau spheroid.
Khamir dan kapang ada yang bersifat menguntungkan dan ada pula yang
bersifat merugikan.Oleh karena itu, pengamatan mengenai morfologi fungi perlu
dilakukan. Melalui pengamatan mengenai morfologi fungi, kita dapat
mengidentifikasi dan mengklasifikasikannya hingga tingkat species. Dengan
demikian kita dapat mengetahui jenis khamir atau kapang yang bersifat
menguntungkan maupun merugikan bagi budidaya perairan.

Tujuan praktikum
 Mengamati morfologi fungi (kapang dan khamir).
Metode:
Bahan :
1. Tissue,
2. Akuades steril,
3. Alkohol 70%,
4. Biakan murni kapang dari ikan yang telah ditumbuhkan pada media GY
dan telah dicuci,
5. Laktofenol.
Alat:
1. Lup inokulasi (ose),
2. Gelas objek,
3. Gelas penutup,
4. Botol semprot,
5. Mikroskop,
6. Pipet tetes,
7. Bunsen.

Prosedur :
Morfologi Kapang
1. Gelas objek dan kaca penutup dibersihkan terlebih dahulu menggunakan
alkohol 70%.
2. Laktofenol diteteskan diatas gelas objek mengunakan pipet tetes.
3. Koloni yang telah disediakan diambil dan diletakkan diatas tetesan
laktofenol,
4. Diratakan sampai tipis.
5. Gelas objek ditutup dengan gelas penutup.
6. Struktur gambar yang terlihat diamati dan digambar.

Morfologi Khamir
1. Gelas objek dan kaca penutup dibersihkan terlebih dahulu menggunakan
alkohol 70%.
2. Gelas objek diberikan lima tetes larutan Metilen Blue.
3. Suspensi khamir diambil dengan menggunakan ose yang telah dipijarkan
terlebih dahulu kemudian diletakkan pada tetesan Metilen Blue.
4. Gelas objek ditutup dengan menggunakan gelas penutup.
5. Bentuk sel yang terlihat dibawah mikroskop diamati dan digambar.
6. Apabila berwarna biru, maka sel telah mati, namun apabila sel transparan
berarti sel masih hidup.
7. Persentase sel khamir yang telah mati dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:

rata−rata A
Sel mati =
rata−rata A +rata−rata B
Keterangan : A = Jumlah sel mati
B = Jumlah sel hidup

PRAKTIKUM 9
PENGHITUNGAN BAKTERI DENGAN METODE HITUNGAN
CAWAN
Pendahuluan
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup yang
sangat kecil dan interaksinya pada kehidupan manusia, baik yang merugikan
maupun yang menguntungkan. Salah satu contoh yang nyata dalam kehidupan
sehari-hari antara lain untuk pembuatan tahu, pembuatan tempe, pembuatan tape,
pembusukan atau dekomposisi, makanan yang membasi, probiotik, bahkan
beberapa penyakit baik yang ringan maupun yang berbahaya.
Mikrobiologi akuatik mempelajari jasad renik yang hidup dalam
lingkungan perairan yang memberikan pengaruh pada kehidupan akuatik maupun
manusia, baik itu merugikan maupun menguntungkan. Dalam mempelajari
mikrobiologi butuh ilmu dasarnya, antara lain dalam pembuatan tempat menjadi
steril, pembuatan media hidup jasad renik steril, pemindahan biakan mikroba
secara aseptik, penggunaan pipet serologis secara aseptik, isolasi bakteri dan
cendawan dari suatu bahan, pewarnaan Gram bakteri, dan lain sebagainya.
Penghitungan bakteri dengan metode hitungan cawan dilakukan untuk
mengetahui berapa banyak populasi bakteri dalam sampel yang kita miliki.
Metode ini dianggap lebih baik, ampuh, dan akurat bila dibandingkan dengan
menghitung jumlah bakteri secara langsung menggunakan mikroskop. Hal ini
dikarenakan metode hitungan cawan hanya menghitung jumlah bakteri yang
hidup dan membentuk koloni saja, sedangkan yang mati tidak ikut terhitung.
Selain itu metode ini lebih mudah dan praktis namun membutuhkan banyak
bahan.
Karena pengaruh makhluk kecil ini cukup besar bagi kehidupan manusia, maka
kita sebagai makhluk yang berilmu harus mempelajarinya agar dapat memberikan
keuntungan dan mencegah mereka memberikan pengaruh yang negatif dalam
kehidupan.

Tujuan praktikum
 Mempelajari cara melakukan pengenceran serial dan menentukan jumlah
bakteri dalam suatu sampel dengan metode hitungan cawan

Metode :
Bahan :
1. Tissue,
2. Alkohol 70%,
3. Media SWC cair,
4. Media SWC padat dalam cawan petri,
5. Larutan fisiologis (0,85% nacl),
6. Biakan bakteri Pseudoalteromonas sp.
Alat :
1. Tabung reaksi,
2. Cawan petri kosong steril,
3. Pipet 1 ml steril,
4. Batang penyebar (spatula),
5. Bunsen,
6. Pipet tetes,
7. Korek api
8. Rak tabung.

Prosedur :
1. Tabung-tabung berisi larutan fisiologis disiapkan dan disusun berderet.
2. Sampel suspensi bakteri dikocok sampai kekeruhannya rata.
3. Pengenceran serial suspensi bakteri dilakukan.
4. Suspensi bakteri diambil sebanyak 1 ml secara aseptik lalu dimasukkan ke
tabung 9 ml pertama (10-1).
5. Agar larutan menjadi homogen, tabung tersebut dikocok perlahan-lahan.
6. Secara aseptik 1 ml sampel dari tabung pengencer pertama dipipet dan
dimasukkan ke dalam tabung pengencer kedua (10-2).
7. Untuk tabung-tabung pengencer selanjutnya (10-3, 10-4, 10-5) dilakukan hal
yang sama seperti di atas.
8. Cawan petri steril dan cawan petri berisi media SWC padat disiapkan
masing-masing sebanyak 3 buah.
9. Setiap cawan diberi label sesuai dengan label tabung yang akan
dituang/disebar.
10. Sebanyak 0,1 ml sampel dari tabung pengencer 10-3, 10-4, dan 10-5 dipipet
lalu masing-masing disebar pada media SWC dengan batang penyebar.
11. Sebanyak 0,1 ml sampel dari tabung pengencer 10-3, 10-4, dan 10-5 dipipet
sekali lagi lalu dituang ke dalam cawan petri steril.
12. Media SWC cair ditambahkan lalu cawan digoyang-goyangkan
membentuk angka delapan.
13. Agar dalam cawan-cawan tersebut dibiarkan mendingin hingga menjadi
padat.
14. Cawan diletakkan dalam posisi terbalik untuk diinkubasi pada suhu kamar
selam 24 jam.
15. Setelah inkubasi, jumlah koloni yang tumbuh pada sampel dihitung dan
dikalikan dengan faktor pengencerannya.

PRAKTIKUM 10
UJI MIKROBIOLOGIS AIR

Pendahuluan
Mikrobiologi akuatik mempelajari jasad renik yang hidup dalam
lingkungan perairan yang memberikan pengaruh pada kehidupan akuatik maupun
manusia, baik itu merugikan maupun menguntungkan. Oleh karena itu, diperlukan
pengetahuan untuk membedakan bakteri yang menguntungkan dan bakteri yang
merugikan.Air yang layak untuk dikonsumsi air minum harus memenuhi syarat
antara lain syarat mikrobiologis. Hal ini dikarenakan bahwa air minum merupakan
media pembawa penyakit. Selain itu, air merupakan lingkungan yang mudah
tercemar, tidak terkecuali tinja dan bahan pencemar lain. Sumber air yang
mengandung bakteri coliform diklasifikasikan air yang kualitasnya rendah. Hal ini
disebabkan oleh pernyataan bahwa adanya bakteri coliform dalam air atau bahan
lain, dikawatirkan mengandung bakteri pathogen yang berasal dari usus bersama
tinja.
Standaranalisis air untukmengetahuibahwa air
ituberkualitasbaikatautidakada 3 tahapuji, yaitu : (1).Ujiduga (presumptive test),
ujiiniditujukanuntukmendeteksimikroorganisme yang
dapatmemfermentasilaktosamenghasilkanasamdan gas.
Mikroorganismeitukemudiandidugasebagaibakteri coliform. (2).Ujipenguat
(confirmed test), ujiinimelanjutkantahap 1 yaitudenganmembuatpiaraan agar
tulangdaripiaraanlaktosacairpada media agar selektifdandiferensialyaituEosin
Methylene Blue Agar (EMBA). KoloniE. colitampakberwarnahijaumetalik,
dandisebutsebagaikolonitipikal, tipe lain disebutatipikal. (3).Ujilengkap
(completed test), ujiinidilakukanpembuatanpiaraancairdalam media
laktosadarikolonitipikalpada media EMBA
dengantujuanmendeteksimikroorganisme yang didugaE.
coliuntukmemfermentasilaktosajugadiamatimorfologinya.
Bakteri yang paling banyak digunakan sebagai indikator sanitasi adalah
Escherichia coli karena bakteri ini merupakan bakteri komensal pada usus
manusia, umumnya bukan patogen penyebab penyakit sehingga pengujiannya
tidak membahayakan dan relatif tahan hidup di air sehingga dapat dianalisis
keberadaannya di dalam air yang notabene bukan merupakan medium yang ideal
untuk pertumbuhan bakteri. Keberadaan E. coli dalam air atau makanan juga
dianggap memiliki korelasi tinggi dengan ditemukannya patogen pada pangan

Tujuan praktikum
 Mendeteksi bakteri E.coli sebagai indikator pencenmaran air oleh tinja.

Metode :
Bahan :
1. Tissue
2. Sampel air (air sumur, air aqua, air danau, dan air kolam),
3. Media Lauril Triptosa cair,
4. Media EMBA,
5. Isolat bakteri E. Coli,
6. Akuades,
7. Alkohol 70%.
Alat :
1. Tabung reaksi,
2. Tabung durham,
3. Ose,
4. Bunsen,
5. Pipet steril,
6. Bulp,
7. Rak tabung reaksi.

Prosedur :
1. Uji duga dilakukan pada sampel air diambil sebanyak 1 ml dengan
menggunakan pipet steril
2. Letakkan pada tabung reaksi yang telah berisi lauril triptosa cair,
3. Inkubasikan selama 24 jam.
4. Uji penguat dilakukan pada sampel air yang telah diinkubasi
5. Inokulasikan pada cawan petri yang berisi media EMBA padat
6. Inkubasi kembali selama 24 jam.
7. Apabila terbentuk goresan berwarna hijau metalik maka sampel air
tersebut positif mengandung bakteri E. Coli.
PRAKTIKUM 11
PENGARUH SUHU DAN SALINITAS TERHADAP
PERTUMBUHAN BAKTERI

Pendahuluan
Mikrobiologi akuatik mempelajari jasad renik yang hidup dalam
lingkungan perairan yang memberikan pengaruh pada kehidupan akuatik maupun
manusia, baik itu merugikan maupun menguntungkan. Beberapa yang termasuk
mikroorganisme, diantaranya bakteri, fungi, protozoa, dan alga mikroskopis.
Seperti halnya jasad hidup lain, aktivitas bakteridapat dipengaruhi oleh
faktor-faktor lingkungan atau unsur-unsur ekologi. Perubahan faktor lingkungan
akan mengakibatkan perubahan sifat baik morfologi maupun fisiologi dari
mikroorganisme itu. Faktor lingkungan dapat dikelompokan menjadi 2, yaitu:
faktor abiotik yang meliputi faktor fisika kimia dan faktor abiotik yang
berhubungan dengan jasad hidup lain. Faktor lingkungan antara lain suhu, pH,
salinitas, tekanan osmosa, pengeringan, penyinaran dan lain-lain.
Suhu dan salinitas merupakansalah satu faktor abiotik yang mempengaruhi
aktivitas dari bakteri. Semua proses pertumbuhan bergantung pada reaksi kimiawi
dan laju reaksi ini dipengaruhi oleh suhu dan salinitas. Masing-masing bakteri
memiliki suhu dan salinitas minimum, optimum dan maksimum untuk
pertumbuhannya. Pada suhu dan salinitas dibawah minimum atau diatas
maksimum bakteri tidak dapat tumbuh atau bahkan akan mati.Setiap bakteri
memiliki respon yang berbeda terhadap pengaruh suhu dan salinitas. Oleh karena
itu, perlu diketahui suhu dan salinitas yang optimum agar bakteri tertentu dapat
tumbuh dengan optimal. Sehingga dilakukan pengamatan mengenai pengaruh
suhu dan salinitas terhadap pertumbuhan bakteri.

Tujuan praktikum
 Mempelajari pengaruh suhu dan salinitas terhadap viabilitas bakteri.

Metode :
Bahan :
1. Tissue,
2. Alkohol 70%,
3. Media TSA,
4. Biakan cair bakteri Aeromonas sp. dan Bacillus sp.
Alat :
1. Cawan petri,
2. Botol semprot,
3. Tabung eppendorf,
4. Ose,
5. Inkubator,
6. Bunsen.

Prosedur :
Pengaruh Suhu terhadap Pertumbuhan Bakteri
1. Biakan cair bakteri diinkubasikan pada suhu kamar, 4oC (lemari es), suhu
370C dan 70oC selama 30 menit.
2. Masing-masing biakan digoreskan pada media TSA (setiap petri untuk dua
jenis bakteri dan satu macam suhu hasil inkubasi).
3. Biakan hasil goresan diinkubasikan pada suhu kamar selama 24 jam.

Pengaruh Salinitas terhadap Pertumbuhan Bakteri


1. Cawan yang berisi media pada TSA dibalik dan dibuat garis yang
membagi dua sektor dengan menggunakan spidol.
2. Buat piaraan goresan dari masing-masing bakteri pada setiap konsentrasi
NaCl pada cawan petri.
3. Seluruh piaraan bakteri diinkubasi selama 24 jam.

PRAKTIKUM 12
PENGARUH BAHAN ANTIMIKROBA TERHADAP
PERTUMBUHAN BAKTERI

Pendahuluan
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang mikroorganisme, yaitu
makhluk hidup yang berukuran sangat kecil dan tidak bisa dilihat oleh mata
telanjang, salah satunya yaitu bakteri. Bakteri di alam ini ada yang bersifat
menguntungkan dan ada pula yang bersifat merugikan. Dengan adanya
mikroorganisme yang menguntungkan bagi kepentingan manusia maka perlu
dipelajari bagaimana supaya bakteri yang menguntungkan ini, keberadaannya
dapat diperbanyak sedangkan untuk bakteri yang yang bersifaft merugikan,
jumlah populasinya dapat ditekan dan dapat dilakukan tindakan pencegahan
adanyabakteri tersebut.
Seperti halnya jasad hidup lain, aktivitas bakteridapat dipengaruhi oleh
faktor-faktor lingkungan atau unsur-unsur ekologi. Perubahan faktor lingkungan
akan mengakibatkan perubahan sifat baik morfologi maupun fisiologi dari
mikroorganisme itu. Pertumbuhan bakteri dapat ditekan dengan zat antibakteri,
yaitu dapat berupa fitofarmaka maupun antibiotik. Keduanya memiliki sifat yang
sama, yaitu dapat menghambat atau mematikan mikroorganisme. Namun,
fitofarmaka berasal dari tumbuh-tumbuhan yang terdapat di alam sedangkan
antibiotik merupakan suatu bahan kimia yang sengaja diproduksi oleh manusia.
Cara kerja keduanya berbeda-beda, beberapa diantaranya adalah mendenaturasi
protein, merusak membran, mengganggu sintesis protein, menghambat
pembentukan dinding sel, dan lain-lain.
Pengujian yang dilakukan pada praktikum ini yaitu dengan meletakkan
potongan kertas yang telah direndam pada antibakteri tertentu pada media yang
telah disebarkan bakteri. Melalui praktikum ini, dapat diketahui cara kerja suatu
antimikroba dalam menekan pertumbuhan bakteri. Sehingga, dapat diketahui
antibakteri yang paling baik menekan pertumbuhan bakteri.

Tujuan praktikum
 Mengamati pengaruh berbagai bahan antimikroba terhadap viabilitas
bakteri

Metode :
Bahan :
1. Tissue,
2. Alkohol 70%,
3. Media TSA,
4. Biakan cair bakteri Aeromonas sp. Dan Bacillus sp.,
5. Kertas saring berdiameter 1 cm,
6. Larutan fisiologis,
7. Larutan formalin 10%,
8. Larutan ekstrak pace-pace,
9. Larutan antibiotik.
Alat :
1. Cawan petri,
2. Botol semprot,
3. Tabung eppendorf,
4. Batang penyebar,
5. Inkubator,
6. Pinset,
7. Pipet streil,
8. Bulp,
9. Bunsen.

Prosedur :
1. Suspensi bakteri sebanyak 0,1 ml diambil secara aseptik dengan
menggunakan pipet
2. Teteskan pada media TSA.
3. Suspensi yang telah diteteskan, disebar dengan batang penyebar secara
aseptik.
4. Kertas saring diambil dengan menggunakan pinset yang telah dipanaskan
di atas bunsen
5. Celupkan pada larutan antibiotik.
6. Kertas saring tersebut diletakkan pada cawan petri yang sama dengan jarak
tertentu.
7. Hal yang sama juga dilakukan untuk jenis antibakteri lain.
8. Media diinkubasikan selama 24 jam.
9. Pertumbuhan bakteri diameter daerah yang bening diamati.
PRAKTIKUM 13
SELEKSI BAKTERI PROBIOTIK UNTUK AKUAKULTUR

Pendahuluan
Akuakultur merupakan kegiatan ekonomi yang penting dan saat ini
menghadapi kendala yang penting yang mampu menimbulkan kerugian ekonomis
yang besar, permasalahan itu adalah penyakit yang disebabkan bakteri patogen.Di
awal perkembangan akuakultur upaya yang dilakukan adalah menggunakan
antibiotik sebagai upaya kemoterapi untuk menghilangkan penyakit. Namun, dari
berbagai sumber ilmiah disimpulkan bahwa penggunaan antibiotik (seperti
quinolone, tetracycline dll.) menyebabkan mutasi kromosom patogen atau akuisisi
plasmid.
Penggunaan probiotik yang bekerja melalui mekanisme tertentu untuk
melawan patogen, saat ini dipandang sebagai langkah alternatif. Probiotik
merupakan mikrob hidup yang ditamahkan ke dalam pakan yang dapat memberi
pengaruh menguntungkan bagi hewan inang dengan cara memperbaiki
keseimbangan mikrob ususnya.Probiotik sendiri dapat ditemukan di alam,
diisolasi dan diidentifikasi serta diteliti bersifat antagonis terhadap patogen secara
in vitro. Mekanisme kerja probiotik dapat dibagi menjadi beberapa cara, yaitu :
(1) memproduksi senyawa inhibitor, seperti antibiotik, bacteriocins, siderophores,
lysozyme, protease, hidrogen peroksida aataupun asam organik yang dapat
mengubah pH; (2) kompetisi terhadap senyawa kimia atau sumber energi (nutrisi),
seperti besi ataupun nutrien yang diambil dari inang; (3) kompetisi terhadap
tempat pelekatan pada tubuh inang; (4) meningkatkan respon imun (kekebalan
pada inang); (5) memperbaiki kualitas air; dan (6) interaksi dengan fioplankton.
Metode seleksi bakteri probiotik untuk kegiatan pemeliharaan larva hewan
akuatik dapat mencakup beberapa tahap berikut : (1) pengumpulan informasi
dasar yanng di dapat dari studi pustaka atau lingkungan; (2) pengumpulan
probiotik potensial meliputi kelangsungan hidup bakteri probiotik, resistensi
terhadap antibiotik dan kemampuan bersaing dengan galur patogen; (3) evaluasi
kemampuan probiotik potensial berkompetisi dengan galur patogen; (4)
pendugaan patogenisitas probiotik potensial ; dan (6) analisis ekonomi biaya-laba.
Alasan-alasan diatas menyebabkan perlunya dilakukan praktikum seleksi
bakteri probiotik untuk akuakultur. Dengan mempelajari metode seleksi bakteri
probiotik untuk akuakultur dapat diketahui bakteri yang tepat digunakan sebagai
probiotik untuk bakteri patogen tertentu.

Tujuan praktikum
 Mempelajari metode seleksi bakteri probiotik untuk akuakultur.

Metode :
Bahan :
1. Tissue,
2. Alkohol 70%,
3. Alkohol 90%,
4. Media TCBS,
5. Media SWC,
6. Kultur murni bakteri Vibrio harveyi,
7. Kultur murni bakteri kandidat probiotik S 3 dan M 2,
8. Larutan fisiologis,
9. Kertas cakram.
Alat :
1. Cawan petri,
2. Botol semprot,
3. Tabung evendorf,
4. Batang penyebar,
5. Inkubator,
6. Pipet serologis,
7. Bunsen.
Prosedur :
Metode Kertas Cakram
1. Kultur murni bakteri Vibrio harveyi pada tabung evendorf diambil dengan
menggunakan pipet serologis sebanyak 0,1 ml
2. Teteskan pada cawan petri yang berisi media SWC.
3. Bakteri yang telah diteteskan, disebar dengan menggunakan batang
penyebar secara aseptik.
4. Kertas cakram yang telah dicelupkan pada kultur murni bakteri kandidat
diambil dengan menggunakan pinset yang telah dipanaskan dan diletakkan
pada media SWC yang telah disebarkan bakteri Vibrio harveyi.
5. Inkubasi selama 24 jam pada suhu ruang dan zona bening yang terbentuk
diukur diameternya.

Penghambatan Pertumbuhan pada Media Cair


1. Koloni tunggal bakteri V. harveyi dan bakteri kandidat probiotik yang
telah ditumbuhkan secara bersama dan dilakukan pengenceran diambil
sebanyak 0,1 ml.
2. Teteskan pada media TCBS.
3. Bakteri yang telah diteteskan disebar dengan menggunakan batang
penyebar.
4. Inkubasi selama 24 jam pada suhu ruang dan jumlah koloni yang tumbuh
dihitung.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pelczar, Michael J., Jr. dan E.C.S Chan. 2010. Dasar-Dasar Mikrobiologi.
Jakarta: UI Press
2. Gerhardt, Philipp. 1981. Metode-Metode untuk Bakteriologi. Alih bahasa:
Ratna Siri Hadiutomo. Wahington DC: American Society fot Mikrobiologi
3. Murray, Robert K., et.all. 1999. Biokimia Harper/ Robert K. Murray. Alih
bahasa: Andry Hartono. Editor: Alexander H. Santoso. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai