1. Soal Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang terlibat
dan peran setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus.
Jawaban:
Rumusan kasus dan / atau masalah pokok dalam kasus tersebut ialah polemik
mengenai dana desa yang diselenggarakan oleh pemerintah yang dilakukan sebagai
upaya untuk pemberdayaan masyarakat desa dan pengembangan potensi ekonomi
desa. Sehingga, harapannya dapat mempercepat peningkatan kesejahteraan dan
taraf hidup masyarakat desa, dan diharapkan dapat mendorong inovasi dan
entrepreneur baru sehingga produk-produk lokal yang dimiliki oleh setiap desa dapat
dipasarkan secara nasional maupun global.
Masalah pokok dari kasus tersebut adalah adanya indikasi penyelewengan
dana desa yang selama ini dialokasikan pemerintah pusat yang semestinya untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat desa digunakan untuk kepentingan pribadi
bagi oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab di daerah. Penyelewengan ini
dibuktikan dengan maraknya kabar keberadaan desa fiktif di seluruh wilayah
Indonesia, dimana hal ini sangat merugikan negara dan merusak sendi-sendi
perekonomian negara karena berhubungan dengan tindak korupsi yaitu
penyelewengan dana desa.
Aktor yang terlibat dan peran setiap aktornya dalam kasus tersebut, yaitu :
1. Tim khusus dari Kementrian Dalam Negeri dan Badan Pengelola Informasi
dan Dokumentasi sebagai pihak yang melakukan monitoring terhadap
penyelenggaraan dana desa.
2. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai lembaga negara yang
berwenang melakukan penyidikan dan penanganan tindak pidana korupsi dalam
kasus ini yaitu kasus dana desa fiktif.
3. Oknum penyeleweng dana desa yang dengan sengaja menciptakan desa
fiktif dengan memanfaatkan celah pengelolaan yang tidak mudah dilakukan
pemerintah. Oknum ini sangat berperan aktif dalam merugikan negara.
4. Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah sebagai pihak
pemerintah yang menyelenggarakan monitoring dan evaluasi dalam praktik
penyelenggaraan otonomi daerah.
1. Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang terlibat dan
persan setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus.
Jawaban:
2. Sri Wahyumi maria manalip ditetapkan sebagai sebagai tersangka kasus dugaan
suap pengadaan barang dan jasa di revitalisasi pasar di kabupaten Talaud. perannya
kasus dugaan suap pengadaan barang dan jasa revitalisasi pasar di kabupaten talaud
pada periode 2014-2019
3. Nurdin Basirun selaku gubenur kepulauan Riau ditetapkan sebagai tindak pidana
korupsi memberikan atau menerima hadiah atau janji terkait dengan perizinan dan
lokasi pemanfaatan laut, proyek reklamasi di wilayah pesisir dan pulau pulau kecil
kepulauan Riau. perannya sebagai gubenur pada tahun 2016-2021,Nurdin Basirun
memberikan atau menerima hadiah atau janji terkait dengan perizinan dan lokasi
pemanfaatan laut, proyek reklamasi di wilayah pesisir dan pulau pulau kecil kepulauan
Riau pada tahun 2018/2019
4. Tamzil selaku Bupati Kudus tersangka kasusu dugaan korupsi terkait jual beli
jabatan di Kabupaten Kudus Tawa Tengah. perannya selaku bupati Tamzil pernah
melakukan korupsi terkait dana bantuan sarana dan prasarana pendidikan di
Kabupaten Kudus dan ditangani kejaksaan Negeri Kudus pada tahun anggaran 2004
5. Bupati Muara Enim, Ahmad Yani diduga suap proyek Dinas Pekerjaan umum
Kabupaten Muara Enim, Perannya Ahmad Yani menerima suap proyek Dinas
Pekerjaan umum Kabupaten Muara Enim.
1. Mendeskripsikan rumusan kasus dan / masalah pokok, actor yang terlibat dan
person setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus.
Jawaban:
Rumusan masalah / masalah pokok:
1. Belum meratanya sistem pelayanan publik yang berbasis teknologi (digital).
Sehingga pelayanan publik Revolusi Industri 4.0 dirasa belum optimal.
2. Akses pelayan di sektor publik lebih besar daripada sektor privat. Bila pemerintah
ingin mendapatkan kepercayaan dari pelanggan, seharusnya pemerintah serius
dalam memanfaatkna teknologi digital di era Revolusi Industri 4.0 pada
penyelenggaraan pelayanan publik.
3. Belum semua pemerintah daerah maupun kementrian/ lembaga menginput
informasi pelayanan publik di masing-masing instansinya ke aplikasi SIPPN.
Lemahnya kewenangan Menpan RB untuk mendorong instansi tersebut untuk
mengintegrasikan data pelayanan publik tiap instansi ke aplikasi SIPPN menjadi salah
satu kendala belum efektifknya aplikasi tersebut.
4. Masih sedikit Kementrian/Lembaga maupun pemerintah daerah yang
memanfaatkan teknologi dalam proses pelayanan publik. Padahal jika E-Government
sendiri diterapkan disetiap pemerintahan maka hal tersebut sejalan dengan Revolusi
Industri 4.0.5. Mewujudkan pelayanan yang transparan, meningkatkan akuntabilitas
dari proses penyelengaraan pemerintahan, menghemat anggaran pemerintah, serta
memudahkan alur informasi yang dapat diakses secara terbuka guna mewujudkan
cita-cita good governance dan open government pada penyelenggaraan
pemerintahan di Indonesia.
AKTOR TERLIBAT :
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo meluncurkan peta jalan (road map)
"Making Indonesia 4.0"2. Pemerintah daerah, pemerintah pusat sebagai
penyelenggara pelayanan publik mampu menerapkan pelayanan publik berbasis
teknolgi digital secara menyeluruh, merata dan trasnparan.
Kemenpan RB sebagai Kementrian yang membantu presiden dalam
menyelenggarakan pemerintah memiliki fungsi merumuskan dan menetapkan
kebijakan terkait pelayanan publik . 3. Sektor publik dan privat sebagai penerima
layanan diharapkan siap dalam memanfaatkan pelayanan publik berbasis teknologi
digital.
1. Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang terlibat dan
peransetiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus.
Jawab:
Deskripsi Rumusan Kasus
Pada Agenda 1 Isu Kontemporer dan Agenda 4 Habituasi, isu atau masalah yang
terjadi pada kasus ini yaitu tantangan dan peluang optimalisasi pelayanan Publik
dalampenggunaan e-government di era digitalisasi. Selain itu masih sedikit
Kementrian/Lembagamaupun pemerintah daerah yang memanfaatkan teknologi
dalam proses pelayanan publik. Kita mengenal istilah Revolusi Industri 4.0 yang
memacu pada inovasi-inovasiteknologi dan pelayanan yang memberikan dampak
disrupsi atau perubahan fundamentalterhadap kehidupan masyarakat. Hal tersebut
memberi tantangan baru tak terkecuali layananbirokrasi publik di sektor
pemerintahan. Oleh karena itu, manajemen layanan publik dipemerintahan didorong
terus untuk melakukan perubahan-perubahan serta inovasi-inovasi disegala bidang
untuk merespons tuntutan dan kebutuhan masyarakat.
Digitalisasi Pelayanan publik dan era Revolusi Industri 4.0 saat ini, sebetulnya
telahjelas tertuang di dalam Undang-Undang Nomor 25/2009 yang mengatur pada
aspekpelayanan publik harus memilki sistem yang dapat memberikan kemudahan
kepadamasyarakat.
Kasus tersebut mendeskripsikan tentang program Pemerintah melalui
KementerianPendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang telah
meluncurkan aplikasiSIPPN melalui http://sipp.menpan.go.id/ sebagai wadah
informasi pelayanan publik semuainstansi penyelenggara pelayanan publik nasional
dan daerah, namun pada pelaksanaannyabelum semua instansi menyelesaikan input
data informasi pelayanan publik mereka padaaplikasi tersebut karena lemahnya
kewenangan dari Menpan RB.
Digitalisasi Pelayanan publik dan era Revolusi Industri 4.0 saat ini, sebetulnya
telahjelas tertuang di dalam Undang-Undang Nomor 25/2009 yang mengatur pada
aspekpelayanan publik harus memilki sistem yang dapat memberikan kemudahan
kepadamasyarakat. Namun kenyataannya, masih ada pemerintah daerah,
kementrian/ lembaga,lembaga non struktural dan BUMN/BUMD yang belum
melakukan input data informasipelayanan publik pada website SIPPN menunjukkan
kurangnya kesadaran dari penerapankonsep akuntabilitas dalam pelaksanaan sistem
pemerintahan terutama di sisi akuntabilitasPNS dalam konteks transparansi dari
akses informasi. Hal lain yang dibahas pada artikel tersebut adalah bahwa tidak
efektifnya prosespenginputan data dalam website SIPPN adalah karena rendahnya
kewenangan Menpan untukmendorong optimalisasi kebijakan tersebut. Tampaknya
pemerintah belum mempersiapkanmanajeman ASN yang cukup baik. perilaku
Lembaga yang tidak melaksanakan input datamenunjukkan rendahnya tanggung
jawab ASN dalam memenuhi tanggung jawabnya dalam bela negara, tidak sesuai
dengan penerapan etika publik dan gagalnya pemenuhankomitmen mutu.
B. Dampak Tidak Diterapkannya Nilai Dasar PNS Apabila tidak terapkannya nilai,
pengetahuan, peran PNS dalam pelayanan publik akan memberikan pelayanan yang
sangat buruk. Akan terbentuk birokrasi yang rumit, lama dan mahal. Sehingga
pelayanan publik tidak akan berjalan secara optimal. Dampak dari tidak diterapkannya
nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang manajemen PNS, antara lain:
1. Lunturnya wawasan kebangsaan dalam diri PNS berakibat pada tidak terwujudnya
cita-cita bangsa ini sesuai amanat Pembukaan dan isi UU 1945. Karena luasnya
wilayah NKRI ibarat pisau bermata dua, baik atau buruk, kelemahan atau kelebihan,
kesimpulannya tergantung dari keberhasilan Pemerintahan dalam mewijudkan cita-
cita bangsa.
2. Kurangnya akuntabilitas dalam konteks transparansi akses informasi
mengakibatkan keterbatasan informas yang dapat diperoleh publik mengenai proses
birokrasi. Hal ini memicu terjadinya penyalahgunaan wewenang, red tape, praktek
KKN, sulitnya pengawasan dari pemerintah pusat ke setiap lembaga dan berbagai
patologi birokrasi lainnya.
3. Rendahnya etika publik dan komitmen mutu menimbulkan sulitnya pemerintahan
berkembang mengikuti zaman yang semakin modern dengan Revolusi Industri 4.0,
karena itulah negara kita hingga saat ini masih disebut sebagai negara berkembang.
Dan entah sampai generasi ke berapa lagi predikat ini tetap kita sandang atau bahkan
akan menurun menjadi negara tertinggal nantinya jika kita tidak mampu
menyesuaikan.
4. Ketidakpahaman akan manajemen ASN dan kurangnya kesadaran bela negara
berdampak pada lalainya ASN dalam memenuhi tupoksi sesuai UU dan secara lebih
lanjut memperngaruhi target dari agenda Nasional “Road Map: Making Indonesia 4.0”.
5. Rendahnya Whole of Government dalam sistem pemerntahan berakibat pada
buruknya sinergi dalam lingkup pertangungjawaban secara vertikal maupun
horizontal.
1. Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang terlibat dan
peran setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus.
Jawaban:
Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI - Pelayan Publik pelayanan kesehatan yang
profesional dan tanggap atas kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang
baik dan benar terlepas dari besar kecilnya organisasi/institusi yang ada, sangat
membutuhkan SDM Kesehatan yang profesional
Jawaban:
Masih banyak permasalahan pada pelayanan publik di Indonesia. Hal ini dipengaruhi oleh
Kompetensi SDM pada fasilitas pelayanan publik yang kurang profesional dan sarana
prasarana yang kurang memadai. Contohnya saja etika petugas yang kurang ramah, tidak sopan
dan tidak jelas dalam berbicara selain itu juga sarana prasarana seperti antrian lansia/difabel,
ruang laktasi, tempat bermain anak kurang lengkap.
Segala kekurangan itu dapat mempengaruhi output yang dirasakan oleh pengguna pelayanan
publik. Sehingga menimbulkan kekecewaan publik terhadap kinerja SDM yang dianggap tidak
berkompeten, pelayanan yang terlampau lama, antrean yang membludak dan tidak
transparannya pelayanan yang memungkinkan terjadinya KKN agar mendapat prioritas.
Beberapa tempat pelayanan publik juga belum memiliki SOP (standar operasional pelayanan)
atau alur pelayanan yang jelas sehingga pengguna kebingungan berkas apa saja yang harus
dibawa ketika mengurus administrasi dan bagaimana alur proses pembuatannya.
Dalam pelaksanaannya terdapat berbagai pihak atau aktor yang terlibat. Yang pertama adalah
pemerintah pusat. Pemerintah pusat merupakan pemangku kebijakan, sehingga ketika pusatnya
sudah bermasalah, maka aktor atau pihak di bawahnya akan sulit untuk memperbaiki kualitas
dan transparansi pelayanan publik. Dalam hal ini diwakili oleh Kemenpan RB. Kemenpan RB
menghadirkan Mal Pelayanan Publik (MPP) Indonesia, yang lebih progresif memadukan
pelayanan dari pemerintah pusat, daerah dan swasta dalam satu tempat. Kemudian yang kedua
adalah pemerintah daerah.
Pemerintah daerah kabupaten/kota merupakan aktor pelaksana birokrasi dari pemerintah pusat.
Walaupun pemerintah daerah merupakan pelaksana, tapi pemerintah daerah tetap memiliki
kewenangan untuk memilih, akankah pelayanan publik dikemas dengan tampilan yang
akuntabel atau dikemas dengan hal-hal yang bertentangan dengan nilai dasar ASN.
Pemda mengikat perizinan dengan sertifikasi ISO sehingga ada celah tidak terkontrol dan tidak
transparan sehingga menjadi temuan lembaga pengawasan.. Selanjutnya petugas pemberi
layanan. Petugas pemberi layanan merupakan lembaga maupun seseorang yang berhadapan
langsung dengan konsumen. Dalam pelayanannya, seorang pelayan publik harus menaati SOP
yang berlaku, memiliki etika publik yang baik, tidak melakukan KKN dan menghindari hal-
hal yang menyeleweng dari nilai-nilai dasar ASN.
Jawaban:
A. Sistem pelayanan publik perlu diterapkan sesuai nilai-nilai dasar ASN yakni akuntabilitas,
nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, serta anti korupsi. Pelayanan publik yang baik
seharusnya dapat dipertanggungjawabkan dalam berbagai aspeknya. Tidak adanya data palsu
merupakan suatu keharusan.
Pelayanan publik saat ini sudah menerapkan penilaian masyarakat sebagai tolok ukur baik
tidaknya pelayanan suatu lembaga. SOP juga berlaku untuk pegawai pelayanan publik yang
harus melayani publik dengan keramahan serta etika yang baik. Kesopanan, keramah-tamahan
harus diterapkan karena ini akan sejalan dengan nilai-nilai ASN. Hal ini juga merupakan suatu
usaha untuk menjaga mutu yang harus dijaga. Sehingga masyarakat akan percaya pada
pemerintahnya.
Yang paling penting, dalam suatu lembaga pelayanan publik harus menghindari adanya
korupsi. Karena korupsi dapat dilakukan oleh siapa saja selama masih ada kesempatan dan
peluang, maka kesadaran penuh dan karakter yang kuat, sangat diperlukan dalam pelayanan
publik agar terhindar dari korupsi. Namun pada penerapannya, masih ada pelayanan publik
yang masih suka memalsukan data sehingga tidak dapat mempertanggungjawabkan hal yang
dikerjakan. Selain itu, karena SDM yang buruk, pelayan publik masih ada yang etikanya tidak
baik.
Misalnya tidak ramah, memakai kalimat yang tidak sopan, serta berperilaku tidak baik
dihadapan publik. Selanjutnya, tidak diperhatikannya sarana dan prasarana yang akhirnya
hanya memberatkan masyarakat yang mustinya dimudahkan oleh pelayanan publik menjadi
berbelit-belit.
B. Ketika suatu pelayanan publik tidak menerapkan nilai-nilai dasar ASN dengan baik, hal ini dapat
mengakibatkan hilangnya kepercayaan dari masyarakat. Pelayanan yang diberikan pun tidak efektif
karena sarana prasarana, etika publik, serta SOP yang tidak diterapkan. Pada akhirnya yang dirugikan
tidak hanya lembaga pelayanan publik saja namun juga masyarakat yang harusnya dilayani dengan
baik. Efeknya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah menjadi menurun dan tingkat kesadaran
masyarakat dalam hal administratif berkurang karena enggan berurusan dengan pelayanan publik.
Dalam beberapa kasus juga sering terjadi kekerasan fisik karena pengguna layanan publik merasa
tersinggung dengan sikap petugas pelayanan yang dianggap tidak baik atau cenderung menghina
Jawaban:
MPP juga mampu menjadi sarana untuk mengembangkan pelayanan publik yang lebih
kekinian yakni menggunakan teknologi dan mampu melahirkan ASN yang memiliki integritas
serta komitmen untuk melayani publik. MPP menjadi media untuk membangun sistem kerja
dan sinergi yang utuh. Mempraktikkan perubahan budaya kerja yang bertujuan untuk melayani,
tempat untuk menampilkan wajah birokrasi yang mengadopsi the new public service, sehingga
benar-benar merepresentasikan kehadiran negara untuk memberikan manfaat luas bagi
kepentingan dan kemakmuran masyarakat.
Selain itu perlu adanya pendidikan dan pelatihan pelayanan publik secara berkala kepada
petugas MPP guna menjaga kenyamanan pengguna layanan. Optimalisasi standar pelayanan
seperti pemasangan banner prosedur pelayanan, adanya fasilitas antrian untuk difabel dan
lansia, ruang laktasi, tempat bermain anak, peningkatanan jaringan internet dan sistem yang
terintegrasi dengan baik