Anda di halaman 1dari 4

Nama : drh.

Kuntum Khoirani
NIP : 199407222022032011
Angkatan : XXV
Kelompok : III
Pengampu Materi Agenda 3 : Wiwik Suprihatin, S.S, M.E

1. Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang terlibat dan
persan setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus.
a. Masalah pokok
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah melakukan operasi tangkap tangan
(OTT) terhadap tujuh kepala daerah sepanjang 2019 yakni terdiri dari Bupati
Mesuji periode 2017-2022, Bupati Kabupaten Talaud periode 2014-2019,
Gubernur Kepulauan Riau periode 2016-2021, Bupati Kudus, Bupati Kabupaten
Muara Enim, Bupati Kabupaten Bengkayang, dan Bupati Lampung Utara.
b. Aktor yang terlibat beserta perannya masing-masing
 Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yakni yang telah melakukan
operasi tangkap tangan (OTT) terhadap tujuh kepala daerah sepanjang
2019
 Khamami sebagai Bupati Mesuji periode 2017-2022, ia ditetapkan
sebagai tersangka kasus dugaan suap proyek pembangunan infrastruktur
di Kabupaten Mesuji tahun 2018. Ia menerima sekurangkurangnya uang
suap Rp1,58 miliar dari pihak swasta terkait proyek infrastruktur di
Kabupaten Mesuji.
 Sri Wahyumi Maria Manalip sebagai Bupati Kabupaten Talaud periode
2014-2019, Sri ditetapkan tersangka oleh KPK terkait kasus dugaan suap
pengadaan barang dan jasa revitalisasi pasar di Kabupaten Talaud.
 Nurdin Basirun sebagai Gubernur Kepulauan Riau periode 2016-2021,
Nurdin Basirun ditetapkan sebagai tersangka tindak pidana korupsi memberikan
atau menerima hadiah atau janji terkait dengan izin prinsip dan lokasi
pemanfaatan laut, proyek reklamasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
Kepulauan Riau tahun 2018/2019 dan gratifikasi yang berhubungan dengan
jabatan.
 Tamzil sebagai Bupati Kudus, Tamzil ditetapkan sebagai tersangka kasus
dugaan korupsi terkait jual beli jabatan di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
 Ahmad Yani sebagai Bupati Kabupaten Muara Enim, Dugaan suap proyek
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Muara Enim.
 Suryadman Gidot sebagai Bupati Kabupaten Bengkayang, Suryadman pun
ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan suap proyek pemerintah di
Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat.
 Agung Ilmu Mangkunegara sebagai Bupati Lampung Utara, Agung lalu
ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan suap terkait Proyek di Dinas PUPR
dan Dinas Perdagangan Kabupaten Lampung Utara.
2. Melakukan analisis terhadap : A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai
dasar PNS, dan Pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh setiap
aktor yang terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus. B. Dampak tidak diterapkannya
nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI
berdasarkan konteks deskripsi kasus.

Ada 7 nilai dasar profesi PNS yaitu BerAKHLAK (Berorientasi pelayanan,


Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaburatif). Tujuh nilai dasar ini
menjadi modal awal PNS dalam menjalankan tugasnya.
Berorientasi Pelayanan merupakan memahami dan memenuhi kebutuhan
masyarakat. Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan. Serta melakukan perbaikan
tiada henti. Setiap PNS hendaknya melakukan pemberian pelayanan yang layak dan
ramah kepada masyarakat selama menjalankan tugasnya.
Akuntabel yakni melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat,
serta disiplin dan berintegritas tinggi serta tidak menyalahgunakan kewenangan jabatan.
Setiap PNS hendaknya sadar akan tugasnya. Tidak hanya sekedar sadra tetapi juga sadar
dan memahaminya dengan baik. PNS harus bertanggung jawab atas apa yang
telahdilaksankannya.
Kompeten yakni Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang
selalu berubah, membantu orang lain belajar serta yang terpenting adalah
melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.PNS dalam menjalankan tugas hendaknya
mengalami kemajuan dari waktu ke waktu.
Harmonis yakni menghargai setiap orang apapun latar belakang, suka menolong
orang lain, serta membangun lingkungan kerja yang kondusif.
Loyal adalah memegang teguh ideologi Pancasila dan UUD NKRI tahun 1945,
setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah, menjaga nama baik sesame ASN,
pimpinan, intansi, jabatan, dan negara serta menjaga rahasia jabata dan negara.
Adaptif yakni Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan,terus berinovasi
dan mengembangkan kreatifitas, serta bertindak proaktif.
Kolaburatif yakni memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk
berkontribusi, terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah, serta
menggerakkan pemanfaatan sumber daya untuk tujuan bersama.
ASN tidak boleh melakukan praktek korupsi maupun gratifikasi, karena sangat
bertentangan dengan nilai-nilai dasar PNS. Jika tidak diterapkan nilai dasar PNS maka
kita semua PNS maupun masyarakat luas juga akan merasakan dan mudah terpengaruh
melakukan hal-hal yang dapat meruikan negara maupun masyarakat. Dampak korupsi
yakni rakyat akan semakin miskin, pengangguran lebih banyak, harga barang dan jasa
lebih mahal, runtuhnya otoritas pemerintah, dan hilangnya kepercayaan masyarakat
kepeda pemerintah.
Tidak dapat dipungkiri bahwa penerapan nilai-nilai BerAKHLAK tidaklah mudah
untuk diterapkan. Karena berbagai tantangan dan hambatan senantiasa menjadi
problema tersendiri, seorang ASN harus memiliki tanggung jawab dan
mengimplementasikan nilai-nilai BerAKHLAK tersebut guna mendukung reformasi
birokrasi dan mengarah kinerja serta hasil kerja organisasi dalam konsep Smart
Governance.

3. Mendeskripsikan gagasan-gagasan alternatif pemecahan masalah berdasarkan konteks


deskripsi kasus
Gagasan alternatif pemecahan masalah pada kasus di atas adalah
1. Membentuk perilaku anti korupsi melalui pendidikan
2. Penanaman nilai-nilai budaya luhur pada masyarakat seperti (kejujuran,
budaya malu, disiplin, daya juang, dan kesederhanaan hidup) sedini
mungkin
3. Pembekalan pendidikan religi yang intensif
4. Transparansi perencenaan program penganggaran
5. Pemberlakuan kewajiban pelaporan transaksi keuangan tertentu
6. Pelaporan kekayaan pribadi pemegang jabatan dan fungsi publik
7. Penyempurnaan manajemen sumber barang kekayaan milik negara
8. Pemerintah harus menghukum tegas para koruptor yakni tuntunan
maksimal berdasarkan UU No.31 tahun 1999 dan UU No 20 tahun 2001
tentang pemberantasan korupsi
9. Presiden dan wakil presiden mempunyai komitmen yang kuat dan
konsisten dalam pemberantasn korupsi
10. Partisipasi Indonesia pada gerakan anti korupsi dan anti pencucian uang
di kancah internasional
11. Peningkatan kemampuan apparat pengawasan fungsional pemerintah
APFP dalam mendeteksi tindak pidana korupsi

4. Mendeskripsikan konsekuensi penerapan dari setiap alternatif gagasan pemecahan


masalah berdasarkan konteks deskripsi kasus.
Tindakan korupsi digolongkan sebagai kejahatan berat, karena perbuatan
korupsi telah melanggar hak-hak social dan ekonomi masyarakat. Kerugian negara yang
ditimbulkan jauh lebih besar dari jumlah uang yang dikorupsi. Selain itu, tindakan
korupsi menimbulkan kerusakan yang besar bagi kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Sehingga pemberantasan korupsi harus dilakukan secara Extra.
Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah mengakui eksistensi pemaknaan
tersebut kemudia memikirkan bagaimana cara mengelolanya secara atentif. Berbagai
perbuatan yang saat ini dikelompokkan dalam kategori “korupsi” harus dipilah dan
dikenali penyebab dan solusinya secara terpisah dengan melihat konteks ekonomi,
social-budaya dari perbuatan korupsi. Kreativitas dan inovasi tersebut tidak akan
terlaksana tanpa adanya dari para stkeholders dengan keinginan untuk turut menjadi
problem solver bagi masalah korupsi.
Kontekstualitasasi antikorupsi yakni sebuah upaya untuk meningkatkan rasa
kepemilikan dan efektivitas dari gerakan antikorupsi. Upaya terbaik yakni memberikan
sumbangan agar gerak perjalanan bangsa lebih cepat menuju tujuan, masyarakat adil
dan makmur.

Anda mungkin juga menyukai